Anda di halaman 1dari 11

Teknologi Formulasi Bahan Alam

Sirup Rimpang Temulawak


Sebagai Penambah Nafsu Makan
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Kelompok 3
Dinar Amaliah (P2.06.30.1.17.08)
Melinda Tri Yulianita (P2.06.30.1.17.22)
Pipi Luthfiani (P2.06.30.1.17.27)
Resy Lesmara (P2.06.30.1.17.29)
Selvy Seftiani Jarnudin (P2.06.30.1.17.32)
Tria Estuti Setiahati (P2.06.30.1.17.36)
Latar Belakang
Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong
seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan selain
rasa lapar. Nafsu makan berkurang ketika keinginan untuk makan
tidak sebanyak kondisi sebelumnya, atau disebabkan oleh suatu
penyakit atau kelainan tertentu.
Penggunaan bahan alami sebagai obat telah digunakan sejak
dahulu. Selain dapat meminimalkan efek negatif dari penggunaan
obat kimia, obat dari bahan alami biasanya memiliki harga yang
lebih murah. Beberapa jenis tanaman di Indonesia telah banyak
digunakan masyarakat sebagai penambah nafsu makan. Salah
satu tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk gangguan
kurangnya nafsu makan adalah Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.). Bagian yang sering dimanfaatkan adalah bagian rimpang.
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein,
karbohidrat, minyak atsiri, dan kurkuminoid.
Umumnya masyarakat masih menganggap temulawak
sebagai jamu yang kurang enak dan kurang praktis untuk
dikonsumsi, sedangkan apabila dikonsumsi secara rutin dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta dapat mengatasi
gangguan kurangnya nafsu makan.
Dalam perkembangannya saat ini telah banyak ditemukan
berbagai bentuk sediaan obat antara lain dalam sediaan tablet, sirup,
salep, suspensi, emulsi, suppositoria. Pada pengolahan temulawak kali ini
dipilih bentuk sediaan sirup. Sirup merupakan sediaan obat dalam bentuk
larutan. Sediaan obat dalam larutan mempunyai banyak keuntungan,
selain mudah dalam pemakaian terutama bagi anak kecil, juga mempunyai
keuntungan lain seperti lebih cepat diabsorbsi dalam saluran cerna dan
semakin cepat pula tercapainya efek terapetik. Oleh sebab itu kami
memutuskan untuk membuat sediaan sirup temulawak dengan cara
memperbaiki rasa, dan meningkatkan kepraktisan penggunaan sehingga
dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat-obatan
bahan alam khususnya temulawak.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar Morfologi Temulawak


Dalam taksonomi tumbuhan temulawak diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorriza Roxb. (Wijayakusuma, 2007).
Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning ( kurkumin),
desmetoksi kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri
yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren,
borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen,
zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone
(Wijayakusuma,2007).
Manfaat kurkumin antara lain sebagai obat jerawat,
meningkatkan nafsu makan, antioksidan, pencegah kanker, dan anti
mikroba (Purnomowati, 2008). Zat warna kurkumin dimanfaatkan
sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak. Hasil penelitian
Liang et all. 1985 menyatakan bahwa kurkumin rimpang temulawak
berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi,
menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah pembentukan lemak
dalam sel hati dan sebagai antioksidan. Jumlah kurkumin yang aman
dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari, sedangkan untuk tikus
5 g/hari (Commandeur & Vermeulen, 1996).
Minyak atsiri merupakan senyawa yang dapat meningkatkan
produksi getah empedu dan sebagai antiinflamasi. Xanthorrhizol
merupakan senyawan yang terkandung dalam minyak atsiri.
Xanthorrizhol merupakan antibakteri potensial yang memiliki spectrum
luas terhadap aktivitas antibakteri, stabil terhadap panas, dan aman
Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut


yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
(Ditjen POM, 2000). Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM
(2000) yaitu :
1. Cara Dingin : Maserasi dan Perkolasi
2. Cara Panas : Refluks, Sokletasi, Digesti dan Dekokta
Sediaan Sirup
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang
ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa
(Ansel et al., 2005).

- Syarat-Syarat Sirup
Kadar sukrosa dalam sirup tidak kurang dari 64% dan tidak lebih 66%
kecuali dinyatakan lain (Anonim,1979). Kandungan sukrosa yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia terletak antara 50% sampai 65% akan tetapi
umumnya antara 60% sampai 65% (Voigt,1984).

- Komponen-Komponen Sirup
Bahan pemanis, bahan pengental, pemberi rasa dan pemberi warna.

- Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang
homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah di
absorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga
menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang mendapat
kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup yaitu ada
obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih besar, ada
yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel et al., 2005).
Waktu dan Tempat
Pembuatan produk ini akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Rabu, 08 Mei 2019
Tempat : Laboratorium Teknologi Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Tasikmalaya

Alat dan Bahan


Alat Bahan
Botol Sirup Ekstrak Kental Temulawak
Timbangan Analitik Sukrosa
Beaker Glass Natrium Benzoate
Batang Pengaduk Aquadest
Gelas Ukur

Formula
Ekstrak Temulawak 3,75g
Sukrosa 90 g
Na Benzoate 0,3 g
Aquadest ad 200 ml
(Herbal Drug and Phytopharmaceuticals, p.172)
Dibuat sediaan sirup sebanyak 100 ml
Perhitungan dan Penimbangan
Ekstrak temulawak : 100 ml/200 ml x 3,75 gram =
1,875 g
Sukrosa : 100 ml/200 ml x 90 gram =
45 g
Na Benzoate : 100 ml/200 ml x 0.3 gram =
0,15 g
Aquadest : 100 ml/200 ml x 200 ml= 100 ml

Rencana Pengerjaan
1. Timbang semua bahan dengan timbangan analitik
yaitu ekstrak temulawak sebanyak 1.875 g, sukrosa
sebanyak 45 g, Na Benzoate sebanyak 0,15 g.
2. Ekstrak kering temulawak ditambahkan air
sebanyak 300 ml kemudian diinfus selama 30
menit.
3. Saring ekstrak lalu tambahkan sukrosa dan Na
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Miya. 2012. Jurnal Sirup Temulawak. Dari
https://id.scribd.com/doc/104529293-Jurnal-Sirup-Temulawak

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope


Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal


Indonesia, Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Nutrisia, A.S. 2015. Optimasi Konsentrasi CMC Na dan Sucrosa pada


Formulasi Sirup dari Bahan Temulawak. Surakarta :
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Jamu

Nutrisia, A.S. dan A. Winarso. 2014. Stabilitas Fisik dan Mutu Hedonik
Sirup dari Bahan Temulawak. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik. 11(1): 47-53.
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai