Anda di halaman 1dari 5

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI

YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE


KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Afdhil Arel1), B.A. Martinus1), Romi Nofiandri1)

1)
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang

INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang penetapan kadar kofein dalam minuman berenergi yang
beredar dipasaran secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Minuman energi ini difraksinasi
dengan kloroform. Hasil fraksi kloroform diuapkan dengan rotary evaporator. Kadar kofein
diukur dengan kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom LC- 20AD dengan panjang 25
cm dan detektor SPD-20MAD dengan panjang gelombang 272nm. Fase gerak yang digunakan
Metanol : Air (50:50)dengan laju alir 1 mL/menit. Dari hasil penelitian didapatkan kadar kofein
dalam 1 botol sampel Kr =27,73 mg, M =34,14 mg, , Pm=28,41 mg dan sampel Lv =69,78 mg.
Hasil tersebut sampel Lv yang melebihi batas yang telah ditentukan oleh SNI No. 01-6684-2002
yaitu kurang dari 50 mg persaji.
Kata Kunci : KCKT (Kromatografi cair kinerja tinggi, Koffein

ABSTRACT

This research is telling about estimating amount of coffeine cosumption in energy drink
which available in the market with HPLC method. Energy drink filtrat fractionated with
chloroform and chloroforom fractionation evaporated by rotary evaporator. Coffein amount
measured by HPLC using column LC- 20 AD ( Length 20 cm ) and detector SPD – 20 MAD (λ
272 nm) with mobile phase methanol : water (50:50). Amount estimating of coffein from this
research in 1 bottle Sample Kr =27,7264 mg, M =34,140 mg, Pm=28,41 mg and sample Lv=
69,78 mg. The results sample Lv that exceed the limit set by SNI Num. 01-6684-2002 is less than
50 mg.
Keywords: HPLC(high performance liquid chromatography), Coffeine

PENDAHULUAN dan minuman (Departemen Kesehatan,


Kesehatan merupakan keadaan 1992).
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang Di kota Padang banyak dijual
memungkinkan setiap orang hidup produktif minuman berenergi yang sebagian besar
secara sosial dan ekonomis. Dan upaya pembeli atau pengguna minuman berenergi
kesehatan adalah kegiatan untuk memelihara adalah para pengemudi kendaraan,
dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan khususnya para supir bus antar kota.
oleh pemerintah atau masyarakat. Setiap Minuman berenergi memungkinkan para
orang memiliki hak yang sama dalam supir untuk selalu waspada saat berkendara,
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. karena minuman berenergi dapat memberi
Dalam rangka efek tidak mudah lelah dan ngantuk, karena
peningkatan derajat kesehatan masyarakat di dalam minuman berenergi terdapat
maka pemerintah telah mengusahakan komposisi kofein yang berperan sebagai zat
berbagai cara dan upaya sebagaimana aktif yang dapat menimbulkan efek tidak
dijelaskan dalam Undang – Undang No. 23 mudah ngantuk dan dapat menjaga stamina
tahun 1992, yaitu penyelenggaraan tubuh. Kofein sebagai zat stimulan tingkat
kesehatan sebagaimana dimaksudkan sedang memang seringkali dituding sebagai
dalam pasal 10 yang dilakukan melalui penyebab kecanduan. Hal tersebut tidak
beberapa kegiatan, dimana salah satu dari sepenuhnya benar, kafein hanya dapat
kegiatan itu adalah pengamanan makanan menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi

19
dalam jumlah yang sangat banyak dan rutin. corong pisah, penyaring membrane
Namun kecanduan kofein berbeda dengan milipore 0,22 mm, alat untuk
kecanduan obat psikotropika, karena menghilangkan gas yang terdapat dalam
gejalanya akan hilang dalam satu dua hari larutan (Branson 1800), rotary
setelah konsumsi (Moore, 2001). evaporator, kertas saring
Pemerintah telah menetapkan
standar kofein pada minuman berenergi PROSEDUR PENELITIAN
yaitu SNI No 01-6684-2002 tentang Pengambilan Sampel
minuman berenergi. Tujuan dari SNI
tersebut adalah untuk melindungi konsumen Sampel yang diambil adalah Minuman
dari efek negatif kafein yang berlebih. berenergi dari merek Kr, Pm, Lv dan M
Namun disisi lain, konsentrasi kofein yang yang beredar di pasaran kota Padang. Dari
telah ditentukan tersebut tidak memberikan masing- masing produk diambil empat
efek stamina yang instan bagi konsumen, sampel dengan nomor batch, tanggal
sehingga dimungkinkan ada produsen yang kadaluwarsa dan waktu produksi yang
meningkatkan kadar kafeinnya untuk sama, sehingga sampel dianggap homogen.
menghasilkan efek yang cepat bagi
pengkonsumsinya. Kadar maksimum pada
minuman berenergi berdasarkan peraturan Ekstraksi Kofein dalam Sampel
menurut SNI No 01-6684- 2002 yaitu 50 mg Siapkan minuman berkofein seperti
persaji (SNI, 2002). minuman berenergi, ambil sebanyak
Dari uraian tersebut penulis tertarik 50mL. Masukan ke corong pisah dan
untuk melakukan penelitian apakah difraksinasi dengan 4 x 25 mL kloroform
kandungan kofein dalam minuman berenergi selama 15 menit. Kloroform akan
kemasan botol yang beredar di daerah kota memisahkan kafein dari minuman, akan
Padang memenuhi syarat atau tidak. Metode terbentuk 2 lapisan air dan kloroform.
yang digunakan dalam penetapan kadar Kemudian lapisan kloroform dipisahkan,
kofein pada minuman berenergi kemasan gabungkan hasil fraksinasi dari masing-
botol yang beredar di daerah kota Padang, masing kloroform. Tambahkan Na2SO4
yaitu menggunakan metoda kromatografi anhidrat yang berfungsi sebagai pengikat
cair kinerja tinggi (KCKT). Pemilihan air pada kloroform, kemudian disaring.
Metode ini dikarenakan waktu analisis Kloroform hasil saringan diuapkan
cepat, daya pisah baik memiliki kepekaan menggunakan rotary evaporator maka
yang tinggi bisa untuk molekul besar akan terbentuk ekstrak kental
dan kecil mudah untuk memperoleh kembali
cuplikan (Johnson & Stevenson, 1991).
Pembuatan larutan Standar
METODE PENELITIAN
Bahan Timbang 50 mg kofein standar, dilarutkan
dengan air dalam labu ukur 100 mL,
Minuman berenergi, etanol, kemudian tambahkan aquabidest sampai
reagen Parry, NH4OH pekat, asam tanda batas hingga didapatkan konsentrasi
klorida, kalium klorat, natrium sulfat, kafein standar 500 µg/mL.
kloroform p.a, aquabidest, metanol p.a,
kofein pembanding kimia. Penentuan dan Pemilihan Kondisi
Analisa
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam a. Panjang gelombang serapan
penelitian meliputi : HPLC SHIMADZU, maksimum
UV- VIS detector, kolom vp ods C18 Dibuat larutan standar kofein 15
dengan panjang kolom 50 x 4,6, µg/mL dengan melakukan pengenceran
Volume injector (20 µL), timbangan dari larutan standar 500 µg/mL.
analitik, labu ukur, pipet ukur, Kemudian diukur serapannya dengan
erlenmeyer, gelas piala, corong, pipet spektrofotometerdidapatkan panjang
tetes, cawan penguap, batang pengaduk, gelombang 272 nm.

20
b. Fase gerak yang diperoleh dan dari data
Fase gerak yang digunakan adalah simpangan baku.
methanol : air dengan perbandingan c. Presisi
(50:50). Larutan standar kofein dengan
c. Kecepatan alir konsentrasi 40 µg/mL, dipipet 0,1 mL.
Kemudian dimasukkan ke labu ukur 10
Kecepatan alir yang digunakan
mL dan dicukupkan volumenya dengan
adalah 0,8 mL/menit dan 1,0
fase gerak. Lalu saring dengan
mL/menit. Untuk pemilihan kondisi
penyaring membrane milipore 0,22
analisa, dibuat larutan standar kofein
mm dan diinjeksikan
30 µg/mL dengan melakukan
20 µl ke sistem KCKT, dielusi dengan
pengenceran dari larutan standar
kofein 500 µg/ml. Kemudian fase gerak yang. Percobaan dilakukan
sebanyak 5 kali. Lalu dihitung
diinjeksikan larutan tersebut
simpangan baku dan koefisien
sebanyak 20 µL ke alat KCKT pada
panjang gelombang maksimum, variasinya (KV).
dengan kecepatan 0,8 mL/menit dan
Penetapan Kadar Kofein
1,0 mL/menit, dengan fase gerak
metanol : air (50:50). Ekstrak Sampel dicukupkan
dengan methanol sampai 10 mL, di pipet
Pembuatan kurva kalibrasi 3 mL masukan dalam labu 10 mL
cukupkan dengan methanol, sehingga
Dari larutan standar kofein dengan terbentuk larutan ekstrak kemudian di
konsentrasi 500 µg/mL, dipipet 0,2; pipet 2 mL encerkan dengan methanol
0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mL berturut-turut dalam labu 50 mL , Hasil yang diperoleh
dan dimasukkan kedalam labu ukur 10 diinjeksikan 20 µL ke alat KCKT.
mL, dicukupkan volumenya dengan fase Kromatogram yang diperoleh
gerak sampai tanda batas hingga dibandingkan dengan kromatogram baku
diperoleh konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan pembanding dan kadarnya dihitung
50 µg/mL. Kemudian masing- masing dengan menggunakan kurva kalibrasi.
konsentrasi diinjeksikan sebanyak 20
µL ke alat KCKT dengan kondisi
analisa terpilih, lalu dianalisis hubungan HASIL DAN PEMBAHASAN
antara konsentrasi dengan luas puncak
kromatogram dan dicari persamaan Hasil
regresi linearnya. Setelah dilakukan penelitian tentang
penetapan kadar kofein dalam minuman
Validasi Metoda Analisis berenergi secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT), maka diperoleh hasil
a. Linieritas sebagai berikut :
Larutan standar dengan konsentrasi
10, 20, 30, 40 dan 50 µg/mL 1. Identifikasi kofein dalam sampel
diinjeksikan sebanyak 20 µl ke dengan menggunakan reagen Parry
dalam sistem KCKT. Kurva memberikan hasil negatif, reaksi
kalibrasi dibuat dengan memplot murexid memberikan hasil yang
konsentrasi dan luas puncak pada positif, reaksi murexid memberikan
masing-masing konsentrasi. Harga warna merah keunguan yang
koefisen korelasi (r) ditentukan menandakan adanya kofein dalam
dengan persamaan regresi linier : sampel.
y = a + bx. 2. Penentuan dan pemilihan kondisi
b. Sensitifitas analisa dilakukan pada fase gerak
Sensitifitas ditentukan dari metanol : air dengan tiga
perhitungan nilai batas deteksi (BD) perbandingan dan laju alir 0,8 dan 1
dan nilai batas kuantitasi (BK). mL/menit. Pada laju alir 0,8
Penentuan BD dan BK dihitung dari ml/menit dengan fase gerak metanol
persamaan regresi kurva kalibrasi : air (20:80) diperoleh waktu retensi

21
kofein pada 7,454 menit dengan pada sampel minuman energi .
jumlah plat teoritis 17094.158 dan Untuk menarik kofein dalam
nilai HETP 8,775. Pada fase gerak minuman energi dilakukan fraksinasi dengan
metanol : air (70:30) diperoleh kloroform karena kofein larut dalam 6
waktu retensi kofein 4,694 menit bagian kloroform. Metoda fraksinasi ini
dengan jumlah plat teoritis 2075.508 dilakukan dalam corong pisah. Setelah
dan nilai HETP 72,271 . Sedangkan fraksinasi selesai, seluruh fraksi kloroform
untuk laju alir 1 ml/menit pada fase digabungkan dan diuapkan dengan
gerak metanol : air (50:50) diperoleh menggunakan rotary evaporator . Proses
waktu retensi kofein lebih cepat penguapan berjalan dalam keadaan vakum
3,554 menit dengan jumlah plat sehingga kloroform dapat menguap dengan
teoritis 5416.594 dan nilai HETP mudah, bahkan sebelum mencapai titik
27,639 . didihnya. Dengan demikian proses
3. Pada pembuatan kurva kalibrasi penguapan dapat berjalan lebih cepat dan
dengan pelarut metanol juga dapat mengatasi kemungkinan rusaknya
menggunakan sederetan larutan sampel karena pemanasan yang terlalu lama.
standar (10, 20, 30, 40, dan 50 Analisis kofein secara kualitatif
µg/mL) diperoleh persamaan dilakukan dengan menggunakan reaksi
regresi linear y = a + bx. murexid dan reagen Parry. Reagen Parry
4. Untuk pengujian linearitas, menggunakan kobal nitrat dalam metanol
berdasarkan perhitungan statistik tidak memberikan warna hijau . Reaksi
regresi linier diperoleh nilai koefisien murexid akan memberikan warna
korelasi untuk baku kofein adalah merah violet bila di uap amoniak dan hilang
0,9995. dengan penambahan alkali kuat. Timbul
nya warna ini karena adanya pemecahan
5. Untuk batas deteksi dan batas
oksidatif struktur purin.
kuantitasi, dari hasil pengujian
Penetapan kadar konsumsi kofein
diperoleh batas deteksi kofein pada
pada penelitian ini dilakukan menggunakan
konsentrasi 1,806913532 µg/mL dan
metoda kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
batas kuantitasi pada konsentrasi
Metoda ini dipilih karena tidak memakan
6,023045 µg/mL.
waktu yang cukup lama dan memiliki
6. Dari hasil uji presisi dengan baku ketepatan dan ketelitian yang relatif tinggi
kofein konsentrasi 40 µg/ml (Rohman, 2009). Metoda kromatografi
diperoleh nilai simpangan baku yang digunakan adalah fase terbalik,
6,46510 dan KV 1,598%. dimana fase diam yang digunakan adalam
Perhitungan kadar kofein dalam 1 colom LC- 20 AD yang bersifat non polar
botol (150 mL), Sampel Kr =27,73 dan fase geraknya metanol : air yang
mg, sampel M =34,14 mg, sampel bersifat polar.
Lv =69,78 mg, sampel Pm=28,41 Pengukuran panjang gelombang
mg maksimum kofein dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer ultraviolet
Pembahasan pada panjang gelombang 200-400nm dan
Pada penelitian ini digunakan empat diperoleh penjang gelombang serapan
sampel minuman energi yang beredar di maksimum kofein dalam metanol pada 272
pasaran kota padang pemilihan sampel ini nm dengan nilai absorban 0,622. Panjang
dikarenakan banyak dikonsumsi oleh gelombang ini yang akan digunakan pada
masyarakat, dan dikatakan juga memiliki detektor pada KCKT.
kadar kofein yang tinggi . Dalam kondisi pemilihan optimum
Berdasarkan SNI tentang minuman ada beberapa faktor yang perlu di
energi , kadar kofein yang terdapat pada perhatikan, yaitu nilai efisiensi kolom (N),
Minuman energi kurang dari 50 mg . Oleh HETP, waktu retensi dan puncak
karena itu perlu kiranya di lakukan kromatogram yang dihasilkan. Efisiensi
penelitian untuk mengetahui dan menetukan kolom (N) adalah jumlah plat teori
kadar konsumsi kofein dalam Minuman sedangkan HETP adalah tinggi setara
energi. Untuk data pendukung dilakukan lempeng teoritis. Kolom yang baik akan
analisis kualitatif dan kuantitatif dari kofein

22
mempunyai nilai N yang tinggi dan HETP hasil pengukuran tidak memenuhi kriteria
yang rendah. Waktu retensi adalah waktu cermat dan seksama.
yang dibutuhkan oleh analit mulai saat Hasil pemeriksaan kadar kofein
injeksi sampai keluar dari kolom. masing–masing sampel menggunakan
Kromatogram yang baik memiliki waktu persamaan regresi linier didapatkan kadar
retensi yang pendek dengan puncak yang kofein dalam sampel minuman energi.
tajam dan tidak lebar serta pemisahan yang Sampel Kr =27,73 mg, sampel M =34,14
jelas. Berdasarkan data- data yang diperoleh mg, sampel Lv =69,78 mg, sampel
untuk pemelihan kondisi optimum, fase Pm=28,41 mg
gerak metanol: air ( 50 : 50) dengan Dari penetapan kadar keempat jenis
laju alir 1 mL/menit memberikan hasil yang sampel tersebut, pada sampel Lv terdapat
paling baik karena memiliki nilai N yang kadar kofein yang lebih tinggi melebihi
tinggi dan HETP yang rendah. Selain itu batas yg telah ditentukan oleh SNI No.
juga puncak yang dihasilkan tajam dan 01-6684-2002.
tidak lebar serta waktu retensi yang tidak
terlalu lama yaitu, 3,554 menit, Waktu
retensi ini tidak mutlak bahkan dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
bergeser, ini dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu perbedaan waktu retensi , lamanya Kesimpulan
menginjeksi, pemutaran valve dan pengupan Dari hasil penelitian dapat
selektif dari fase gerak. disimpulkan bahwa kadar kofein dalam 1
Validasi metoda analisis dilakukan botol (150mL) sampel Kr =27,73 mg, M
untuk memastikan bahwa beberapa =34,14 mg, , Pm=28,41 mg dan sampel Lv
parameter metoda analisis yang digunakan =69,78 mg. Pada hasil tersebut sampel Lv
memenuhi persyaratan yang telah yang melebihi batas yang telah ditentukan
ditetapkan, terutama untuk menjamin bahwa oleh SNI No. 01- 6684-2002 yaitu kurang
metoda analisis tersebut memberikan hasil dari 50 mg persaji.
yang cermat dan handal sehingga dapat
dipercaya. Parameter tersebut meliputi Saran
linearitas, batas deteksi, dan batas kuantitas. Pada peneliti selanjutnya disarankan
Linearitas merupakan ukuran seberapa untuk melakukan analisa kuantitatif kofein
baik kurva kalibrasi yang menghubungkan pada jenis bahan minuman lain dan kepada
antara respon (y) dengan konsentrasi (x ) masyarakat terutama anak –anak dan orang
(Rohman, 2009). Berdasarkan perhitungan dewasa sebagai konsumen agar tidak
statistik regresi linear kurva kalibrasi berlebihan dalam mengkosumsi minuman
diperoleh persaman regresi linear y = berenergi
55904,9 + 57286,99x. Dengan koefisiensi
korelasi (r) = 0,9995. Nilai (r) tersebut DAFTAR PUSTAKA
mendekati 1, menunjukkan bahwa kurva
kalibrasi yang dibuat telah membentuk satu Departemen Kesehatan, 1992. Undang-
garis lurus linear. Undang Tentang Kesehatan Nomor 23.
Batas deteksi merupakan konsentrasi Jakart
analit terendah dalam sampel yang masih Johnson, E. and L., Stevenson, R., 1991,
dapat dideteksi dan memberikan respon Dasar Kromatografi Cair, Penerbit
yang signifikan, sedangkan batas kuantitas ITB, Bandung, 1-54.
merupakan jumlah terkecil analit yang msih Moore, 2001, Essensial Obstetri dan
dapat memenuhi kriteria cermat dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta.
seksama. Dari hasil pengujian diperoleh Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk
batas deteksi pada konsentrasi 1,806913532 Analisis Obat, Graha Ilmu,
µg/mL dan batas kuantitas pada konsentrasi Yogyakarta.
6,023045 µg/mL. Hasil pengukuran Standar Nasional Indonesia, Minuman
konsentrasi larutan sampel menunjukkan Energi, No. 01- 6684- 2002.
bahwa konsentrasi tidak melewati batas
deteksi dan batas kuantitas. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari

23

Anda mungkin juga menyukai

  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen6 halaman
    JURNAL
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Elsa Yuliza
    Skripsi Elsa Yuliza
    Dokumen69 halaman
    Skripsi Elsa Yuliza
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen6 halaman
    JURNAL
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Registrasi Dan Notifikasi Buk Revi
    Registrasi Dan Notifikasi Buk Revi
    Dokumen12 halaman
    Registrasi Dan Notifikasi Buk Revi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Cpob 2012
    Cpob 2012
    Dokumen309 halaman
    Cpob 2012
    Rizka Sarastri Sumardiono
    Belum ada peringkat
  • Registrasi Dan Notifikasi Buk Revi
    Registrasi Dan Notifikasi Buk Revi
    Dokumen12 halaman
    Registrasi Dan Notifikasi Buk Revi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ayurveda
    Tugas Ayurveda
    Dokumen17 halaman
    Tugas Ayurveda
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Makalah Formulasi Sediaan Obat Gel
    Makalah Formulasi Sediaan Obat Gel
    Dokumen10 halaman
    Makalah Formulasi Sediaan Obat Gel
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Aromaterapi
    Aromaterapi
    Dokumen15 halaman
    Aromaterapi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Aromaterapi 1
    Aromaterapi 1
    Dokumen21 halaman
    Aromaterapi 1
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ayurveda
    Tugas Ayurveda
    Dokumen17 halaman
    Tugas Ayurveda
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Ipi 276881
    Ipi 276881
    Dokumen7 halaman
    Ipi 276881
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Gel Piroxicam Baru Buk Fifi
    Gel Piroxicam Baru Buk Fifi
    Dokumen14 halaman
    Gel Piroxicam Baru Buk Fifi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Buk Fifi Makalah Edit
    Buk Fifi Makalah Edit
    Dokumen7 halaman
    Buk Fifi Makalah Edit
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Gel Piroxicam Baru Buk Fifi
    Gel Piroxicam Baru Buk Fifi
    Dokumen14 halaman
    Gel Piroxicam Baru Buk Fifi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Etiket Buk Fifi
    Etiket Buk Fifi
    Dokumen2 halaman
    Etiket Buk Fifi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Kel.9 Fso Salep
    Kel.9 Fso Salep
    Dokumen19 halaman
    Kel.9 Fso Salep
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Buk Fifi Makalah Edit
    Buk Fifi Makalah Edit
    Dokumen7 halaman
    Buk Fifi Makalah Edit
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • ALKALOID
    ALKALOID
    Dokumen2 halaman
    ALKALOID
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Bahan Potongan
    Bahan Potongan
    Dokumen2 halaman
    Bahan Potongan
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Nurika Malina
    Nurika Malina
    Dokumen64 halaman
    Nurika Malina
    Hety Rusnita
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Ruang Industri Farmasi
    Klasifikasi Ruang Industri Farmasi
    Dokumen8 halaman
    Klasifikasi Ruang Industri Farmasi
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat
  • Triastuti
    Triastuti
    Dokumen8 halaman
    Triastuti
    S.Zulfadli AD
    Belum ada peringkat
  • Alkaloid
    Alkaloid
    Dokumen2 halaman
    Alkaloid
    Tia Mory Timoy
    Belum ada peringkat