Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 2 NOMOR 3, AGUSTUS 2015

TINJAUAN PUSTAKA

Management PDPH (Post Dural Puncture Headache)


as a Neurologic Complication After Regional Anaesthesia

Arief Hariyadi S, *I Gusti Ngurah, *Sudadi


Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM Yogyakarta
* Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
PDPH (Post Dural Puncture Headache) merupakan efek samping yang paling umum terjadi pada anestesi
regional terutama spinal anestesi. Patofisiologi PDPH. Pertama, penurunan tekanan cairan serebrospinal
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah yang sensitif terhadap nyeri. Kedua, vasodilatasi struktur
vaskuler menyebabkan nyeri PDPH mirip migrain
Dari beberapa penelitian, sebagian besar PDPH dapat sembuh spontan, namun ada juga yang harus
mendapatkan terapi yang serius. Terapi PDPH bermacam-macam mulai dari konservatif sampai dengan
yang invasive. Dari sekian banyak terapi invasif yang telah digunakan, blood patch epidural menunjukkan
angka keberhasilan yang tinggi dengan insidensi komplikasi minimal.

Kata kunci: PDPH, Vasodilatasi, Cairan Serebrospinal, Bloodpatch

ABSTRACT
PDPH (Post Dural Puncture Headache) is the most common side effects occurred in regional anesthesia,
especially spinal anesthesia. Pathophysiology of PDPH. First, the decline in cerebrospinal fluid pressure
resulting in suppression of blood vessels that are sensitive to pain. Secondly, vasodilation vascular structures
causing pain similar to a migraine PDPH
From several studies, most of PDPH may resolve spontaneously, but there is also a need to get serious
therapy. PDPH therapy assortment ranging from conservative to invasive. Of the many invasive therapy that
has been used, epidural blood patch shows a high success rate with minimal incidence of complications.

Keyword: PDPH, Vasodilatation, Liquorcerebrospinal, Blood patch

I. PENDAHULUAN PDPH merupakan efek samping yang paling


Spinal anestesi berkembang pada akhir 1800- umum terjadi pada anestesi regional2,3. Dengan
an berkat jasa dari Wynter, Quincke dan Corning. angka kejadian mencapai 25% pada beberapa
PDPH (Post Dural Puncture Headache) mulai penelitian yang telah dilakukan 4. Resiko PDPH
dideskripsikan sejak Agustus 1898. Karl August pada spinal anestesi lebih kecil dibandingkan
Bier, ahli Bedah Jerman, menyuntikkan kokain 10- dengan epidural anestesi, tetapi hal ini terjadi pada
15 mg ke ruang subarachnoid pada tujuh pasien, 50% pasien muda yang mengalami penusukan
dia sendiri dan asistennya. Bier, beserta asisten dan meningeal secara kebetulan dengan menggunakan
keempat pasiennya merasakan gejala nyeri kepala jarum epidural yang berdiameter besar4.
setelah penyuntikan. Bier menduga nyeri kepala Walaupun perkembangan jarum spinal
tersebut akibat bocornya cairan serebrospinal 1. ditengarai menurunkan frekuensi PDPH, tidak
ada pengobatan yang berarti selama 4 dekade

63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

terakhir. Patofisiologi PDPH masih kontroversi dan tidak dilakukan pemeriksaan khusus pada pasien
hanya berdasarkan observasi terhadap kelainan tersebut. Tarikan pada nerves abducens dapat
fisiologis3. menyebabkan gangguan penglihatan, diplopia
Dengan perkembangan ukuran jarum yang yang merupakan gejala yang umumnya muncul 3.
lebih kecil dan disain ujung jarum, komplikasi yang
membahayakan menjadi jarang. Tetapi meskipun B. Insidensi
hal ini merupakan perkembangan yang positif, Insidensi PDPH dilaporkan sebesar 66%
kita tidak boleh menjanjikan kepada pasien kita pada tahun 1898. Tingginya insidensi tersebut
bahwa mereka tidak akan mengalami komplikasi diduga berhubugan dengan penggunaan jarum
jika metode spinal anestesi menjadi pilihan buat ukuran besar pada saat itu1. Pada tahun 1956
mereka2,3. insidensi dilaporkan turun menjadi 11% dengan
digunakannya jarum ukuran no.22 dan no.24. Saat
II. DEFINISI DAN INSIDENSI PDPH ini dengan digunakannya jarum type pensil point
A. Definisi seperti (Whitacre dan Sprotte) insidensi PDPH
PDPH adalah nyeri kepala yang khas, yang sangat rendah1.
pada umumnya mengenai daerah bifrontal dan Frekuensi PDPH dengan menggunakan jarun
occipital yang semakin memburuk pada posisi 27G Whittacre tercatat 0,5% dari keseluruhan kasus
tegak dan ketegangan. Mual dan muntah juga yang terjadi setelah 24 jam5. Dan tercatat juga
merupakan gejala yang umum. Nyeri kepala kejadian PDPH 20 menit setelah dilakukan spinal
mungkin terjadi pertama kali beberapa jam atau anestesi5. Insidensi PDPH bervariasi berhubungan
hari setelah penyuntikan dura. Nyeri kepala dengan ukuran, tipe jarum spinal yang digunakan,
akan berkurang dengan posisi berbaring. Nyeri keterampilan, umur dan jenis kelamin 1.
kepala berbeda dengan nyeri kepala yang lain, Penusukan jarum spinal dengan arah bevel
nyeri kepala dibedakan jika pasien sebelumnya paralel atau sejajar dengan aksis meningen juga
menderita nyeri kepala, maka nyeri kepala pada menunjukkan penurunan insideni PDPH 1.
PDPH harus dibedakan dari tension/migrain Beberapa peneliti juga menyarankan bahwa
headache, meningitis aseptik atau meningitis penusukan paralel dengan penyebaran serabut dura
infektif, trombosis vena kortikal, atau hematom sebaliknya penusukan dengan arah bevel tegak
serebral atau epidural1,3. lurus memotong serabut dura akan menghasilkan
Nyeri kepala dipercaya sebagai akibat lobang meningeal yang besar. Tetapi serabut
hilangnya cairan serebro spinal3,4. Melalui lubang kolagen duramater tersusun secara acak, oleh
bekas tusukan jarum meningeal, menghasilkan karena itu serabut yang terpotong secara paralel
penurunan penyokong otak, dimana pada posisi sama banyaknya dibandingkan dengan serabut
tegak otak menjadi longgar didalam rongga yang terpotong secara tegak lurus 4.
tengkorak dan menyebabkan tarikan pada struktur Suatu penjelasan yang mirip dengan fakta
yang sensitiv terhadap nyeri. Tarikan pada syaraf- bahwa duramater adalah dibawah tegangan
syaraf kranial dipercaya sebagai penyebab palsi longitudinal, hal demikian suatu mirip lubang
syaraf kranial yang adakalanya sering terjadi4. cekungan pada orientasi yang tegak lurus terhadap
Nyeri sering kali berhubungan dengan gejala- tegangan longitudinal akan cenderung tertarik
gejala lain yang dapat dikaitkan dengan nyeri terbuka ketika orientasi lubang sejajar dengan
saraf. Pada umumnya gejala ini akan hilang dengan tegangan tersebut maka akan cenderung tertarik
sembuhnya nyeri kepala. Gangguan pendengaran tertutup.
dapat terjadi karena efek sekunder dari disfungsi Beberapa penelitian telah menunjukkan
syaraf delapan. Gangguan ini termasuk ketulian bahwa wanita memiliki resiko yang lebih besar
unilateral dan bilateral yang mungkin pasien tidak terjadi PDPH. Tetapi jika usia dikelompokkan
mengetahui atau tidak sadar sebelumnnya jika berbeda, ternyata tidak tampak perbedaan

64
Management PDPH (Post Dural Puncture Headache) as a Neurologic Complication ...

gender dalam insidensi terjadinya PDPH4. bahwa hal ini berhubungan dengan hipotensi
Penelitian prospektif selama 5 tahun Vallejo, dkk intracranial 2.
menunjukkan penggunaan jarum spinal tipe pensil Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa
point (Whitacre dan Sprotte) mempunyai insidensi kesimpulan tersebut terlalu sederhana. Selama
lebih rendah secara bermakna dibanding jarum beberapa dekade telah difikirkan mengenai
traumatik tipe Quincke pada 1002 wanita hamil patofisiologi PDPH. Pertama, adanya kebocoran
yang menjalani Seksio Caesaria (SC)6. cairan serebrospinal (CSS) karena robekan selaput
Penggunaan tehnik loss of resistence cairan dura akibat penusukan jarum spinal sehingga
maupun udara tidak merubah insidensi terjadinya terjadi penurunan tekanan cairan serebrospinal
penusukan meningeal secara kebetulan, tetapi selanjutnya terjadi penurunan isi cranium dan
menandakan penurunan resiko perkembangan menekan pembuluh darah yang sensitif terhadap
PDPH lebih lanjut 4. nyeri dan struktur sekitarnya. Kedua, struktur
Penggunaan jarum spinal yang lebih kecil vaskuler tersebut mengalami vasodilatasi sebagai
dalam anestesi spinal terbukti menurunkan respon terhadap traksi menyebabkan nyeri PDPH
insidensi PDPH (Tabel. 1). Penggunaan jarum No.29 mirip migrain, walaupun belum secara langsung
atau lebih kecil secarat teknis memang lebih sulit terbukti. Teori ini didukung oleh beberapa
dengan resiko kegagalan yang lebih tinggi. Pada observasi, hipotensi intrakranial hampir selalu
tahun 1951 Whitacre dan Hart memperkenalkan terjadi pada PDPH. Bukti bahwa penurunan isi
jarum spinal yang atraumatik. Sejak saat itu intrakranial menyebabkan tarikan pada kranium
banyak modifikasi jarum spinal seperti sprotte dan dan syaraf occipital secara tidak langsung terlihat
atraucan yang diklaim dapat menurunkan insidersi dari audiografi, seperti yang ditunjuukkan pada
PDPH 1. (gambar 1)2. Pasien dengan PDPH ada yang
mengalami gangguan pendengaran sebagai akibat
Table 1 . Hubungan antara ukuran jarum dan dari tarikan Nervus VIII dan perubahan tekanan
Insidensi terjadinya PDPH cairan endolimfatik seperti yang ditunjukkan pada
(gambar 2)2. Selain itu, besar kecilnya pendengaran
Insidensi post-
Desain Ujung Ukuran Jarum yang berkurang secara langsung berhubungan
dural puncture
Jarum (Gauge) headache (%) dengan derajat kebocoran LCS. Hipotensi lain yaitu
Quincke 22 36128 bahwa PDPH murni akibat vasodilatasi serebral
Quincke 25 3–2547 pada beberapa (tetapi tidak semua) pasien dengan
Quincke 26 0.3–2045 107 PDPH 2.
Quincke 27 1.5–5.625 69
Penelitian pada binatang percobaan
Quincke 29 0–245 47 69
menunjukkan bahwa pengambilan sedikit
Quincke 32 0.446
saja cairan serebrospinal dapat menyebabkan
Sprotte 24 0–9.613 107
peningkatan aliran darah serebral, yang diduga
Whitacre 20 2–517
menyebabkan vasodilatasi. Sebaliknya, darah
Whitacre 22 0.63–417 112
epidural yang ditambahkan menyebabkan
Whitacre 25 0–14.513 98
vasokonstriksi, normalisasi cairan serebrospinal
Whitacre 27 025
dan mengurangi nyeri, akhirnya patofisiologi PDPH
Atraucan 26 2.5–4115 131
masih tetap kontroversi dan mungkin melibatkan
Tuohy 16 7026
dinamika serebrovaskuler, peregangan jaringan
yang sensitif terhadap nyeri atau kombinasi
III. PATOFISIOLOGI
keduanya 2.
Sejak Agust Bler dan asistennya mendapatkan
Postdural Pucture Headache setelah melakukan
tindakan anestesi spinal, banyak yang menduga

65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

B. Akibat Penusukan Duramater


Penusukan dura berpotensi kebocoran CSS.
Akibat hilangnya CSS menyebabkan hipotensi
intrakranial dan pengurangan volume CSS.
Tekanan subarachnoid yang normalnya antara 5-15
cmH2O berkurang menjadi 4 cmH2O atau bahkan
kurang.
Kecepatan kehilangan CSS lewat perforasi
duramater (0,084-4,5 ml/detik) lebih cepat dari
produksi CSS (0,35 ml/menit) terutama apabila
menggunakan jarum lebih besar dari 26G.
Meskipun hilangnya CSS dan menurunnya tekanan
CSS tidak dapat dibantah lagi, namun mekanisme
pasti penyebab nyeri kepala masih tetap belum
Gambar 1. Patofisologi Postdura Puncture jelas.
Headache2 Ada mekanisme yang kemungkinan terjadi.
Pertama rendahnya tekanan CSS menyebabkan
tarikan terhadap sturktur intrakranial pada posisi
berdiri. Struktu tersebut sangat sensitif terhadap
nyeri. Kedua, hilangnya CSS menyebabkan
aktifnya mekanisme kompensasi berupa
venodilatasi. Doktrin Monro-Kellie menyatakan
bahwa volume otak, CSS dan darah intrakranial
adalah konstan. Akibat dari penurunan volume CSS
terjadi kompensasi meningkatnya volume darah.
Venodilatasi inilah yang kemudian bertanggung
Gambar 2. Audiogram sebelum dan sesudah jawab terhadap terjadinya nyeri kepala1.
Epidural Blood Patch2
IV. PENCEGAHAN
A. Duramater dan Respon Terhadap Trauma Jarum spinal telah mengalami banyak sekali
Akibat dari perforasi dura akan terjadi modifikasi pada tahun-tahun terakhir ini yang
kebocoran CSS. Hanya sedikit penelitian tentang tujuannya untuk menurunkan insidensi PDPH.
respon dura terhadap perforasi. Pada tahun 1923 Faktor utama yang bertanggung jawab terjadinya
dilaporkan bahwa defek dura yang sengaja dibuat PDPH adalah ukuran perforasi duramater. Faktor
(pada duramater anjing) menutup dalam waktu lain seperti bentuk perforasi dan orientasi jarum
kurang lebih satu minggu. Penutupan tersebut spinal merupakan faktor yang kurang bermakna.1
difasilitasi oleh proliferasi fibroplastik dari tepi dura
yang terpotong. Namun pernyataan ini dibantah A. Ukuran Jarum
pada tahun 19591. Jarum spinal yang besar jelas akan
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa menghasilkan perforasi yang lebih besar dengan
perbaikan duramater difasilitasi oleh proliferasi resiko PDPH yang lebih tinggi. Sebaliknya jarum
fibroplastik dari jaringan sekitarnya dan oleh yang lebih kecil menghasilkan perforasi dura yang
bekuan darah. Hal tersebut didukung oleh lebih kecil dan insidensi PDPH yang lebih rendah.
pengamatan yang dilakukan oleh Gonnley bahwa Jarum spinal nomor 29 atau lebih kecil secara
sumbat darah (bloodpatch) dapat mengurangi teknik lebih sulit digunakan dan untuk anestesi
PDPH akibat kebocoran CSS1. spinal, angka kegagalannya tinggi. Jalan terbaik

66
Management PDPH (Post Dural Puncture Headache) as a Neurologic Complication ...

adalah mencari keseimbangan insidensi PDPH


yang rendah dengan resiko kegagalan yang rendah
pula. Jarum spinal nomor 25,26,27 merupakan
ukuran yang optimal untuk anestesi spinal.
Tetapi neurologis sependapat bahwa untuk
tujuan aspirasi CSS dan pengukuran tekanan
CSS jarum No.22 adalah jarum terkecil yang bisa
digunakan. Banyak penelitian klinis dan laboratoris
yang mempercayai hipotesis bahwa arah bevel
jarum spinal dan epidural yang paralel dengan arah
serabut duramater mempunyai resiko PDPH yang
lebih kecil1,4.

B. Desain Jarum
Tipe Quincke adalah jarum standar dengan
bevel tipe cutting dan lubang pada puncak
jarum (Gambar 4, no.7)1. Tahun 1928, Greene Gambar.3 Graphical representations of epidural
memperkenalkan jarum dengan ujung non-cutting (needle 4) and spinal needle tip design. Note the
yang dapat meminimalkan serabut duramater large orifice and conical tip of the Sprotte® Needle
untuk menghindari PDPH. Jarum whitacre 2, compared with the small orifice and diamond
diperkenalkan tahun 1951 dan Sprotte tahun 1987. tip of the Whitacre Needle 3. Needles 5, 6 and
Istilah untuk jarum-jarum non-cutting tersebut 7 were provided by the Sheffield Anaesthetic
adalah jarurn atraumatik atau pencil point, jarum Museum and are an indication of the style of spinal
Whitacre (gambar No.3) memiliki ujung berbentuk needles used in the past. 1, 26G Atraucan® Double
diamond sedangkan jarum sprotte mempunyai Bevel Design; 2, 26G Sprotte® Style Pencil Point;
ujung berbentuk kerucut lubang terletak 0,5 mm 3, 22G Whitacre Style Pencil Point; 4, 16G Tuohy
dari puncak jarum. Penelitian klinis dan laboratoris Needle; 5, 17G Barkers Spinal Needle; 6, Large
menunjukkan bahwa jarum pencil point beresiko Gauge Spinal Needle; 7, 18G Crawford Needle.
PDPH yang lebih kecil dibanding jarum cutting.
Masalah rendahnya flow CSS pada jarum pencil D. Keterampilan operator dan kelelahan
point mendorong pencarian desain terbaru yang Diduga bahwa insidensi penusukan dura
bisa mengatasi masalah tersebut. Jarum atraucan selama anestesi epidural berhubungan terbalik
(gambar No.1) yang telah dipasarkan baru-baru ini dengan keterampilan operator. Kurang tidur,
diklaim bisa mengatasi masalah tersebut. Jarum kelelahan dan efek kerja malam merupakan
Atraucan mempunyai lubang pada puncak jarum, variabel pengganggu yang menghasilkan
dengan puncak cutting yang tipis dan bevel yang peningkatan insidensi penusukan duramater pada
atraumatik 1. epidural analgesia1.

C. Proyeksi penusukan Jarum Spinal V. GAMBARAN KLINIS PDPH


Proyeksi penusukan jarum saat melewati A. Onset
duramater, seperti pendekatan paramedian Sembilan puluh persen nyeri kepala terjadi
juga dapat mengurangi insidensi PDPH hal ini dalam 3 hari setelah prosedur dilakukan dan
disebabkan karena pada pendekatan paramedian 66% dimulai pada 48 jam pertama. Meski sangat
jarum spinal melalui durameter yang lebih tebal jarang, nyeri kepala dapat terjadi 5-14 hari setelah
dibandingkan dengan pendekatan median2. penusukan atau timbul sangat cepat segera setelah
penusukan dura1.

67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

Neal menyebutkan bahwa gejala PDPH Ganggua penglihatan seperti diplopia juga telah
muncul 12 sampai 48 jam setelah penusukan dural dilaporkan1,2. Dua kasus thoracic back pain tanpa
(gambar. 4), dengan 70% muncul pada 24 jam dan nyeri kepala juga ditemukan.
90% pada 48 jam. Sebagian besar PDPH sembuh spontan 2-4 hari
setelah onset tanpa diobati, dimana hal ini dapat
dilihat pada (gambar.5)2. Hal ini merupakan point
penting bahwa evaluasi penatalaksanaan efikasi
PDPH yang sembuh sendiri tanpa pengobatan
memiliki persentase yang tinggi.

C. Diagnosis
Riwayat penusukan durameter yang jelas,
nyeri kepala yang dicetuskan oleh perubahan
posisi dan nyeri pada leher, biasanya digunakan
Gambar 4. Onset Postdura Puncture Headache2 sebagai pemandu diagnosis. Tentu dengan terlebih
dahulu menyingkirkan penyebab intrakranial yang
B. Gejala lain. Bila ada keraguan beberapa pemeriksaan
Nyeri kepala adalah gejala utama. Nyeri tambahan bisa dikerjakan untuk konfirmasi.
kepala sangat berat, distribusi paling sering pada Diagnosis dengan pungsi lumbal akan
daerah frontal dan occipital yang menjalar ke leher menunjukkan tekanan CSS yang rendah,
dan bahu. Nyeri bisa bilateral, frontal, occipital peningkatan protein dalam CSS dan juga
atau keduanya2. Rasa tidak nyaman pada daerah limfosit. CT myelography, retrograde radionuclide
temporal dan vertex lebih jarang terjadi meskipun myelography, cistemography atau thin section
ada kekakuan pada leher. Nyeri dicetuskan oleh MRI dapat digunakan untuk menentukan letak
pergerakan kepala dan pengangkatan tubuh saat kebocoran CSS1.
akan posisi tegak dan nyeri berkurang dengan Neal meresume diagnosis PDPH seperti yang
posisi berbaring. Makin parahnya nyeri kepala saat ditunjukkan dalam kotak dibawah ini:
duduk atau berdiri merupakan sine qua non PDPH4.
Tabel.2. Diagnosis PDPH2

 Riwayat penusukan dura


 Onset yang lambat antara 12 sampai 48
jam setelah penususkan dura
 Nyeri kepala hilang dengan posisi
supine, nyeri kepala bilateral, nyeri
kepala berdenyut, biasanya fronta,
occipita atau keduanya.
 Berhubungan dengan gejala, mual,
nyeri pada leher, tinnitus atau hilang
Gambar 5. Penyembuhan dari Postdura pendengaran, diplopia
Puncture Headache2 (Neal, 2004)
 Gejala yang tidak berhubungan dengan
PDPH : demam, perubahan status
Gejala lain meliputi mual, muntah,
mental, photophobia, tanda-tanda
kehilangan pendengaran, telinga berdenging,
lateralisasi.
vertigo, dizziness, parestesia pada kulit kepala
dan nyeri pada extremitas atas dan bawah.

68
Management PDPH (Post Dural Puncture Headache) as a Neurologic Complication ...

D. Diagnosis banding Terdapat perpedaan pendapat tentang efek


Sangat penting untuk mempertimbangkan gender, dimana suatu penelitian mengatakan
diagnosis banding seperti kelainan intrakranial ternyata gender tidak mempengaruhi kejadian
yang mungkin mempunyai gejala mirip PDPH PDPH, bahkan disuatu penelitian mengatakan
(Tabel.2). Diagnosis yang mungkin mirip PDPH bahwa wanita tidak hamil lebih mudah mengalami
seperti tumor intrakranial hematom intrakranial, PDPH dibandingkan wanita hamil.
apoplexy hipofisis, trombosis venaserebral, Faktor resiko lain yang juga dapat
migrain, meningitis, dan nyeri kepala yang tidak mempengaruhi terjadinya PDPH adalah ahli
spesifik. Diperkirakan sekitar 39% wanita dalam anestesi. Jika spinal anestesi dipilih untuk pasien
proses kelahiran akan merasakan nyeri kepala yang beresiko sebaiknya dipilih tehnik anestesi
setelah melahirkan yang tidak ada hubungannya yang lebih tepat. Penusukan yang berulang-ulang
denga penusukan duramater. harus dihindari. Selalu gunakan jarus spinal yang
kecil. Tetapi jarum spinal yang paling kecil (29G)
Table 3. Differential Diagnosis post-dural lebih sulit untuk digunakan dan harganya lebih
puncture headache mahal dibandingkan jarum yang lebih besar.
Namun ahli anestesi harus selalu menggunakan
Meningitis Virus, kimia atau bacteri jarus spinal yang sudah lazim mereka gunakan
untuk menghindari kesulitan dalam melakukan
Perdarahan Intrakranial
penusukan.
Thrombosis Vena Cerebral Jarum modern 27G, pencil point merupakan
Tumor Intrakranial jarum yang cukup mudah untuk digunakan dan
menawarkan keseimbangan yang optimal antara
Nyeri kepala non-spesifik
kemudahan pesukan dan insidensi komplikasi.
Pituitary apoplexy Dengan jarum modern, CSS tampak lebih cepat
keluar dan tidak mengganggu prosedur. Saat ini
Infark Serebral
jarum spinal 27G whitacre sudah rutin digunakan
Uncal herniation untuk spinal anestesi.

Sinus headache
Tabel 4. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi
Migraine terjadinya PDPH3

Obat-obatan (e.g. caffeine, amphetamine)

Pre-eclampsia

E. Faktor Resiko3
Seperti yang sudah dijelaskan diatas,
resiko kejadian PDPH mungkin paling sering
jika penusukan terjadi pada lapisan dura yang
paling tipis, tetapi ahli anestesi tidak mungkin
mengarahkan penusukan dura pada lapisan yang F. Durasi
paling tebal. Terdapat beberapa kelompok pasien Follow up PDPH terbesar adalah yang
yang memiliki resiko tinggi terjadinya PDPH dilakukan Vandom dan Dripps pada tahun 1956.
dibandingkan yang lainnya seperti pada (table Mereka melaporkan bahwa 72% sembuh adalah
3). Khususnya pasien muda dan pasien obstetri 7 hari dan 87% sembuh dalam 6 bulan (tabel. 4).
dan mereka yang mengalami PDPH sebelumnya Pada sebagian kecil pasien nyeri kepala dapat
memiliki resiko tinggi terjadinya gejala tersebut. menetap1.

69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

Table 5. Perkiraan sembuh spontan pada Post VI. PENATALAKSANAAN NONINVASIF


Dural Puncture Headache1,2 1. Psikologis
Pasien yang mengalami PDPH menunjukkan
Persentasi
Durasi (hari) respon emosional yang cukup bervariasi mulai dari
Kesembuhan
merasa tidur nyaman sampai rasa emosional marah
1–2 24 dan rasa panik. Hal ini penting dari sudut pandang
3–4 29 klinis maupun mediko legal untuk mendiskusikan
5–7 19 terlebih dahulu kemungkinan nyeri kepala sebagai
komplikasi yang mungkin terjadi sebelum prosedur
8–14 8
dikerjakan.
3–6 minggu 5 Pada pasien obstetri penting untuk
3–6 bulan 2 memberikan penjelasan yang sesungguhnya
7–12 bulan 4 kepada ibu alasan terjadinya nyeri kepala dan
pilihan terapi yang telah ada sebab seorang ibu
berharap setelah melahirkan tetap dalam kondisi
VI. PENATALAKSANAAN
baik dan bahagia untuk menyaksikan bayi yang
Literatur tentang terapi PDPH seringkali hanya
baru lahir8.
pada pasien dalam jumlah yang sangat kecil atau
menggunakan analisis statistik yang kurang tepat.
2. Tirah Baring
Tanpa terapi lebih dari 85% akan sembuh dalam 6
Tirah baring telah terbukti tidak memberikan
minggu2.
manfaat. Meskipun terapi tirah baring untuk
Penenangan dan analgesia oral merupakan
penanganan PDPH telah diteliti dalam jangka waktu
terapi konservatif utama. Khususnya jika
yang lama, namun literatur terbaru membuktikan
menggunakan jarum spinal berkuran kecil,
sebaliknya, bahwa tirah baring setelah pungsi dura
sebagian besar PDPH akan sembuh spontan antara
tidak menurunkan resiko kejadian PDPH, malah
24 sampai 48 jam, oleh karena itu terapi konservatif
terdapatnya trend yang meningkatkan resiko sakit
adalah layak jika pasien tetap posisi supine dalam
kepala pada pasien yang dianjurkan tirah baring
waktu tertentu. Hidrasi yang baik, minuman
dan juga pasien yang telah menderita PDPH. Oleh
mengandung caffein, abdominal binder, NSAID
karena itu pada pasien PDPH dianjurkan untuk
dan steroid tidak terbukti menguntungkan2.
sebisa mungkin bangun dari tempat tidur9.
Beberapa pengobatan minimal invasif dan
farmakologik bertujuan untuk mengobati PDPH,
3. Posisi
tetapi menderita angka kekambuhan yang tinggi
Pasien dianjurkan untuk berbaring dalam posisi
dan hilangnnya pendekatan ilmiah yang tepat.
yang nyaman bila merasakan nyeri kepala. Pasien
Bolus epidural saline dan atau infus memiliki angka
biasanya telah mengetahui hal tersebut dengan
keberhasian sedang (< 88%), tetapi lebih dari
sendirinya tanpa intervensi ahli anestesi. Tidak ada
separuh pasien mengalami kekambuhan ketika
bukti klinik yang mendukung bahwa posisi supine
infus tidak dilanjutkan.
sebelum atau setelah onset nyeri kepala sebagai
Epidural dekstran 70 akan tetap berada pada
sebuah terapi. Posisi prone dianjurkan, tetapi
ruang epidural dalam jangka waktu yang lama,
posisi ini tidak nyaman bagi pasien post partum.
tetapi dihubungkan dengan kejadian anaphilaksis.
Posisi prone menaikkan tekanan intra abdominal
Terapi kafein angka keberhasilan (75-90%) sebagai
yang dijalarkan ke ruang epidural. Tetapi sebuah
suatu terapi awal, tetapi lebih dari 30% pasien
percobaan klinis tentang posisi prone gagal
mengalami kekambuhan2.
menunjukkan penurunan isidensi PDPH1.
Kotur membagi tatalaksana PDPH menjadi 2,
yaitu metode noninvasif dan metode invasiv7.

70
Management PDPH (Post Dural Puncture Headache) as a Neurologic Complication ...

4. Abdominal Binder terus menerus. Meskipun kafein dalam beberapa


Pengikatan yang kuat pada regio abdomen laporan disarankan penggunaannya, survey di
menaikkan tekanan intraabdomen peningkatan rumah sakit di Amerika utara menemukan bahwa
tekanan tersebut dijalarkan ke ruang epidural terapi PDPH dengan kafein mulai ditinggalkan
yang dapat mengurangi nyeri kepala. Namun dengan alasan tidak efektif karena efek kaffein
sayang ikatan yang kuat sangat tidak nyaman bagi terhadap PDPH hanya sementara. Lagi pula kaffein
pasien dan tekhnik ini jarang digunakan. Penelitian bukan tanpa komplikasi dan tidak mengembalikan
lain menyebutkan bahwa pengikatan pada regio dinamika cairan serebrospinal dalam kondisi
abdomen dapat mencegah terjadinya PDPH7. normal dan membiarkan pasien dalam resiko
komplikasi yang berhubungan dengan tekanan
5. Terapi Farmakologi cairan serebrospinal yang rendah.
Tujuan penanganan PDPH adalah untuk:
(1) Mengganti kehilangan cairan b. Sumatripan
serebrospinal Terapi nyeri kepala migrain focus pada
(2) Menutup kebocoran modifikasi tonus vaskuler cerebral. Sumatriptan
(3) Mengendalikan vasodilatasi cerebral adalah agonis reseptor 5-HT1D, yang menyebabkan
Ada beberapa agent yang dianjurkan untuk vasokonstriksi dengan cara yang hampir sama
terapi PDPH. Namun masalah utamanya adalah dengan kafein. Hanya ada beberapa laporan kasus
agent mana yang paling tepat belum ada data yang yang menunjukkan bahwa sumatriptan berhasil
mendukung. dalam manajemen PDPH.Namun akhir-akhir ini
sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
a. Caffein bukti manfaat penggunaan sumatriptan dalam
Caffein adalah stimulant saraf pusat yang penanganan konservatif PDPH.1
menyebabkan vasokonstriksi cerebral. 0,5 gr
kafein iv direkomendasikan sebagai terapi PDPH. B. PENATALAKSANAAN INVASIF
Sediaannya dalam bentuk oral dan iv. Sediaan oral 1. EPIDURAL BLOOD PATCH (EBP)
diabsorbsi dengan baik dengan peak level tercapai Setelah penelitian yang menunjukkan bahwa
dalam 30 menit. Kafein dapat melewati barier bloody taps berhubungan dengan penurunan
darah otak dengan waktu paruh 3 sampai 7,5 iam, insidensi nyeri kepala, konsep blood patch epidural
sehingga memungkinkan pemberian yang tidak terus dikembangkan.Teorinya adalah bahwa darah
terlalu sering1. yang dimasukkan ke dalam ruang epidural akan
membeku menutupi perforasi dan mencegah
Dosis kebocoran cairan serebrospinal lebih lanjut.
Saat ini dosis yang direkomendasikan adalah Angka keberhasilannya yang tinggi dan insidensi
300-500 mg oral atau iv sekali atau 2 kali sehari. komplikasi yang rendah menjadikan blood patch
Secangkir kopi mengandung sekitar 50-100 mg menjadi standar dalam evaluasi metode alternative
kaffein sedangkan soft drink mengandung 35 -50 yang lain dalam terapi PDPH1.
mg.
Tekhnik
Mekanisme kerja Pasien dalam posisi lateral, lokasi tusukan
Kafein menyebabkan vasokonstriksi pembuluh jarum pada level dimana diduga terjadi kebocoran
darah cerebral yang mengalami dilatasi. Bila atau ruang intervertebra di bawahnya. Darah
vasodilatasi adalah sumber nyeri, vasokonstriksi kemudian diambil dari lengan pasien dan
cerebral akan menghilangkan sumber nyeri. diinjeksikan perlahan melalui jarum Tuohy.
Memang telah terbukti kafein menyebabkan Belum ada kesepakatan berapa volume darah
penurunan aliran darah otak tetapi efek ini tidak yang dibutuhkan secara tepat. Sebagian besar

71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

praktisioner menyatakan bahwa 2-3cc darah seperti perdebatan.


yang dianjurkan oleh Gormley adalah kurang, 20- Sebuah percobaan klinis pada nyeri kepala
30cc darah lebih menjamin suksesnya prosedur. post myelogram, setelah anestesi spinal dan
Diakhir prosedur, pasien diminta untuk berbaring setelah penusukan dura yang tidak di sengaja
1 atau 2 jam dan kemudian sudah diperbolehkan dengan jarum epidural menunjukkan keuntungan
untuk berjalan1. patching profilaksis. Penelitian yang tidak
mendukung patching profilaksis kemungkinan
Indikasi karena menggunakan volume darah yang kurang.
Indikasi blood patch epidural adalah Perbedaan tekanan antara intrathekal dan ruang
a. Jika pasien dengan karakteristik PDPH yang epidural lebih tinggi setelah penusukan dura dan
sudah jelas. menyebabkan patch terlepas dari letak perforasi,
b. Jika pasien tidak sembuh dalam 2-3 hari sehingga dibutuhkan volume darah yang lebih
setelah terapi konservatif dilakukan besar untuk patch profitaksis.
c. Jika pasien sudah mengalami ketidakmampuan
melakukan kegiatan sehari-hari akibat PDPH. 2. SALINE EPIDURAL
Saat ini perhatian tertuju pada bahaya
Kontraindikasi penggunaan darah sebagai patch epidural dalam
Kontraindikasi epidural pada umumnya, terapi PDPH. Secara teoritis injeksi salin epidural
peningkatan leukosit, pireksi dan kesulitan teknis. akan menghasilkan efek penekanan thecal dan
Blood patch setelah punksi lumbal pada pasien mengembalikan dinamika CSS seperti halnya
onkologi meningkatkan resiko masuknya sel patch darah.
neoplastik dalam neuroaksis. Karena salin relatif inert dan larutan yang steril,
bolus atau infus saline epidural menjadi salah satu
Hasil alternatif pilihan. Regimen yang dianjurkan adalah:
Angka keberhasilan antara 70-98% bila dikerjakan a. 1- 1,5 L larutan hartiman dalam 24 jam,
lebih dari 24 jam setelah penusukan dura, bila dimulai hari pertama post penusukan dura
gagal pengulangan prosedur mempunyai angka b. 35 cc/jam larutan saline atau hartman
keberhasilan yang sama. Adanya nyeri kepala selama 24-48 jam, atau setelah timbulnya
berat yang menetap perlu dipertimbangkan nyeri kepala.
kemungkinan penyebab lain. c. Bolus 30 cc saline setelah timbulnya nyeri
kepala.
Komplikasi d. 10-120 cc saline bolus via ruang epidural
Telah dilaporkan eksaserbasi akut dan nyeri caudal
radikuler yang tidak persisten dan hilang dengan Anjuran pemberian saline epidural baik
analgetik. Sebuah laporan kasus subdural epidural bolus maupun infus karena injeksi saline tersebut
blood patch akibat prosedur yang kurang hati-hati menaikkan tekanan pada epidural dan intrathecal.
dan menyebabkan nyeri kepala yang persisten, Menurunnya kebocoran mempermudah perbaikan
non postural dan ketidaknyamanan ekstremitas dura. Namun tekanan yang dihasilkan tidak terus
inferior. menerus dan menghilang dalam waktu 10 menit.
Salin juga menginduksi reaksi inflamasi
Blood Pacth Propilaksis dalam ruang epidural sehingga mempercepat
Bila diketahui insidensi PDPH tinggi, seperti penutupan kebocoran dura. Namun tidak ada
pada wanita melahirkan, penggunaan blood bukti yang mendukung bahwa salin epidural
patch epidural profilaksis setelah penusukan lebih mempercepat perbaikan dura melalui aksi
dura merupakan suatu pilihan. Patch profilaksis pro inflamasi dibanding dekstra 40. Meskipun
secara umum tidak dianjurkan karena dianggap ada banyak laporan kasus tentang keberhasilan
tidak efektif, tetapi bukti yang ada masih dalam pemberian salin epidural, efikasi jangka panjang

72
Management PDPH (Post Dural Puncture Headache) as a Neurologic Complication ...

dibandingkan dengan patch darah belum ada. Dari 7. PEMBEDAHAN


bukti-bukti yang telah ada sulit menyimpulkan Laporan tentang kebocoran CSS yang
bahwa pemberian saline epidural akan persisten berhasil dilakukan penutupan dengan
mengembalikan dinamika CSS kembali normal1,2. prosedur pembedahan namun jelas hal tersebut
merupakan alternatif terakhir1.
3. DEXTRAN EPIDURAL
Meskipun terdapat beberapa bukti yang KESIMPULAN
mendukung pemberian saline epidural, beberapa PDPH merupakan efek samping yang paling
peneliti mempertimbangkan pemberian dextran umum terjadi pada anestesi regional terutama
40. Penelitian yang merekomendasikan Dextran 40 spinal anestesi. Dengan mengetahui patofisiologi
infus atau bolus berpendapat bahwa berat molekul PDPH menunjukkan bahwa PDPH sebetulnya
yang besar dan viskositas D-40 memperlambat merupakan komplikasi yang dapat dicegah dan
hilangnya dari ruang epidural. diminimalisir sehingga morbiditas dan mortalitas
Tamponade yang terus menerus memper- PDPH dapat diperkecil.
mudah penutupan spontan. Peningkatan tekanan Penting sekali bagi ahli anestesiologi
dalam ruang subarachnoid seperti halnya pada mengenal gejala dan dapat mendiagnosis banding
salin hanya terjadi sementara. Pengamatan PDPH sehingga dapat menentukan penanganan
histologi pada ruang epidural setelah pemberian dan terapi yang tepat. Dari beberapa penelitian,
D-40 tidak menunjukkan adanya respon inflamasi sebagian besar PDPH dapat sembuh spontan,
yang akan mempercepat proses penyembuhan1. namun ada juga yang harus mendapatkan terapi
yang serius. Terapi PDPH bermacam-macam mulai
4. OPIOID EPIDURAL, INTRATHECAL DAN dari konservatif sampai dengan yang invasif, namun
PARENTERAL dari sekian banyak terapi PDPH yang ditawarkan
Beberapa penulis menganjurkan penggunaan masih banyak menimbulkan kontroversi dan perlu
morphin epidural, intrathecal atau parenteral, bukti dan evidance base yang jelas.
laporan-laporan tersebut hanya berupa laporan Dari sekian banyak terapi invasif yang telah
kasus atau control trial yang buruk1. digunakan, blood patch epidural menunjukkan
Penelitian Al-Metwalli menyimpulkan suntikan angka keberhasilan yang tinggi dengan insidensi
3 mg morphin dalam 10 ml saline dibanding 10 ml komplikasi minimal.
saline dapat mengurangi kejadian PDPH pada Masih banyak sesuatu yang belum jelas
25 parturien serta mengurangi tindakan.EBP mengenai PDPH, baik patofisiologi, insidensi,
terapeutik10. etiologi, faktor resiko, terapi dan komplikasi.
Namun setidaknya sebagai ahli anestesiologi kita
5. LEM FIBRIN harus mampu memahami bagaimana mencegah
Alternatif lain sebagai pengganti darah adalah sekecil mungkin terjadinya PDPH.
lem fibrin. Perforasi dura pada kepala membaik
dengan pemberian lem tersebut. Pada kasus DAFTAR PUSTAKA
perforasi dura daerah lumbal, lem fibrin dapat 1. D.K.Turnbull and D.B. Shepherd. 2003Postdural
diinjeksikan secara blind atau dengan panduan CT. puncture headache: patogenesis, prevention
Namun prosedur ini beresiko terjadinya meningitis and treatment. British Jurnal of Anaesthesia.
aseptic1. 91 (5): 718-29.
2. Joseph M. Neal. 2004. Postdural Puncture
6. KATETER INTRATHECAL Headache in Regional Anesthesia Jamess
Bila terjadi perforasi dura oleh jarum Tuohy P.Ratmell MD. Elsevier Mosby,Philadelphia:
diduga bahwa penempatan kateter spinal pada Pennsylvania. P: 145-150.
tempat tersebut akan menyebabkan reaksi 3. Pekka Tarkkila. 2007. Complications Associated
inflamasi yang akan menutup lubang1. with Spinal Anesthesia in Complications

73
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 3, Agustus 2015

of Regional Anesthesia Second Edition. Comparison of Five Needles in Obstetric


Edmonton, Alberta, Canada. patients, Anaesthesia Analgesia (91):916-20
4. Christopher M. Bernards. 2006. Epidural 7. Dr. Kotur. P. 2006. Evidence Based Management
and Spinal Anesthesia in Barash, Paul G.; Of Post Dural Puncture Headache, Indian
Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K. Clinical Journal Anaesthesi.50 (4) p: 307 - 308
Anesthesia, 5th Edition Chapter 25. Lippincotts 8. Weir EC. 2003. The Sharp end of dural puncture.
William & Wilkins. Brithis Medical Journal 20:27
5. S. Lomax and A. Qureshi. 2008. Unusually 9. Sudlow C, Warlow C. 2003. Posture and fluids
early onset of post-dural puncture headache for preventing PDPH (Cochrane Review) In :
after spinalanaesthesia using a 27G Whittacre The Cochrane Library, Issue 1, Oxford, UK.
needle. British Journal of Anaesthesia. p: 707–8 10. Al-Metwalli, R.R. 2008. Epidural Morphine
6. Manuel C.Vallejo, Gordon L.Mandell, Daniel Injection for Prevention of Post dural Puncture
P.Sabo dan Sivam Ramanathan. 2000. Post headache, Anaesthesia (63):847-850
Dural Puncture Headache: A Randomized

74

Anda mungkin juga menyukai