Anda di halaman 1dari 2

KASUS Seorang perempuan berusia 66 tahun, pekerjaan petani, datang ke IGD RSUP dr.

Kariadi dengan keluhan utama tiba-tiba lemah anggota gerak kanan setelah selesai
sholat subuh. Pasien mengeluh terkadang setiap malam batuk. Pasien kemudian
dibawa ke RS Mardi Rahayu dilakukan MSCT Kepala polos dan dikatakan stroke.
Pasien lalu dirujuk ke RSDK karena bradikardi dan untuk dilakukan tindakan
pemasangan alat bantu pada jantungnya. Pada pemeriksaan fisik, anggota gerak
tangan kanan masih dapat melawan tahanan ringan, kaki kanan hanya mampu
bergeser tidak dapat melawan gravitasi hanya bisa bergeser.
MANIFESTASI Pada anamnesis pasien stroke akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah
KLINIS STROKE badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik,
yang biasanya timbul sangat mendadak.
Perlu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang menyertai stroke misalnya penyakit
kencing manis, darah tinggi dan penyakit jantung, serta obat-obat yang sedang
dipakai. Pada pemeriksaan fisik, perlu diketahui fungsi vital, tingkat ksesadaran, pola
pernafasan, dan berat kerusakan neurologis yang terjadi.
Kasus 
 Hemiparese dextra spastik
 Parese N. XII dekstra sentral
 Hipertensi grade I
PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien stroke antara lain
PENUNJANG pemeriksaan laboratorium lengkap, pemeriksaan hemostasis, EKG, foto rontgen
STROKE
thoraks, dan baku emasnya adalah CT scan kepala non kontras.
Kasus 
 Hasil MSCT kepala polos atrofi cerebri senile dan infark dikedua hemisfer
cerebellum, mid brain kiri, nucleus lentiformis kanan kiri, capsula eksterna
kanan, corona radiata kanan kiri
 Rontgen thoraks ditemukan cardiomegaly (LV), elongatio aorta, dan Pulmo
tak tampak kelainan
 Laboratorium menunjukkan dislipidemia
 EKG memperlihatkan gambaran total AV blok.
TATALAKSANA Tatalaksana stroke memiliki dua prinsip dasar, yaitu pengobatan medik untuk
STROKE memulihkan sirkulasi otak di daerah yang terkena stroke dan untuk tujuan khusus ini
digunakan obat – obat yang dapat menghancurkan emboli atau trombus pada
pembuluh darah.
Kasus 
 Pasien ini dilakukan head up 30o
 O2 via nasal canul 3-5 lpm
 vit B1B6B12 1 tab / 8 jam PO
 clopidogrel 75 mg/24 jam PO
 atorvastatin 20mg/24 jam PO  untuk mengatasi dislipidemia
MANIFESTASI Pasien total AV blok biasanya memiliki manifestasi klinis yang beragam. Pasien total
KLINIS TOTAL AV AV blok bisa datang dengan asimptomatis atau dengan tanda dan gejala yang
BLOK
minimal yang berkaitan dengan hipoperfusi. Gejala yang bisa timbul di antaranya
adalah kelelahan, pusing, tidak bisa beraktivitas, dan nyeri dada. Tekanan vena
jugularis juga dapat meningkat. Pasien dengan tanda hipoperfusi dapat menunjukkan
gejala penurunan status mental, hipotensi, dan letargi.
Kasus 
 Pasien mengalami bradikardi
PEMERIKSAAN EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya. Pada foto rontgen
PENUNJANG ditemukan bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel dan katup.
TOTAL AV BLOK
TATALAKSANA Tatalaksana AV blok derajat III (total AV blok) adalah atropin (0,5 sampai 1 mg)
TOTAL AV BLOK yang diberikan dengan bolus IV. Bila tidak ada kenaikan denyut nadi dalam respon
terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W
dengan tetesan kecil untuk meningkatkan kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang
menunjukkan blok jantung derajat tiga memerlukan pemasangan alat pacu jantung
(permanen/sementara) untuk menjamin curah jantung yang mencukupi.
Kasus 
 Pasien ini dipasang permanent pacemaker (PPM)
 Echocardiografi post pemasangan : LVH konsentrik, Global normokinetik,
Fungsi sistolik LV normal, LVEF 71% (teichz), Fungsi sistolik RV baik, Mild
MR, Mild TR.
PEMERIKSAAN Skor untuk menentukan risiko perdarahan mayor dalam 1 tahun pada pasien dengan
PASIEN STROKE fibrilasi atrium yang diberi antikoagulan adalah skor HAS-BLED. Perdarahan mayor
DAN ATRIAL
didefinisikan sebagai perdarahan intrakranial, rawat inap, penurunan HB > 2 g/dl,
FIBRILASI
dan/atau transfusi. Skor ≥ 3 mengindikasikan risiko tinggi sehingga pasien
memerlukan pengawasan rutin.
Kasus 
Skor HAS-BLED adalah 3 (riwayat stroke, berusia lebih dari 65 tahun, dan
penggunaan obat yang memiliki predisposisi perdarahan)  perlu pengawasan rutin
TATALAKSANA Pasien dengan fibrilasi atrium biasanya diberikan obat antikoagulasi oral untuk
ATRIAL FIBRILASI mengurangi risiko terjadinya stroke. Keputusan pemberian trombofilaksis
berdasarkan risiko stroke dinilai dengan skor CHA 2DS2-VASc yang terdiri dari :
gagal jantung kongestif, hipertensi, usia lebih dari 75 tahun, diabetes mellitus, riwayat
stroke atau transient ischemic attack sebelumnya, penyakit vaskular, usia 65-74 tahun,
jenis kelamin wanita.
Kasus 
Skor CHA2DS2-VASc = 6 (berusia 65-74 tahun, jenis kelamin perempuan, riwayat
hipertensi, riwayat stroke, dan riwayat penyakit jantung)  perlu diberi antiplatelet
(clopidogrel 75mg/24 jam per oral).

Anda mungkin juga menyukai