(DIPIRO ed 10)
Patogenesis terkini SKA menjelaskan, SKA disebabkan oleh obstruksi
dan oklusi trombotik pembuluh darah koroner, yang disebabkan oleh
plak aterosklerosis yang vulnerable mengalami erosi, fisur, atau ruptur.
Penyebab utama SKA yang dipicu oleh erosi, fisur, atau rupturnya plak
aterosklerotik adalah karena terdapatnya kondisi plak aterosklerotik
yang tidak stabil (vulnerable atherosclerotic plaques) dengan
karakteristik; lipid core besar, fibrous cups tipis, dan bahu plak
(shoulder region of the plague) penuh dengan aktivitas sel-sel inflamasi
seperti sel limfosit T dan lain-lain (PIONas)
DIAGNOSA
1. Angina tipical yang persisten selama lebih 20 menit. Dialami oleh
sebagian besar pasien (80%)
2. Anfina awitan baru (de novo) kelas lll klasifikasi the candian
cardiovascular society (CCS). Terdapat pada 20% pasien
3. Angina stabil yang mengalami destabilasi (angina prosresif atau
kresendo) ; menjadi makin sring, makin lama, atau makin berat, minimal
kelas lll klasifikasi CCS.
4. Angina pasca infark, angina yang terjadi setalah 2 minggu setelh infark
miokard. (PERKI, edisi 4)
(DIPIRO ed 10)
Diagnosis menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien
dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non - koroner ( penyakit
arteri perifer / karotis )
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard ,
bedah pintas koroner , atau IKP
4. Mempunyai faktor umur , hipertensi , merokok , dislipidemia , diabetes
mellitus , riwayat PJK dini dalam keluarga yang diklasifikasikan
sebagairisiko tinggi , risiko sedang , atau risiko rendah menurut National
Cholesterol Education Program (PERKI, edisi 4)
gejala
Gejala yang dominan adalah:
1. nyeri dada anterior garis tengah (biasanya saat istirahat),
parahangina onset baru, atau peningkatan angina yang berlangsung
setidaknya 20 menit.
2. Ketidaknyamanan dapat menyebar ke bahu, ke lengan kiri, ke
belakang, atau ke rahang.
3. Termasuk mual, muntah, diaforesis, dan sesak napas.
4. Tidak ada gambaran spesifik yang menunjukkan ACS pada
pemeriksaan fisik.
5. Pasien denganACS dapat muncul dengan tanda-tanda gagal jantung
akut dekompensasi atau aritmia. (DIPIRO ed 10)
MANIFESTASI KLINIK
(PIONas)
TATA LAKSANA
(PIONas)
Perlakuan
Tujuan Pengobatan: Tujuan jangka pendek meliputi:
(1) pemulihan awal aliran darah kearteri terkait infark untuk mencegah
perluasan infark (dalam kasus MI) atau mencegah oklusi lengkap dan
MI (di UA),
(2) pencegahan kematian dan komplikasi lainnya,
(3) pencegahan reoklusi arteri koroner,
(4) menghilangkan ketidaknyamanan dada iskemik,dan
(5) resolusi perubahan segmen ST dan gelombang T pada EKG. Tujuan
jangka Panjang termasuk kontrol faktor risiko kardiovaskular (CV),
pencegahan CV tambahan kejadian, dan peningkatan kualitas hidup.
(DIPIRO ed 10)
TINDAKAN UMUM
1. Diberi oksigen jika saturasi rendah, selalu pemantauan segmen ST
multilead untuk aritmia dan iskemia, sering pengukuran tanda vital, tirah
baring selama 12 jam pada pasien dengan hemodinamik stabil,
penggunaan pelunak tinja untuk menghindari manuver Valsava, dan
pereda nyeri.
2. Kaji fungsi ginjal (kreatinin serum, bersihan kreatinin) untuk
mengidentifikasi pasien yang mungkin memerlukan penyesuaian dosis
dan mereka yang berisiko tinggi morbiditas dan mortalitas.
3. Dapatkan hitung sel darah lengkap (CBC) dan tes koagulasi (aPTT,
INR) karena kebanyakan pasien akan menerima terapi antitrombotik.
4. Obati pasien sesuai dengan kategori risikonya (Gbr. 5-1).
(DIPIRO ed 10)
EVALUASI HASIL TERAPI
EVALUASI HASIL TERAPI
Parameter pemantauan untuk kemanjuran STEMI dan NSTE-ACS
meliputi:
(1) menghilangkan ketidaknyamanan iskemik,
(2) kembalinya perubahan EKG ke baseline, dan
(3) tidak adanya atau resolusi tanda dan gejala gagal jantung.
(DIPIRO ed 10)
KASUS
Pasien Tn.s usia 65 tahun yang datang ke RS STIFAR dengan keluhan sesak nafas, merasakan mual
tetapi tidak muntah. Riwayat merokok yang lama. Pemeriksaan labortorium darah lengkap menunjukan
leukositosis dan hasil pemeriksaan kimia klinik LDL yaitu 172 mg/dl. Pemeriksaan tanda vital tekanan
darah 110/70 mmHg. Pemeriksaan lainnya berupa elektrokardiografi (EKG) menunjukan sinus
bradikardi. Setelah 4 hari evaluasi di rumah sakit, dilakukan pemeriksaan EKG ulang dengan hasil ST-
elevation dengan assesment STEMI (+), disertai keluhan lain berupa nyeri dada (+), dada seperti
tertindih, sesak nafas.
Pemeriksaan darah lengkap didapatkan WBC 20,9x103/µL, RBC 4,05x106/µL, hemoglobin 11,7 g/dL,
HCT 34,6%, MCV 85,4 fL, MCH 28,9 pg, MCHC 33,8g/dL, trombosit 174x103/µL, Gula Darah Sewaktu
(GDS) 145 mg/dL, ureum 35 mg/dL, kreatinin 1,29 mg/dL, asam urat 6,1 mg/dL,Low Density Lipoprotein
(LDL) 172 mg/dL, trigliserida 150 mg/dL.
Diagnosis pasien ini didiagnosis SKASTEMI
Pengobatan yang diberikan :
1. tirah baring,
2. infus Pz 20 tpm,
3. ASA 1 x 100 mg (0-0-1),
4. ramipril 1 x 2,5 mg,
5. ISDN 3 x 5 mg,
6. atorvastatin 1 x 20 mg (0-0-1)
7. salbutamol 3 x 4mg.
SUBJEKTIF
Nama : Tn. S
Alamat : -
Umur : 65 tahun
Agama : -
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan/pekerjaan : -
Keluhan utama : Sesak nafas, merasakan mual tetapi tidak muntah
Keluhan lain : Nyeri dada seperti tertindih, sesak nafas
Riwayat terdahulu : Perokok
OBJEKTIF
Pemeriksaan Vital
Bentuk sediaan tidak tepat - Bentuk sediaan obat yang diberikan telah sesuai dan pasien masih dapat
meminum obat yang diberikan.
Terdapat kontraindikasi - Terapi pengobatan yang diberikan kepada pasien tidak Terdapat kontra
indikasi.
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan oleh - Pasien menunjukkan perbaikan selama perawatan. Berdasarkan data follow up
obat kondisi pasien didapatkan bahwa kondisi pasien mulai membaik setelah pasien
diberikan terapi obat.
Obat tidak diindikasi untuk kondisi pasien - Obat yang diberikan diindikasikan untuk kondisi pasien.
Terdapat obat lain yang efektif - Pengobatan yang diberikan kepada pasien telah efektif sesuai dengan kondisi
pasien.
3. Dosis Tidak Tepat
Dosis terlalu rendah - Dosis terapi pengobatan yang diberikan sesuai
dengan literature.
Terjadi interaksi obat - Tidak ada interaksi obat yang serius pada
terapi pasien.
Muncul efek yang tidak - Tidak muncul efek yang tidak diinginkan
diinginkan
Administrasi obat yang - Administrasi obat yang diberikan telah tepat.
tidak tepat
5 Ketidaksesuaian Kepatuhan Pasien
Obat tidak tersedia - Obat-obatan yang diberikan tersedia di
Rumah Sakit
Pasien tidak bisa menelan obat atau - Pasien mampu menelan ataupun
menggunakan menggunakan obat
obat
Dosis aspirin kronis tidak boleh melebihi 81 mg/hari. Mulai ACE inhibitor
oral lebih awal (dalam 24 jam) dan lanjutkan tanpa batas di semua
pasien setelah MI untuk mengurangi kematian, mengurangi reinfark, da
mencegah gagal jantung. Gunakan dosis awal yang rendah dan titrasi
dengan dosis yang digunakan dalam uji klinis jika ditoleransi.
Terapi farmakologi
Pengobatan yang diberikan :
1. Tirah baring,
2. infus Pz 20 tpm,
3. ASA 1 x 100 mg (0-0-1),
4. Ramipril 1 x 2,5 mg,
5. ISDN 3 x 5 mg,
6. Atorvastatin 1 x 20 mg (0-0-1)
7. Salbutamol 3 x 4mg.
THANK YOU