Anda di halaman 1dari 62

www.themegallery.

com
LOGO
REFERAT

TRIPLE ELIMINATION IN
PREGNANCY

Oleh : Juliana Mahulette


Pembimbing : dr. Irene Leha, Sp.Og
Latar Belakang

 Triple elimination merupakan salah satu program WHO (World Health Organization)
yang mencanangkan eliminasi penularan penyakit infeksi dari ibu ke anak (mother
to child transmission) di Asia dan Pasifik pada tahun 2018-2030.
 Tiga penyakit yang menjadi fokus adalah HIV, hepatitis B, dan sifilis.
 Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi yang endemik di wilayah Asia
dan Pasifik. Infeksi HIV, hepatitis B dan sifilis pada anak lebih dari 90% tertular dari
ibunya.
Latar Belakang

• Prevalensi dunia; infeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu hamil berturut-turut
0,3%, 1,7%, dan 2,5%.
• Risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20-45%, untuk sifilis 69-90%
dan untuk hepatitis B adalah lebih dari 90%.
• Kemenkes RI melalui peraturan menteri kesehatan no 52 tahun 2017
mengamanatkan program Triple elimination ditargetkan akan tercapai pada tahun
2022.
Tujuan

• Mencegah penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak


• Meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup anak dan ibu HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B
• Meningkatkan kemampuan professional pelaksana pelayanan kesehatan
dan manajemennya
• Menghilangkan segala bentuk stigma dan diskriminasi berbasis penyakit.
Infeksi pada kehamilan

Perubahan Imunologik
Peningkatan usia kehamilan – supresi system imun
Pengurangan maksimal limfosit T CD4+ pada trimester ketiga
Proliferasi limfosit in vitro secara bermakna lebih rendah pada
kehamilan.

Perubahan Anatomik
Hipertrofi serviks  infeksi seksual dapat menyebar lebih luas

www.themegallery.com
HIV-AIDS
(Human Immunodefificiency
virus-AIDS)
DEFINISI

 HIV merupakan retrovirus bersifat limfotropik khas


yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh.
 Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan orang menjadi lebih rentan
terhadap infeksi.
 Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai
infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi
HIV telah berkembang menjadi AIDS (Acquired
Imunnodeficiency Syndrome)
Sel limfosit, CD4 dan viral load

 Cluster of differentiation (CD) adalah reseptor


tempat melekatnya virus pada dinding limfosit T.
 Nilai normal CD4 sekitar 800-1500/ml
 Penurunan jumlah limfosit T berCD4  Infeksi
Oportunistik >>
 Viral load adalah kandungan jumlah virus dalam
darah
( >1000kopi/ml)
 Peningkatan Viral load  Resiko Penularan >>
PENULARA
N
Hubungan seksual

Vertikal
(Ibu-Anak)
Kontak dengan
darah HIV
Transmisi HIV ibu-Anak
 Intra Uterine (5-10%)
 Saat persalinan (10-20%)
 Pasca Persalinan (5-20%)

Dampak yang mungkin terjadi:


1. BBLR
2. Bayi lahir mati
3. Abortus spontan

www.themegallery.com
Faktor Resiko Penularan Ibu ke anak
Perjalanan Penyakit
Perjalanan Penyakit

www.themegallery.com
Diagnosis Infeksi HIV

Anamnesis  Keluhan dan Faktor resiko

Pemeriksaan klinis identifikasi stadium klinis

Laboratorium  Tes Antibodi, PCR, Ab-Ag test


Diagnosis Infeksi HIV
Diagnosis HIV pada ibu hamil

Pemeriksaan serologis :

 Skrinning tes HIV (3 metode)  ELISA


 Uji cepat :
1. Imunofiltrasi
2. Imunokromatografi
3. Uji celup (dipstick)

Gold Standar : pemeriksaan Western Blot (WB)

www.themegallery.com
Diagnosis Infeksi HIV

a. bila hasil negatif, maka berikan informasi hasil negative, pentingnya menjaga agar ibu
tetap sehat dengan menerapkan PHBS, tapis PML/IMS lainnya, ajak pasangan untuk tes,
tes ulang bila pasien atau pasangan berisiko.
b. bila hasilnya positif :
i. Menegakkan diagnosis, jelaskan arti positif, berikan konseling.
ii. Tentukan stadium klinis:
a) Stadium klinis 1-2, obati ARV dan dampingi
b) Stadium klinis 3-4, rujuk dan dampingi
TATALAKSANA PADA IBU HAMIL
SIFILIS
DEFINISI

 Sifilis adalah suatu infeksi menular seksual, yang


disebabkan oleh bakteri spirochaeta, yaitu
Treponema pallidum.
 Abrasi kecil pada mukosa saat berhubungan seks
merupakan portal masuk. (Genital-anal-oral)
 Bakteri ini bereplikasi dan berdiseminasi melalui
saluran limfatik dalam hitungan jam atau hari.
 Waktu inkubasi yang diperlukan sekitar 3 sampai 4
minggu bergantung pada faktor inang dan ukuran
inokulum.
www.themegallery.com
KLASIFIKASI
Secara umum, sifis terbagi menjadi 2 : sifilis akuisita dan sifilis kongenital.

a. Sifilis akuisita
a.1. Sifilis dini, mudah menular dan merespon pengobatan dengan baik
stadium primer  stadium sekunder  Sifilis laten dini (diderita selama
kurang dari 1 tahun)
a.2. Sifilis Lanjut
stadium laten lanjut   Sifilis tersier

b. Sifilis kongenital,
b.1.  Sifilis kongenital dini
b.2.  Sifilis kongenital lanjut.

www.themegallery.com
PENULARAN

 Hubungan Seksual
 Vertikal (Ibu-Anak)
 Sifilis dini  jumlah bakteri yang banyak dan
tingginya transmisi antar pasangan
 Sifilis laten jumlah bakteri menurun dan
rendahnya transmisi antar pasangan

www.themegallery.com
Transmisi Sifilis Ibu ke Anak

 Maternal sifilis 
1. masa kehamilan >>
2. kontak saat persalinan
3. kontak dengan lesi sifilis setelah persalinan.

 Dampak jika tidak diobati  keguguran,


prematuritas, bayi berat lahir rendah, lahir mati dan
sifilis kongenital.

www.themegallery.com
Perjalanan Penyakit

www.themegallery.com
Diagnosis Sifilis

Anamnesis  Keluhan dan Faktor resiko

Pemeriksaan klinis identifikasi stadium klinis

Laboratorium  Non treponema dan treponema


Diagnosis Sifilis pada Ibu hamil
Tes serologi sifilis
banyak digunakan untuk
tujuan diagnostik dan
skrining. Terdiri atas dua
jenis, yaitu tes non-
treponema dan
treponema.

RPR : Rapid Plasma


Reagin
VDRL : Veneral Diseases
Research Laboratory
TP rapid : Treponema
Palidum-rapid
Tatalaksana sifilis pada ibu hamil
Stadium Terapi sifilis pada ibu hamil

Sifilis primer dan Benzatin benzyl penicillin 2,4 juta IU, injeksi IM dosis
sekunder tunggal ; dosis kedua dianjurkan

Benzatin benzyl penicillin 2,4 juta IU, injeksi IM, satu


Sifilis laten
kali/minggu selama 3 minggu berturut-turut.

Catatan:

 Bila di fasilitas pelayanan kesehatan tidak di temukan obat Benzatin benzyl


penicillin dan yang ada hanya Procain benzyl penicillin, untuk terapi sifilis dosis
Procain benzyl penicillin 600.000 IU setiap hari selama minimal 30 hari berturut
turut, pasien mendapatkan dosis total 18 juta IU.
Sebelum injeksi benzathin benzylpenicillin atau procain benzyl penicillin perlu
dilakukan uji penisilin terlebih dulu untuk memastikan pasien tidak alergi terhadap
penisilin.
HEPATITIS B

www.themegallery.com
DEFINISI

 Hepatitis B merupakan infeksi pada yang disebabkan


oleh virus hepatitis B (VHB).
 Infeksi VHB ini dapat menyebabkan infeksi akut
atau kronik.
 Infeksi akut hepatitis B biasanya self-limiting yang
ditandai dengan inflamasi akut dan nekrosis
hepatoselular. I
 nfeksi kronik hepatitis meliputi berbagai spektrum
penyakit yang ditandai dengan infeksi VHB yang
persisten (HBsAg terdeteksi pada darah > 6 bulan)
dengan atau tanpa replikasi virus yang aktif dan bukti
www.themegallery.com
kerusakan dan inflamasi pada hepar
Attachment Protein pre S1, pre
S2 dan Poly HSA, Enkapsidasi pregenom
SHBs RNA, HBcAg dan Release
polimerase di sitoplasma
Virus menempel
pada reseptor
Sintesis DNA (dengan
Assembly reverse transcriptase)
Penetration Proses translasi
 mRNA terbesar Coating partikel core
menghasilkan HBcAg, HBeAg dengan genom matur
Masuk secara
dan polimerase. oleh HBsAg dalam RE
endositosis
 mRNA lainnya hasilkan
dalam hepatosit
HBsAg
Virus baru
Virus menyatu dihasilkan
dengan membran Replication
sel

Memasukkan Replikasi VHB


HBcAg, polimerase, dengan RNA (pds
dan DNA VHB Penetration DNA  cccDNA) 
dalam nukleus template transkripsi
Penelitian menunjukkan bahwa VHB bukan merupakan virus sitopatik.

Kelainan sel hati yang diakibatkan oleh infeksi VHB disebabkan oleh reaksi imun
tubuh terhadap hepatosit yang terinfeksi VHB dengan tujuan akhir mengeliminasi
VHB tersebut.

Hepatitis B dapat berkembang secara akut dan kronis. Apabila eliminasi VHB
dapat berlangsung secara efisien, maka infeksi VHB dapat diakhiri, namun
apabila proses tersebut kurang efisien, maka akan terjadi infeksi VHB yng
menetap.

Proses eliminasi yang tidak efisien dipengaruhi oleh faktor virus maupun
pejamu.
PENULARA
N
Hubungan seksual

Vertikal
(Ibu-Anak)
Kontak dengan
darah HIV
Transmisi HBV Ibu-Anak
 60-70% terjadi pada masa perinatal
1. Saat konsepsi dan selama kehamilan
Infeksi germ line, transplasental (jarang)
2. Saat persalinan
Mikrotranfusi  kontak darah Ibu dengan mukosa bayi
saat kontraksi.
Penggunaan alat bantu persalinan

Dampak : Korioamnionitis, ancaman persalinan preterm,


HBV kronik pada bayi

www.themegallery.com
Perjalanan Penyakit

www.themegallery.com
Perjalanan Penyakit
Manifestasi klinis

 Demam yang tidak terlalu tinggi (38’C-39’C) • Pada saat timbul gejala utama yaitu badan
 Gngguan pencernaan  mual, muntah dan mata menjadi kuning, gejala-gejala

 Malaise, pusing, nyeri sendi dan otot, sakit awal tersebut biasanya menghilang
kepala, rasa tidak nyaman dengan cahaya, • Pada beberapa pasien dapat disertai
nyeri tenggorok, batuk dan pilek (flu like kehilangan berat badan (2,5-5 kg), hal ini
syndrome) dapat timbul sebelum badan biasa dan dapat terus terjadi selama proses
menjadi kuning selama 1-2 minggu. infeksi.
 Air seni menjadi berwarna seperti air teh • Hati menjadi membesar dan nyeri sehingga
(pekat gelap) dan warna feses menjadi keluhan dapat berupa nyeri perut kanan
pucat  1–5 hari sebelum badan menjadi atas, terasa penuh di ulu hati.
kuning

www.themegallery.com
Diagnosis Hepatitis B

Anamnesis  Keluhan dan Faktor resiko

Pemeriksaan klinis identifikasi stadium klinis

Laboratorium  Hematologi dan serologi


Diagnosis Hepatitis B

Petanda serologik pada hepatitis akut sebagai berikut:


 HBsAg (+) 6 minggu setelah infeksi dan (-) 3 bulan setelah awal gejala. Bila
(+) lebih dari 6 bulan, infeksi VHB akan menetap.
 Anti HBs (+) 3 bulan setelah awal gejala dan menetap.
 HBeAg (+) dalam waktu pendek, kalau (+) lebih dari 10 minggu akan terjadi
kronisitas
Diagnosis Hepatitis B
TATALAKSANA PADA IBU HAMIL

Setelah dilakukan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil, sesuai


Permenkes Nomor 52 Tahun 2017 tentang Pedoman Eliminasi Penularan
HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak, ibu hamil dengan hasil
HBsAg reaktif dirujuk ke Rumah Sakit untuk kemudian dilakukan
penetapan status penyakit hepatitis B oleh dokter spesialis penyakit dalam
TATALAKSANA PADA IBU HAMIL

Pasien dengan hepatitis B akut tidak membutuhkan terapi antiviral.

Biasanya hanya diperlukan terapi suportif dan simptomatik karena


sebagian besar infeksi hepatitis B akut pada dewasa dapat sembuh
spontan.

Sedangkan untuk penatalaksanaan hepatitis B kronik secara umum


memiliki tujuan untuk superesi jangka panjang infeksi VHB, mencegah
perkembangan penyakit, dan pencegahan transmisi dengan vaksinasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesintasan pasien yang
terinfeksi.
TATALAKSANA PADA IBU HAMIL

 Pada wanita hamil yang telah didiagnosis mengidap infeksi


virus hepatitis B kronik pda awal kehamilan, keputusan
dimulainya terapi harus melihat risiko dan keuntungan
pengobatan tersebut.

 Secara umum, pengobatan diberikan kepada pasien hepatitis


B kronik yang mengalami radang hati aktif (fase imuune
reactive), pasien dengan fibrosis hepatis atau dengan risiko
dekompensasi hati. Indikasi terapi antivirus hepatitis B pada
ibu hamil secara umum sama dengan pasien hepatitis B yang
tidak hamil.
Algoritma tatalaksana Hepatitis B kronik pada
ibu hamil
Rencana persalinan yang aman
 Dua pertiga transmisi vertikal infeksi HIV pada bayi terjadi di
masa akhir persalinan.
 Prosedur bedah sesar elektif menurunkan risiko transmisi
vertikal HIV sebesar 50% bila dibandingkan dengan metode
persalinan lain.
 Metode persalinan tidak berpengaruh terhadap kejadian
vertikal HIV pada ODHA yang dalam terapi ARV.
 Bedah sesar elektif dilakukan pada ODHA hamil dengan
jumlah viral load >1000kopi/ml pada usia gestasi 38 minggu
untuk mengurangi resiko transmisi vertikal infeksi HIV atau
bila jumlah viral load tidak diketahui pada trimester ketiga
kehamilan.
 Namun jika viral load <1000kopi/ml bedah sesar elektif tidak
dilakukan kecuali atas indikasi obstetric
 Persalinan melalui bedah sesar berisiko lebih kecil untuk
penularan terhadap bayi namun menambah risiko lainnya
untuk ibu.
 Untuk itu penting sekali dipastikan bahwa ibu terinfeksi telah
memperoleh pengobatan yang adekuat bila sifilis
(menggunakan penicillin), viral load HIV tidak terdeteksi atau
viral load DNA HBV kurang dari log 105.

 Pada ketiga keadaan tersebut, asuhan persalinan normal


pervaginam dapat dilakukan dengan kewaspadaan standar
hal-hal yang perlu diperhatikan pada persalinan normal untuk
ibu bersalin HIV antara lain ibu telah mendapatkan
pengobatan ARV minimal 6 bulan atau viral load tidak
terdeteksi yaitu kurang dari 1000kopi/ml pada minggu ke 36.
 Pada ibu dengan sifilis
dan hepatitis B
umumnya asuhan
persalinan normal
pervaginam dapat
dilakukan dengan
kewaspadaan standar
bila tidak ada indikasi
obstetrik lainnya
(gangguan 3P yaitu
power, passage, dan
passenger).
Pencegahan Penularan HIV,
Sifilis dan Hepatitis B dalam
kehamilan
 upaya pencegahan penularan penyakit menular langsung HIV,
sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak, dilaksanakan melalui
kegiatan pencegahan dan penanganan secara komprehensif
berkesinambungan.

Pencegahan penularan infeksi HIV, SIfilis, dan


Hepatitis B pada wanita usia subur

Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada


perempuan terinfeksi;
1. pencegahan dan atau penundaan kehamilan pada ibu
dengan penyakit menular langsung (PML)
2. perencanaan kehamilan dan persiapan kehamilan yang
tepat, jika ibu ingin hamil.
Prinsip pencegahan penularan

A : ABSENT
B : BE FAITHFUL
C : CONDOM
D : DRUGS
E : EDUCATION

www.themegallery.com
Penanganan awal pada bayi lahir
dari Ibu HIV, Sifilis, Hepatitis B
 Seluruh bayi lahir dari ibu HIV wajib mendapatkan
ARV profilaksis.
 Pemberian ARV profilaksis dengan dosis sesuai
gestasi sebaiknya mulai diberikan pada usia 6-12 jam
setelah lahir, atau setidak-tidaknya kurang dari usia
72 jam.
 Pemberian ARV pada bayi yang lahir dari ibu HIV
bertujuan untuk mencegah transmisi HIV yang
terjadi terutama pada saat persalinan dan menyusui.
Profilaksis kotrimoksasol diberikan kepada seluruh bayi lahir dari ibu terinfeksi
HIV sejak usia 6 minggu sampai terbukti tidak terinfeksi HIV dengan uji
diagnostic yang sesuai dengan usia.

Kotrimoksasol merupakan preparat kombinasi tetap dua obat yaitu trimetropim


dan sulfametoksasol yang memiliki aktivitas antimikroba berspektrum luas
terhadap bakteri, jamur, dan protozoa.
 Sama seperti bayi dari ibu HIV, maka bayi dari ibu sifilis juga
perlu diberikan profilaksis sifilis, baik ibunya sifilis yang
sudah diterapi adekuat maupun tidak adekuat.
 Profilaksis utama yang diberika pada bayi lahir dari ibu sifilis
adalah Benzathin penicillin G 50.000IU/kgBB IM, dosis
tunggal.
 Sekalipun telah dilakukan pengobatan kunjungan neonatal
tetap perlu dilakukan untuk mengawasi tanda-tanda sifilis
kongenital.
Pada bayi lahir dari ibu hepatitis B wajib diberikan
injeksi Vitamin K, HBO dan HBIg <24 jam setelah
lahir. Selanjutnya dilengkapi sampai tuntas HB1, HB2,
HB3 sesuai jadwal program imunisasi rutin nasional.
KESIMPULAN

Triple elimination in pregnancy merupakan salah satu program kesehatan


yang bertujuan untuk mencegah penularan penyakit menular dari ibu ke
anak, yang terdiri dari HIV, sifilis, dan hepatitis B.

Deteksi dan penegakkan diagnosis secara dini dapat mengurangi risiko


penularan penyakit dari ibu ke anak.
Untuk itu, dengan promosi kesehatan yang baik, kepatuhan ANC oleh ibu
hamil, dan fasilitas kesehatan yang memadai sangat diharapkan untuk
menurunkan tingkat mortalitas ibu dan bayi.

www.themegallery.com
KESIMPULAN

Secara umum, penanganan pada ibu hamil dengan HIV, sifilis, dan
hepatitis B sama dengan indikasi penanganan pada ibu yang tidak
hamil, namun pada penerapannya diperlukan kerja sama tim
multidisiplin.

metode persalinan yang tepat dapat disesuaikan dengan indikator


keamanan penyakit masing-masing.

Persalinan melalui bedah sesar berisiko lebih kecil untuk penularan


terhadap bayi namun menambah risiko lainnya untuk ibu.

Untuk itu penting sekali dipastikan bahwa ibu terinfeksi telah


memperoleh pengobatan yang adekuat bila sifilis (menggunakan
penicillin), viral load HIV tidak terdeteksi atau viral load DNA HBV kurang
dari log 105.
KESIMPULAN

Profilaksis wajib diberikan pada bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B karena hal ini terbukti dapat menurunkan mortalitas pada
anak.

Bayi dengan ibu terinfeksi HIV dapat diberikan ARV profilaksis dan
kotrimoksasol, bayi dengan ibu terinfeksi sifilis diberikan benzathin
penisilin G, dan pada bayi dengan ibu terinfeksi hepatitis B diberikan
injeksi vitamin K, HBO, ditambah dengan HBIg pada <24 jam setelah
lahir.
www.themegallery.com
LOGO

Anda mungkin juga menyukai