Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

KESELAMATAN KERJA
PT MARTINA BERTO TBK

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat


Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja

Disusun Oleh Kelompok B4 :


dr. Samuel Gunawan Hutajulu
dr. Sara Yulus Khazmi
dr. Satria Bintang Mahathma
dr. Shella Erviana Devi
dr. Sidik Rahman Hakim
dr. Siti Nabilla Saskia Utami
dr. Siti Nur Rokhmah Firda
dr. Syarifah Intan Amalya
dr. Ulfadiya Putri
dr. Venamelia
dr. Vionita Jessica M. Simanjuntak
dr. Wisna Dirgahasari Asmara, MMRS
dr. Wulandari

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA
PERIODE 11 APRIL – 16 APRIL 2023
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin pesat sejalan
dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah mendorong meningkatnya
penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi ini telah mendorong
meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi modren dan
bahan-bahan kimia dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan industri ini
memberikan dampak yang positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas.
Namun, akibat percepatan proses industrialisasi dengan sendirinya akan memperbesar
resikonya bahaya yang terkandung dalam industri, timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi
oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
dengan mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup
K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem
manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki
landasan hukum yang diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun
1970, Undang-undang No.13 tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996.
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya
perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka
kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan
PT. Martina Berto Tbk yang memiliki jenis usaha dalam bidang kosmetik. Melalui laporan
ini kami menyampaikan hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Martina Berto
Tbk beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan
SMK3 di perusahaan tersebut.

2
1.2 Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
Bejana Tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga
dan Produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat-
angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir.
11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya.
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan
SNI No SNI 04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000) di Tempat Kerja.
14. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan
nomor 113 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang
Terbatas
15. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan eKtenagakerjaan
Nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bekerja pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (rope access).

1.3 Profil Perusahaan

3
a. Sejarah perusahaan
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr
HC. Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini
berlokasi di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini
bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta
perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu,
perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya,
PT Cedefindo, yang merupakan kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering,
semi-padat, cairan, dan aerosol.
Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung
dengan partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya
PT.  Sari Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995
mereka melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group
menjadi PT. Martina Berto.
 Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha
Tilaar.
 Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan
pribadi. Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina)
dan Asia (Jepang, Hongkong, dan Taiwan).
 Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar
Indonesia untuk meraih pangsa pasar Internasional.
 Tahun 2011, masuk bursa efek Indonesia sebagai PT Martina Berto Tbk.
 Tahun 2015, mendapatkan sertifikasi SMK3 pada bulan Mei.

b. Visi dan misi perusahaan


Visi
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan kecantikan dan
industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui teknologi modern, penelitian
dan pengembangan untuk mengoptimalkan nilai tambah kepada konsumen dan
stakeholder lainnya.

Misi

4
 Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan
kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas internasional
untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio
yang sehat mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.
 Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua pelanggan
dalam proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan perdagangan;
 Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang berkelanjutan;
 Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan;
 Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem, dan
teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis;
 Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk kepentingan
semua stakeholder;
 Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang saham;
 Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus
jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global
dengan produk yang dipilih dan merek.

c. Jumlah pegawai perusahaan


Jumlah pekerja sebanyak ± 700 orang pekerja. Jam kerja pegawai hanya 2 shift. Shift
pertama mulai bekerja pada pukul 07.30 – 14.30 dan shift kedua pada pukul 15.40 – 22.00.

d. Sektor usaha
Perusahaan ini bergerak dibidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan
pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat
tradisional.
1. Segment A Plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu
Garden Martha Tilaar
2. Segment A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar

3. Segment B

5
Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar
4. Segment C
Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have
been sold in Malaysia through direct selling.

e. Jam kerja
Factory : Jam Kerja  : 07.00 – 16.30
Office     : Jam Kerja : 08.00  - 16.30
Jam makan siang : Dibagi menjadi 3 waktu yaitu, 11.30, 12.00, 12.30
Istirahat sore : Fleksibel tergantung bagian

f. Asuransi
Astra Life serta BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan.
Dalam menangani kasus emergensi perusahaan bekerjasama dengan RS Trauma Centre,
RS Antam Medika, RS Jayakarta, dan RS Persahabatan.

g. Sertifikasi perusahaan
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang
mendapatkan sertifikat ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satu‐satunya pendiri UN Global
Compact dari Asia, mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara
Produksi Kosmetika yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang
Baik).

h. Kelembagaan dan Struktur P2K3

6
Gambar 1. Struktur Organisasi P2K3 PT Martina Berto Tbk

Total P2K3     : 56 Orang


Pertugas K3    : 20 Orang
Pelatihan         : Tanggap Darurat untuk DAMKAR
                           Emergency Respons Kecelakaan Kerja
Sertifikasi P3k : PMI dan Disnakertrans
Prose Kerjanya : Siap dimasing-masing bagian
Bekerja sesuai kejadian darurat
PJK3                : Sesuai kualifikasinya masing-masing :
                           AK3 Umum
                           AK3 Kimia
DAMKAR

1.4 Alur Produksi


Rencana produksi bulanan dihitung oleh bagian PPIC. Dari rencana produksi ini bagian
produksi akan menghitung jumlah jam orang yang diperlukan berdasarkan standar jam orang
yang telah ditetapkan oleh bagian IE (Industrial Engineering). Jam orang adalah jumlah jam

7
produksi dikali dengan jumlah orang yang diperlukan melaksanakan produksi tersebut. Hal
ini berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas perusahaan.
Dalam pelaksanaanya, produksi akan meminta bahan baku ke gudang bahan baku
menggunakan dokumen PWO (Proccess Work Order). Gudang akan menyiapkan kebutuhan
sesuai dengan PWO dan hasil penimbangan akan diperiksa ulang oleh produksi. Jika semua
bahan telah siap, produksi akan mengolah bahan tersebut sesuai dengan LPP (Lembar
Petunjuk Proses). Tiap langkah LPP yang telah dilaksanakan kemudian diparaf oleh operator
dan pengawas yang bersangkutan dan setiap penyimpangan, adjusting, atau segala perbaikan
yang tidak tertera di LPP akan dicatat sebagai pedoman pemeriksaan dan penelusuran jika
terjadi kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian
batch ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari
QC untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC
akan memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan
dan jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting. Segala perbaikan
yang dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk yang telah
dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang
menggunakan dokumen PCO (Packing Order) dan pengemasan dilakukan berdasarkan
prosedur pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas).
Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4
macam yaitu produksi liquid, lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi
tersebut memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager
produksi.

8
Gambar 2. Alur produksi PT Martina Berto Tbk

1.5 Landasan Teori


Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris
celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan
maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan
pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya
dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat
Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah
keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Dalam
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu keselamatan kerja menunjukan kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian
alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan
perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan latihan.

9
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi.
Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja.
Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Purnama, 2010).
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara
maksimal dan semangat. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994).
Menurut Suma’mur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun
2001 Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu
dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan
guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan
dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri
(APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja dapat
diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata
lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja,
karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat
bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan di mana pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja

10
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d)Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti
pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail
mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling
ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi
hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang
berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
1. Karyawan
2. Orang lain yang berada di tempat kerja
3. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
1. Kerugian harta benda (Property Loss)
2. Kerugian masyarakat
3. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Apa yang terjadi hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif
tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi setelah mengidentifikasi daftar kejadian
sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin
ada/terjadi.
3. Alat dan tehnik metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d. What
if e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident Analysis
h. Fault Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. Dan lain-lain dalam memilih metode
yang digunakan tergantung pada tipe dan ukuran risiko.
2. Penilaian Risiko

11
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di tempat
kerja yaitu untuk :
a. Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada;
d. Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan yang
telah diambil.
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:
1. Eliminasi menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
2. Substitusi
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses menyapu diganti dengan vakum
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
d. Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
3. Rekayasa Teknik
a. Pemasangan alat pelindung mesin (machine guarding)
b. Pemasangan general dan local ventilation
c. Pemasangan alat sensor otomatis
4. Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
b. Pergantian shift kerja
c. Pembentukan sistim kerja
d. Pelatihan karyawan
5. Alat Pelindung Diri

BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan Waktu

12
Kunjungan perusahaan ke PT Martina Berto Tbk ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 14 April 2023 pukul 13.00-15.00

2.2 Lokasi Pengamatan


PT Martina Berto Plant I, Jalan Pulokambing II No.1, kawasan Industri Pulogadung.

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Mesin, Pesawat, dan Alat Kerja yang Digunakan


Mesin mesin  : Conveyor, Videojet, dan Driling

13
Kontruksi        : Bangunan sesuai kontruksi factory
Perseonnel      : K3 Kontruksi
Maintenance   : Sesuai prosedur pemeliharaan dan perawatan
Data Pesawat Angkat / Lift Lift Barang / Chain Hoist
Barang dan Alat yang
digunakan
Data umum
Nama dan alamat PT Martina Berto PT Martina Berto
Perusahaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Jenis pesawat Angkat dan Lift barang / traksi Chain Hoist
Transport
Daerah PT Martina Berto PT Martina Berto
pemasangan/penggunaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian SI.362/W.26-06/II/K/M/ SI.418/W.26-06/VIII/K/M/
1995 1994
Jenis pemeriksaan Berkala / Ulang Berkala / Ulang
Pelaksaan pemeriksaan dan 23 Agustus 2013 23 Agustus 2013
pengujian
Data teknis
Merk/buatan Bonfiglioli / Elektris – Italy PT.Karya Meta Taruna
No.Serir ASP.8003962 233673007 – 2 FH
Kapasitas angkut 2.000 kg 1.000 kg
Tahun pembuatan 1993 1993
Kecepatan angkat 11m/dtk 4m/dtk
Tiggi angkat - 6m
Tanggal Pemeriksaan 10 November 2014 10 November 2014

Data Pesawat Angkat Jenis Pesawat Angkut / Lift


Traksi / Lift Barang Barang
Data umum
Nama dan alamat PT Martina Berto PT Martina Berto

14
Perusahaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Jenis pesawat Angkat dan Lift barang / traksi Lift barang / traksi
Transport
Daerah PT Martina Berto PT Martina Berto
pemasangan/penggunaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian SI.361/W.26-06/VIII/K/M/ SI.421/W.26-06/VIII/K/M/
1996 1994
Jenis pemeriksaan Berkala / Ulang Berkala / Ulang
Pelaksaan pemeriksaan dan 23 Agustus 2013 23 Agustus 2013
pengujian
Data teknis
Merk/buatan Bonfiglioli / Elektris – Italy PT.Karya Meta Taruna
No.Serir ASP.8003961 C.123 No.512374
Kapasitas angkut 2.000 kg 1.000 kg
Tahun pembuatan 1993 1999
Kecepatan angkat 11m/dtk 12m/dtk
Tiggi angkat - -
Tanggal Pemeriksaan 10 November 2014 10 November 2014

Data Pesawat Angkat Jenis Pesawat Angkut Jenis


Chain Hoist Forklift
Data umum
Nama dan alamat PT Martina Berto PT Martina Berto
Perusahaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Jenis pesawat Angkat dan Chain Hoist Forklift
Transport
Daerah PT Martina Berto PT Martina Berto
pemasangan/penggunaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian SI.260/W.26-06/VIII/K/ SI.03/DTKT/II/K/PL/2002

15
M/1994
Jenis pemeriksaan Berkala / Ulang Berkala / Ulang
Pelaksaan pemeriksaan dan 23 Agustus 2013 23 Agustus 2013
pengujian
Data teknis
Merk/buatan Hitachi, Jepang TCM Jepang
No.Serir A.233673007 N-27 F6 2986
Kapasitas angkut 2.000 kg 2.500 kg
Tahun pembuatan 1999 1996
Kecepatan angkat 4m/dtk -
Tiggi angkat 6m -
Tanggal Pemeriksaan 11 November 2014 10 November 2014

Data Pesawat Angkat Jenis Ketel UAP


Forklift
Data umum
Nama dan alamat PT Martina Berto PT Martina Berto
Perusahaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Jenis pesawat Angkat dan Forklift Ketel Uap
Transport
Daerah PT Martina Berto PT Martina Berto
pemasangan/penggunaan Jl. Pulo kambing II/I KIP Jl. Pulo kambing II/I KIP
Jakarta Timur Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian SI.417/W.26-06/VIII/K/M/ 4598/2012
1994
Jenis pemeriksaan Berkala / Ulang Berkala / Ulang
Pelaksaan pemeriksaan dan 23 Agustus 2013 17 Desember 2014
pengujian
Data teknis
Merk/buatan TCM Jepang Miura Co, Ltd Jepang
No.Serir N-24L.47558 IDK 6000-4403
Kapasitas angkut 2.500 kg 2.500 kg

16
Tahun pembuatan 1985 2011
Kecepatan angkat - -
Tiggi angkat 6m -
Luas pemanasan - 7,6 m2
Tekanan kerja - 10kg/cm2
Tanggal Pemeriksaan 10 November 2014 10 November 2014

Pemeriksaan berkala mesin baik secara internal maupun eksternal. Internal bagian
maintanance engineering, eksternal bekerjasama dengan K3 sesuai dengan jadwal. Akan
dinilai apabila ada mesin yang harus diganti, maka mesin tersebut akan langsung diganti,
hal ini sesuai dengan rekomendasi oleh tim maintanance engineering PT. Martina
Bertho tbk.

3.2 Bahan dan Proses Kerja terkait K3


Bahan baku terkait K3 terdapat terdapat 1000 jenis bahan baku yang telah tersertifikasi
oleh dinas kesehatan. Namun rincian bahan baku tersebut tidak dapat diuraikan oleh pihak
perusahaan dikarenakan membutuhkan waktu satu minggu untuk mendapatkan data-data
tersebut.

Gambar 3. Proses Kerja PT Martina Berto Tbk

17
Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan yang dijelaskan dari sistim kerja
perusahaan tersebut.

3.3 Landasan Kerja, SOP Kerja


Perusahaan dalam mencapai komitment dan tekat dimaksud, Manajemen terus menerus
meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05 Tahun 1996 dan
Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara konsisten dan
berkesinambungan, oleh karena itu Perusahaan berkomitment untuk :
1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seluruh karyawan termasuk
orang lain (Kontraktor, Supplier, Pengunjung dan Tamu) di tempat kerja.
2. Menjamin pengendalian dampak lingkungan operasional.
3. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku yang berkaitan
dengan K3.
4. Melakukan perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan K3 perusahaan.
Dalam mencapai komitmen tersebut kami akan :
1. Menyusun dan memelihara Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) berkelanjutan.
2. Membentuk Organisasi / Unit K3 dalam lingkungan manajemen perusahaan.
3. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua sumber bahaya dan aspek
lingkungan operasi perusahaan.
4. Memberikan pelatihan-pelatihan K3 bagi karyawan untuk meningkatkan
budaya K3 perusahaan.
5. Mengajak seluruh karyawan untuk berperan serta meningkatkan K3
perusahaan.
Kebijakan K3 ini akan ditinjau ulang minimal 1 tahun sekali mengikuti tinjauan SMK3.
Petunjuk kerja atau SOP sudah di tempel di tempat kerja PT. Martina Bertho sehingga para
pekerja dapat selalu membaca SOP kerja tersebut.

3.4 Instalasi Listrik, Prasarana Kerja lainnya seperti Lift, Penangkal petir VITRI
Sarana
Tangga            : untuk orang
Genset            : 1 Buah berkapasitas  5000 kva
Lift                   : Barang ada 7 Lift

18
Maintenance   : Reguler setiap minggu

Intalasi listrik
1. Jenis instalasi listrik : 3 phase ; 50 Hz ; 220/380 volt
2. Sumber tenaga listrik :
- PLN dengan daya : 1200 KVA
- Untuk 2 motor Diesel : 1200 KVA

Motor Diesel
Data Umum :
1. Nama dan alamat perusahaan/ Gedung : PT.Martina Berto
                                                                 Jl. Pulo kambing II/1 KIP Jakarta Timur
2. Jenis pesawat tenaga dan produksi : Motor Diesel Pembangkit Tenaga Listrik
3. Ijin/pengesahan pemakaian : SI.767/W.26-06/XII/K/M/93
4. Jenis pemeriksaan : Berkala/Ulang
5. Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian : 23 Agustus 2013
Data Teknis :
1. Jenis pesawat tenaga dan produksi : Motor Diesel Pembangkit Tenaga Listrik
2. Nama pabrik pembuat/tahun : Cummins, USA Tahun 1992
3. Nomor seri/type : D 920463122
4. Kapasitas / daya : 750 HP
5. Penggunaan : Back up/Spare power PLN
Tanggal pemeriksaan : 10 November 2014

Lift
Terdapat pesawat angkat (lift barang), pesawat angkut barang, lift barang, pesawat angkat
jenis chain hoist, pesawat angkat jenis traksi yang masih dalam keadaan baik, spesifikasi alat
terdapat dalam pembahasan di bagian mesin.
Instalasi Penyalur Petir
Data Teknis :
1. Jenis/Type : Electrostatic
2. Luas bangunan : -M2
3. Tinggi bangunan : 16 m
4. Luas Penampang Hantaran : Coaxcial Cable 50 mm2

19
5. Tinggi Penerima : kurang lebih 7 m
6. Jumlah penerima : 1 buah
7. Jumlah Hantaran Penyalur : 1 buah
8. Sambungan Ukur/Joint Test : 1 buah
9. Jumlah Elektroda Tanah : 1 buah
10. Tahanan sebaran tanah : < 5 ohm
11. Pelaksana pemasang :-
12. Pelaksaan Pemeriksaan dan Pengujian : Desember  2014
Pada saat kunjungan terlihat semua mesin dapat menyala dan mempunyai penerangan
yang baik. Tidak terdapat permasalahan dalam hal listrik. Walaupun begitu, PT. Martina
Berto tetap menyediakan Generator Set (Genset)/motor diesel yang berjumlah satu buah
berkapasitas 5000 kva. Sehingga dalam segi listrik, PT. Martina Berto tidak ada
permasalahan.
Selain itu, PT. Martina Berto mempunyai prasarana lift pengangkut barang berjumlah
7 buah yang mampu mengangkut lebih dari 8000 kg barang. Data tersebut diambil dari
sumber informasi terpercaya di sana, karena kami tidak sempat untuk melihat lift tersebut.
Selama ini, lift tersebut tidak ada masalah dan dirawat secara berkala.
Cuaca yang tidak diprediksi seperti akhir-akhir ini mempunyai resiko untuk terkena
sambaran petir. Tetapi PT. Martina Berto sudah memikirkan ini sebelumnya dan sudah
membuat instalasi penyalur petir, sehingga tidak ada kejadian tersambar petir di PT tersebut.
Kami tidak sempat melihat instalasi penyalur petir tersebut, tetapi kami mendapatkan
informasi terpercaya dari perwakilan PT. Martina Berto tersebut.
Dari peninjauan kami ke PT. Martina Berto, kami dapat menyimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan mengenai instalasi listrik, instalasi penyalur petir dan lift barang pada
perusahaan tersebut.

3.4 Konstruksi Tempat Kerja


o Akses keluar-masuk ruangan terdiri dari 1 (satu) lobi utama dan 2 (satu) pintu. Pada
lobi utama terdapat akses pintu manual.
o Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Tempat-tempat kerja ini terdiri dari tangga-tangga, lorong-lorong dan
gang-gang tempat orang bekerja atau yang sering dilalui, telah dilengkapi dengan
penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20
o Tempat kerja pada bagian produksi tidak memiliki akses ventilasi ke ruang terbuka,
tetapi tempat kerja telah dilengkapi dengan exhaust internal yang dianggap cukup
sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. Filter yang
berfungsi menyaring debu yang mengganggu. Filter ini kemudian di ganti setiap 2
jam sekali yaitu setiap perputaran shift pekerja.
o Gedung memiliki tata ruang yang tidak berantakan dan rapi tidak ada barang barang
yang berantakan menghalangi akses jalan.
o Tidak didapatkan informasi akan adanya jaminan keselamatan peralatan, bahan dan
benda-benda dalam ruangan.
o Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang merupakan tempat
dengan risiko tinggi. Tanda peringatan juga terdapat pada alat-alat yang dapat
memberi resiko bahaya tertentu.
o Tidak dapat dilakukan penilaian mengenai perancah karena sedang tidak dibuat.

3.5 Sarana Penanggulangan Kebakaran


Pada PT. Martina Berto tbk. terdapat beberapa alat pemadam api ringan (APAR) yaitu
alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16kg) yang mudah dilayani atau
dioperasikan oleh satu orang untuk pemadam api pada awal terjadi kebakaran dan juga
terdapat beberapa Hydrant yaitu suatu sistim pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melaui pipa-pipa dan selang kebakaran, inti
dari keduanya berfungsi sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di area
PT. Martina Berto tbk.
Alat pemadam api ringan (APAR) pada PT. Martino Berto tbk ini adalah tipe Tabung
Gas yaitu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang
dilepas dari tabung gas dan termasuk jenis Busa (foam). Seperti yang telah diketahui
pemasangan dan pemeliharaan dari alat pemadam api ringan (APAR) telah ditentukan oleh
peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi, pemasangan dari alat pemadam api ringan
(APAR) pada PT. Martino Berto tbk. telah sesuai dengan peraturan tersebut misalnya,
pemadam api ringan telah ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dijangkau
menggantung pada tembok, tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut tidak melebihi 125
cm dari dasar lantai, jarak antara pemasangan satu dan lainnya sekitar kurang lebih 15 m,
semua tabung alat berwarna merah, bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun
cacat. Namun adapun yang belum sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja dan

21
transmigrasi tersebut, salah satunya adalah tidak terdapat adanya lemari atau peti untuk
penyimpan tabung tersebut. Seperti peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
tentang pemeliharaan dari pemadam api ringan dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan dalam
jangka waktu 6 bulan dan 12 bulan. Pada PT. Martina Berto tbk. ini telah sesuai dengan
peraturan tersebut yaitu dilakukan pemeriksaan setiap 12 bulan diperiksa isi, pipa, tabung,
dll. PT. Martina Berto memiliki 160 unit APAR, namun berdasarkan pengamatan pada
kunjungan kami hanya melihat 2 unit.
Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan, Hydrant pada PT. Martino Berto tbk ini
termasuk Hydrant Gedung dan berdasarkan ukuran pipa termasuk Hydrant kelas II dengan
diameter selang 1,5inch. Hydrant itu sendiri diletakkan pada setiap 1000 m² berjumlah 1
buah, sumber persediaan air berasal dari PDAM, sumber tenaga listrik untuk pompa berasal
dari PLN. Selain dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant, PT. Martina Berto tbk.
ini juga memiliki alat detektor asap dan alarm pada setiap bagian ruangannya. Alat detektor
asap tersebut berfungsi untuk memberikan peringatan dini dan pelindungi para pekerja dari
bahaya kebakaran sebab sebagian besar bahaya kebakaran berasal dari asap.
Pekerja dari PT. Martina Berto tbk. hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat
pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant oleh karena telah diletakkan pada posisi yang
mudah dilihat dan dicapai juga berwarna merah. Seluruh pekerja juga sudah mengikuti
pelatihan tanggap darurat.

3.5 Alat Pelindung Diri


Pada saat masuk ke bagian produksi perusahaan dapat dilihat bahwa alat pelindung diri
yang dipakai tenaga kerja berupa:
1. Penutup Kepala
Penutup kepala yang digunakan terbuat dari kain, dan tidak semua tenaga kerja
menggunakan penutup kepala tersebut.
2. Jas Laboratorium (seragam perbagian)
Penggunaan jas laboratorium ataupun seragam berkancing ini memang digunakan
oleh semua tenaga kerja, tapi kebanyak dari mereka tidak dikancing. Hal ini bisa
saja menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena baju mereka
terkait ataupun mengenai mesin dan bahan produksi yang digunakan.
3. Masker
Masker yang digunakan tenaga kerja terbuat dari kain, tidak semua tenaga kerja
mennggunakan masker tersebut, cara pemakaiannyapun masih belum sesuai standar.

22
4. Sarung Tangan
Tenaga kerja menggunakan sarung tangan sebatas pergelangan tangan padahal
tenaga kerja tersebut ada beberapa yang memasukan bahan produksi dengan
menggunakan sarung tangan dan tangan tersebut masuk kealat pencampur bahan
produksi.
5. Sepatu
Sepatu yang digunakan tenaga kerja sepertinya terbuat dari kain dengan sedikit
bagian karet dibawahnya.
Alat pelindung diri yang telah dijelaskan di atas diwajibkan untuk setiap pekerja untuk
menggunakannya dengan baik dan benar. Apabila terdapat pekerja yang tidak menggunakan
APD sesuai dengan ketentuan yang diterapkan atau APD tidak lengkap, maka ada sanksi
sesuai dengan aturan yang ada.

3.6 Tanggap Darurat dan Jalur Evakuasi


Sistim   di semua ruangan               : Fire Alarm, Emergency Lamp
Jalur evakuasi                                  : Disetiap ruanngan sudah dibuat routemap evakuasi
                                                         : Petujuk Evakuasi
                                                         : Tempat berkumpul Titik Point 3 tempat
                                                         : Petugasnya  20 Orang dan 31 Petugas Security
Kejadian Darurat                             : Sesuai prosedur tanggap darurat
Di setiap ruangan yang kami kunjungi di PT. Martina Berto terdapat jalur – jalur evakuasi
yang terdiri dari tangga darurat dan tangga umum. Untuk tangga darurat, terdapat pintu –
pintu jalur evakuasi yang yang dilengkapi dengan rambu – rambu yang cukup jelas. Pintu –
pintu jalur evakuasi terdapat ditempat – tempat yang mudah terlihat dan semuanya tidak ada
yang ditemui dalam keadaan terkunci.
Rambu – rambu yang menunjukan lokasi jalur evakuasi cukup jelas, berwarna hijau
dengan kondisi yang cukup baik. Hanya saja rambu – rambu ini kurang besar, letaknya
terlalu tinggi sehingga dapat tertutup asap saat terjadi kebakaran. Selain itu, tulisan yang
terdapat pada rambu – rambu ditulis dalam 2 bahasa yaitu bahasa inggris dengan ukuran
tulisan yang besar dan bahasa Indonesia dengan ukuran tulisan yang kecil. Jalur evakuasinya
sendiri terawat dengan baik, terbuka, tidak terdapat benda yang membahayakan di sekitar
area evakuasi, cukup lebar, dan untuk menuju titik area evakuasi dapat menggunakan jalur
yang sudah ditandai dengan garis- garis kuning.

23
Gambar 4. Jalur Evakuasi PT Martina Berto Tbk

Setiap bagian / divisi di PT. Martina Berto memiliki tim yang bertanggung jawab dalam
keadaan darurat. Tim ini dilengkapi dengan HT, peralatan P3K, absensi pekerja, dan
bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk keluar dari gedung serta
mengevakuasi dokumen – dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan memastikan
tidak adanya pekerja yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk segera melakukan
absen di titik area evakuasi yang terdapat di luar gedung. Seluruh Tim tanggap darurat rutin
diberi pelatihan K3 dan pelatihan keadaan darurat sekali dalam setahun, sedangkan pekerja
lainnya, dilakukan pelatihan keadaan darurat secara bergiliran setiap tahunnya. Selain itu
tanggap darurat juga dilengkapi dengan telepon internal.
PT. Martina Berto tbk menyelenggarakan simulasi tanggap darurat bencana kebakaran
untuk semua para pekerja sebanyak 1 kali dalam setahun. Simulasi ini melibatkan tim
pemadam kebakaran, tim P3K, tim penumpahan kimia, tim evakuasi, dan lain – lain.

3.7 Kejadian Kecelakaan Kerja


PT. Martina Berto Tbk mengaku bahwa angka kejadian kecelakaan kerja sangat sedikit.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan para pegawai perusahaan yang taat terhadap peraturan yang
berkaitan dengan keselamatan kerja sebagai salah satu contohnya yaitu penggunaan alat
pelindung diri. Sehingga tidak didapatkan data yang menggambarkan tingkat angka kejadian
kecelakaan di perusahaan tersebut.

24
Setelah dilakukan kunjungan perusahaan, kami menilai dan melihat bahwa memang
sudah dipasang spanduk-spanduk tentang keselamatan kerja dan juga peraturan tentang
penggunaan alat pelindung diri di setiap bidang perusahaan. Namun, dilihat dari tata cara
penggunaan alat pelindung diri, masih banyak pegawai yang belum tepat menggunakannya
sehingga memungkinan resiko terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan tersebut. Sehingga
menurut kami, perlu dilakukan penyuluhan atau tata cara penggunaan alat pelindung diri
yang baik dan benar sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja baik yang ringan maupun yang
berat

3.6 Personil Keselamatan Kerja


Pada perusahaan ini personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk panitia yang di
sebut dengan P2K3 yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini
memiliki spesifisikasi seperti berikut ini:
o Total P2k3 : 56 Orang
o Petugas P3K : 25 Orang
o Dokter : 3 Orang
o Perawat : 1 Orang
o Pelatihan        : Tanggap Darurat untuk DAMKAR (Pemadam Kebakaran)
Emergency Respond Kecelakaan Kerja
o Sertifikasi P3K : PMI dan Disnakertrans
o Prose Kerjanya : Standby di masing masing Bagian Bekerja sesuai kejadian
darurat
o PJK3               : Sesuai kualifikasinya masing :
 AK3 Umum
 AK 3 Kimia
 DAMKAR

25
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran


1 Konstruksi tempat Dari segi Undang-undang dasar Ditambahkan
kerja keselamatan No 1 Tahun 1970, adanya
konstruksi Undang-undang No 18 informasi
semuanya sudah Tahun 1999 tentang Jasa keselamatan
baik, namun masih Konstruksi peralatan,
belum terdapat bahan dan
adanya informasi benda-benda
mengenai dalam ruangan.
keselamatan
peralatan, bahan,
dan benda-benda
dalam ruangan.

2 Sarana Tidak semua Permenakertrans No Dilakukannya

26
penanggulangan pekerja dari PT. 4/MEN/Tahun 1980 sosialisasi dari
kebakaran Martina Berto tbk. perusahaan
tersebut terhadap para
mengetahui cara pekerja tentang
penggunaan alat- penaggulangan
alat kebakaran dan
penanggulangan cara
kebakaran. penggunaan
alat pemadam
api ringan
(APAR) dan
Hydrant.

27
3 Alat Pelindung Dari perusahaan Peraturan menteri Perusahaan
Diri (APD) tersebut belum tenaga kerja dan bersedia
ditemukan transmigrasi RI nomor menyediakan
dokumen tertulis PER.08/MEN/VII/2010 APD yang
(tertulis dalam tentang Alat Pelindung sesuai dengan
SOP) standar APD Diri standard dan
yang digunakan hazard yang
untuk masing- ada di
masing pekerjaan, lingkungan
belum ada tempat kerja.
penjelasan Selain itu
(briefing) mengenai lebih baik
APD. lagi apabila
Pekerja sebelum
membersihkan sisa memulai
bahan pembuatan pekerjaan
lipstik tanpa diberikan
memakai APD suatu briefing
sarung tangan dan singkat
sarung tangan yang mengenai
dipakai tidak pentingnya
sesuai. APD dan cara
Tidak semua penggunaan
pekerja APD yang
menggunakan baik dan
masker, ada pun benar.
yang menggunakan Pekerja
masker hanya menggunakan
menutupi mulut APD sarung
tangan saat
membersihkan
sisa bahan
pembuatan
lipstik.

28
Menggunakan
masker dengan
benar

4 Tanggap darurat Secara umum Undang-undang No 18 Posisi rambu-


dan jalur evakuasi untuk jalur dan Tahun 1999 tentang jasa rambu
rambu evakuasi di konstruksi diletakan
PT. Martina berto Undang-undang dasar secara teratur
sudah cukup baik. No 1 Tahun 1970 agar tetap
Hanya saja, akan Undang-undang No 28 terlihat pada
lebih baik jika Tahun 2002 tentang saat terjadi
rambu yang Bangunan Gedung. kebakaran.
tersedia tidak Lebih baik
hanya diletakkan menggunakan
diatas pintu atau kata “
tempat yang tinggi KELUAR ”
karena daripada
kemungkinan akan “EXIT ”.
tertutup asap jika Diberikan
terjadi kebakaran. petunjuk arah
Petunjuk arah panah naik dan
panah naik dan turun di tangga.
turun di tangga Memasang arah
tidak ada dan evakuasi di
petunjuk arah selaras jalan di
evakuasi tidak dalam gedung.
banyak di selaras Menayangkan
jalan didalam vidio “Safety
gedung. Induction”
Tidak secara berkala
menayangkan Titik kumpul
vidio “Safety harus kosong

29
Induction” secara dan tidak
berkala. dijadikan lahan
Titik kumpul parkir
dijadikan lahan
parker
5 Personil Personil Peraturan Perundangan Masukan untuk
keselamatan kerja Keselamatan kerja UU No. 1 Tahun 1970 perusahaan
pada perusahaan ini (Pasal 10 ayat 1, 2) yang yang terkait
sudah tergolong mewajibkan perusahaan dengan
baik, namun belum untuk membentuk P2K masalah
ada data mengenai personil
latihan yang keselamatan
diadakan oleh kerja ini yaitu
personil diharapkan
keselamatan kerja. bagian personil
ini lebih sering
mengadakan
evaluasi
(sidang-sidang)
yang terkait
dengan
masalah
keselamatan
kerja atau
program
keselamatan
kerja dan juga
lebih
meningkatkan
upaya-upaya
promosi
tentang
keselamatan

30
kerja pada
tenaga-tenaga
kerja di
perusahaan
tersebut.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT. Martina Berto Tbk dari penilaian
keselamatan kerja sudah berjalan cukup baik.
 Pelaksanaan K3 di PT. Martina Berto Tbk sudah berjalan dengan baik
 SOP industri yang disiapkan oleh PT Martina Berto sudah memadai
 Keselamatan konstruksi sudah memadai
 SOP COVID-19 Pemerintah sudah terlaksana dengan baik
 Penggunaan dan penyediaan APD pada perusahaan cukup baik
 Sudah terbentuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
yang melibatkan semua elemen termasuk pekerja, pengusaha dan manajemen.

5.2 Saran
 Menambahkan informasi keselamatan peralatan, bahan yang berada di dalam
ruangan
 Pelatihan APAR dan evakuasi tetap dijalankan sesuai dengan protokol masa
pandemi
 Pemakaian baju lengan panjang atau sarung tangan sepanjang siku pada pekerja
yang menangani limbah.
BAB VI
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
terus menerus berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan
emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistim manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

Anda mungkin juga menyukai