Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KOMUNIKASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

KINERJA KARYAWAN FOOD AND BAVERAGES DI PATRA JASA


SEMARANG CONVENTION HOTEL

Oleh:
Dwi Joko Sulistyo1 dan Sri Mulyani2

ABSTRAK

Kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan atau organisasi, dimana
kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan
dengan kinerja itu sendiri diantaranya komunikasi dan lingkungan kerja. Rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh komunikasi dan lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang
Convention Hotel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan food and baverages Patra Jasa Semarang Convention Hotel
yaitu sebanyak 54 karyawan dan diambil dengan menggunakan teknik sensus
sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang
digunakan yaitu uji model dan analisis regresi berganda. Variabel komunikasi
(X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan food and
baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel.Variabel lingkungan kerja
(X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan food and
baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel. Variabel komunikasi dan
lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang Convention
Hotel. Variabel komunikasi memiliki pengaruh paling kuat terhadap kinerja
karyawan dibandingkan dengan lingkungan. Sebaiknya pihak Patra Jasa
Semarang Convention Hotel meningkatkan komunikasi antar karyawan
diantaranya dengan memberikan lembar order kerja pada waktu yang tidak
mendesak sehingga karyawan dapat mempersiapkan pekerjaan yang akan
dilakukan.

Kata kunci : komunikasi, lingkungan kerja, kinerja karyawan

ABSTRACT

Performance is important for the company or organization, where the


performance of employees is influenced by several factors both related to
performance itself such as communication and work environment. The
formulation of this research problem is how influence of communication and
work environment to employees performance of food and baverages at
Patra Jasa
1Mahasiswa Program Studi Jurusan Manajemen Perhotelan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang
2Staf Pengajar Program Studi Jurusan Manajemen Perhotelan Sekolah Tinggi
Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 109
Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang
Semarang Convention Hotel. The research method used is quantitative research
method with associative research design. Population in this research is all
employees food and baverages Patra Jasa Semarang Convention Hotel that is as
much as 54 employees and taken by using census sampling. The data collection
tool uses questionnaires. Data analysis used is model test and multiple regression
analysis. The communication variable (X1) has a positive and significant effect on
the employee performance of food and baverages in Patra Jasa Semarang
Convention Hotel. The variables of work environment (X2) have a positive and
significant effect on the employee performance of food and baverages at Patra
Jasa Semarang Convention Hotel. Variables of communication and work
environment together have a positive and significant effect on employee
performance of food and baverages at Patra Jasa Semarang Convention Hotel.
Communication variables have the most powerful influence on employee
performance compared to the environment. We recommend Patra Jasa Semarang
Convention Hotel to improve communication among employees by giving a work
order sheet at a time that is not urgent so that employees can prepare the work to
be done.

Keywords: communication, work environment, employee performance

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang memiliki peranan penting sebagai penggerak


demi kelancaran jalannya kegiatan usaha. Sukses tidaknya karyawan dalam
bekerja akan dapat diketahui apabila hotel yang bersangkutan menerapkan sistem
penilaian kinerja. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika (Mahennoko, 2011). Kinerja merupakan hal yang penting bagi
perusahaan atau organisasi, dimana kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik yang berhubungan dengan kinerja itu sendiri diantaranya komunikasi
dan lingkungan kerja.
Pegawai dalam melaksanakan pekerjaan tidak lepas dari komunikasi dengan
sesama rekan sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan. Komunikasi yang
baik dapat menjadi sarana yang tepat dalam meningkatkan kinerja pegawai.
Melalui komunikasi, pegawai dapat meminta petunjuk kepada atasan mengenai
pelaksanaan kerja. Melalui komunikasi juga pegawai dapat saling bekerja sama
satu sama lain (Effendy, 2008). Komunikasi dalam organisasi merupakan sarana
yang tepat bagi semua elemen organisasi untuk secara bersama-sama dan
berkoordinasi dalam pelaksanaan kerja. Komunikasi merupakan bentuk hubungan
antar anggota organisasi baik dengan pimpinan maupun antar bawahan. Semua
pekerjaan yang diemban oleh masing-masing anggota organisasi akan berjalan
secara efisien dan efektif dengan komunikasi yang baik diharapkan (Rivai, 2009).

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 110


Komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik verbal
maupun non verbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator
akan mendapat respon dan komunikan selama keduanya memiliki mana yang
sama terhadap pesan yang disampaikan Jika disimpulkan maka komunikasi adalah
suatu proses, pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang
terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu sebagaimana diharapkan oleh komunikator (Effendy, 2008).
Lingkungan kerja tempat karyawan tersebut bekerja juga tidak kalah
pentingnya di dalam meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja
merupakan kondisi–kondisi material dan psikologis yang ada dalam organisasi.
Maka dari itu organisasi harus menyediakan lingkungan kerja yang memadai
seperti lingkungan fisik (tata ruang kantor yang nyaman, lingkungan yang bersih,
pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang cukup maupun musik yang
merdu), serta lingkungan non fisik (suasana kerja karyawan, kesejahteraan
karyawan, hubungan antar sesama karyawan, hubungan antar karyawan dengan
pimpinan, serta tempat ibadah). Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung
pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan
meningkatkan kinerja karyawan.
Guna menciptakan kinerja yang tinggi, dibutuhkan adanya peningkatan kerja
yang optimal dan mampu mendayagunakan potensi sumber daya manusia yang
dimiliki oleh karyawan guna menciptakan tujuan organisasi, Selain itu, organisasi
perlu memperhatiksn berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
karyawan, dalam hal ini diperlukan adanya peran organisasi dalam meningkatkan
motivasi dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif guna mendorong
terciptanya sikap dan tindakan yang profesional dalam menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing–masing. Kinerja mengacu
pada prestasi kerja karyawan diukur berdasarkan standard atau kriteria yang telah
ditetapkan organisasi. Pengelolaan untuk mencapai kinerja karyawan yang sangat
tinggi terutama untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Patra Jasa Semarang Convention Hotel merupakan salah satu pemeran utama
dalam penyelenggaraan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) di
Semarang. Hotel yang sudah berusia hampir empat puluh tahun ini, memiliki
lokasi yang strategis sehingga sangat mudah dijangkau mengunakan alat
transportasi baik pribadi maupun umum. Letaknya di kawasan perbukitan, Candi
Baru Semarang, membuat hotel ini tidak hanya terasa lebih tenang dan nyaman
namun juga memiliki view yang indah yaitu Pegunungan Ungaran dan Kota
Semarang dari ketinggian. Patra Jasa Semarang Convention Hotel dilengkapi 124
kamar dan 25 villa mewah, fasilitas hotel sendiri meliputi bar, restoran, laundry,
spa, kolam renang, lapangan tenis dan voli, serta ruang pertemuan. Terdapat 10
pertemuan yang dapat digunakan untuk keperluan MICE dengan kapasitas
totalnya mencapai 1500 orang. Ruangan tersebut adalah Rama Shinta Ballroom,
Ramayana Room, Poncowati Hall dan 7 ruang pertemuan lainnya dengan berbagai
ukuran. Selain iu, area pool side dapat digunakan untuk acara pernikahan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari divisi F&B Patra Jasa Semarang
Convention Hotel memperlihatkan intensitas acara MICE (Meeting, Incentive,
Convention and Exhibition) yang diselenggarakan di Patra Jasa Semarang

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 111


Convention Hotel mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Setiap bulannya
dalam 6 bulan terakhir, acara MICE yang diselenggarakan di Patra Jasa Semarang
Convention Hotel dapat mencapai 50 acara. Hanya saja pada Bulan Juli dan
Agustus, jumlah acara MICE yang diselenggarakan di Patra Jasa Semarang
Convention Hotel mengalami penurunan. Dibandingkan dengan bulan lainnya,
dua bulan tersebut memiliki intensitas yang rendah. Pada Bulan Juli 2015, jumlah
acara MICE yang diselenggarakan hanya 31 acara dan pada Bulan Agustus 2015,
jumlah acara yang diselenggarakan hanya 42 acara. Faktor penyebab turunnya
intensitas acara MICE pada Bulan Juli dan Agustus karena bertepatan dengan
datangnya bulan ramadhan, dimana pelanggan tidak terlalu banyak melakukan
aktivitas selain yang berhubungan dengan ibadah.
Data yang didapat dari Antara News, menyebutkan bahwa Semarang menjadi
salah satu kota di Indonesia yang memiliki tingkat penyelenggaraan acara MICE
tertinggi. Hal ini ternyata sangat berpengaruh terhadap okupansi hotel yang
meningkat hingga 70%. Kualitas pelayanan menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan oleh Patra Jasa Semarang Convention Hotel karena dalam industri
jasa, pelayanan menjadi kunci utama untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan. Salah satu cara yang mudah untuk mengetahui penilaian kepuasan
pelayanan Patra Jasa Semarang Convention Hotel adalah menarik informasi kritik
dan saran dari pelanggan. Kritik dan saran diperoleh berdasarkan guest comment
yang dibagikan oleh petugas hotel untuk pengguna ruang pertemuan Patra Jasa
Semarang Convention Hotel. Ada tiga aspek utama yang menjadi fokus
peningkatan pelayanan di Patra Jasa Semarang Convention Hotel yaitu ruangan,
makanan dan minuman, serta petugas pelayanan. Setiap aspek memiliki indikator
yang berbeda-beda.
Berdasarkan informasi dari divisi F&B Patra Jasa Semarang Convention
Hotel adanya penurunan penilaian rata-rata dari pelanggan mengenai kebersihan
ruang pertemuan, kebersihan toilet, sound dan instrument. Penurunan yang
dialami setiap aspek dari Bulan Juli hingga September berkisar 8% -21.63%.
Untuk aspek makanan dan minuman penurunan penilaian secara terus-menerus
hanya terlihat pada indikator penampilan, sedangkan pada indikator taste dan
refile, walaupun sempat mengalami penurunan, namun pada Bulan September
terjadi peningkatan yang cukup banyak. Aspek ketiga adalah petugas pelayanan,
cara kerja petugas pelayanan yang cepat, tepat dan sigap dapat membantu
meningkatkan kepuasan pelanggan. terjadi penurunan penilaian rata-rata dari
Bulan Agustus ke September untuk petugas refile, pramusaji dan petugas banquet.
Hal yang dikeluhkan adalah kurang tepat waktunya petugas pelayanan pada saat
menyajikan makanan dan minuman. Berdasarkan data kritik dan saran yang
didapat dari guest comment, dapat diketahui bahwa ada kenaikan jumlah kritik
dari pelanggan mengenai beberapa aspek pendukung penyelenggaraan acara
MICE di Patra Jasa Semarang Convention Hotel dalam kurun waktu tiga bulan
terakhir, dimulai dari bulan Juli 2015 hingga bulan September 2015.
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa keluhan pelanggan yang dilihat dari
aspek ruangan, makanan dan minuman, serta pelayanan petugas semakin
meningkat. Pada Bulan Juli, jumlah kritik yang diterima hanya 6 kritik, lalu
peningkatan jumlah kritik pada bulan September dirasakan cukup besar mencapai

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 112


22 kritik. Jenis kritik yang paling sering muncul adalah masalah kebersihan toilet.
Hal tersebut menunjukkan perlu adanya peningkatan kinerja dari karyawan Patra
Jasa Semarang Convention Hotel. Kinerja beberapa karyawan Patra Jasa
Semarang Convention Hotel dinilai mulai mengalami penurunan, hal ini dapat
dilihat dari data absensi karyawan. Berikut adalah data absensi karyawan Patra
Jasa Semarang Convention Hotel dari bulan Januari tahun 2015 sampai dengan
Desember tahun 2015, adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data absensi diatas dapat dilihat bahwa jumlah absensi karyawan
di Patra Jasa Semarang Convention Hotel masih dirasa terlalu banyak, terdapat
beberapa karyawan yang tidak masuk kerja tanpa keterangan dan ada juga yang
cuti kerja. Terdapat fluktuasi kenaikan dan penurunan presentase absensi, dibulan
tertentu (september, oktober, november, januari, maret, april, mei, juni dan juli)
presentase absensi diatas 10 persen yang menunjukan bahwa tingkat absensi yang
cukup tinggi dan belum lagi masih ditambah dengan karyawan yang terlambat
bekerja. Dari data terebut diatas dapat dilihat bahwa rata-rata absensi karyawan
adalah sebanyak 16 karyawan atau 14 persen setiap bulannya. Hal ini apabila di
biarkan terus menerus nantinya akan memberikan permasalahan yang serius bagi
organisasi secara keseluruhan. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
kinerja dari karyawan Patra Jasa Semarang Convention Hotel diantaranya adalah
faktor komunikasi dan lingkungan kerja.
Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Februari 2016 di Patra
Jasa Semarang Convention Hotel dengan melakukan wawancara terhadap 10
orang karyawan divisi F & B untuk menilai komunikasi yang terjalin selama ini
menunjukkan bahwa 6 orang (60,0%) menyatakan komunikasi yang berjalan
selama ini kategori baik dimana menurut karyawan ada keterbukaan manajemen
perusahaan terhadap para karyawan dan sikap saling menghormati atau saling
menghargai satu sama lain, yaitu antara pimpinan dan bawahan. Namun 4 orang
(40,0%) menyatakan kurang baik dimana masih kurangnya kesadaran dan
pengakuan dari beberapa karyawan akan arti pentingnya suatu komunikasi timbal
balik dengan rekan kerja dan kurangnya media komunikasi yang baik dalam
perusahaan. Hasil wawancara terhadap 10 orang karyawan divisi F & B untuk
menilai lingkungan kerja menunjukkan bahwa 7 orang (70,0%) menyatakan
lingkungan kerja mereka kategori baik dimana menurut karyawan adanya
pemeriksaan kepada setiap tamu yang dating dan tersedianya tempat parkir
kendaraan sehingga karyawan bisa tenang dalam bekerja. Diperoleh pula 3 orang
(30,0%) menyatakan lingkungan kerja mereka kategori kurang baik dimana
menurut karyawan fasilitas kerja sudah ada yang kondisinya kurang memenuhi
standar sehingga kurang nyaman digunakan bekerja misalnya peralatan dapur.
Hotel merupakan salah satu bentuk perusahaan jasa yang mengedepankan
kualitas pelayanan bagi pelanggannya. Ketika kualitas yang ditawarkan baik,
maka pelanggan tidak akan segan untuk menggunakan hotel yang sama untuk
acara yang berbeda. Data yang didapatkan dari guest comment Patra Jasa
Semarang Convention Hotel menunjukan adanya peningkatan jumlah kritik
dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, dari 6 kritik menjadi 22 kritik. Hal tersebut
dapat menjadi indikator penurunan kinerja dari karyawan. Beberapa hal yang
diduga sebagai menjadi penyebab penurunan kinerja karyawan Patra Jasa

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 113


Semarang Convention Hotel, antara lain (1) Penilaian rata-rata dari pelanggan
mengenai penurunan lingkungan kerja seperti kebersihan ruang pertemuan,
kebersihan toilet, sound dan instrument yang terus menurun (2) Untuk aspek
makanan dan minuman penurunan penilaian secara terus-menerus hanya terlihat
pada indikator penampilan, sedangkan pada indikator taste dan refile, sempat
mengalami penurunan, (3) Petugas pelayanan, cara kerja petugas pelayanan yang
kurang cepat, tepat dan sigap karena komunikasi dengan rekan kerja yang lain
menurun Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan oleh peneliti,
diperlukan rumusan masalah untuk mengefektifkan penelitian yang akan
dilakukan sehingga pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimanakah
pengaruh komunikasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan food and
baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel? Variabel manakah yang
paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa
Semarang Convention Hotel.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan food and baverages
Patra Jasa Semarang Convention Hotel yaitu sebanyak 54 karyawan. Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan food and baverages Patra Jasa
Semarang Convention Hotel yaitu sebanyak 54 karyawan. Peneliti dalam
penelitian ini mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian.

HASIL PENELITIAN

Analisa regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mencari
pengaruh variabel komunikasi (X1) lingkungan kerja (X2) terhadap kinerja (Y).
Untuk menginterpretasikan koefisien variabel bebas (independen) dapat
menggunakan unstandardized coefficients karena data yang digunakan adalah
berskala rasio murni, dan memiliki nilai nol mutlak. Berdasarkan tabel 1 tersebut
maka persamaan regresi yang mencerminkan pengaruh antara variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = -0,967 + 1,052X1 + 0,164X2 + e
Keterangan :
Y = Kinerja
X1 = Komunikasi
X2 = Lingkungan kerja
Persamaan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Nilai koefisien regresi untuk variabel komunikasi (X1) adalah sebesar 1,052.
Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif dari variabel komunikasi terhadap
kinerja. Artinya komunikasi semakin baik maka kinerja akan semakin
meningkat.
2. Nilai koefisien regresi untuk variabel lingkungan kerja (X2) adalah sebesar
0,164. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif dari variabel lingkungan
kerja terhadap kinerja. Artiya jika lingkungan kerja semakin baik maka
kinerja akan semakin meningkat.

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 114


3. Jika variabel komunikasi (X1) dan lingkungan kerja (X2) bernilai nol maka
kinerja (Y) akan bernilai -0,967 (negatif). Hal tersebut berarti jika komunikasi
dan lingkungan kerja tidak ditingkatkan maka kinerja karyawan akan
menurun.
1. Uji Model
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mencari kontribusi variabel
komunikasi (X1), dan lingkungan kerja (X2) terhadap kinerja (Y). Berikut ini
adalah nilai koefisien korelasi (R) dan nilai koefisien determinasi (Adj.R2) yang
dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan program SPSS Versi 20.0.
Tabel 2 menunjukkan besarnya nilai determinasi (Adj.R2) hasil hitung
adalah sebesar 0,848. Nilai tersebut menunjukkan bahwa komunikasi (X 1), dan
lingkungan kerja (X2) dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel kinerja
(Y) sebesar 84,8%, di mana sisanya yaitu sebesar 15,2% dijelaskan oleh faktor
lain di luar penelitian ini seperti kepemimpinan, hubungan kerja lingkungan kerja
dan sebagainya.
b. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh komunikasi (X 1) dan
lingkungan kerja (X3) secara bersama-sama terhadap Kinerja (Y). Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai F hitung (148,993) > F tabel (3,18) dan sign (0,000) < sign
α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh antara
variabel komunikasi (X1), dan lingkungan kerja (X2) terhadap kinerja (Y) secara
bersama-sama.

Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Food And Baverages di


Patra Jasa Semarang Convention Hotel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh komunikasi terhadap
kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi untuk variabel komunikasi (X 1)
adalah sebesar 1,052 dan nilai t hitung (16,752) < dari pada t tabel (1,674) dengan sign
0,000, artinya komunikasi semakin baik maka kinerja akan semakin meningkat.
Hal itu juga berarti hipotesis 1 dapat diterima yaitu ada pengaruh komunikasi
terhadap kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang
Convention Hotel.
Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media (Effendy,
2006). Pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah dipahami,
tetapi dalam pelaRanaannya sangat sulit dipahami, terlebih lagi bila yang terlibat
komunikasi memiliki referensi yang berbeda (Wahyudi, 2006). Pengertian
komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah penyampaian
informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol
kata, angka, grafik dan lain-lain (Berelson dan Starainer dalam Fisher, 2010).
Komunikasi menjadi faktor paling penting dalam bekerja. Dalam bekerja,
tentunya para pegawai akan selalu berkomunikasi satu sama lain, baik dengan
atasan, bawahan, maupun dengan rekan sejawat agar tidak terjadi

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 115


kesimpangsiuran informasi. Selain komunikasi, pegawai juga membutuhkan suatu
lingkungan kerja yang menyenangkan yang membuat para pegawai merasa lebih
betah bekerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan semangat kerjanya.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila pegawai dapat
melaRanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja
merupakan salah satu faktor dari fungsi manajemen sumber daya manusia,
tepatnya fungsi perencanaan. Fungsi perencanaan berhubungan langsung dengan
pegawai yang bekerja pada lingkungan organisasi. Dengan demikian lingkungan
kerja dalam suatu organisasi akan berpengaruh kepada semua kegiatan organisasi.
Dalam kajian ilmu komunikasi organisasi, fungsi komunikasi dalam organisasi
terdiri dari fungsi informatif, fungsi regulatif, fungsi persuasif, dan fungsi
integrative (Sandjaja, 2008).
Dalam fungsi informatif, organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Masudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaRanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaRanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya (Sandjaja, 2008).
Dalam fungsi regulatif, berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif yaitu, berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan
semua informasi yang disampaikan, juga memberi perintah atau intruRi supaya
perintah-perintahnya dilaRanakan sebagaimana semestinya dan juga berkaitan
dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang
boleh dan tidak boleh untuk dilaRanakan (Sandjaja, 2008).
Dalam fungsi persuasif, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya (Sandjaja, 2008).
Dalam fungsi integratif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan
saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaRanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut
yaitu, saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi dan saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. PelaRanaan aktivitas

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 116


ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
karyawan terhadap organisasi (Sandjaja, 2008).
Saat ini, masalah yang sering terlihat dalam dunia kerja yaitu saling
menjatuhkan sesama karyawan. Hal ini biasanya terjadi dikarenakan ingin berebut
kekuasaan atau bisa juga dikarenakan iri pada sesama karyawan dikarenakan
merasa perlakuan atasan yang tidak adil atau bisa dikatakan pilih kasih. Hal
seperti ini yang seharusnya dihindari dalam dunia kerja, karena apabila hal seperti
ini terus terjadi, akan membuat komunikasi dalam suatu organisasi hancur dan
menciptakan ketidaknyamanan dalam bekerja (Sandjaja, 2008). Menurut Lunandi
(2004), faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi diantaranya adalah
perbedaan usia.
Komunikasi dipengaruhi oleh usia, setiap orang tidak bisa berbicara
sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada
anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Dalam berkomunikasi, orang
tua tidak bisa menggiring cara berfikir anak kedalam cara berfikir orang tua,
karena anak belum mampu untuk melakukannya (Lunandi, 2004).

Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Food And


Baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh lingkungan kerja
terhadap kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang
Convention Hotel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi untuk
variabel lingkungan kerja (X2) adalah sebesar 0,164 dan nilai t hitung (3,525) < dari
pada t tabel (1,674) dengan sign 0,001, artiya jika lingkungan kerja semakin baik
maka kinerja akan semakin meningkat. Hal itu juga berarti hipotesis 2 dapat
diterima yaitu ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan food and
baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel.
Menurut Ahyari (2008), lingkungan kerja merupakan lingkungan di mana
para karyawan tersebut bekerja. Menurut Sedarmayanti (2007) menyebutkan
bahwa lingkungan kerja internal adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
di hadapi, lingkungan kerja sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya
serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok
Menurut Saydam (2008), lingkungan kerja internal merupakan keseluruhan
sarana dan perasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaranaan pekerjaan itu sendiri. Lingkungan
kerja internal adalah lingkungan yang di dalamnya terdapat perabot, tata ruang
dan kondisi fisik yang mempengaruhi aktivitas karyawan. Usaha untuk
meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya dengan memperhatikan lingkungan
kerja. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan (Nitisemito, 2012). Menurut Parlinda (2013) kondisi kerja adalah
keadaan dimana tempat kerja yang baik meliputi lingkungan fisik dan lingkungan
non fisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, aman, tentram dan lain
sebagainya. Apabila kondisi kerja baik maka hal tersebut dapat memacu
timbulnya rasa puas dalam diri karyawan yang pada akhirnya dapat memberikan

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 117


pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, begitu sebaliknya, apabila kondisi
kerja buruk maka karyawan tidak akan mempunyai kepuasan dalam bekerja.
Kondisi lingkungan kerja yang nyaman akan mempengaruhi pegawai
bekerja lebih giat dan konsentrasi menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai jadwal.
Keberhasilan peningkatan kinerja menuntut instansi mengetahui sasaran kinerja.
Jika sasaran kinerja ditumbuhkan dari dalam diri karyawan akan membentuk
suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka
pencapaian kinerja akan lebih mudah (Mangkunegara, 2009). Menurut Moekijat
(2012), instansi yang mempunyai lingkungan kerja yang baik dan nyaman akan
memberikan motivasi bagi karyawannya untuk meningkatkan kinerjanya. Faktor-
faktor lingkungan kerja yang diuraikan oleh Nitisemito (2012) yang dapat
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan
kemampuan karyawan, pertukaran udara.
Pertukaran udara yang cukup akan meningkatkan kesegaran fisik
para karyawan, karena apabila ventilasinya cukup maka kesehatan para karyawan
akan terjamin. Selain ventilasi, konstrusi gedung dapat berpengaruh pula pada
pertukaran udara. Misalnya gedung yang mempunyai plafond tinggi akan
menimbulkan pertukaran udara yang banyak dari pada gedung yang
mempunyai plafond rendah selain itu luas ruangan apabila dibandingkan
dengan jumlah karyawan yang bekerja akan mempengaruhi pula pertukan
udara yang ada (Nitisemito, 2012).

Pengaruh Komunikasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan


Food And Baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh komunikasi terhadap
kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung (148,993) > F tabel (3,18) dan sign
(0,000) < sign α (0,05). Hal itu juga berarti hipotesis 2 dapat diterima yaitu ada
pengaruh komunikasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan food and
baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel.
Menurut Prabu (2008), kinerja menunjukkan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaRanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mathis dan JacRon
(2009) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan karyawan. Menurut Rivai (2008) menyatakan bahwa kinerja
merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Komunikasi diperlukan untuk menjalin hubungan saling menghargai,
hormat-menghormati sesamanya, dalam rangka satu tujuan untuk mensuReskan
pekerjaan dengan baik (sesuai harapan bagi kemajuan organisasi). Kegagalan
dalam organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi
yang dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Komunikasi yang efektif antara
pimpinan dan anggota menjadi faktor penting dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi. Masalah-masalah yang terdapat yaitu karena kurangnya

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 118


interaRi/komunikasi karyawan dan pimpinan.Kerja sama kelompok sangat
diperlukan guna meningkatkan efiseinsi kerja baik itu di dalam perusahaan,
swasta maupun pemerintahan. Jika perusahaan tidak memiliki kerja sama yang
kuat antara divisi satu dengan divisi lainnya,maka hasil dari kerjanya tidak akan
memuaskan dan tidak efisien (tepat waktu).
Dalam perusahaan terdiri dari berbagai macam individu yang dituntut untuk
bekerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kerjasama kelompok adalah
mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan
masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki. Adapun masalah-
masalah yang terjadi dalam kerjasama kelompok yang mempengaruhi efisiensi
kerja dan lingkungan kerja, yaitu kurangnya interaRi di dalamkelompok,
perbedaan pendapat, kekurang kompakan antar anggota kelompok dapat
disebabkan oleh berbagai hal.
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak
kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian. Tanpa adanya
komunikasi, maka sebuah lembaga akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam
pengelolaannya dan akan sulit bergerak dalam mencapai tujuan organisasi. Semua
organisasi tidak bisa dipungkiri selalu melakukan komunikasi dengan berbagai
pihak untuk mencapai tujuannya (Wursanto, 2006). Hambatan komunikasi
disinyalir terjadinya kesalahpahaman dalam menyampaikan pesan dan pesan yang
ada tidak disebarkan kepada karyawan lainnya. Ketidaklancaran suatu komunikasi
dalam menyampaikan informasi dapat menjadi hambatan komunikasi dalam
organisasi dan hal ini dapat mempengaruhi hasil kerja para anggota organisasi.
Kinerja karyawan menjadi tidak optimal dikarenakan adanya komunikasi yang
terhambat (Rudy, 2006).
Lingkungan kerja mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap kinerja
karyawan, motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh karyawan harus
ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan dari lingkungan kerja, karena motif
berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu
kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian
kinerja akan lebih mudah (Mangkunegara, 2008).
Menurut Nitisemito (2010), perusahaan hendaknya harus dapat
mencerminkan kondisi lingkungan kerja yang dapat mendukung kinerja karyawan
dan kerja sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status
jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah
suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.

Variabel Komunikasi Paling Berpengaruh Terhadap Kinerja Karyawan


Food And Baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh variabel yang paling berpengaruh
adalah variabel komunikasi dibandingkan variabel lingkungan kerja. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi untuk variabel komunikasi lebih besar
dari pada nilai koefisien regresi variabel lingkungan kerja (1,052 > 0,164).
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk produktivitas. Komunikasi yang
terbuka dan efektif tidak selalu didapatkan dengan baik. Diwan (2010)
menegaskan bahwa, "masalah efektivitas komunikasi sayangnya lebih besar dari

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 119


sekedar pengakuan skala dan penting."Koontz (2011) merangkum hambatan
komunikasi dengan mengatakan bahwa "masalah komunikasi merupakan gejala
yang mengakar”. Demikian pula, struktur organisasi yang dirancang buruk
mungkin tidak jelas mengkomunikasikan hubungan organisasi. Pentingnya
komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu
organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan meningkatkan kinerja
organisasi. Kurang baiknya kinerja sebuah divisi akan berpengaruh negatif pada
divisi lain serta terhadap perusahaan itu sendiri. Sebaliknya, apabila tidak ada
komunikasi, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya akan mengganggu
proses pencapaian tujuan perusahaan (Suranto, 2006).
Hubungan antara komunikasi dengan kinerja karyawan secara sederhana
dapat dideskripsikan bahwa efektivitas komunikasi akan meningkatkan kinerja
organisasi. Karena semua pekerjaan dalam organisasi pada kenyataannya saling
berhubungan. Kurang baiknya kinerja sebuah divisi akan berpengaruh negative
pada divisi lain, serta terhadap organisasi itu sendiri (Suranto, 2006).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Variabel komunikasi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel.
Artinya jika komunikasi semakin baik maka kinerja karyawan food and
baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel akan semakin meningkat.
2. Variabel lingkungan kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa Semarang Convention
Hotel. Artinya jika lingkungan kerja semakin baik maka kinerja karyawan food
and baverages di Patra Jasa Semarang Convention Hotel akan semakin
meningkat.
3. Variabel komunikasi dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan food and baverages di Patra
Jasa Semarang Convention Hotel. Artinya jika komunikasi dan lingkungan
kerja semakin baik maka kinerja karyawan food and baverages di Patra Jasa
Semarang Convention Hotel akan semakin meningkat.
4. Variabel komunikasi memiliki pengaruh paling kuat terhadap kinerja karyawan
dibandingkan dengan lingkungan kerja.

Saran
1. Sebaiknya pihak Patra Jasa Semarang Convention Hotel meningkatkan
komunikasi antar karyawan diantaranya dengan memberikan lembar order
kerja pada waktu yang tidak mendesak sehingga karyawan dapat
mempersiapkan pekerjaan yang akan dilakukan
2. Sebaiknya pihak Patra Jasa Semarang Convention Hotel meningkatkan
lingkungan kerja diantaranya memberikan peralatan kerja yang lengkap sesuai
dengan pekerjaan yang dikerjakan, menempatkan peralatan kerja yang
berdekatan dengan lokasi kerja yang akan dikerjakan serta memperhatikan
kualitas perlatan yang digunakan untuk bekerja sehingga dapat dihasilkan
pekerjaan yang optimal.

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 120


DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, 2008. Manajemen Produksi dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta.


BPFE.
Anshori, 2005. Analisis Keunggulan Bersaing Melalui Penerapan Knowledge
Management dan Knowledge-Based Strategy di Surabaya Plaza Hotel.
Jurnal Manajemen Perhotelan Vol.1 No.2, hlm. 39-53
Cangara, 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Davis dan Newstrom, 2012. Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ketujuh, Penerbit.
Erlangga, Jakarta.
Effendy, 2008. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang :
Badan. Penerbit Universitas Diponegoro
Gouzali, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia: suatu Pendekatan Mikro.
Jakarta: Djambatan
Lunandi, 2004. Komunikasi Mengena : Meningkatkan Afektivitas Komunikasi
Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Mahennoko, 2011. Pengaruh motivasi kerja dan komitmen organisasi terhadap
kinerja pegawai bidang keuangan pada pemerintah daerah kabupaten
Demak. Universitas Diponegoro. Tidak Diterbitkan.
http://eprints.undip.ac.id/29311/(Diakses pada tanggal 25 Februari 2016
pukul 20.18 wib).
Mangkunegara, 2009. Evaluasi Kinerja. Bandung : Refika Aditama.
Martanti 2006. Analisis Strategi Differensiasi, Promosi, dan Kualitas Layanan
dalam meningkatkan Minat Beli.” Skripsi Tidak Dipublikasikan
Moekijat, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Pionir Jaya.
Musanef, 2011. Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta : PT. Gunung
Agung.
Nitisemito, 2012. Manajemen Personalia. Edisi Revisi, Penerbit Ghalia.
Indonesia.
Parlinda, 2013. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan
Kerja terhadap Kinerja karyawan pada Daerah Air Minum Surakarta.
Jurnal Data Saing. Vol 4, No.2. Hal 135-143.
Rivai, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 121


Robbins, 2012. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT Indeks
Kelompok Gramedia.
Sandjaja, 2008. Teori Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, PT
Remaja Rosdakarya
Sarwono, 2005. Psikologi Lingkungan, Penerbit PT. Gramedia Grasindo, Jakarta.
Schramm, 2006 . Asas-asas Komunikasi Antar Manusia,. LP3ES, Jakarta 
Sedarmayanti, 2007. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Mandar Maju.
Siagian, 2006. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Jakarta :
Penerbit CV. Haji Masagung
Suranto, 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tambunan, 2005. Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational Noise). Yogyakarta
: Andi
Tika, 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Yogyakarta : PT. Bumi Aksara
Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Jurnal Gema Wisata Vol 13 No 2 2017 122

Anda mungkin juga menyukai