Anda di halaman 1dari 61

CASE REPORT STUDY

PENATALAKSANAAN STROKE
ISKEMIK DENGAN FAKTOR
RESIKO HIPERTENSI URGENSI
BANGSAL NEURO
RSSN BUKITTINGGI
EDO SEMA GUNA

1641012122

MUHAMMAD HANIF

1641012143

STROKE

Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat


gangguan otak fokal maupun global dengan gejala gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas
selain kelainan vascular (WHO, 2006).

Faktor Resiko

Non
modifiable
risk factors

a.Usia
b.Jenis kelamin
c.Keturunan / genetik

Modifiable
risk factors

Behavioral risk factors


Physiological risk
factors

Behavioral risk factors

Physiological risk factors

Merokok
Unhealthy diet : lemak, garam
berlebihan, asam urat, kolesterol,
low fruit diet
Alkoholik
Obat-obatan : narkoba (kokain),
antikoaguilansia, antiplatelet, obat
kontrasepsi

Penyakit hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Infeksi/lues, arthritis, traumatic,
AIDS, Lupus
Gangguan ginjal
Kegemukan (obesitas)
Polisitemia,
viskositas
darah
meninggi & penyakit perdarahan
Kelainan anatomi pembuluh darah
Dan lain-lain

Klasifikasi

Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

Stroke
Infark

Stroke
Hemoragik

1)Stroke akibat trombosis serebri


2)Emboli serebri
3)Hipoperfusi sistemik
1)Perdarahan intra serebral
2)Perdarahan ekstra serebral

Berdasarkan waktu terjadinya :

Transient Ischemic Attack (TIA)

Reversible Ischemic Neurologic Defisit (RIND)

Stroke in Evolution (SIE) / Progressing Stroke

Completed Stroke

Berdasarkan sistem pembuluh darah :

Sistem Karotis

Sistem Vertebrobasiler

Diagnosa

Diagnosis stroke dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis


dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium
berperan dalam beberapa hal antara lain untuk
menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi
penyebab stroke, dan menemukan keadaan komorbid
(Rahajuningsih, 2009).

Pemeriksaan Penunjang

CT Scan

MRI

Membedakan stroke infark dan stroke hemoragik.


Pemeriksaan CT scan kepala merupakan gold standar
untuk menegakan diagnosis stroke.

Mampu melihat adanya iskemik pada jaringan otak


dalam waktu 2-3 jam setelah onset stroke non
hemoragik.
MRI juga digunakan pada kelainan medulla spinalis.

Pemeriksaan Laboratorium

kadar glukosa
darah

elektrolit

analisa gas
darah

hematologi
lengkap

kadar ureum

kreatinin

prothrombin
time (PT)

activated
partial
thromboplastin
time (aPTT)

enzim jantung

STROKE ISKEMIK

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan


jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke
otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di
jaringan otak (Sjahrir, 2003).

Stroke iskemik ialah stroke yang disebabkan oleh sumbatan


pada pembuluh darah servikokranial atau hipoperfusi
jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis,
emboli,
atau
ketidakstabilan
hemodinamik
yang
menimbulkan gejala serebral fokal, terjadi mendadak, dan
tidak menghilang dalam waktu 24 jam atau lebih (Mardjono,
1988).

Etiologi

Emboli

Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis akan


tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik (Mardjono,
1988).
1.

Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat


berasal dari plaque atherosclerotique yang berulserasi atau
thrombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada
daerah leher.

2.

Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: Penyakit jantung dengan


shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium
atau ventrikel.

3.

Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai emboli


septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis, dapat juga akibat
metaplasia neoplasma yang sudah ada di paru.

Trombosis

Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh


darah besar (termasuk sistem arteri karotis dan percabanganya)
dan pembuluh darah kecil. Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya
pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya
stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran
darah.

Patofisiologi

Ischemic Stroke.mp4

Gambaran Klinis
kelemahan
anggota tubuh
(jarang pada
kedua sisi)

Hiperrefleksia
anggota tubuh

kelemahan otototot wajah

dysarthria

dysfagia

peningkatan
reflex muntah

diplopia

nystagmus

kelemahan otot
mata

penurunan
kesadaran

Penatalaksanaan

Outcome/ goal penatalaksanaan terapi stroke akut, antara lain: (1)


mengurangi progesivitas kerusakan neurologi dan mengurangi angka
kematian, (2) mencegah komplikasi sekunder yaitu disfungsi
neurologi dan imobilitas permanen, (3) mencegah stroke ulangan.

Terapi yang diberikan tergantung pada jenis stroke yang dialami


(iskemik atau hemoragik) dan berdasarkan pada rentang waktu
terapi (terapi pada fase akut dan terapi pencegahan sekunder atau
rehabilitasi).

Strategi pengobatan stroke iskemik ada dua, yang pertama


reperfusi yaitu memperbaiki aliran darah ke otak yang bertujuan
untuk memperbaiki iskemik dengan obat-obat antitrombotik
(antikoagulan,
antiplatelet,
trombolitik).
Kedua
dengan
neuroproteksi yaitu pencegahan kerusakan otak agar tidak
berkembang lebih berat akibat adanya area iskemik.

Komponen Pengobatan

Prevensi Primer
Terapi Akut
Prevensi Sekunder
Rehabilitasi

Prevensi Primer

Mengatur Pola Makan yang Sehat

Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan


risiko terkena serangan stroke, sebaliknya risiko konsumsi makanan
rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke.

Penanganan Stress dan Beristirahat yang Cukup

Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari

Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan


jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi
satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri pada Tuhan yang maha
esa dan mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis dapat
meningkatkan tekanan darah. Penanganan stress menghasilkan
respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan
darah.

Pemeriksaan Kesehatan Secara Teratur dan Taat Anjuran Dokter dalam


Hal Diet dan Obat

Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia,


diabetes mellitus (DM) harus dipantau secara teratur.

Faktor-faktor resiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur,


diet dan gaya hidup sehat

Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah,


140/90 mmHg. Jika menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal
kronis, target tekanan darah, 130/80 mmHg.

Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus


dengan target HbA1C <7%.

Pengendalian kadar kolesterol pada penderita dislipidemia dengan diet


dan obat penurun lemak. Target kadar kolesterol LDL <100 mg/Dl
penderita yang bersiko tinggi stroke sebaiknya target kolesterol LDL
sebaiknya <70 mg/Dl.

Terdapat bukti-bukti tentang faktor resiko yang bersifat


infeksi/inflamasi misalnya infeksi gigi. Kesehatan gigi dan mulut
sebaiknya diperhatikan secara teratur.

Terapi Akut (Dipiro, 2005)

Kriteria Inklusi Pasien Indikasi


Penggunaan t-PA (PERDOSSI,2011)

Usia > 18 tahun

Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas

Awitan dapat ditentukan secara jelas (<3 jam, AHA guideline


2007 atau <4,5 jam, ESO 2009)

Tidak ada bukti perdarahan intrakranial dari CT-Scan

Pasien atau keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan


resiko yang mungkin timbul dan harus ada persetujuan secara
tertulis dari penderita atau keluarga untuk dilakukan terapi
rTPA

Kriteria Eksklusi Pasien Indikasi


Penggunaan t-PA (PERDOSSI,2011)

Usia>80 tahun

Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik


atau perburukan defisit neurologi yang berat

Gambaran perdarahan intrakranial pada CT Scan

Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan


terakhir

Tekanan darah sistolik > 185 mmHg, diastolik


>110 mmHg

Glukosa darah <50 mg/dl atau > 400 mg/dl

Gejala perdarahan subarcahnoid

Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat


dikompresi atau pungsi lumbal dalam 1
minggu sebelumnya

Infark multilobar (gambaran hipodens > 1/3


hemisfer serebri

Kejang pada saat onset stroke

Jumlah platelet <100.000/mm3

Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis


post iktal

Mendapat terapi heparin dalam 48 jam yang


berhubungan dengan peningkatan aPTT

Riwayat stroke atau cedera kepala berat dalam 3


bulan sebelumnya

Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada


pemeriksaan fisik

Gambaran klinis adanya perikarditis


pascainfark miokard

Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya

Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat


dalam 2 minggu sebelumnya

Wanita hamil

Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus


urinarius dalam 3 minggu sebelumnya

Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan


oral atau bila sedang dalam terapi
antikoagulan hendaklah INR < 1,7.

Prevensi Sekunder (Dipiro, 2005)

Rehabilitasi

Terapi
Kognisi

Terapi
Okupasi

Terapi
Wicara

Terapi
Fisik

HIPERTENSI URGENSI

Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik


> 120 mmHg secara mendadak tanpa disertai kerusakan organ
target.

Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan


dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti
hipertensi oral.

Etiologi

Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan


vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial
striffness.

Namun faktor penyebab hipertensi urgensi masih belum


dipahami. Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan
darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular.

Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan


menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol
sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet,
fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan


organ target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda
beda setiap pasien.

Sakit kepala, perubahan tingkat kesadaran dan atau tanda


neurologi fokal bisa terjadi pada pasien dengan hipertensi
ensefalopati.

Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati


dengan perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun
papiledema.

Pada sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskular bisa


saja muncul lebih dominan seperti; angina, akut miokardial infark
atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal
ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi

Hipertensi Emergensi

Hipertensi Urgensi

Diagnosa

Penatalaksanaan

Manajemen penurunan tekanan darah pada pasien dengan


hipertensi urgensi tidak membutuhkan obat-obatan
parenteral. Pemberian obat-obatan oral aksi cepat akan
memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam
24 jam awal Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan
tidak lebih dari 25%. Pada fase awal standard goal penurunan
tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/110 mmHg.

Captopril

onset mulai 15-30 menit


25 mg sebagai dosis awal kemudian tingkatkan dosisnya 50-100 mg setelah 90120 menit kemudian

30 mg dan dapat diulang setiap 8 jam hingga tercapai tekanan darah yang
diinginkan
Nicardipine

Labetalol

Clonidine

mula kerja antara 15-30 menit dan puncaknya antara 2-4 jam
bisa diberikan 0,1-0,2 mg kemudian berikan 0,05-0,1 mg setiap jam sampai
tercapainya tekanan darah yang diinginkan, dosis maksimal adalah 0,7 mg

Nifedioine

memiliki waktu kerja mulai antara 1-2 jam


200 mg secara oral dan dapat diulangi setiap 3-4 jam kemudian

memiliki puncak kerja antara 10-20 menit


tidak dianjurkan oleh FDA untuk terapi hipertensi urgensi karena dapat
menurunkan tekanan darah yang mendadak dan tidak dapat diprediksikan
sehingga berhubungan dengan kejadian stroke

TINJAUAN KASUS
Ilustrasi Kasus

Anamnesis

Seorang pasien perempuan 81 tahun masuk RSSN (Rumah


Sakit Stroke Nasional) Bukittinggi melalui IGD jam 08.00 WIB
dengan keluhan utama lemah anggota gerak sebelah kiri
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang

Lemah anggota gerak kiri sejak 2 jam sebelum masuk rumah


sakit, pasien mengerti perintah, tidak bisa bicara, tidak bisa
menelan, tidak sakit kepala, BAK/BAB melalui kateter, mulut
tidak pelo, selalu menoleh ke sisi kanan, mengalami mual
dan muntah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien, diketahui


bahwa pasien mengalami hipertensi sejak satu bulan yang lalu,
awal pengobatan menggunakan obat kampung, karna tidak
memiliki perbaikan pasien dibawa kerumah sakit. Saat di IGD
pasien diberikan obat antihipertensi, penggunaan obat untuk
seminggu, setelah obat habis pasien tidak kontrol lagi ke rumah
sakit. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus, penyakit
jantung, dan pasien tidak memiliki riwayat stroke sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit hipertensi,


diabetes melitus dan stroke sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan

Pasien sangat malas makan, lebih senang mengkonsumsi sayursayuran dan buah-buahan. Nutrisi lebih banyak dari minum susu
peptisol. Semenjak suami pasien meninggal dua tahun yang lalu,
waktu pasien lebih banyak di rumah, biasanya pasien sering ke
pasar untuk berdagang.

Pemeriksaan Fisik

Umum

Keadaan umum

: sedang

Tekanan darah

: 210/100 mmHg

Nadi

: 74x/mnt

Nafas

: 22x/mnt

Suhu

: 36,5 0C

Khusus

Tingkat kesadaran

GCS : E=4 M=6 V=x

Motorik :

: Somnolen

0
5

Pemeriksaan Penunjang

EKG

: LVH (Left Ventricular Hyperthrophy)

Ro Thorax

: Infiltrat (+)

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Keterangan

Hb

12 g/dL

13-16 g/dL

Rendah

Leukosit

14,61 x 103 /ul

5000-10000/ul

Tinggi

Eritrosit

3,94 x 106 /ul

4,8-10,8 x106 /ul

Rendah

Hematokrit

37,1%

37-43 %

Normal

Trombosit

258 x 103/ul

150-400 x 103/ul

Normal

Gula darah sewaktu

143 mg/dL

<200 mg/dL

Normal

Ureum

20 mg/dL

13-43 mg/dL

Normal

Kreatinin

0,9 mg/dL

0,6-1,2 mg/dL

Normal

Asam urat

6 mg/dL

2,6-6 mg/dL

Normal

Natrium

138 mmol/L

136-145 mmol/L

Normal

Diagnosa Kerja

Hemiparesis sinistra + afasia ec susp stroke iskemik onset 2


jam + hipertensi urgensi

Terapi Farmakologi saat di IGD


Terapi yang diberikan di IGD pada tanggal 28 juli 2016 pada pukul 08.02 WIB

O2 2-4 L/menit

IV FD NaCl 0,9% /12 jam

Injeksi ranitidine 50mg/2ml 2x1

Injeksi citikolin (Brain act) 250 mg 2x2

Piracetam (nurozetam) 1200 mg 2x1

Neurodex

Simvastatin (cholestat) 20 mg 1x1

Aspilet (miniaspi) 80 mg 1x1

Diltiazem (herbesser) 30 mg 2x1

(vitamin B complex) 1x1

Follow Up
Hari pertama
2016)

rawatan

(28

juli

IVFD Nacl 0,9 % / 12 jam

Injeksi ranitidine 50mg/2ml 2x1

Injeksi citicoline 500 mg 2x1

O : CT scan kepala : infark di ganglia


basalis sinistra

Piracetam (nurozetam) 1200


mg 2x1

Kesadaran
: CM (Compos Mentis)
tidak kooperatif,

Neurodex
1x1

Simvastatin (cholestat) 20 mg
1x1

Aspilet (miniaspi) 80 mg 1x1

Diltiazem (herbesser 60) 60 mg


2x1

Lansoprazole (lasgan ) 30 mg
1x1

Riklona (clonazepam) 2 mg
2x1/4 tab

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri,


bicara pelo, banyak tidur, sakit
kepala(-), pusing(+), susah menelan(+),
nafsu makan(-), hentakan pada kepala(+)

GCS : E=4 M=6 V=5


TD : 220/100 (S),170/90(M) mmHg
Suhu

: 39oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec


stroke iskemik onset 2 jam + HT
urgensi
P : Terapi yang diberikan :

O2 2-4 l/menit

(vitamin B complex)

Hari kedua rawatan (29 juli


2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah


kiri, bicara pelo,banyak tidur, sakit
kepala(-),
pusing(+),
susah
menelan(+),
nafsu
makan(-),
demam(+)
O : Kesadaran

: Somnolen

HDL : 63 mg/dL (N: 45-65


mg/dL)

LDL : 82 mg/dL (N: <100


mg/dL)

Trigliserida : 59 mg/dL(N:
<150 mg/dL)

A : Hemiparesis sinistra + afasia


ec stroke iskemik onset 1 hari

GCS : E=2 M=5 V=x

TD : 160/100 (P), 150/100 (S),


150/100 (M) mmHg

Suhu

Gula darah sewaktu : 129 mg/dL


(N: <200 mg/dL)

Gula
darah
puasa :
mg/dL(N:<120mg/dL

P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Neurodex (vitamin
complex) 1x1 (stop)

88

Simvastatin (cholestat) 20
mg 1x1 (stop)

Kolesterol total : 157 mg/dL (N:


200 mg/dL)

Paracetamol
mg 3x1

: 38 C
o

(dumin)500

Hari ketiga rawatan (30


juli 2016)

S : Lemah anggota tubuh


sebelah kiri, bicara (-),
banyak tidur, sakit kepala(-),
pusing(+), susah menelan(+),
nafsu makan(-), demam(+)
O : Kesadaran

GCS
V=afasia

: soppor
:

E=1

M=5

TD
: 150/90 (P),
140/90 (S), 170/100 (M)
mmHg

Suhu

: 37,5oC

A : Hemiparesis sinistra +
afasia ec stroke iskemik onset
2 hari
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Ceftriaxone 1 g 2x1

Hari keempat rawatan (31 juli 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-),
demam(+)
O : Kesadaran

: soppor

GCS : E=1 M=5 V=afasia

TD

: 130/90 (P), 140/90 (S), 130/80 (M) mmHg

Suhu

: 37,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 2 hari


P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari kelima rawatan (1 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-),
demam(-),slem(+)
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=2 M=5 V=afasia

TD

: 130/80 (P), 130/80 (S), 160/90 (M) mmHg

Suhu

: 38oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 3 hari


P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Riklona (clonazepam) 2 mg 1x1/4

Hari keenam rawatan (2 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-),
demam(-), slem(+), batuk(+)
O : Kesadaran

: soppor

GCS : E=1 M=5 V=afasia

TD

: 120/80 (P), 120/80 (S), 120/90 (M) mmHg

Suhu

: 37oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 4 hari


P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari ketujuh rawatan (3 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur, sakit


kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-), demam(-), slem(-),
diare (+)
O : Kesadaran

: soppor

GCS : E=1 M=5 V=afasia

TD : 170/120 (P), 130/90 (S), 140/90 mmHg

Suhu

Natrium : 123 mmol/L (N: 136-145 mmol/L)

Kalium : 3,6 mmol/L (N: 3,5-5,1 mmol/L)

Klorida : 91 mmol/L (N: 97-111 mmol/L)

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 5 hari hiponatremia


P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

IV FD NaCl 3% / 12jam kolf III

Lodia (Loperamid) 2 mg 2-1-1

Hari kedelapan
Agustus 2016)

rawatan

(4

S : Lemah anggota tubuh sebelah


kiri, bicara (-),banyak tidur, sakit
kepala(-),
pusing(+),
susah
menelan(+),
nafsu
makan(-),
demam(-), slem(-), diare (-), lebam
pada kaki dan tangan (+)
O : Kesadaran

: soppor

GCS : E=1 M=5 V=afasia

TD : 130/70 (P), 120/80 (S),


120/80 mmHg

Suhu

Protein total : 4,9 g/L (N: 6,6-8,7


g/L)

Albumin : 2,2 g/L (N: 3,8-5 g/L)

Globulin : 2,7 g/L (N: 1,3-2,7 g/L)

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra +
afasia ec stroke iskemik onset
6 hari
P : Terapi yang diberikan :

Orbumin sachet 2x1

IV FD NaCl 3% / 12jam
(stop)

Riklona (clonazepam)
mg 1x1/4 (stop)

Lodia (Loperamid) 2 mg 21-1 (k/p)

NaCl 0,9 % /12jam

Hari kesembilan rawatan (5 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-),
demam(-), slem(-), diare (-), lebam pada kaki dan tangan (+)
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=3 M=5 V=afasia

TD

: 150/90 (P), 130/70 (S), 110/70 (M) mmHg

Suhu

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 7 hari +


hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari kesepuluh rawatan (6 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur, sakit


kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-), demam(-),
slem(-), diare (-), lebam pada kaki dan tangan (+)
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=3 M=5 V=afasia

TD : 140/100 (P), 140/90 (S), 140/90 (M) mmHg

Suhu

Natrium : 136 mmol/L (N: 136-145 mmol/L)

Kalium : 4,1 mmol/L (N: 3,5-5,1 mmol/L)

Klorida : 105 mmol/L (N: 97-111 mmol/L)

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 8 hari +


hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari kesebelas rawatan (7 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-),
demam(-), slem(-), diare (-), lebam pada kaki dan tangan (+)
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=4 M=5 V=afasia

TD

: 150/90 (P), 140/90 (S), 140/90 (M) mmHg

Suhu

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 9 hari +


hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari keduabelas rawatan (8 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur, sakit


kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-), demam(-),
slem(-), diare (21.00), lebam pada kaki dan tangan (+)
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=4 M=5 V=afasia

TD : 150/100 (P), 130/80 (S), 110/70 (M) mmHg

Suhu

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 10 hari +


hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Albumin 100 cc

Furosemide (lasix) 20mg/2ml

NaCl 0,9 % / 24 jam

Hari ketigabelas rawatan (9 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (-),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(-),
demam(-), slem(-), diare (-), lebam pada kaki dan tangan ()
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=4 M=5 V=afasia

TD

: 150/100 (P), 120/70 (S), 120/70 (M) mmHg

Suhu

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 11 hari


+ hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari keempatbelas rawatan (10


Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah


kiri, bicara (-),banyak tidur, sakit
kepala(-),
pusing(+),
susah
menelan(+),
nafsu
makan(-),
demam(-), slem(-), diare (-),lebam
pada kaki dan tangan ()
O : Kesadaran

A : Hemiparesis sinistra + afasia


ec stroke iskemik onset 12 hari
+ hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Brainact (citikoline)
500 mg2x1

Prohiper (methylphenidate)
10 mg 2x1

Injeksi ceftriaxone 1 g 2x1


(stop)

: somnolen

GCS : E=4 M=5 V=afasia

TD :
140/100 (P),130/80(S),
120/70 (M) mmHg
: 36,5oC

odis

Suhu

Protein total : 5,7 g/L (N: 6,68,7 g/L)

Injeksi
citicoline
(brainact)500 mg 2x1(stop)

Albumin : 2,6 g/L (N: 3,8-5 g/L)

Globulin : 3,1 g/L (N: 1,3-2,7


g/L)

Parasetamol
mg 3x1 k/p

(dumin)500

Hari kelimabelas rawatan (11 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (+),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(+),
demam(-), slem(-), diare (-), lebam pada kaki dan tangan ()
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=3 M=5 V=4

TD

Suhu

: 150/100 (P), 130/80 (S), 130/80(M) mmHg


: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 14 hari


+ hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

Hari kelimabelas rawatan (12 Agustus 2016)

S : Lemah anggota tubuh sebelah kiri, bicara (+),banyak tidur,


sakit kepala(-), pusing(+), susah menelan(+), nafsu makan(+),
demam(-), slem(-), diare (-), lebam pada kaki dan tangan ()
O : Kesadaran

: somnolen

GCS : E=3 M=5 V=4

TD

: 140/90(P),130/100(S),120/80 (M) mmHg

Suhu

: 36,5oC

A : Hemiparesis sinistra + afasia ec stroke iskemik onset 15 hari


+ hiponalbuminemia
P : Terapi yang diberikan :

Terapi lanjut

ANALISA DRUG
RELATED PROBLEM

Drug Related Problems

Anda mungkin juga menyukai