SEDIAAN STERIL
Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air,
maka pengatasannya dengan dibentuk sediaan kering
steril atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven :
pelarut pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi
campuran. Macam-macam kosolven yang bisa digunakan :
glikol, etanol/alkohol, dimetil asetamid, dimetil
formasmide, DMSO, aseton, asam organik (asam laktat
dan asam sitrat), surfaktan (chremophor, lesitin).
JENIS-JENIS PELARUT
1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan
air.
PELARUT AIR
• Digunakan bila :
1. Zat aktif tidak larut dalam pembawa air
2. Zat aktif terurai dalam pembawa air
3. Diinginkan kerja depo dari sediaan
PEMILIHAN PELARUT NON AIR
• 2. Propilen glikol
Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
injeksi senyawa golongan barbiturat, beberapa
alkaloida dan antibiotika.
Sediaan yang mengandung propilen glikol dapat
menimbulkan rasa nyeri dan iritasi pada tempat
penyuntikan, sehingga perlu ditambahkan lokal
anastetik seperti benzil alkohol.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR
DENGAN AIR :
• 3. Polietilen glikol
Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi adalah yang
mempunyai bobot molekul rendah (300-400) dan berbentuk
cairan.
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau
polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan
barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR
DENGAN AIR :
4. Gliserin
Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik didih tinggi,
dapat bercampur dengan air maupun alkohol dan merupakan
pelarut yang baik untuk beberapa zat.
Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek
konvulsi dan gejala paralitik karena kerja langsung gliserin
terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak
terlihat adanya efek toksik.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR
• Minyak hewan : Tidak digunakan sebagai pembawa
• Minyak mineral atau parafin cair: tidak boleh
digunakan karena tidak dapat dimetabolisme tubuh
dan dapat menimbulkan tumor atau reaksi
terhadap jaringan
• Minyak tumbuhan :
1. Mudah tengik, karena mengandung asam lemak
bebas terutama asam lemak tidak jenuh. Untuk
mengatasi ketengikan dengan menambahkan
antioksidan (BHA, BHT).
PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR
DENGAN AIR
1. Kosolven
• Seringkali zat lebih larut dalam campuran pelarut
daripada dalam satu pelarut saja
• Gejala itu disebut cosolvency
• Pelarut yang dlm kombinasi meningkatkan
kelarutan zat terlarut disebut cosolvent
• Mekanisme: pelarut campur mengatur polaritas
pelarut pada harga yang diinginkan zat terlarut
2. Surfaktan
SURFAKTAN
1. Struktur Molekul
Kelarutan suatu zat juga bergantung pada
struktur molekulnya seperti perbandingan
gugus polar dan gugus non polar dari
molekul. Semakin panjang rantai non polar
dari alkohol alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN OBAT
3. Pengaruh Suhu
Endotermik T naik Kelarutan naik
Eksoterm T naik Kelarutan turun
Contoh Kasus
Natrium sulfat bentuk hidrat (endotermik), bentuk
anhidrat (eksotermik) kelarutannya berbeda
Natrium klorida tdk menyerap atau melepaskan
panas ??????
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN
OBAT
• 4. Pengaruh pH
- Banyak obat bersifat asam lemah atau basa lemah
jika bereaksi dgn as. atau basa kuat serta dlm jarak pH
tertentu berada sebagai ion yg biasanya larut dalam air
- Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi, asam
aromatik, fenol) larut dlm NaOH encer, karbonat dan
bikarbonat
- Basa lemah (mengandung Nitrogen basa alkaloid)
larut dalam asam encer
Cara Memperbaiki Kualitas Air
1. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis (lanjutan..)
• Osmosis merupakan proses perpindahan zat cair dari tekanan tinggi ke tekanan
yang lebih rendah melalui membran semipermeabel. Proses ini terus berlangsung
hingga konsenstrasi kedua tempat sama. Sistem Reverse Osmosis menggunakan
pompa untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk
"mendorong" air dari tekanan tinggi melalui membran semipermeabel menuju ke
daerah yang mempunyai tekanan yang lebih rendah.
2. Destilasi
• Untuk menghasilkan Water for Injection, Purified Water
hasil dari proses Water Softener ditampung di tangki
penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini PW
dilakukan enam tingkat destilasi untuk menghasilkan
Water for Injection (WFI). Untuk menguapkan air pada
stage pertama digunakan plant steam dengan suhu
150oC. Air dipanaskan sampai suhunya sama dengan
plant steam, uap yang dihasilkan dikondensasikan dan
masuk ke dalam kolom kedua. Pirogen yang tertinggal
di bawah kolom pertama dan proses ini berulang
sampai kolom destilator ke 6. Proses di atas
menghasilkan Water for Injection yang disimpan dalam
storage tank pada 80 C dengan sistem looping.
3. Ionic Exchange
• Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang
(crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang
dapat dipertukarkan.
Ionic Exchange (lanjutan..)
• Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion
pengganggu, memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air
atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan
kromatografi penukar ion.
Ionic Exchange (lanjutan..)
• Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang dibuat dari
proses depirogenasi purified water menggunakan water for
Injection generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut obat
tetes mata ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin
untuk proses steril. Persyaratan dari air ini adalah harus bebas
bacterial endotoxin dan harus steril.
Penyimpanan