Pada kasus ini pasien laki-laki atas nama Tn.IEW usia 59 yahun datang dengan keluhan
utama nyeri dada kiri. Nyeri dada terasa seperti terbakar dan dirasakan menjalar ke bahu dan
lengan kiri ±2 hari SMRS. Nyeri dirasakan lebih dari 30 menit dan disertai muntah sebanyak 2
kali dan juga keringat dingin, namun pasien mengaku tidak ke RS dan nyeri dada hilang setelah
istirahat. Riwayat penyakit dahulu pasien memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit serupa
dikeluarga tidak diketahui, pasien memiliki kebiasaan merokok. Dari pemeriksaan fisik pasien
tampak pasien tampak sakit sedang, compos mentis, tekanan darah 150/89 mmHg. Nadi 100
kali/menit, respirasi 22 kali/manit, suhu tubuh 36,5ᵒC, berdasarkan pemeriksaan generalisata
dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis pasien ini mengarah pada diagnosis SKA.
Hipertensi Heart Disease merupakan respon organ target dari hipertensi arterial sistemik.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai HVK dan
tanda-tanda gagal jantung. Pasien memiliki riwayat hipertensi, dan foto thoraks didapatkan
kardiomegali apeks yang dicurigai sebagai Hypertensive Heart Disease.
Didapatkan: sinus ritme, laju QRS:50x/menit, regular, PR interval: normal dan interval sama,
Aksis: LAD, morfologi gelombang P normal, kompleks QRS: normal, segmen ST elevasi pada lead V1-
V4, gelombang T normal. Berdasarkan pemeriksaan biomarka jantung yang dilakukan dalam kasus ini
yaitu CK-MB nilainya 84U/L lebih tinggi dari nilai normal yaitu <24U/L. Berdasarkan Foto thoraks
didapatkan kardiomegali apeks lateral.
Terapi yang diberikan sesuai dengan teori, dimana terapi awal diberikan sesuai anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang menunjukkan SKA diberikan MONA. Terapi medis terhadap pasien dengan SKA
STEMI selanjutnya yaitu diberika anti-iskmek, antiplatelet, dan antitrombotik. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien dapat didiagnosa sebagai SKA STEMI. Sebagai
terapi awal telah diberikan 02 nasal 2 lpm, pemasangan vemplon. Selanjutnya diberikan terapi Briclot
180mg (2 tab) loading dose, dilanjutkan 2x90 mg, Aspilet 2x80mg, maintenance 1x80 mg (PO), ISDN
2x5 mg, Diviti 1x2,5 cc (SC), Ramipril 1x5 mg, Atorvastatin 1x40 mg, Furosemid 2 ampul, Alprazolam
1x0,5 mg, Laxadine Syr 1xCI dan selanjutya di rawat RPDP.
Iskemic Heart Disease (IHD) merupakan bentuk kerusakan organ target yang berhubungan
dengan hipertensi. Pada pasien dengan hipertensi dan angina pectoris stabil, drug of choice awal adalah
BB, sebagai alternative yaitu long acting CCB. Pasien dengan sindrom koroner akut (unstable angina atau
infark myocardial), hipertensi di terapi awal dengan BB dan ACEI, dan sebagai tambahan obat lain
dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah. Left Ventricular Hypertrophy (LVH) merupakan faktor
resiko indeonden yang meningkatkan resiko susekuen CVD. Regresi LVH terjadi dengan terapi tekanan
darah yang agresif, termasuk penurunan berat badan, pembatasan sodium, terapi dengan semua kelas agen
antihipertensi kecuali direct vasodilator hydralazine, dan minoxidil.
KESIMPULAN
STEMI adalah suatu keadaan gawat darurat jantung yang terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada
sebelumnya. STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lesi vaskuler, di mana lesi ini dicetuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid. Diagnosis STEMI ditegakkan
berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST ≥1 mm,
minimal pada 2 sandapan yang berdampingan. Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T
yang meningkat, memperkuat diagnosis, namun keputusan memberikan terapi revaskularisasi
tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan enzim.
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi
dan dilatasi vetrikel, serta mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump
failure atau takiaritmia ventrikular yang maligna.2 Sasaran terapi reperfusi adalah door to needle
time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door to balloon time
untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit. ACC/AHA dan ESC merekomendasikan dalam tata
laksana semua pasien dengan STEMI diberikan terapi dengan menggunakan anti-platelet
(aspirin, clopidogrel, thienopyridin), anti-koagulan seperti Unfractionated Heparin (UFH) / Low
Molecular Weight Heparin (LMWH), nitrat, penyekat beta, ACE-inhibitor, dan Angiotensin
Receptor Blocker.
3.2 Hipertensi Heart Disease
3.2.1 Definisi
Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi
primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan
penyebabnya (hipertensi sekunder). Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi
jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat menyebabkan strok, gagal
Hipertensive Heart Disease merupakan respon organ target dari hipertensi arterial
sistemik. Meski demikian, hal ini lebih dari left ventricular hyperthrophy (LVH) atau gagal
jantung. Hal ini juga termasuk penyakit jantung iskemik, aortic root disease, left atrial
disease pada pasien dengan hipertensi arterial. Adaptasi structural dan fungsional mengarah pada
peningkatan massa left ventricular (LV), disfungsi diastolic, congestive heart failure (CHF),
aritmia dan abnormalitas perfusi myocardial akibat disfungsi endotel mikrovaskular. Left
ventricular hypertrophy (LVH), yang ditunjukkan melaui echocardiography, terjadi pada 15-20%
pasien hipertensi.3
3.2.2 Patofisiologi
darah tinggi ditambah dengan faktor neurohormonal yang ditandai oleh penebalan konsentrik
otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolic akan mulai terganggu akibat dari gangguan
relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik).
Rangsangan simpatis dan aktivasi system RAA memacu mekanisme Frank-Starling melalui
peningkatan volume diastolic ventrikel sampai tahap tertentu dan pada akhirnya terjadi gangguan
pectoris,infark jantung, dll) dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis
dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan
gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi.
3.2.3 Diagnosis
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan.
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar debar, rasa melayang (dizzy)
dan impoten
2. Penyakit jantung/hipertensi vascular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada
(iskemia miokard atau diseksi aorta),bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
otot pada aldosteron primer, peningkatan BB dengan emosi yang labil pada sindrom
cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan episode keluhan episode sakit kepala,
Sebagian besar pasien dengan LVH asimptomatik. Tetapi dyspnea, angina, gagal jantung,
dibanding bawah yang sering ditemukan pada koartasio aorta. Pengukuran tekanan darah di
tangan kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Palpasi dan auskultasi arteri karotis untuk menilai
stenosis atau oklusi. Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk
menilai HVK dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang prominen.3
Gejala fisik yang dapat ditemukan pada LVH termasuk abnormal apical impulse dan S4
gallop. Normalnya pada posisi supine: apical impulse berada diantara midclavicular line di ICS
ke empat atau kelima, amplitude kecil dan durasi cepat, area palpasi kurang dari 2,5 cm. apical
impuls yang meluas, membesar (> 3 cm diameter) yang terletak diluar midclavicular line,
dikarakterisasi sebagai isolated LVH. Gallop S4, paling baik terdengar dengan bell dari
stethoscope pada posisi left lateral decubitus, umum pada hipertensi kronik.
ureum/kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, elektrokardiografi menunjukkan HVK pada
sekitar 20-50% (kurang sensitive) tetapi masih menjadi metode standar. Apabila keuangan tidak
menjadi kendala, maka diperlukan pula pemeriksaan TSH, leukosit, trigliserida, HDL, dan
koleterol LDL, kalsium dan fosfor, foto thoraks, ekokardiografi dilakukan karena dapat
menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik (spesifisitas sekitar 95-100%). Ekokardigrafi –
Doppler dipakai untuk menilai fungsi diastolic (gangguan fungsi relaksasi ventrikel kiri, pseudo-
ukuran left atrial, fungsi LV, dan gerak dinding yang abnormal. EKG memberikan informasi
unik mengenai gangguan ritme, hiperkalemia, PR interval, dan QT interval yang menyarakan
diagnosis atau perubahan terapi.EKG sering digunakan sebagai peralatan screening awal untuk
mengetahui kerusakan organ target pada pasien dengan hipertensi. Dapat digunakan untuk
mengetahui adanya left atrial enlargement, LVH, MI, iskemia myocardial, ventricular premature
beats. Dan AF. Leftatrial enlargement, salah satu penemuan pada EKG awal pada penyakit
jantung hipertensi dikatan ada jika terminal portion dari gelombang P memiliki durasi 0,04 detik
dan kedalaman 1 mm atau lebih atau produknya adalah ≥-0,04 mm x sec. EKG LVH dengan
“strain pattern” merupakan faktor resiko kematian klasik Framingham cardiovascular. Voltase
QRS meningkat seiring dengan penebalan dinding(tekanan overload) dan dilatasi ruang ventrikel
kiri (volume overload). Pola “strain” dikarakterisasi dari depresi segmen ST ≥1 mm di lateral
lead I,aVL, dan V4 hingga V6. Arah gelombang T dibalik arah QRS kompleks.8
3.2.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003,
ESH/ESC 2003).3 Berdasarkan JNC VII, tujuan utama terapi antihipertensi adalah menurunkan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan renal. Adopsi gaya hidupsehat oleh seseorang
sangat penting untuk mencegah tingginya tekanan darah dan tidak dapat dipisahkan dalam
tatalaksana hipertensi. Modifikasi gaya hidup menunjukkan penurunan tekanan darah termasuk
berat badan pada sesorang yang obese atau kelebihan berat badan, rencana makan di adopsi dari
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yaitu kaya akan potassium dan calcium,
untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas berbeda
harus diawali ketika penggunaan satu obat dengan doses adekuat gagal mencapai tekanan darah
tujuan. Setelah obat antihipertensi diberikan, kebanyakan pasien harus kembali untuk melakukan
follow up dan penyesuaian terapi selama beberapa bulan hingga tekanan darah yang diinginkan
tercapai. Serum potassium dan kreatini harus di pantau setidaknya 1-2 kali /tahun. Setelah
tekanan darah tercapai dan stabil, follow up dapat dilakukan dalam interval 3-6 bulan.
Iskemic Heart Disease (IHD) merupakan bentuk kerusakan organ target yang
berhubungan dengan hipertensi. Pada pasien dengan hipertensi dan angina pectoris stabil, drug of
choice awal adalah BB, sebagai alternative yaitu long acting CCB. Pasien dengan sindrom
koroner akut (unstable angina atau infark myocardial), hipertensi di terapi awal dengan BB dan
ACEI, dan sebagai tambahan obat lain dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah. Left
Ventricular Hypertrophy (LVH) merupakan faktor resiko indeonden yang meningkatkan resiko
susekuen CVD. Regresi LVH terjadi dengan terapi tekanan darah yang agresif, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan sodium, terapi dengan semua kelas agen antihipertensi
3. Panggabean, M.M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit Jantung Hipertensi.
Ed 5. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
8. Vidt, D.G. Prisant, M. 2008. Hipertensive Heart Disease. The journal of clinical
hypertension. Vol 7.
9. Chobanian A.V. Bakris, G.L. Black, H.R. et al. 2003. The Seventh report of the joint
national comitte on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood
preasure;the JNC 7 report. JAMA.