Anda di halaman 1dari 7

Adverse Drug

Reactions (ADRs)
KELOMPOK 4

1 . MEGA HERAWATI AMELIA


2. MELINDA TRI YULIANITA
3. NAZILA FITRI ALVIANI
4. NIDA DHIYA FADILAH
5. NISA TSANIYA RUSTANDI
6. PIPI LUTHFIANI
DEFINISI

Adverse Drug Reactions adalah setiap efek


yang tidak diinginkan dari suatu obat yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis yang
digunakan untuk profilaksis, diagnosis maupun
terapi (WHO, 1972)

ADRs adalah efek yang tidak diinginkan yang


berhubungan dengan penggunaan obat yang
timbul sebagai bagan dari aksi farmakologis
dari obat yang kejadiannya mungkin tidak
dapat diperkirakan (FDA, 1995)
JENIS ADRS

Menurut Farcas & Bojita (2009), ADRs dibagi menjadi :


 Tipe A (Augmented)
Reaksi ADRs tipe A tergantung dengan dosis. Terkait
dengan aksi farmakologis obat, reaksi yang umum
terjadi, angka morbiditas yang tinggi dan angka
kematian yang rendah
 Tipe B (Bizarre)
Reaksi tipe B mempunyai sifat tidak tergantung dengan
dosis, angka kematian dan angka morbiditas yang
tinggi, tidak terkait dengan aksi farmakologis obat
 Tipe C (Chronic)
Tipe C angka kejadian luar biasa, terkait dengan dosis
kumulatif, membutuhkan waktu jangka panjang
 Tipe D (Delayed)
Dapat diketahui dengan melihat angka kejadian luar
biasa, berhubungan dengan dosis dan dapat dilihat dari
kontak pasien dnegan obat yang lama atau paparan pada
saat kritits
 Tipe E (End of use)
Reaksi obat tipe E dikenali mempunyai angka kejadian
yang luar biasa, reaksi terjadi segera setelah penarikan
obat
 Tipe F (Failure of therapy)
Reaksi obat tipe F mempunyai ciri-ciri angka kejadian
umum, mungkin berhubungan dengan dosis dan sering
disebabkan oleh interkasi obat
PENCEGAHAN

1. Mengidentifikasi potensi efek samping terapi obat.


2. Menghindari poli farmasi yang tidak perlu dengan mendorong
dan melakukan review terapi yang sudah ditentukan.
Review:
a. Identifikasi obat-obatan yang tidak diperlukan.
b. Orang-orang yang tidak memiliki indikasi yang jelas.
c. Mengungkapkan efek yang merugikan yang dapat dicegah
dengan perubahan terapi.
d. Duplikasi atau obat-obatan serupa.
3. Memilih obat yang lemah toksisitasnya.
4. Hati-hati dalam mempertimbangkan kebutuhan dosis untuk
setiap pasien.
5. Memeriksa riwayat alergi atau reaksi obat sebelumnya.
6. Mendorong pasien untuk melaporkan setiap gejala baru.
PENGELOLAAN ADR

1. Evaluasi gejala
2. Identifikasi dan dokumentasi
3. Cek medikasi (pengobatan apa saja yang diterima pasien)
4. Klasifikasi keparahannya
5. Cek dan pastikan bukan medication error
6. Lakukan tindakan sesuai kondisi pasien
7. Follow up kondisi pasien (pemantauan)
8. Edukasi ADR

Anda mungkin juga menyukai