Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

Findy Anugrah Medita ( 102119014 )


Rahmi Raneafri ( 102119004 )

Pembimbing:
dr. Julia Evalina Ginting, Sp.N

DEPARTEMEN / SMF ILMU NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUD DR R.M DJOELHAM BINJAI
2021
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak
1. DEFINISI

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan


penyebab utama kecacatan. Dari keseluruhan data di dunia,
ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai 9%
(sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya
2. EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI

1. Perdarahan Intraserebral 2. Perdarahan Subarachnoid


Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan ke dalam
terjadi karena adanya ruang (ruang subarachnoid)
ekstravasasi darah ke dalam diantara lapisan dalam ( pia mater
jaringan parenkim yang ) dan lapisan tengah (arachnoid
disebabkan ruptur arteri mater) para jaringan yang
perforantes dalam. Stroke jenis melindungan otak (meninges).
ini berjumlah sekitar 10% dari Beberapa gejala diantaranya,
seluruh stroke tetapi memiliki nyeri kepala berat dan mendadak,
persentase kematian lebih tinggi adanya ransangan meningeal ,
dari yang disebabkan stroke penurunan kesadaran
lainnya. Gejala nya dapat berupa
penurunan kesadaran, muntah,
nyeri kepala
ETIOLOGI

Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)

Ruptur kantung aneurisma

Ruptur malformasi arteri dan vena

Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik,
 ITP, gangguan fungsi hati, komplikasi obat
trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia,
dan hemofilia.
Faktor Resiko

• a. Non Modif
b. Modif
 Kelainan pembuluh
darah otak,biasanya  Hipertensi
merupakan kelainan  Diabetes mellitus
bawaan.
 Hiperkolesterolemia
 Usia
 Jenis kelamin  Penyakit kardiovaskular

 Ras  Obesitas dan Merokok


 Genetic
Gejala klinis

Gejala utama stroke hemoragik adalah a


danya tanda peningkatan tekanan di dalam o
tak, yaitu sakit kepala hebat, muntah meny
emprot, dan gangguan kesadaran. Gangguan
kesadarannya dapat berupa disorientasi (ta
mpak kebingungan dengan lingkungan sekita
r), cenderung mengantuk, sulit dibangunkan
dari tidur, atau benar-benar tidak sadarkan
diri.
DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

Ditandai dengan beberapa tanda dan


gejala seperti: Disfagia (sulit
menelan), diplopia (penglihatan ganda), 3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
disatria (gangguan berbicara), afasia 2. PEMERIKSAAN FISIK
(gangguan berbahasa), ataksia
Pemeriksaan status  Pemeriksaan Pencitraan
(gangguan pergerakan tubuh),
neurologis, seperti : Otak
hemiparesis ( satu sisi tubuh lemah
Pemeriksan Ransangan
 Pemeriksaan Radiologi
dan satu sisi tubuh lumpuh Meningeal, nervus cranial,
 Pemeriksaan MRI
kekuatan otot
 Sirirac Stroke Score
DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari stroke hemoragik antara


lain: ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma
otak, hipernatremia, stroke iskemik, perdarahan
subaraknoid, hematoma subdural, hipoglikemia,
labirinitis, dan Transient Ischemic Attack (TIA).
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Perdarahan Intraserebri (PIS)

a. Terapi Hemostatik
• Pemberian eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) pada PIS pada onset 3
jam hasilnya adalah highly-significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan
setelah lebih dari 3 jam.

b. Terapi anticoagulant
• Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan fresh frozen plasma
atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
PENATALAKSANAAN

2. Penatalaksanaan Perdarahan Subarachnoid (PSA)

a. Perdarahan dengan tanda-tanda Grade I atau II menurut Hunt & Hess:


 Identifikasi dini dari nyeri kepala hebat merupakan petunjuk untuk upaya menurunkan angka mortalitas
dan morbiditas.
 Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 dalam ruangan dengan lingkungan yang tenang dan
nyaman, bila perlu diberikan O2 2-3 L/menit.
 Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif.
 Pasang infus intravena di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainan-kelainan neurologi yang timbul.

b. Perdarahan dengan tanda-tanda grade III, IV, atau V menurut Hunt & Hess, perawatan harus lebih
intensif:
 Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang gawat darurat.
 Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafas yang adekuat.
 Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi.
 Hindari pemakaian sedatif yang berlebihan karena akan menyulitkan penilaian status neurologi .
Komplikasi
 Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi
yang paling ditakutkan pada perdarahan intraserebral.
 Perburukan edema serebri sering mengakibatkan deteoriasi pada
24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga berhubungan dengan
deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut
adalah penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3
jam pertama.
 Pada pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami
penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama. Kejang setelah
stroke dapat muncul.
 Selain dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, stroke sendiri
adalah penyebab utama dari disabilitas permanen.
PROGNOSIS

Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan str


oke dan lokasi serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala
Koma Glasgow yang rendah berhubungan dengan prognosis
yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai