Anda di halaman 1dari 44

DIETETIK

PADA PENYAKIT JANTUNG

DITIA FITRI ARINDA., S.GZ., MPH


PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JANTUNG
• Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm,
tebal kira-kira 6 cm.
• Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram
dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa
periode itu jantung memompa setara dengan 7.571 liter
darah.
SISTEM SIRKULASI
• Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan
tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah
dapat mengalir ke seluruh tubuh
• Pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran untuk
mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian
tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung
• Darah yang berfungsi sebagai medium transportasi
dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi
MACAM-MACAM PENYAKIT JANTUNG
• Aritmia
• Aterosklerosis
• Syndromes KARDIOVASKULAR PADA PENYAKIT
SISTEMIK
• PENYAKIT jantung bawaan pada DEWASA
• Penyakit Arteri Koroner
• Miokard Kardiomiopati
OVERVIEW
• Definisi
• Prevalensi
• Etiologi
• Patogenesis
• Kriteria/ klasifikasi
• Penatalaksanaan
• Komplikasi
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
• Tahun 2005 estimasi global kematian n 17,5 juta karena PJPD, 7,6
karena serangan jantung, 5,7 stroke, merupakan 30% dari seluruh
kematian.
• Hasil Riskesdas 2007, prevalensi penyakit jantung pada usia >15
tahun sebesar 9,2% dimana 0,46 gejala mengarah kelainan jantung
kongenital, 4,8% gejala angina pectoris, 5,9% gejala aritmia, dan
0,31 gejala dekompensasi kordis. (Delima et al, 2010)
• Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah, (16,2%), DI Aceh,
Gorontalo, Sumatera Barat, NTT. Terendah, Lampung,(3,5%),
Sumatera Utara, Papua, Kaltim, Kalbar
Atherosklerosis
DEFINISI
• Atherosklerosis dan FAKTOR RESIKONYA
Atherosklerosis adalah suatu keadaan pengerasan
dinding pembuluh darah.
Coronary Artery Atherosclerosis Hypertension ,
Hypertensive Heart Disease Macroaneurysm , Malignant
Hypertension Metabolic Syndrome, Nephrosclerosis
,Noncoronary Atherosclerosis
HIPERTENSI HEART
DESEASE
HIPERTENSI HEART DESEASE
• Penyebab penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah tinggi kronis
• Hipertensi esensial menyumbang 90% kasus hipertensi pada orang dewasa.
Penyebab sekunder hipertensi untuk 10% dari kasus tekana darah tinggi kronis.
• Menurut studi Framingham hipertensi menyumbang sekitar seperempat dari
kasus gagal jantung.
• Populasi lansia, sebanyak 68% kasus gagal jantung yang dikaitkan dengan
hipertensi
• Studi berbasis masyarakat telah menunjukkan bahwa hipertensi dapat
berkontribusi untuk perkembangan gagal jantung pada sebanyak 50-60% pasien.
• Pada pasien dengan hipertensi, risiko gagal jantung meningkat sebesar 2 kali lipat
pada pria dan sebesar 3 kali lipat pada wanita.
Etiologi penyakit jantung hipertensi
adalah interaksi kompleks dari berbagai hemodinamik, struktural,
neuroendokrin, seluler, dan molekuler faktor. Faktor-faktor ini
memainkan peran integral dalam perkembangan hipertensi dan
komplikasinya, namun meningkat tekanan darah sendiri dapat
memodulasi faktor-faktor ini.
Obesitas telah dikaitkan dengan hipertensi dan hipertrofi ventrikel
kiri pada berbagai studi epidemiologi, dengan sebanyak 50% dari
pasien obesitas memiliki beberapa derajat hipertensi dan sebanyak
60-70% pasien dengan hipertensi obesitas.
PATOFISIOLOGI
Efek kardiovaskular hipertensi
Elevasi yang tidak terkontrol dan berkepanjangan tekanan darah dapat
menyebabkan berbagai perubahan dalam struktur miokard,
pembuluh darah koroner, dan sistem konduksi jantung.
Perubahan ini pada gilirannya dapat mengarah pada pengembangan
hipertrofi ventrikel kiri (LVH), penyakit arteri koroner (CAD),
berbagai penyakit sistem konduksi, dan disfungsi sistolik dan
diastolik dari miokardium, komplikasi yang memanifestasikan klinis
sebagai angina atau infark miokard, aritmia jantung (fibrilasi atrium
terutama), dan gagal jantung kongestif (CHF)
Gagal jantung
Gagal jantung
adalah komplikasi umum dari peningkatan tekanan darah kronis.
Penderita hipertensi kronik kategori berikut:
Asimtomatik tetapi pada risiko mengembangkan gagal jantung -
Tahap A atau B, per American College of Cardiology (ACC) /
American Heart Association (AHA) klasifikasi, tergantung pada
apakah atau tidak mereka telah mengembangkan penyakit jantung
struktural sebagai konsekuensi dari hipertensi
Menderita gejala gagal jantung - Tahap C atau D, per klasifikasi
ACC / AHA
Stages of Elevated BP and Hypertension According to The Seventh Report of
,
the Joint National Committee (JNC7) on Prevention Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure

Systolic BP, Diastolic BP,


Category
mm Hg mm Hg

Optimal < 120 < 80


Prehypertension 120-139 80-89
Stage I 140-159 90-99
Stage II >160 >100
Penyakit Arteri
Koroner/PJK
Penyakit Arteri Koroner/PJK
• PJK adalah penyakit jantung akibat perubahan obstruktif
pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan fungsi
jantung terganggu, yang disebabkan terutama oleh proses
aterosklerosis.

Bentuk PJK yang umum dikenal yaitu :


1. Angina pektoris
2. Infark miocardium akut (IMA)
3. Penyakit Jantung Iskhemia
4. Kematian mendadak (sudden death)
TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang dilaporkan oleh pasien PJK meliputi:
 Palpitasi
 Nyeri, yang biasanya digambarkan sebagai tekanan, meremas, atau
sensasi terbakar di seluruh prekordium dan mungkin menyebar ke
leher, bahu, rahang, punggung, perut bagian atas, atau kedua lengan
 Exertional dyspnea
 Diaforesis dari debit simpatik
 Mual dari stimulasi vagal
 Penurunan Toleransi latihan
ETIOLOGI
PJK terutama disebabkan oleh aterosklerosis.
Sebagian besar kasus PJK terjadi dari gangguan lesi
sebelumnya yang nonsevere (lesi aterosklerotik yang
sebelumnya hemodinamik namun rentan pecah).
PJK tanpa elevasi memerlukan penurunan dalam
pasokan, biasanya karena trombosis dan / atau
perdarahan plak.
PATOGENESIS
• Pemicu utama untuk trombosis koroner dianggap pecahnya plak yang
disebabkan oleh kerusakan jaringan fibrosa, kerusakan itu sendiri menjadi
hasil pelepasan metaloproteinase (kolagenase) dari sel-sel inflamasi aktif.
Kemudian diikuti oleh aktivasi platelet dan agregasi, aktivasi jalur
koagulasi, dan vasokonstriksi.
• Proses ini berpuncak pada trombosis intraluminal koroner dan variabel
derajat oklusi pembuluh darah. Embolisasi distal dapat terjadi. Tingkat
keparahan dan durasi obstruksi koroner arteri, volume miokardium yang
terkena dampak, tingkat permintaan pada jantung, dan kemampuan dari
sisa jantung untuk mengkompensasi merupakan penentu utama
presentasi klinis pasien .
KLASIFIKASI
PJK mengacu pada spektrum presentasi klinis mulai dari
yang
 Untuk segmen ST elevasi miokard infark (STEMI)
 Untuk presentasi yang ditemukan di non-ST-segmen
elevasi miokard infark (NSTEMI) atau angina tidak stabil.
Dalam hal patologi, PJK hampir selalu dikaitkan dengan
pecahnya plak aterosklerosis dan trombosis parsial atau
lengkap dari arteri infarct terkait
Faktor Risiko
1. Hipertensi
- Hasil studi Framingham:
TD 160/95 mmHg, risiko terkena PJK  5x TD 110/90 mmHg
DM + HT  risiko terkena PJK 2x daripada non DM
HT lebih sering ditemukan1,6 kali pada PJK dibandingkan tanpa HT
2. Kolesterol
- LDL (Low Density Lipoprotein) bersifat atherogenik.
- HDL (High Density Lipoprotein) bersifat protektif terhadap PJK.
3. Rokok
- Merokok ↓ kadar HDL Cholesterol.
- Resiko PJK 70% > bukan perokok.
- tergantung pada: jumlah rokok yang dihisap, lama merokok
Framingham study : > 30 batang / hari  3-5x risiko PJK
> 40 batang /hari  6,5 risiko PJK
Faktor Risiko (cont’d)
4. Diabetes Mellitus (DM)
- Risiko PJK 50% > dibandingkan dengan non DM
- Framingham studi : pria DM, risiko PJK 2x
wanita DM, risiko PJK 3x
5. Kelainan EKG
Faktor Risiko Mayor PJK:
6. Stres
a. Hipertensi
7. Pola makanan yang salah b. Hiperkolesterolemi
8. Gaya hidup c. Merokok
9. Kurang olah raga d. Obesitas
PENATALAKSANAAN
• A = Aspirin and antianginals
• B = Beta blockers and blood pressure (BP)
• C = Cholesterol and cigarettes
• D = Diet and diabetes
• E = Exercise and education
1. Pengaturan Diet
A. Tujuan Diet
• Tujuan diet penyakit jantung adalah
memberikan makanan secukupnya
tanpa memberatkan kerja jantung,
menurunkan berat badan bila
penderita terlalu gemuk,
mencegah/menghilangkan
penimbunan garam/air.
b. Syarat Diet
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal.
2. Protein cukup, yaitu 0,8 g/kg BB.
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total 10% berasal
dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah terutama jika disertai dengan dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup. Penggunaan suplemen kalsium, kalium,
dan magnesium HANYA jika dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai dengan hipertensi dan edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9. Cairan cukup, ±2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
dalam porsi kecil.
c. Jenis diet dan indikasi pemberian
diet:
1. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit
jantung akut seperti infark miokard atau
dekompensasi kordis berat.

Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari


selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan
semua zat gizi sehingga sebaiknya hanya diberikan
selama 1-2 hari.
2. Diet Jantung II
Diet Jantung II diberikan dalam bentuk
makanan saring atau lunak. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung I,
atau setelah fase akut dapat diatasi.

Jika disertai hipertensi dan/atau edema,


diberikan sebagai Diet Jantung II Garam
Rendah. Diet ini rendah energi, protein,
kalsium, dan tiamin.
3. Diet Jantung III
Diet Jantung III diberikan dalam bentuk makanan
lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada
pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu
berat.

Jika disertai dengan hipertensi dan/atau edema,


diberikan sebagai Diet Jantung III Garam Rendah.
Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup
zat gizi lain.
4. Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diberikan dalam bentuk
makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada
pasien jantung dengan keadaan ringan.

Jika disertai dengan hipertensi dan/atau


edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV
Garam Rendah. Diet ini cukup energi dan zat
gizi lain kecuali kalsium.
d. Bahan Makanan yang Dianjurkan
1. Sumber Karbohidrat: beras ditim atau disaring, roti, mie, kentang,
makaroni, biscuit, tepung beras/terigu/sagu, gula pasir, gula merah,
madu, sirup.
2. Sumber Protein Hewani: daging sapi dan ayam rendah lemak , ikan,
telur, susu rendah lemak dalam jumlah yang telah ditentukan.
3. Sumber Protein Nabati: kacang-kacangan kering, seperti kacang kedelai
dan hasil olahannya, misalnya tahu dan tempe.
4. Sayuran: sayuran yang tidak menimbulkan gas, seperti bayam,
kangkung, buncis, kacang panjang, labu siam, wortel, tomat, dan tauge.
5. Buah-buahan: semua buah-buahan segar.
6. Lemak: minyak jagung, minyak kedelai, margarine, mentega dalam
jumlah terbatas dan tidak untuk menggoreng tetapi untuk menumis,
kelapa atau santan encer dalam jumlah terbatas.
7. Minuman: teh encer, coklat, sirup.
8. Bumbu: semua bumbu selain bumbu tajam dalam jumlah terbatas.
e. Bahan makanan tidak dianjurkan
1. Sumber Karbohidrat: makanan yang mengandung gas atau alkohol,
seperti ubi, singkong, tape singkong dan tape ketan.
2. Sumber Protein Hewani: daging sapi dan ayam berlemak, gajih, sosis,
ham, hati, limpa, babat, otak, kepiting dan kerang, keju, dan susu.
3. Sumber Protein Nabati: kacang-kacangan kering yang mengandung
lemak cukup tinggi seperti kacang tanah, kacang mete, kacang bogor.
4. Sayuran: semua sayuran mengandung gas, seperti kol, kembang kol,
lobak, sawi, dan nangka muda.
5. Buah-buahan: buah-buahan segar yang mengandung gas atau alkohol
seperti durian dan nangka matang.
6. Lemak: minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, santan kental.
7. Minuman: teh/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan
alkohol.
8. Bumbu: Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu lain yang tajam.
f. Bahan Makanan prioritas
1. Ikan Laut dalam (Salmon, Tuna, Sarden): sumber lemak omega-3 yang baik
untuk mengurangi risiko peradangan dan menekan pembekuan darah.
2. Minyak zaitun: menurunkan kadar kolesterol LDL
3. Oats: asam lemak omega-3, folate, kalium, dan serat larut yang disebut beta
glukan yang membantu menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan
membantu membersihkan pembuluh darah jantung, serta memperlancar
proses pencernaan.
4. Kacang Almond: fitosterol, serat dan vitamin E yang menjaga kadar kolesterol
5. Tomat: mengandung vitamin dan likopen telah terbukti mengurangi risiko
penyakit jantung.
6. Alpukat: memperlambat penyerapan karotenoid, khususnya beta karoten dan
likopen, yang mampu menurunkan kadar LDL, dan menaikkan kadar HDL
dalam tubuh.
7. Yogurt: mengandung vitamin D, protein, kalsium, bakteri baik yang
bermanfaat untuk pencernaan.
8. Berries. Jenis beri antara lain: blueberry, raspberry,
atau stroberi-tidak masalah karena semuanya
mengandung anti peradangan dan menurunkan
risiko serangan jantung dan kanker. Semua jenis
beri memperbaiki kesehatan vaskuler.
9. Bayam mengandung zat-zat baik untuk jantung
seperti lutein, kalium, serta, dan folat.
10. Kedelai. Protein pada kedelai telah terbukti untuk
mencegah serangan jantung. Kandungan protein
dalam kedelai cukup baik untuk pengganti daging
merah, yang banyak mengandung lemak jenuh.
2. Perhitungan Kebutuhan Energi
Dapat menggunakan Rumus Harris dan Benedict (1919):

BEE (Basal Energy Expenditure), yaitu: TEE (Total Energy Expenditure) = BEE x FA x FS
Wanita = 655,1 + 9,56 (W) + 1,85 (H) – 4,68 (A) Keterangan: FA (Faktor Aktivitas) FS (Faktor Stres)
Laki-laki = 66,5 + 13,75 (W) + 5,0 (H) – 6,78 (A) Bedrest = 1,2 Ringan = 1,2
Ringan = 1,3 Sedang = 1,3
Keterangan: Sedang = 1,4 Berat = 1,5
W = berat badan aktual (kg) Berat = 1,5
H = tinggi badan (cm)
(Krause’s, 1996)
A = usia (tahun)
3. Interaksi Obat dan Makanan
Interaksi obat dan makanan terjadi apabila bahan makanan memengaruhi
bahan dalam obat yang diminum sehingga obat tidak bekerja sebagaimana
mestinya. Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, mulai
dari peningkatan atau penurunan efektivitas obat sampai efek samping.

Makanan juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan penyerapan


obat. Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu
perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan
beberapa obat lain sebaiknya di ambil bersamaan dengan makan.
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
Oleh sebab itu, perlu diperhatikan penggunaan obat dan makanan pada
penderita jantung.
Interaksi Obat dan Makanan
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai