Anda di halaman 1dari 41

TEKNOLOGI

farmasi
sediaan steril
“Eksipien Dalam Sediaan Steril”
KELOMPOK 6 (S1-6B) :

1. FHARISTI KIRANA 2001054


2. MAULIN RAHMAWATI 2002063
3. NURUL FADILAH 2001069
4. SALSABILA ALHAMDANIA BALQIS 2001077
5. WAHYU AZIZAH 2001086

Dosen Pengampu :
apt. Ferdy Firmansyah, M. Sc
Pokok Pembahasan

01. 02. 03.


Karakteristik
Definisi eksipien Fungsi ditambahkan
eksipien
eksipien

04.
Macam-macam
05.
Review jurnal
eksipien dalam
sediaan steril
01.Definisi
Eksipien
Eksipien adalah zat yang digunakan sebagai bahan pendukung/
tambahan dalam suatu formula yang sifatnya inert dan tidak
memiliki efek farmakologi, tujuannya untuk mencapai keadaan
optimal sediaan.
Bahan tambahan penting digunakan apabila sediaan akan
disimpan dalam waktu lama untukmenjamin quality, safety
dan efficacy
02. Fungsi
Ditambahkan
Eksipien
01 02
Meningkatkan dan Memberikan
menjaga kelarutan kenyamanan pada
obat pasien

03 04
Meningkatkan Meningkatkan stabilitas
stabilitas kimia kimia dan fisik terutama
larutan untuk produk yang
freezedried
05 06
Meningkatkan Minimalkan interaksi
stabilitas fisik protein dengan
protein permukaan lembam

07 08
Mencegah interaksi
Mencegah pertumbuhan
zat terlarut dengan
mikroorganisme polimer
(mikroba)
03. Kharakteristik
Eksipien
Inert
Stabil secara fisika
dan kimia
Bebas
mikroorganisme
Dapat patogen
mendukung
bioavaibilitas Tersedia di pasaran
lanjutan,,

Harga terjangkau Biokompatible

Kompatible dengan
Kompatible dengan
obat dan eksipien
pengemas
lainnya
04. Macam-macam
Eksipien dalam
Sediaan Steril
Eksipien dalam sediaan steril

Bahan Bahan
pembawa pembantu

Suspending
Pengatur tonisitas agent
air Non air Pengatur Ph(dapar) Anastetika lokal
Pengawet Wetting agent
Antioksidan Solubilizing
agent
Bahan pembawa

01. Pembawa air


Air Umumnya digunakan untuk sediaan
parenteral karena kompatibilitas dengan
jaringan tubuh.

Air mempunyai kontanta dielektrik tinggi


sehingga lebih mudah untuk melarutkan
elektrolit yang terionisasi dan ikatan
hidrogen yang terjadi akan memfasilitasi
pelarutan alkohol,aldehid,keton,dll.
Syarat pembawa
air
Harus dibuat segar dan Jumlah zat padat terlarut pH antara 5-7
bebas pirogen total tidak boleh lebih
dari 10ppm

Tidak mengandung ion


klorida,sulfat, kalsium, Kandungan logam berat Jumlah partikel berada
amonium, dan karbondioksida terbatas pada batas yang
diperolehkan
Jenis-jenis pembawa
Air pro
airAir pro 02 injeksi
injeksi 01
Air yanag diinjeksi yang bebas co2
CO2 mampu menguraikan
distelisasi dan dikemas dengan garam natrium dari senyawa
cara yang sesuai tidak organik seperti barbiturat dan
mengandung bahan sulfonamid kembali membentuk
antimikroba/bahan tambahan
lainnya Air pro
asam lemah yang mengendap

Air pro injeksi


bebas o2
03 04 injeksi
BAKTERIO
Air steril untuk injeksi yang
Digunakan untuk melarutkan
zat aktif yang mudah STATIK
mengandung satu atau lebih
teroksidasi seperti zat antimikroba yang sesuai
apomorfin,klorfeniramin,dll.
Pembawa non
airUmum pembawa non air:
Syarat
 Tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi
 Dapat tersatukan dengan zat aktif
 Inert secara farmakologi dan tidak menimbulkan efek samping Pembawa non air
 Stabilitas fisik dan kimia pelarut pada berbagai tingkatan pH digunakan Jika:
 Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikan  Zat aktif tidak
dengan mudah larut dalam air
 Harus tetap cair pada rentang suhu tertentu  Zat aktif terurai
 Mempunyai ttitk didih yang tinggi sehingga dapa dilakukan sterlisasi dalam air
panas  Diinginkan
 Tekanan uap yang rendah mencegah timbulnya masalah selama
kerja depo
sterilisasi
dalam sediaan
 Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh
Jenis pelarut non air
1. Pelarut non air yang dapat
bercampur dengan air
 Dapat dijadikan kosolven bertujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif serta stabilitas
zat tertentu yang mudah terhidrolisis.
 Pelarut yang digunakan yaitu etanol,propilenglikol, polietilenglikol, dan glisering
 Campuran pelarut ini dapat menyebabkan iritasi/peningkatan toksisitas terutama jika digunakan
dalam konsentrasi tinggi
 Dapat dijadikan kosolven bertujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif serta stabilitas
zat tertentu yang mudah terhidrolisis.
 Pelarut yang digunakan yaitu etanol,propilenglikol, polietilenglikol, dan glisering
 Campuran pelarut ini dapat menyebabkan iritasi/peningkatan toksisitas terutama jika digunakan
dalam konsentrasi tinggi
2. Pelarut non air yang tidak dapat
bercampur dengan air

 Penggunaan pelarut minyak bertujuan untuk


meningkatkan kelarutan zat aktif dan untuk membuat
sediaan lepas lambat
 Biasanya sediaan bahan pembawa ini hanya diberikan
secara IM
 Penggunaan pelarut minyak bertujuan untuk
meningkatkan kelarutan zat aktif dan untuk membuat
sediaan lepas lambat
 Biasanya sediaan bahan pembawa ini hanya diberikan
secara IM
Jenis pembawa non air yang tidak dapat
bercampur dengan air yang dapat digunakan
Minyak sebagai pembawa sediaan injeksi
• lemak :
Campuran ester asam lemak tidak jenuh dan gliserol
• Pada label dicantumkan jenis pembawa minyak yang digunakan (pada beberapa orang dapat menimbulkan reaksi alergi).
• Tidak boleh mengandung minyak mineral atau parafin cair (tidak dapat dimetabolisme dan dapat menimbulkan reaksi terhadap
jaringan atau tumor).
• Harus berbentuk cair pada suhu kamar dan tidak boleh menjadi tengik Untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi maka +
antioksidan (BHA, BHT, tokoferol, propilgalat, dll)
• Minyak wijen (sesame oil) (lebih banyak digunakan) merupakan minyak yang paling stabil dibandingkan minyak tumbuhan lain
(kecuali terhadap cahaya) dan dan didalamnya sudah mengandung antioksidan alami.
• Suatu minyak lemak agar dapat diberikan secara intravena harus dibuat dalam bentuk emulsi yang stabil.
• Minyak lemak nabati yang digunakan harus tetap jernih bila didinginkan sampai suhu 10°C untuk menjamin kestabilan dan
kejernihan produk injeksi
Minyak Lemak Pembawa non air (FI IV Hal 10)
Minyak lemak berasal dari tanaman, tidak berbau atau hampir tidak berbau, tidak tengik.
Harus memenuhi persyaratan uji Parafin Padat seperti yang tertera pada Minyak Mineral,
tangas pendingin, dipertahankan suhu 10°C, Bilangan Penyabunan antara 185-200, Bilangan
Iodium 79-128 seperti tertera pada Lemak Dan Minyak Lemak dan memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Bahan tak tersabunkan : Memenuhi syarat Bahan Tak Tersabunkan
Zat tak tersabunkan dalam minyak atau lemak adalah zat yang tidak tersabunkan oleh alkali
hidroksida, tetapi larut dalam pelarut lemak, dan hasil penyabunan yang larut dalam pelarut
tersebut.
b. Asam Lemak Bebas :
Tidak lebih dari 2,0 ml NaOH 0,02 N LV diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
dalam 10 g minyak lemak.
Revisi : Keasaman lemak dan minyak lemak dinyatakan sebagai jumlah ml alkali 0,1 N
(NaOH 0,1N) yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas dalam 10,0 gr zat atau dapat
dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas 1 gram
zat. (FI IV hal 948-949)
BAHAN
PEMBANTU
A. PENGATUR
 TONISITAS
Jika suatu larutan konsentrasinya =
konsentrasi dalam sel darah merah
 tidak terjadi pertukaran cairan di Larutan perlu isotonis agar:
antara keduanya  Isotonis  Mengurangi kerusakan jaringan
(ekivalen dengan 0,9% NaCl)
dan iritasi
 Hipotonis : mengembang  pecah
 air berdifusi kedalam sel  Mengurangi hemolisis sel darah
(hemolisis)  kurang dapat  Mencegah ketidakseimbangan
ditoleransi  pecahnya sel bersifat elektrolit
irreversibel.  Mengurangi sakit pada daerah
 Hipertonis : kehilangan air dan injeksi
mengkerut (krenasi)  cukup
dapat ditoleransi  reversible
Larutan isotonis tidak selalu
mungkin karena:
1) konsentrasi obat tinggi, tetapi
batas volume injeksi kecil
2) variasi dosis pemberian
3) metode pemberian
4) pertimbangan stabilitas
produk
Contoh bahan pengisotonis :
1. NaCl 0,9%
2. Sukrosa 9,25%
3. Glukosa/dekstrosa 5,5%
4. Natrium Sitrat, natrium
suftat 1,6%
Tujuan Penggunaan Dapar :
b. Pengatur ph (dapar)  Meningkatkan stabilitas obat
Pada pH tertentu penguraian obat menjadi minimal,
misalnya pada zat aktif berikut : antibiotik (penisilin,
tetrasiklin), basa sintetis (adrenalin), polipeptida
Pengaturan pH sediaan dapat (insulin,oksitocin,vasopresin), alkaloida (senyawa
dilakukan dengan 2 cara yaitu ergot), vitamin (B12, vit C).
 Mengurangi rasa nyeri, iritasi, nekrosis saat
1. adjust pH
penggunaanya
2. pemakaian dapar.
Penambahan larutan dapar dalam larutan ini hanya
(Lachman Parenteral dilakukan untuk larutan obat suntik dengan pH 5,5 –
Medication, vol. 1, 2nd ed., 7,5. Untuk pH < 3 atau > 10 sebaiknya tidak didapar
93*). karena sulit dinetralisasikan.
 Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
Bukan tujuan dapar yang sebenarnya, tetapi larutan
dalam suasana sangat asam atau sangat basa dapat
digunakan untuk mencapai maksud–maksud tersebut,.
 Meningkatkan aktivitas fisiologis obat
c.
Pengawet
Pengawet yang ideal (Todd R.G Pharmaceutical
Handbook, hal 50*) :
Penambahan pengawet tidak
1.Mempunyai aktivitas antimikroba yang tinggi dan
dibenarkan pada:
spektrumnya luas, bekerja pada temperatur dan pH yang
luas.
- Sediaan volume besar
2.Mempunyai stabilitas yang tinggi pada range (>100ml, misalnya infus)
temperatur dan pH yang digunakan - Volume injeksi >15mL dosis
3.Tidak menyebabkan keracunan, karsinogenik, iritan, dan tunggal, kecuali jika dikatakan
menyebabkan sensitisasi pada konsentrasi yang lain
digunakan. - Sediaan untuk rute-rute
4. Tidak toksik pada konsentrasi yang digunakan
tertentu yang tidak boleh
5.Tersatukan dengan komponen lain dalam sediaan ditambahkan antimikroba seperti
intra sisternal, epidural, intra
6.Cepat larut pada konsentrasi yang digunakan thekal, atau rute lain yang
melalui cairan serebrospinal/
7.Bebas dari bau, rasa, warna retrookular(BP 2008, 2367*)
d. berdasarkan mekanisme
antikosidan kerjanya :

01. 02. 03. 04.


Agen
Zat sinergis Pengompleks
pereduksi Agen • Meningkatkan efek • Membentuk
kompleks dengan
•Potensial oksidasi pemblokir antioksidan lain
t erut am a agen ion logam yang
•Memutuskan rantai mengkatalis
rendah  teroksidasi pemblokir oksidasi  reaksi
oksidasi • Vit C (0,01-0,05%) diperlambat :
lebih dahulu •Ester as askorbat • As sitrat (0,005- Garam EDTA (0,01-
•Vit C (0,2-0,1%) 0,01%) 0,075%)
(0,001-0,015%)
•Na bisulfit (0,1-0,15%) • As t ar t r at (0,01- • Meningkatkan
•BHT (0,005-0,02%) efek pengawet :
•Na metabisulfit (0,1- 0,02%)
•Vit E (0,05-0,075%) benzalkonium
0,15%) • As fosfat (0,005- klorida & EDTA
•Tiourea (0,005%) 0,01%)
e. suspending
agent

Suspending agent yang umum digunakan :


1. CMC Na. [0,05 – 0,75 %] (HOPE 6th ed.,
118)
2. PVP [<5%] (HOPE 6th ed., 582)
3. Sorbitol [10 -25%] (HOPE 6th ed.,679 
untuk IM)
4. IM Minyak : gelatin (2%), manitol (50%)
f. anastetika g. wetting agent
lokal
• Suspensi
• Mengurangi rasa nyeri akibat
• Pembasah
larutan yang kental dan
• Mencegah pertumbuhan kristal
dan terlalu asam
• Bila diperlukan
• Co : stertomycin + 0,5%
• Hanya untuk pelarut air
prokain HCl
• Tween 80, propilen glikol,
• Novokain & benzil alkohol lecithin (0,5-2,3%),
polioksietilen – polioksipropilen,
silikon trioleat
h. solubilizing
agent

• Suspensi
• PEG 300 (0,01-50%)
• Propilenglikol (0,2-50%)
• Povidon (0,2-1%)
05. Review Jurnal
Bahan dan metode
Medroksi progesteron asetat diperoleh dari
Crystal pharma sebagai sampel hadiah.
Polyethylene glycol 3350 dibeli dari Sigma
Aldrich, USA. Polysorbaten80, poloxamer-188,
benzyl alkohol, natrium klorida dan natrium
hidroksida diperoleh dari Merck Chemicals
Ltd., Mumbai. Semua bahan kimia dan reagen
lain yang digunakan adalah reagen analitik
(AR) grade.
formulasi
prosedur

1 2 3 4
Studi Studi Karakterisasi Persiapan
preformulasi Pembubaran fisik suspensi suspensi
In vitro
Studi
01 preformulasi
Preformulasi adalah studi yang
menghasilkan informasi yang diperlukan
terkait dengan sifat fisikokimia calon obat
untuk mengembangkan bentuk sediaan
yang aman, efektif dan stabil. Studi ini
termasuk Karakterisasi fisik dari API ;
Kelarutan API ; dan Studi kompatibilitas
eksipien obat
0 Studi pembubaran in
vitro
2 Uji disolusi in vitro dilakukan dengan
menggunakan peralatan USP tipe-IV
(Flow through cell) 9. 900 mL buffer
fosfat pH 7,4 dan SLS 0,50%
digunakan sebagai media disolusi.
Keranjang diputar pada 50 rpm dan
suhu dipertahankan pada 37 ± 0,5ºC.
Pengambilan sampel dilakukan secara
berkala dan dianalisis dengan HPLC.
03 Karakterisasi fisik suspensi
UKURA
N
PARTIKE pH
L

OSMOL
ALITAS VISKOS
ITAS
04 Persiapan
Suspensi cairan medroksi progesteron asetat dibuat
suspensi
dengan metode pengadukan cepat. Jumlah PEG-3350,
poloksamer 188, Polisorbat 80, benzil alkohol dan
natrium klorida yang ditimbang secara akurat
dilarutkan dalam air Milli-Q dengan pengadukan
terus menerus. API ditambahkan selama kondisi
pengadukan, minimal selama 45 menit 8. Desain
formulasi untuk suspensi medroksi progesteron asetat
diwakili oleh formulasi yang telah disusun.
KOMPATIBILITAS OBAT

EKSIPIEN DENGAN
FTIR
FUNGSI
EKSIPIEN
 Sodium chloride: Bahan pengisotonis. Untuk menghasilkan larutan isotonis dalam
sediaan intravena atau sediaan untuk mata.

 Benzyl Alcohol: Sebagai Agen antimikrobial/pengawet agar produk terlindungi dari


kontaminasi mikroba yang tidak disengaja selama penggunaan klinis dan
mempertahankan kondisi steril. Umumnya Benzil alkohol digunakan pada konsentrasi
0,9%-1,5%

 Poloxamer 188 : sebagai surfaktan untu meningkatkan kelarutan dgn menurunkan


tegangan permukaan dan pembasahan zat aktif sehingga akan meningkatkan kelarutan.
lanjutan,,,
 PEG-3350 : Sebagai Kosolven, sebagai pelarut yang bersama dgn pelarut lain dapat melarutkan zat
terlarut.

 Polysorbate 80: sebagai surfaktan untu meningkatkan kelarutan dgn menurunkan


tegangan permukaan dan pembasahan zat aktif sehingga akan meningkatkan kelarutan.

 Hydrochlorid Acid (HCl) :Penambah keasaman/ pH stabilitas, pH dimana penguraian zat


aktif paling minimal, sehingga diharapkan efek farmakologi tercapai.

 Sodium Hidroksida: Penambah kebasaan


Thank
you!

Anda mungkin juga menyukai