Anda di halaman 1dari 66

PERTEMUAN 4-5

PELARUT DAN ADJUVAN SEDIAAN INJEKSI


PERTEMUAN 4

PELARUT SEDIAAN INJEKSI


PELARUT AIR

Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan


dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat
bercampur dengan cairan fisiologis tubuh :
a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi
sehingga dapat melarutkan senyawa an-organik
seperti elektrolit.
b. Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan
hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah
senyawa organik seperti alkohol, aldehid, keton, dll.
PERSYARATAN AIR PRO INJEKSI
(USP)
1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen
2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari
10 ppm.
3. pH 5,0 – 7,0
4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat,
kalsium, amonium, nitrat, nitrit.
5. Batas logam berat
6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
7. Batas jumlah partikel
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

CO2 yang bersifat asam lemah mampu menguraikan


garam natrium dari senyawa organik seperti
barbiturat dan sulfonamida kembali membentuk
asam lemahnya yang mengendap.
Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + CO 2 + H2O 
Fenobarbital (endapan) (1:1000 bagian air) +
Na2CO3
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + CO 2 + H2O 


Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar larut dalam air) +
Na2CO3
Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan etilendiamin
dengan adanya CO2 dapat menyebabkan terbentuknya
teofilin (endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian air
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

Air pro Injeksi bebas CO2 dibuat dengan jalan


mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit
setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
AIR PRO INJEKSI BEBAS OKSIGEN

Dibuat dengan jalan mendidikan air pro injeksi selama 20-


30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan
dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas
nitrogen.
Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang mudah
teroksidasi seperti : apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin,
ergometrin, ergotamin, metilergometrin, proklorperazin,
promazin, promezatin HCl, sulfadimidin, tubokurarin.
PELARUT NON AIR
Digunakan bila :
1. Zat aktif tidak larut dalam pembawa air
2. Zat aktif terurai dalam pembawa air
3. Diinginkan kerja depo dari sediaan
PEMILIHAN PELARUT NON AIR

1. Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan


sensitisasi
2. Dapat tersatukan dengan zat aktif
3. Tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan
4. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut
biasanya digunakan
5. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat
disuntikkan dengan mudah.
PEMILIHAN PELARUT NON AIR

6. Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang suhu


yang cukup lebar.
7. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat
dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas.
8. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh.
Pada umumnya tidak ada pelarut yang dapat
memenuhi seluruh kriteria di atas, oleh karena itu
biasanya diambil jalan tengah yaitu dengan memenuhi
beberapa kriteria saja.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR

Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk


meningkatkan kelarutan suatu obat yang kurang larut
dalam air.
Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang mudah
terhidrolisis, contoh pembuatan injeksi fenobarbital dengan
pelarut yang terdiri dari campuran air, etanol dan propilen
glikol (solutio petit)
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

1. Etanol
Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida digitalis
Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan secara
intramuskular akan menimbulkan rasa nyeri; secara sub
kutan akan menimbulkan nyeri yang diikuti dengan
anastesia; jika disuntikkan pada daerah yang dekat syaraf
maka dapat mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis;
secara intravena (tidak disarankan) harus hati-hati karena
pemberian yang terlalu cepat akan mengakibatkan bahaya
pengendapan obat dalam darah.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

2. Propilen glikol
Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
injeksi senyawa golongan barbiturat, beberapa
alkaloida dan antibiotika.
Sediaan yang mengandung propilen glikol dapat
menimbulkan rasa nyeri dan iritasi pada tempat
penyuntikan, sehingga perlu ditambahkan lokal anastetik
seperti benzil alkohol.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

3. Polietilen glikol
Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi adalah yang
mempunyai bobot molekul rendah (300-400) dan berbentuk
cairan.
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau
polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan
barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

4. Gliserin
Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik didih tinggi,
dapat bercampur dengan air maupun alkohol dan merupakan
pelarut yang baik untuk beberapa zat.
Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek
konvulsi dan gejala paralitik karena kerja langsung gliserin
terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak
terlihat adanya efek toksik.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

Minyak hewan : Tidak digunakan sebagai pembawa


Minyak mineral atau parafin cair: tidak boleh
digunakan karena tidak dapat dimetabolisme tubuh
dan dapat menimbulkan tumor atau reaksi terhadap
jaringan
Minyak tumbuhan :
1. Mudah tengik, karena mengandung asam lemak
bebas terutama asam lemak tidak jenuh. Untuk
mengatasi ketengikan dengan menambahkan
antioksidan (BHA, BHT).
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

2.Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu penambahan


benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal.
3.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus dicantumkan
dalam etiket.
4.Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison asetat,
dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat, progesteron, testosteron
propionat, propiliodon, estradiol benzoat, testosteron
fenilpropionat.
5.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol. Arachidis, ol.
Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis, Ol. Sesami, Ol.
Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

Minyak Semi Sintetis : Milgyol-minyak netral


Ester asam lemak :
1. Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada pembawa
minyak sehingga lebih mudah disuntikkan meski kerja depo
yang timbul tidak selama pembawa minyak.
2. Kadangkala dikombinasi dengan senyawa alkohol seperti
etanol atau benzil alkohol untuk memperbaiki kelarutan zat
aktif.
3. Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat, polioksilen
trigliserida oleat.
CARA UNTUK MENINGKATKAN
KELARUTAN OBAT DALAM AIR

1. Kosolven
• Seringkali zat lebih larut dalam campuran pelarut
daripada dalam satu pelarut saja
• Gejala itu disebut cosolvency
• Pelarut yang dlm kombinasi meningkatkan kelarutan
zat terlarut disebut cosolvent
• Mekanisme: pelarut campur mengatur polaritas
pelarut pada harga yang diinginkan zat terlarut
2. SURFAKTAN
SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus
memiliki gugus hidrofilik         dan  gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak.
Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat
diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air
dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan
zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
SURFAKTAN

Penambahan surfaktan dalam larutan akan


menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan
permukaan akan konstan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk misel.
senyawa organik yang kelarutan dlm air rendah
tersolubilisasi oleh misel sehingga kelarutan naik
3. CYCLDEXTRIN

Siklodekstrin adalah senyawa oligosakarida siklis yang sekurang-


kurangnya mengandung 6 unit D-(+)-glukopiranosa berikatan
pada ikatan glikosida α-1,4 dan mempunyai bentuk toroidal,
dengan bagian dalam bersifat hidrofobik dan bagian luar bersifat
hidrofilik.
Siklodekstrin dikenal sebagai α, β dan γ-siklodekstrin yang
masing-masing terdiri dari enam, tujuh dan delapan glukosa
dengan dimensi rongga dan kelarutan dalam air yang berbeda.
CYCLDEXTRIN

Berdasarkan diameter dan kedalaman rongga


siklodekstrin:
α-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan
senyawa yang mempunyai berat molekul rendah atau
senyawa rantai samping alifatis
β-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan
senyawa aromatik atau heterosiklis
γ-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan
senyawa makromolekul dan steroid
SATUAN-SATUAN DALAM
KELARUTAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

1. Struktur Molekul
Kelarutan suatu zat juga bergantung pada
struktur molekulnya seperti perbandingan
gugus polar dan gugus non polar dari
molekul. Semakin panjang rantai non polar
dari alkohol alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

2. Gaya Tarik Antarmolekul


Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu gaya tarik
antar zat terlarut (A-A), zat terlarut-zat pelarut (A-B), dan
antar zat pelarut (B-B).
Selain itu, terdapat prinsip Like Dissolved Like, dimana
senyawa polar akan larut dalam senyawa polar, dan
senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.
FAKTOR YNG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

3. Pengaruh Suhu
Endotermik  T naik  Kelarutan naik
Eksoterm  T naik  Kelarutan turun
Contoh Kasus
Natrium sulfat bentuk hidrat (endotermik), bentuk
anhidrat (eksotermik)  kelarutannya berbeda
Natrium klorida tdk menyerap atau melepaskan panas
??????
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

4. Pengaruh pH
- Banyak obat bersifat asam lemah atau basa lemah 
jika bereaksi dgn as. atau basa kuat serta dlm jarak pH
tertentu  berada sebagai ion yg biasanya larut dalam air
- Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi, asam
aromatik, fenol) larut dlm NaOH encer, karbonat dan
bikarbonat
- Basa lemah (mengandung Nitrogen basa  alkaloid)
larut dalam asam encer
CARA MEMPERBAIKI
KUALITAS AIR
1. Reverse Osmosis
REVERSE OSMOSIS
(LANJUTAN..)
Osmosis merupakan proses perpindahan zat cari dari
tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah melalui
membran semipermeabel. Proses ini terus berlangsung
hingga konsenstrasi kedua tempat sama. Sistem Reverse
Osmosis menggunakan pompa untuk menghasilkan
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk
"mendorong" air dari tekanan tinggi melalui membran
semipermeabel menuju ke daerah yang mempunyai
tekanan yang lebih rendah.
2. DESTILASI
Untuk menghasilkan Water for Injection, Purified Water
hasil dari proses Water Softener ditampung di tangki
penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini PW
dilakukan enam tingkat destilasi untuk menghasilkan
Water for Injection (WFI). Untuk menguapkan air pada
stage pertama digunakan plant steam dengan suhu 150oC.
Air dipanaskan sampai suhunya sama dengan plant steam,
uap yang dihasilkan dikondensasikan dan masuk ke
dalam kolom kedua. Pirogen yang tertinggal di bawah
kolom pertama dan proses ini berulang sampai kolom
destilator ke 6. Proses di atas menghasilkan Water for
Injection yang disimpan dalam storage tank pada 80 C
dengan sistem looping.
3. IONIC EXCHANGE
Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi
sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang
mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta
gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion
yang dapat dipertukarkan.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk
menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar
konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air
atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam
campuran dengan kromatografi penukar ion.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
a. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu resin
yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion
yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif.
Misalnya : R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery
amine), R – R21N (tertiary amine), R – R31 NOH ( quartenary
amine). Dalam notasi diatas R menunjukan polimer hidrokarbon
dan R1 menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.
b. Cation exchange resin (resin penukar kation), yaitu resin
yang mempunyai kemampuan menyerap/ menukar kation-kation
seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh : Hidrogen
zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus aktif
SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal.
WATER FOR INJECTION
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang dibuat dari
proses depirogenasi purified water menggunakan water for
Injection generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut obat tetes
mata ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin untuk
proses steril. Persyaratan dari air ini adalah harus bebas bacterial
endotoxin dan harus steril.
PENYIMPANAN
Untuk penyimpanan water for injection harus didalam
tanki dan dijaga pada panas lebih dari 80ºC dan diputar
dengan looping system, secara periodik dilakukan
proses sterilisasi pada pipa- pipa yang dilalui oleh air
jenis ini dengan menggunakan clean steam (pyrogen
free steam) pada temperatur tidak kurang dari 121ºC
selama tidak kurang dari 20 menit.
PORTABLE WATER
Portable water digunakan untuk bahan baku pembuatan
purified water (PW), Highly purified water (HPW) dan
water for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak produk tetapi
pembilasan akhir harus dg PW atau WFI Untuk pendingin
atau pemanas pada HE atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
PORTABLE WATER
Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi
Sumbernya : Well water, surface water
Dipengaruhi oleh musim, shg validasi water system harus
melewati semua musim (minimal 1 tahun)
Ditetapkan alert limit (batas waspada) dan action limit (batas
ambil tindakan)
Misalnya Action limit mikrobiologi ditetapkn 500 cfu/ml, maka
jika hasil pemeriksaan 500 cfu/ml harus segera diambil tindakan
sesuai SOP (misalnya disanitasi)
HIGH PURITY WATER
HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam penyusunan
produk medis dimana air berkualitas biologis tinggi
diperlukan kecuali WPI diperlukan. (BP 2003)
Diproduksi dengan cara : double passed RO
dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau deionisasi.
Spesifikasi HPW
HIGH PURITY WATER
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Nitrat : max 0.2 ppm
Aluminium : 10 ug/L (untuk dialysis solution)
Heavy metal : max 0.1 ppm
Endotoksin : kurang dari 0.25 IU/ml
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
WATER FOR INJECTION
Water For Injections merupakan air yang digunakan untuk
produksi sediaan injeksi. Dengan demikian, syaratnya sangat
ketat. Water for Injection bukanlah air steril dan bukan final
dosage form. WFI merupakan produk ruah intermediet
(intermediate bulk product).
WATER FOR INJECTION
International pharmacopoeia dan European
Pharmacopoeia mengharuskan Destilasi sebagai tahap
final purifikasi. (Bebas pyrogen, bebas endotoxin, bebas
microba, bebas kandungan kimia, dan bebas partikel,
serta menggunakan destilasi sebagai tahap akhir
pemurnian
Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For Injection
merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air – air
lainnya untuk industri farmasi. Cara/teknik  pemurnian
termasuk bagian dari spesifikasi dari WFI.
WATER FOR INJECTION
Diproduksi dengan cara destilasi dari PW
Spesifikasi WFI :
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak
berrasa
Nitrat maksimum 0.2 ppm
Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis solution)
Logam berat maksimum 0.1 ppm
WATER FOR INJECTION
Conductivity : maks 1.1 us/cm pada 20C
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
BACTERIOSTATIC WFI (USP)

Bacteriostatic WFI (USP)


 Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau lebih zat
antimikroba yg sesuai
 Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum maksimal 30 ml
 Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan volume kecil
 Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka digunakan steril
WFI, bukan bakteriostatik WFI
 Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi dengan bahan obat
Berbagai uji mutu terhadap air untuk sediaan parenteral, yaitu
uji pirogen atau uji endotoxin.

Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan
yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL

Air Pro Injeksi


Dibuat dengan jalan didihkan air selama 30 menit dihitung dari
setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan (Rep. Tek Fa.
Steril)

Air pro Injeksi Bebas CO2


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-30
menit setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL

Air pro Injeksi Bebas Oksigen


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama
20-30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika
dibutuhkan dalam jumlah besar maka saat pendinginan
dialiri gas nitrogen.
PERTEMUAN 5

PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT &


ADJUVANT DLAM FORMULASI
PARENTERAL
PRINSIP PENGGUNAAN
ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM
FORMULASI PARENTERAL

• Tonisitas adalah Tonisitas, :menurut


farmasi fisik ; tonisitas larutan dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu
yaitu hemolisis, pengaruh berbagai larutan
di periksa berdasarkan timbulnya efek
ketika disuspensikan dengan darah.
PRINSIP PENGGUNAAN
ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM
FORMULASI PARENTERAL
• Osmotisitas, adalah istilah yang di gunakan untuk
membandingkan osmolaritas dari solusi dengan
osmolaritas solusi lain
• Osmolalitas konsentrasi suatu larutan (dalam 1 kilogram)
ditinjau dari jumlah ion larutannya, sinyatakan dengan
satuan Osmol/kg.
• Osmolaritas : konsentrasi suatu larutan (dalam 1 liter)
ditinjau dari jumlah partikelnya, dinyatakan dengan
satuan osmol/L.
EFEK FISIOLOGIS
LARUTAN
1. Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan
konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak
terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka
larutan tersebut dikatakan isotoni (ekivalen dengan
0,9% NaCl)
EFEK FISIOLOGIS
LARUTAN
2.
Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, tekanan osmosisnya lebih
rendah dari serum darah menyebabkan air akan
melintasi membran sel darah merah yang
semipermeabel memperbesar volume sel darah merah
dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya
sel-sel darah merah. Peristiwa demikian dikenal
dengan Hemolisa.
EFEK FISIOLOGIS
LARUTAN
3. Hipertonis
Turunnya titik beku besar, tekanan osmosenya
lebih tinggi dari serum darah menyebabkan air
keluar dari sel darah merah melintasi membran
semipermeabel mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah merah, peristiwa
demikian dikenal dengan nama Plasmolisa.
PERHITUNGAN TONISITAS
Tonisitas
1. Metode penurunan titik beku 3. Kesetaraan dengan volume
NaCl

V = w. E. V’
W=

2. Perhitungan dengan tetapan


Liso 4. Kesetaraan NaCl

E = 17 Liso
  1,7 𝐷𝑡𝑏
𝐸=
BM 𝑤
METODE PERHITUNGAN

• Osmolalitas
Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat dalam 1
kg zat pelarut.
Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan
• Osmolaritas
Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang terdisosiasi
Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah :
1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L
Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x 1 = 1 osmol/ L
MENGATUR TONISITAS LATURAN
PARENTERAL

Mengatur tonisitas laturan parenteral dengan penambahan


NaCl.
Tonisitas larutan parenteral harus isotonis atau sedikit
hipertonis. Berdasarkan perhitungan tonisitas angka negatif
menunjukan larutan hipertonis, tapi kalau positif berarti
hipotonis maka formula harus ditambahkan sejumlah hasil
perhitungan dengan satuan % (dari perhitungan titik beku).
ADJUVANT

Adjuvant adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam


pembuatan sediaan selain zat aktifnya, seperti bahan
dasar, pewarna, penyalut, pengawet, pemanis,
pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan
untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau
penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan
CONTOH ADJUVAN DALAM SEDIAAN
PARENTERAL

1. Zat pelarut air, contohnya : Air Pro Injeksi, NaCl pro


injeksi.
2. Zat pelarut non air, contohnya : propilen glikol, gliserin,
polietilen glikol, oleum sesami.
3. Larutan buffer, contohnya dapar fosfat.
4. Zat pengawet, contohnya fenol.
5. Zat antioksidan, contohnya Natrium metabisulfit /
Natrium pirosulfit.
PENGGUNAAN ADJUVANT DALAM SEDIAAN
PARENTERAL

Buffer : untuk mendapatkan pH stabilitas obat


dalam sediaan
Antioksidan : untuk menghindari terjadinya proses
oksidasi oleh O2 dari udara
Pengawet : untuk menjaga kesterilan
PENGGUNAAN WATER MISCIBLE SOLVENT

Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air,
maka pengatasannya dengan dibentuk sediaan kering steril
atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven : pelarut
pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran.
Macam-macam kosolven yang bisa digunakan : glikol,
etanol/alkohol, dimetil asetamid, dimetil formasmide,
DMSO, aseton, asam organik (asam laktat dan asam sitrat),
surfaktan (chremophor, lesitin).

Anda mungkin juga menyukai