Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FTS SEMISOLID DAN LIQUID

PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN GEL

DISUSUN OLEH :
ANNIDA RAHMAN 21482011050
DIAN LESTARI 21482011051
HAIFA SAUSAN 21482011052
KURNIAWAN 21482011019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
PRAKTIKUM 4

PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN GEL

I. TUJUAN

Dapat memformulasikan sediaan gel dan melakukan evaluasi kualitas sediaan


gel yang dihasilkan.
II. DASAR TEORI

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli.


merupakan system semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. (Farmakope
Indonesia Edisi IV Hal: 7).

Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan massa lembek, berupa


suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa organic atau makromolekul senyawa
organic, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Jika massa gel
terdiri dari gumplan zarah kecil, gel digolongkan sebagai system dua fase, massanya
bersifat toksotrofik, artinya massa akan mengental jika dibiarakan dan akan mencair
kembali jika dikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung
banyak cairan, umumnya air, gel disebut jeli. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul
yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak menunjukkan
batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya. (Formularium Nasional
hal: 315).

Menurut ansel gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang
terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. (Ansel halaman 390).

Penggolongan Gel

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel yaitu:

1. Gel Sistem Dua Fase


Dalam system dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar.
massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit.
Baik. gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika
dibiarkan dan mencair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum
digunakan untuk menjamin homogenitas.
2. Gel Sistem Fase Tunggal

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan molekul makro
yang terdispersi dan cairan Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik misalnya karbomer atau gom alam.

3. Berdasarkan Sifat Pelarut


a. Hidrogel
Pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi
ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik
b. Organogel
Plastibase dan dispersi logam stearat dalam mimyak
c. Xerogel
Gel ang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah.

Sifat dan Karakteristik Gel

• Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi


larutan sehingga terjadi pertambahan volume

• Sinerisis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel

• Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu

• Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik,
dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terdapat pelarut yang ada
dan koloid digaramkan (melarut)

• Elastisitas dan Rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel triadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel

• Rheologi

Larutan pembentuk gel dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat
aliran pseudopplastis yang khas dan menunjukan jalan aliran non-newton yang
dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

Dasar gel yang umum digunakan

1. Dasar gel hidrofobik.


Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua
fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan
menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
2. Dasar gel hidrofilik.
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul - molekul organik yang besar
dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah
hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari
bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan
hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan
memiliki stabilitas yang lebih besar Gel hidrofilik umummnya mengandung
komponen bahan pengembang, air, humektandan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Keuntungan Sediaan Gel

1. Efek pendingin kulit saat digunakan


2. Penampilan sediaan yang jernih dan elegan
3. Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis,
daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak
terganggu
4. Mudah dicuci dengan air
5. Pelepasan obatnya baik
6. Kemampuan penyebaran pada kulit baik

Kerugian Sediaan Gel

1. Gel hidrogel ; harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peninggkat kelarutan seperti surfaktan agar penggunaan
emolient golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai
kejernihan yang tinggi
2. Untuk hidroalkoholik ; gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih di wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cayaha matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

Monografi bahan sebagai berikut :

1. Piroxicam (Farmakope Indonesia Edisi IV hal 683, Martindle Edisi 35 hal 102)

Rumus Molekul : C15HIN3O4S

BM : 331.35

Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang
tidak Berbau, bentuk monohidrat berwarna kuning.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan
sebagian besar pelarut organik sukar larut dalam etanol dan
dalam dalam Larutan alkali mengandung air.

Stabilitas : Kurang dari 30°C


Titik lebur : 198°C - 202°C

PH : pКа = 6.8

Khasiat : Analgetik. Antipiretik, Antiinflamasi

Khasiat : Analgetik. Antipiretik, Antiinflamasi

2. CMC Na (Carboxymethylcellulose sodium) (Farmakope Indonesia Edisi IV


halaman. 175).
Rumus Molekul : [C6H7O2(OH)x(OCH2COONa)y]n
BM : 265.204
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai crem, higroskopis.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan klorida, tidak
Dalam etanol, eter, dan pelarut organic lain.
Stabilitas : Larut stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH
dibawah 2, viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH
diatas 10.
Titik lebur : 300°C
PH :-
Khasiat : Suspending agent, bahan penolong tablet, peningkat viskositas
3. Propilenglikol (Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 712)

Rumus molekul : CH3CH(OH)CH2OH

BM : 76.09
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
Berbau, menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform Larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi
tidak dapat Bercampur dengan minyak lemak.
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering.

Pada suhu yang tinggi akanteroksidasi menjadi propionaldehid


asam laktat, asam piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur
dengan etanol, gliserin, atau air
Titik lebur :-
PH :-
Khasiat : pengawet, desinfectan, humectant, solven.
4. Gliserol
Rumus molekul : C3H8O3
BM : 92.09
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, kental, dan cairan higroskopik
Kelarutan : Larut dalam air, aseton, etanol, methanol, tidak larut dalam
benzene, kloroform, minyak
Stabilitas : Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana
dibawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada
pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. Campuran gliserin
dengan air, etanol (95%) dan propilenglikol yang kimiawi stabil.
Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah dan
tidak meleleh sampai dihangatkan 208° C
Titik lebur :-
PH :-
Khasiat : Humectan
5. Aqua Dest
Struktur : H-O-H
BM : 18.02
Pemerian : Cairan jernih, tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa

III. FORMULASI
R/ Piroxicam 0,5 %
CMC Na 2,5 %
Propilenglikol 15 %
Gliserol 10 %
Aquadest ad 30
m.f. gel
Suc
Pro : Tn. Bahtiar
Umur : 47 tahun
IV. PERHITUNGAN BAHAN
0,5
- Piroxicam = x 30 = 0,15 gram
100
2,5
- CMC Na = 100 x 30 = 0,75 gram

Aqua pro CMC = 0,75g x 20 = 15 gram = 15 ml


15
- Propilen glikol = 100 x 30 = 4,5 gram
10
- Gliserol = 100 x 30 = 3 gram

- Aquadest = 30 – (0,15+0,75+15+4,5+3) = 6,6 ml = 7 ml

V. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
– Mortir dan stamper - Piroxicam
– Pipet tetes - CMC Na
– Beaker glass - Propilenglikol
– Batang pengaduk - Gliserol
– Gelas ukur - Aquadest
– Pot gel
– Sudip
– Pemanas
– Kertas perkamen
– Timbangan dan anak timbangan
– Indikator pH
– Objek glass
– Kertas saring
VI. Cara Pengerjaan
1. Timbang masing-masing bahan sesuai beratnya.
2. Masukkan air panas sebanyak 20 kali dari berat CMC Na 15 ml. Taburkan CMC Na
dan tunggu sampai mengembang.. lalu gerus hingga terbentuk mucilago.
3. Tambahkan kedalam mortir piroxicam gerus hingga homogen
4. Tambahkan Glycerol gerus hingga homogen.
5. Masukkan dalam mortir Propilenglikol gerus hingga homogen
6. Tambahkan sisa aquadest kedalam mortir gerus hingga terbentuk gel yang homogen
7. Masukkan dalam wadah dan lakukan evaluasi sediaan gel.
VII. EVALUASI SEDIAAN
1. Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau & tekstur sediaan gel
2. Uji Homogentas
Dilakukan dengan menggunakan kaca objek, yaitu dengan cara mengambil sediaan
gel secukupnya, taruh dikaca objek, lalu tutup dengan kaca objek yang lainnya
sambil sedikit ditekan & amati.
3. Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH pasta apakah berada pada rentang normal
kulit yaitu 4,5-7. Jika terlalu basa dapat memicu terjadinya iritasi kulit.
Caranya: kertas pH dimasukan kedalam sediaan, lalu tunggu beberapa saat, amati
kerta pH & bandingkan dengan indikator PH.
4. Uji Daya Sebar
1) Timbang 0,5 gram pasta, letakkan ditengah alat (kaca bulat)
2) Timbang dahulu kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa gel, & biarkan
selama 1 menit
3) Ukur diameter pasta yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata dari
beberapa sisi)
4) Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit & catatlah diameter
pasta yang menyebar seperti sebelumnya.
5) Teruskan penambahan 50 gram beban seperti diatas sampai beban mencapai 250
gram
5. Uji Daya Lekat
Caranya :
1) Sediaan ditimbang 0,5 gram
2) Letakkan pada objek glass
3) Letakkan objek glass yang lain diatas pasta tersebut, tekanlah dengan beban 1 kg
selama 1 menit
4) Setelah 1 menit turunkan beban
5) Lepaskan beban seberat 80 g & catat waktu hingga kedua objek glass tersebut lepas.
6. Uji Daya Proteksi
Caranya :
1) Ambillah kertas saring diukur 10 cm x 10 cm 1 buah basahi dengan indikator pp lalu
keringkan
2) Ambil kertas saring lagi ukur 2,5 cm x 2,5 cm sebanyak 1 buah basahi dengan parafin
cair, lalu keringkan
3) Kertas saring ukur 10 cm x 10 cm diolesi dengan sediaan
4) Kemudian kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm ditempelkan diatasnya, & tetesi
kertas saring tersebut dengan lar KOH atau NaOH
5) Amati sampai 5 menit apakah ada noda merah atau tidak, jika tidak ada noda merah
berarti sediaan dapat memberikan daya proteksi terhadap cairan (lar KOH/NaOH)

VIII. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Uji Organoleptis
Bentuk : gel
Warna : putih keruh
Bau : tidak berbau
Tekstur : lengket berlendir
2. Uji Homogenitas
Sediaan gel homogen, tidak terdapat butiran menggumpal pada objek glass
3. Uji pH
pH : 7
4. Uji Daya Sebar
a. Kaca penutup : 4,5 cm
b. 50 g : 5,4 cm
c. 100 g : 5,6 cm
d. 150 g : 5,9 cm
e. 200 g : 6 cm
f. 250 gram : 6,2 cm
5. Uji Daya Lekat
2,43 detik
6. Uji Daya Proteksi
Terdapat noda merah
7. Etiket : Warna Biru
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan gel. massa gel
mengandung banyak cairan, umumnya air, gel disebut jeli. Gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak
menunjukkan batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya.
Bahan yang digunakan berupa : Piroxicam, CMC Na, Propilenglikol, Glycerol,
& aquadest. Setelah dilakukan pembuatan sediaan gel, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah melakukan uji evaluasi sediaan gel yang meliputi:
1) Uji Organoleptis: Pengujian organoleptis pasta dilakukan untuk mengetahui
pemerian gel yang dihasilkan meliputi warna, bau dan bentuk. Warna putih bau khas
dan bentuk semi padat. Dari hasil uji organoleptis sediaan gel yang dihasilkan
menunjukkan bahwa hasil sediaan gel telah memenuhi standar
2) Uji Homogenitas: Uji homogenitas yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
susunan sediaan yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara sediaan gel
diletakkan pada kaca objek dan diamati homogenitas sediaannya. Sediaan gel yang
dihasilkan homogen karena tidak ada gumpalan yang tidak tercampur rata, maka dari
itu sediaan gel yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan sediaan gel. Karena
jika sediaan gel homogen, maka setiap bagian sediaan mengandung bahan obat yang
jumlahnya sama.
3) Uji Daya Sebar: Pengujian uji daya sebar pada sediaan gel dilakukan untuk
mengetahui kemampuan gel untuk menyebar pada permukaan kulit dengan cara
menghitung panjang diameter gel yang menyebar pada kaca. Persyaratan daya sebar
untuk sediaan topical yaitu sekitar 5- 7 cm. Berdasarkan standar uji daya sebar
sediaan gel yang baik bahwa semakin panjang diameter, penyebaran gel semakin
baik. Dari hasil uji daya sebar pada sediaan gel yang dibuat dengan berbagai beban
timbangan sampai 250 gram diperoleh hasil sediaan gel yang memenuhi standar uji
daya sebar gel yaitu pada tahap awal diameter sediaan sebesar 5,4 cm, kemudian
setelah diberi beban 250 gram sebesar 6,2 cm. Data tersebut menunjukkan bahwa,
daya sebar gel setelah pemberian beban timbangan sampai 250 gram memiliki daya
sebar yang memenuhi persyaratan dan ketetapan uji daya sebar.
4) Uji Daya Lekat: Pengujian uji daya lekat pada sediaan gel dilakukan untuk
mengetahui kualitas gel yang baik dimana gel yang dapat bertahan lama menempel
dikulit. Semakin lama gel tersebut menempel dikulit, maka akan memberi efek terapi
yang diinginkan dengan maksimal. Uji daya lengket sediaan gel yang dihasilkan dari
praktikum yang dilakukan adalah 2,43 detik. Berdasarkan standar uji daya lengket
dengan hasil uji daya lekat yang dilakukan kurang memenuhi standar yaitu kurang
dari 4 detik.
5) Uji Ph: uji pengukuran pH dilakukan menggunakan Ph universal. Hasil uji
menunjukkan bahwa gel yang dibuat memiliki Ph 7. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan gel yang dibuat dapat diaplikasikan sebagai sediaan topical karena masih
dalam rentang pH normal yang sesuai untuk kulit.
6) Selanjutnya adalah uji daya proteksi bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel
untuk melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi, dan sinar
matahari. Pengujian dilakukan dengan dengan cara mengukur kertas saring dengan
ukuran 10x10 dan 2,5x2,5. lalu kertas saring yang berukuran 10x10 ditetesi dengan
penolftalein 1 tetes dan keringkan Selanjutnya kertas tersebut diolesi dengan gel
(secukupnya seperti mengoleskan gel pada kulit), kemudian tempelkan kertas saring
yang berukuran 2,5x2,5 ke kertas saring yang berukuran 10x10 dan tetesi dengan
parafin sebanyak 1 tetes. Setelah itu kertas saring yang berukuran 2,5x2,5 ditetesi
dengan KOH I tetes. Terakhir amati kertas saring tersebut apakah terdapat noda
merah atau tidak. Pada sediaan gel yang dibuat terdapat noda merah, artinya gel
tersebut tidak memberikan proteksi terhadap pengaruh luar karena sediaan gel
tersebut tidak mengandung bahan yang dapat memproteksi dari asam,basa maupun
sinar uv Sediaan gel yang baik menurut standar seharusnya mampu memberikan
proteksi terhadap semua pengaruh luar yang ditandai dengan tidak munculnya noda
merah pada kertas saring.
X. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas mengenai praktikum pembuatan gel dapat disimpulkan
bahwa:
1. Gel adalah sediaan semi padat yang mengandung banyak cairan. Gel fase tunggal
terdiri dari makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian
rupa hingga tidak menunjukkan batas antara makromolekul yang terdispersi
dengan cairannya.
2. Uji organoleptis, hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan gel tersebut berwarna
putih keruh, tidak berbau dan bentuk semi padat. Dari hasil uji organoleptis sediaan
pasta yang dihasilkan menunjukkan bahwa hasil sediaan pasta telah memenuhi
standar
3. Uji pH didapat bahwa pH pasta dapat dikatakan baik sesuai dengan pH kulit yaitu
7.
4. Uji Homogenitas, tingkat homogenitas dari sampel tersebut dikatakan baik, yaitu
sesuai dengan standar karena tidak terlihat adanya partikel yang menggumpal.
5. Uji Daya Sebar, pada sediaan gel yang dibuat dengan berbagai beban timbangan
sampai 250 gram diperoleh hasil sediaan gel yang memenuhi standar uji daya sebar
pasta yaitu pada tahap awal 50 gram diameter sediaan sebesar 5,4 cm, kemudian
setelah diberi beban 250 gram sebesar 6,4 cm. .
6. Uji Daya Lekat, dari hasil yang didapat bahwa kemampuan uji daya lekat pada
sampel dikatakan kurang baik, karena tidak memenuhi standar yaitu 2,43 detik,
sedangkan gel yang memenuhi standar yaitu lebih dari 4 detik,
7. Uji Daya Proteksi, Pada sediaan gel yang dibuat terdapat noda merah, artinya gel
tersebut tidak memberikan proteksi terhadap pengaruh luar.
XI. DAFTAR PUSTAKA

Depkes R1, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Ansel C, Howard 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Edisi IV Jakarta.

Syamsuni, 2007, Ilmu Resep, Jakarta: EGC

Kumar Vivek R. dan Satish Kumar. 2011. Formulasi dan evaluasi of mimosa
gel.pharm.Scie 3(1).
XII. LAMPIRAN – LAMPIRAN

Piroxicam CMC Na Propilen glikol Gliserol

Uji Homogenitas Uji pH Uji Daya Lekat Uji Proteksi

Uji daya lekat + 50 gram + 100 gram + 150 gram

+ 200 gram + 250 gram sediaan gel Etiket

Anda mungkin juga menyukai