DEFINISI
1. Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang
sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih ahli.
2. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal
maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan
operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan
laboratorium.
3. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal.
4. Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan dibagi menjadi:
a. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya
kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut
dokter tersebut tidak ikut menanganinya.
Panduan Rujukan 1
dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari
perawatan dan follow up yang dianjurkan kepada pihak pengirim pasien.
c. Informasi pengiriman spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi Surat
Rujukan Spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status pasien
Asuransi/umum, tujuan rujukan penerima, jenis/ bahan spesimen dan nomor spesimen
yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan
identitas pasien asal spesimen dan diagnos klinis.
d. Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak
laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim dengan
menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.
Panduan Rujukan 2
BAB II
RUANG LINGKUP
Kegiatan yang tercakup dalam Sistem Rujukan ini adalah sebagai berikut :
1. Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.
Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang
lebih rendah dilakukan apabila:
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang
lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam
menangani pasien tersebut.
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang.
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan apabila:
Panduan Rujukan 3
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
2. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.
Rujukan horizontal dilakukan apabila :
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik.
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum merujuk pasien adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi
medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan
rujukan.
2. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan
dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat.
3. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya alasan pasien dirujuk :
a. Tempat tidur penuh ( baik perawatan biasa maupun intensif ).
b. Keterbatasan fasilitas medik
c. Pasien dengan penyakit tertentu, misalnya HIV, Kolera
d. Perlunya perawatan lanjutan oleh PPA di luar RSSC
4. Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan. Surat
pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien.
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah
dilakukan.
c. Diagnosis kerja.
d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan.
e. Tujuan rujukan.
f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
5. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang
dituju sebelum merujuk.
6. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan.
7. Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan umum pasien dan
mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di tempat rujukan.
8. Ketentuan-ketentuan yang ada pada Asuransi tetap berlaku.
Panduan Rujukan 4
BAB III
TATA LAKSANA
a. Prosedur Klinis :
4) Khusus pasien gawat darurat didampingi petugas Medis /Paramedis yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
Panduan Rujukan 5
5) Selama proses rujukan pasien secara langsung dimonitor oleh staf yang
berkompeten secara terus menerus sampai tempat rujukan.
b. Prosedur Administratif :
5) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama dikirim ke tempat rujukan
bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
Panduan Rujukan 6
C. Merujuk Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya
Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rumah sakit
atau unit kesehatan yang menerima rujukan specimen tersebut harus mengirimkan laporan
hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.
a. Prosedur Klinis :
2) Pengiriman spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim
dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi, penularan penyakit, keselamatan
pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
3) Memastikan bahwa pasien/ spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi
yang diinginkan dan identitas yang jelas.
b. Prosedur Administratif :
1) Mengisi format dan surat rujukan spesimen/ penunjang diagnostik lainnya secara cermat
dan jelas, informasi jenis spesimen/ penunjang diagnostic lainnya, pemeriksaan yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim.
2) Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masing-
masing intansinya.
D. Derajat/ Level Kondisi Pasien Yang Dirujuk berdasarkan tingkat kebutuhan perawatan pasien
kritis ( keputusan harus dibuat oleh dokter ICU/ DPJP ) :
1. Derajat 0 :
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit Rumah Sakit
Santa Clara Madiun yang dituju, biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter.
Panduan Rujukan 7
2. Derajat 1 :
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang sebelumnya menjalani
perawatan di ICU yang sudah mengalami perbaikan keadaan umum, dimana
membutuhkan ruangan perawatan biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim
perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulans, dan atau dokter
(selama transfer).
3. Derajat 2 :
4. Derajat 3 :
Pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan lanjut (advanced respiratory support) atau
bantuan pernafasan dasar (basic respiratory support) dengan dukungan /bantuan pada
minimal 2 sistem organ , termasuk pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan
multi organ; harus didampingin oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman
(biasanya dokter dan perawat ICU / anggota blue team).
JENIS
KETRAMPILAN
PETUGAS AMBULAN &
NO PASIEN YANG
PENDAMPING PERALATAN
DIBUTUHKAN
UTAMA
Suction
Penanganan
Kegawatdaruratan
Panduan Rujukan 8
3 DERAJAT 2 Perawat PK III/ICU Bantuan Hidup Ambulance
Dasar
Perawat Blue Team Emergency Kit
Diklat Blue Team
Dokter Alkes : monitor,
BTCLS/ATCLS infus pump,
syringe pump
Defibrilator jika
diperlukan
Dokter :
Pernah bertugas
di UGD/ ICU
minimal 6 bulan
Sudah lulus
diklat ATCLS
Sudah lulus
diklat Blue Team
Lanjutan
Panduan Rujukan 9
BAB IV
DOKUMENTASI
Panduan Rujukan 10