(Sumber Panduan diagnosis dan tatalaksana stroke, Recommended course IDI Docquity, 2017)
Pendahuluan
Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
berupa defisit neurologi fokal atau global, yang dapat memperberat dan berlangsung selama 24
jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa ada penyebab lain yang jelas selain
vascular. Saat ini stroke telah menjadi penyebab kematian tertinggi kedua dan penyebab
disabilitas tertinggi ketiga di dunia. Setiap tahunnya, 15 juta orang terkena stroke. Dari jumlah
tersebut 5 juta mengalami kematian dan 5 juta mengalami disabilitas sepanjang hidupnya.
Sebagian besar kejadian stroke dan disabilitas akibat stroke terjadi di negara yang pendapatan
rendah dan menengah. Angka kejadian stroke di negara miskin dan berkembang memang
meningkat dua kali lipat dalam empat dekade terakhir. Hal ini tentu membuat beban dan biaya
kesehatan semakin meningkat di negara tersebut.
Di Indonesia, terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal kejadian, kematian, maupun
kecacatan akibat stroke. Berdasarkan data riskesdas, stroke merupakan penyebab kematian
tertinggi. Angka Kematian akibat stroke berdasarkan kelompok umur adalah 15.9% pada
kelompok umur 45-55 tahun. 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun, dan 23,5% pada
kelompok umur > 65 tahun dengan penderita laki laki lebih banyak dari perempuan. Kasus
termuda yang pernah ditemukan pada rentang usia 18-24 tahun.
Stroke yang terjadi pada usia produktif dan usia lanjut dapat berpotensi menjadi beban
bagi keluarga dan masyarakat serta masalah baru dalam pembangunan kesehatan nasional di
kemudian hari.
Melihat besarnya dampak yang diakibatkan oleh kejadian stroke, maka perlu adanya perubahan
pola hidup masyarakat dan tata laksana awal kasus stroke untuk menghindari terjadinya
komplikasi yang lebih berat.
Stroke merupakan kematian sel otak akibat kekurangan oksigen karena kurangnya aliran darah
menuju otak. Aliran darah tersebut dapat terhambat karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh arteri menuju otak
Stroke dapat dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dan stroke
perdarahan.
1. Stroke Iskemik
Terjadi akibat terganggunya sel neuron dan glia karena kekurangan darah akibat
sumbatan arteri yang menuju otak atau perfusi otak yang inadekuat. Sumbatan dapat
disebab oleh 2 kondisi yaitu:
a. Trombosis dengan gambaran defisit neurologis dapat memperberat dalam 24 jam
pertama atau lebih
b. Emboli dengan gambaran defisit neurologis yang sangat berat pertama kali muncul
dan biasanya serangan terjadi saat beraktifitas.
2. Stroke Perdarahan (hemoragik)
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan perdarahan
intrakranial.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis terhadap pasien stroke dilakukan untuk mengidentifikasi gejala klinis dan
menentukan faktor resiko
Gejala diatas tidak dapat membedakan stroke iskemik dengan stroke hemoragik. Beberapa
gejala tambahan pada stroke hemoragik adalah:
Kejang
Sakit kepala, muntah
Meningismus, disartria, vertigo, dan afasia
Perdarahan subarachnoid dapat menunjukkan gejala lain dibanding stroke iskemik maupun
perdarahan.
Sakit kepala mendadak dengan intensitas berat. Pasien biasanya mengeluh sakit kepala
2-8 minggu sebelum perdarahan terjadi
Tanda meningismus dengan kaku di leher
Fotofobia dan nyeri pada pergerakan mata
Mual dan muntah
Sinkop/pingsan
Bebeda dengan stroke hemoragik, SAH tidak menunjukkan gejala defisit neurologis karena
perdarahan terjadi di luar otak.
Pemeriksaan Fisik
Gangguan kesadaran
Tekanan darah tinggi (pada iskemik TD bisa lebih dari 220 mg pada sistolik)
Nadi ireguler
Paresis nervus kranialis
Hemiparese
Gangguan berjalan (ataxia)
Refleks fisiologis meningkat atau menurun
Suara jantung ireguler mengarah pada aritmia (fibrilasi)
Pemeriksaan Penunjang
Pencegahan
Tata Laksana
Penutup
Demikian tata laksana penyakit stroke dalam rangka prolanis kesehatan Puskesmas Unaaha,
semoga apa yang disampaikan ini bermanfaat untuk peserta pronalis untuk selalu menjaga
kesehatan dengan melaksanakan pencegahan sebelum masuk kedalam situasi yang lebih berat
karena pencegahan itu lebih baik daripada pengobatan.