Anda di halaman 1dari 30

REFERAT : SINDROM

KORONER AKUT
Disusun :
Yunita Ariyanti
2120221170 

Pembimbing:
dr. Andria Priyana, Sp.JP

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 21 NOVEMBER 2022 – 27 JANUARI
DEFINISI

Sindroma koroner akut adalah kumpulan dari gejala dan tanda


klinis dari iskemik miokardium akut yang erat disebabkan oleh
penyakit aterosklerosis..
EPIDEMIOLOG
I
● Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyakit jantung yang
menyebabkan kematian terbanyak di seluruh dunia.

● Prevalensi SKA di Indonesia diperkirakan sebesar 1.5% atau sekitar 265.


340 orang.3
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
Terbentuknya suatu plak
aterosklerosis pada dinding
arteri koronaria-> ruptur->
trombus

• Dislipidemia
• diabetes mellitus
• Hipertensi
• Merokok
• riwayat keluarga dengan
penyakit arteri koroner
PATOFISIOLOGI
6
KLASIFIKASI
● Infark Miokard Akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST)/ STEMI
● Infark Miokard Akut non-elevasi segmen ST (IMA-NEST)/NSTEMI
● Angina Pectoris tidak stabil (APTS)/UAP
DIAGNOSIS
ANAMNESIS -> Gambaran Klinis

• Angina Tipikal
Rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat
berlangsung intermiten/beberapa menit atau persisten (>20 menit). Disertai
keluhan penyerta seperti diaphoresis (keringat dingin), mual/muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, dan sinkop.4

• Angina Atipikal
Nyeri di daerah penjalaran angina tipikal, rasa gangguan pencernaan
(indigestion), sesak napas yang tidak dapat diterangkan, atau rasa lemah
mendadak yang sulit diuraikan.4
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK -> Pemeriksaan Fisik untuk ACS seringkali tidak
spesifik

• Terlihat cemas
• Keringat dingin
• Takipnea
• Regurgitasi katup mitral akut
• Hipotensi
• Diaphoresis
• ronkhi basah halus
• atau edema paru
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG-> EKG

EKG 12 sadapan adalah alat diagnostik lini pertama dalam penilaian


pasien dengan dugaan ACS. Disarankan untuk melakukannya dalam waktu
10 menit setelah kedatangan pasien dalam keadaan darurat ruangan atau,
idealnya, pada kontak pertama dengan layanan medis darurat. Bila dalam
pemeriksaan EKG ditemukan adanya elevasi segmen ST maka diagnosis
STEMI dapat ditegakan, Sedangkan bila tidak ditemukan adanya gambaran
ST elevasi maka diperlukan pemeriksaan enzim jantung untuk
membedakan antara angina tidak stabil dan NSETMI
Gambaran EKG yg dijumpai dengan keluhan angina cukup bervariasi yaitu :
Normal
Non diagnostik
LBBB
Elevasi segmen ST
Depresi segmen ST dg/tanpa inversi del. T
DIAGNOSIS

BIOMARKER JANTUNG
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T -> biomarka nekrosis
miosit jantung & menjadi biomarka untuk diagnosis infark miokard.
Gambar 5. Waktu timbulnya marker jantung4
Tatalaksana NSTEMI/UAP
Statifikasi faktor risiko : untuk menstratifikasi risiko terjadinya perdarahan. Stratifikasi
perdarahan penting untuk menentukan pilihan penggunaan antitrombotik. Tujuan
stratifikasi risiko adalah untuk menentukan strategi penanganan selanjutnya (konservatif
atau intervensi segera) bagi seorang dengan NSTEMI

Tabel 1. Stratifikasi Risiko TIMI4

Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian


kardiovaskular <8,3%); skor 3-4: risiko
menengah (risiko kejadian kardiovaskular
<19,9%); dan skor 5-7: risiko tinggi (risiko
kejadian kardiovaskular hingga 41%).
Tabel 2. Stratifikasi risiko GRACE4
Tabel 3. Stratifikasi Risiko Kematian Berdasarkan
Skore GRACE4 Tabel 4. Mortalitas 30 hari berdasarkan kelas Killip4
Tatalaksana Farmakologi
Anti iskemik-> beta blocker, nitrat, Calcium Chanel Blocker (CCB)

Antiplatelet

Penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa

Antikoagulan

ACE inhibitor dan ARB

Statin
Tatalaksana STEMI

Gambar 18. Mode presentasi pasien, komponen waktu iskemia dan diagram alur untuk pemilihan strategi reperfusi
[LDM= Layanan medis darurat,KMP=Kontak medis pertama, IKP= Intervensi koroner perkutan 4,6.
Gambar 19. Waktu target maksimum sesuai dengan pemilihan strategi reperfusi pada
pasien yang datang melalui EMS atau di pusat non-PCI 6
Terapi fibrinolitik

Fibrinolisis harus dimulai pada ruang gawat darurat. Aspirin oral atau intravena
harus diberikan. Clopidogrel diindikasikan diberikan sebagai tambahan untuk
aspirin. Namun bila pasien akan menjalani PCI setelah fibrinolitik maka
dipertimbangkan dengan mengganti ticagrelor.

Antikoagulan direkomendasikan pada pasien-pasien STEMI yang diobati


dengan fibrinolitik hingga revaskularisasi (bila dilakukan) atau selama
dirawat di rumah sakit hingga 5 hari
Antikoagulan yang digunakan dapat berupa4,6,14
• Enoksaparin secara subkutan (lebih disarankan dibandingkan heparin tidak
terfraksi)
• Heparin tidak terfraksi diberikan secara bolus intravena sesuai berat badan
dan infus selama 3 hari .
• Pada pasien-pasien yang diberikan streptokinase, Fondaparinuks intravena
secara bolus dilanjutkan dengan dosis subkutan 24 jam kemudian sebelum
memberikan terapi fibrinolitik perlu dilakukan penilaian terkait dengan
adanya Kontraindikasi pemberian fibrinolitik.
Gambar 20. Jenis dan dosis terapi yang
digunakan dalam fibrinolisis14
Intervensi Koroner Perkutan Primer (IKP)

IKP primer adalah terapi reperfusi yang lebih disarankan dibandingkan dengan
fibrinolisis apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit dari
waktu kontak medis pertama.
Pasien yang akan menjalani IKP primer sebaiknya mendapatkan terapi antiplatelet
ganda (DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP sesegera mungkin
sebelum angiografi, disertai dengan antikoagulan intravena. Aspirin dapat
dikonsumsi secara oral (160- 320 mg). Pilihan penghambat reseptor ADP yang
dapat digunakan antara lain4,6,14:
• Ticagrelor (dosis loading 180 mg, diikuti dosis pemeliharaan 90 mg dua kali
sehari).
• Atau clopidogrel (disarankan dengan dosis lebih tinggi yaitu dosis loading 600
mg diikuti 150 mg per hari), bila ticagrelor tidak tersedia atau
diindikasikontrakan.
Terapi Jangka panjang
Terapi jangka panjang yang disarakan setelah pasien pulih dari STEMI adalah4,6,14:
• Kendalikan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan terutama merokok, dengan
ketat
• Terapi antiplatelet dengan aspirin dosis rendah (75-100 mg) diindikasikan tanpa henti
• DAPT (aspirin dengan penghambat reseptor ADP) diindikasikan hingga 12 bulan setelah
STEMI
• Pengobatan oral dengan penyekat beta diindikasikan untuk pasien-pasien dengan gagal
ginjal atau disfungsi ventrikel kiri
• Profil lipid puasa harus didapatkan pada setiap pasien STEMI sesegera mungkin sejak
datang
• Statin dosis tinggi perlu diberikan atau dilanjutkan segera setelah pasien masuk rumah
sakit bila tidak ada indikasi kontra atau riwayat intoleransi, tanpa memandang nilai
kolesterol inisial

ACE-I diindikasikan sejak 24 jam untuk pasien-pasien STEMI dengan gagal ginjal,
disfungsi sistolik ventrikel kiri, diabetes, atau infark aterior
• Sebagai alternatif dari ACE-I, ARB dapat digunakan
• Antagonis aldosteron diindikasikan bila fraksi ejeksi ≤40% atau terdapat gagal ginjal
atau diabetes, bila tidak ada gagal ginjal atau hiperkalemia
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai