KESELAMATAN KERJA
Kelompok III
Kezia Marsilina, S. Ked
Krisna Adiyuda, S. Ked
Meita Kusumo Putri, S. Ked
Melissa Mauli Sibarani, S. Ked
Nanda Soraya S. Ked
S. Ratriazqi Rachmayanti, S. Ked
Sely Fauziah, S. Ked
Teresia Shinta P, S. Ked
I. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident). Ruang lingkup dari keselamatan dan kesehatan kerja meliputi pencegahan
kecelakaan, pencegahan kebakaran, pencegahan peledakan, pemasangan jalur evakuasi,
pelaksanaan P3K, manajemen APD, pemantauan lingkungan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, pemantauan penerangan tempat kerja, pemantauan iklim kerja, pemasanan
ventilasi, pelaksanaan sanitasi industri dan pemeriksaan kesehatan, pelaksanaan ergonomi,
K3 angkat angkut, K3 konstruksi, K3 bongkar muat dan penempatan barang, K3 listrik dan
K3 ditempat kerja beresiko tinggi. Semua lingkup tersebut dibagi menjadi 4 sektor, yaitu
keselamatan kerja, higien industri, ergonomi, dan kesehatan kerja.
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan
harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang. Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih
banyak ditemukan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih
ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan
kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan
pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat
bersaing secara global.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan
PT. Martina Berto, tbk. pada tanggal 17 September 2015, merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industri kosmetik pria dan wanita, berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta
Timur. Melalui laporan ini kami, dokter muda Universitas Trisakti menyampaikan hasil
inspeksi secara objektif dan subjektif pada PT. Martina Berto, tbk. beserta hasil analisa data
dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di perusahaan
tersebut.
2
II. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-
angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI
No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)
di tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).
3
III. Profil Perusahaan
a. Sejarah perusahaan
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC.
Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini berlokasi
di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini bergerak di bidang
barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan
kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang merupakan
kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semi-padat, cairan, dan aerosol.
Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung dengan
partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya PT. Sari
Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995 mereka
melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group menjadi
PT. Martina Berto.
Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.
Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan
pribadi. Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina) dan
Asia (Jepang, Hongkong, dan Taiwan).
Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar Indonesia
untuk meraih pangsa pasar Internasional.
Misi
Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan
kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas internasional untuk
memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio yang sehat
mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.
4
Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua pelanggan dalam
proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan perdagangan;
Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang berkelanjutan;
Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan;
Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem, dan teknologi di
seluruh organisasi dan unit bisnis;
Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk kepentingan
semua stakeholder;
Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang saham;
Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus
jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global
dengan produk yang dipilih dan merek.
d. Sektor usaha
Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran
serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional.
1. Segment A Plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu Garden
Martha Tilaar
2. Segment A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segment B
Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar
4. Segment C
Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have been
sold in Malaysia through direct selling.
5
e. Jam kerja
Factory : Jam Kerja : 07.30 14.30 Shfit I dan Shift II 15.30 22.00
Office : Jam Kerja : 08.00 - 16.30
f. Asuransi
Karyawan Tetap Provider Asuransi AVIVA sesuai plafon Karyawan
BPJS Kesehatan : Karyawan Kontrak
Dalam menangani kasus emergensi perusahaan bekerjasama dengan RS Antam, RS
Jayakarta dan RS Persahabatan.
g. Sertifikasi perusahaan
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang mendapatkan
sertifikat ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satusatunya pendiri UN Global Compact dari Asia,
mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang
Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik).
h. Kelembagaan P2K3
1. P2K3 di PT. Martina Berto Tbk:
Implementasi P2K3:
1) No accidents/ tidak ada kecelakaan
2) No harm to people/ tidak ada yang membahayakan orang
3) No damage to the environment/ tidak ada kerusakan lingkungan
6
Struktur Organisasi:
Total personnel P2K3 ialah sebanyak 56 orang. Total petugas K3 ialah sebanyak 20
orang.
7
Program Kerja 2015:
8
kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian batch
ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari QC
untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC akan
memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan dan
jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting. Segala perbaikan yang
dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk ruahan yang telah
dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang
menggunakan dokumen PCO (Packing Order) dan pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur
pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas).
Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4 macam
yaitu produksi liquid, lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi tersebut
memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager produksi.
9
kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan.
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya
dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat
Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah
keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja menunjukan kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan
atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan
latihan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar
kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan
kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara
maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi
mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Menurut Sumamur pada tahun 1993
keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan,
dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001 Sumamur memperbaharui pengertian dari keselamatan
kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
10
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Mangkunegara
(2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya
yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan
tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan
pengaturan jam kerja yang manusiawi. Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan
kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia
ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan
itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan
dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999)
bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
11
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
1. Kerugian harta benda (Property Loss)
2. Kerugian masyarakat
3. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif
tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar kejadian
sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin
ada/terjadi.
3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d. What if e.
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident Analysis h.
Fault Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. Dll Dalam memilih metode yang digunakan
tergantung pada type dan ukuran risiko.
2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di tempat
kerja yaitu untuk :
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan
yang telah diambil;
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:
1. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
2. Substitusi
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses menyapu diganti dengan vakum
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
d. Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
3. Rekayasa Teknik
a. Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding)
b. Pemasangan general dan local ventilation
12
c. Pemasangan alat sensor otomatis
4. Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
b. Pergantian shift kerja
c. Pembentukan sistem kerja
d. Pelatihan karyawan
5. Alat Pelindung Diri
13
BAB II
PELAKSANAAN
14
BAB III
HASIL PENGAMATAN
15
Pelaksaan pemeriksaan dan Setiap 3 bulan sekali Setiap 3 bulan sekali
pengujian
Data teknis
Merk/buatan Bonfiglioli / Elektris Italy PT.Karya Meta Taruna
No.Seri ASP.8003961 C.123 No.512374
Kapasitas angkut 2.000 kg 1.000 kg
Tahun pembuatan 1993 1999
Kecepatan angkat 11m/dtk 12m/dtk
Tiggi angkat - -
Tanggal Pemeriksaan 24 Agustus 2015 24 Agustus 2015
16
Jenis pemeriksaan Berkala / Ulang Berkala / Ulang
Pelaksaan pemeriksaan dan Setiap 3 bulan sekali Setiap 3 bulan sekali
pengujian
Data teknis
Merk/buatan TCM Jepang Miura Co, Ltd Jepang
No.Serir N-24L.47558 IDK 6000-4403
Kapasitas angkut 2.500 kg 2.500 kg
Tahun pembuatan 1985 2011
Kecepatan angkat - -
Tiggi angkat 6m -
Luas pemanasan - 7,6 m2
Tekanan kerja - 10kg/cm2
Tanggal Pemeriksaan 24 Agustus 2015 24 Agustus 2015
Proses kerja
Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan yang dijelaskan dari system kerja perusahaan
tersebut.
17
C. LANDASAN KERJA, SOP KERJA
Perusahaan dalam mencapai komitmen dan tekat dimaksud, Manajemen terus menerus
meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05 tahun 1996 dan
Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara konsisten dan
berkesinambungan
D. INSTALASI LISTRIK
Data Teknis :
1. Jenis/Type : Electrostatic
3. Tinggi bangunan : 16 m
18
4. Luas Penampang Hantaran : Coaxcial Cable 50 mm2
Pada saat kunjungan terlihat semua mesin dapat menyala dan mempunyai penerangan
yang baik. Tidak terdapat permasalahan dalam hal listrik. Walaupun begitu, PT. Martina Berto
tetap menyediakan Generator Set (Genset)/motor diesel yang berjumlah dua buah berkapasitas
500 kva. Sehingga dalam segi listrik, PT. Martina Berto tidak ada permasalahan.
Selain itu, PT. Martina Berto mempunyai prasarana lift pengangkut barang berjumlah 8
buah yang mampu mengangkut lebih dari 8000 kg barang. Data tersebut diambil dari sumber
informasi terpercaya disana, karena kami tidak sempat untuk melihat lift tersebut. Selama ini,
lift tersebut tidak ada masalah dan dirawat secara berkala.
Dalam rangka mengantisipasi terjadinya sambaran petir pada musim hujan, PT. Martina
Berto sudah membuat instalasi penyalur petir, sehingga tidak ada kejadian tersambar petir di PT
tersebut. Kami tidak sempat melihat instalasi penyalur petir tersebut, tetapi kami mendapatkan
informasi terpercaya dari perwakilan PT. Martina Berto tersebut.
Dari peninjauan kami ke PT. Martina Berto, kami dapat menyimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan mengenai Instalasi listrik, instalasi penyalur petir dan lift barang pada
perusahaan tersebut.
19
E. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PENGAMATAN STANDART
Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak Memiliki tim penanggulangan kebakaran yang
dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant terlatih
oleh karena telah diletakkan pada posisi yang mudah
dilihat dan dicapai juga berwarna merah dan kuning.
(APAR) alat pemadam api ringan telah ditempatkan pada Memiliki sistem proteksi kebakaran. Dan terdapat
posisi yang mudah dilihat serta dijangkau menggantung APAR yang pemasanganya sesuai dengan
pada tembok dan diatas lantai, hampir terdapat pada seluruh permenakertrans no. Per-04/MEN/1980
koridor. Tabung alat berwarna merah dan kuning, bentuk
dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun cacat. Namun
adapun yang belum sesuai dengan peraturan menteri tenaga
kerja dan transmigrasi tersebut, salah satunya adalah tidak
terdapat adanya lemari atau peti untuk penyimpanan tabung
tersebut.
Tanggal terakhir pemeriksaan berkala pada APPAR Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian
tercatat tanggal 22 Januari 2015. Yang menunjukkan komponen yang berkaitan dengan penaggulangan
bahwa sudah >6 bulan APPAR tersebut belum kebakaran minimal 6 bulan 1X
diperiksa
20
F. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA
Konstruksi
PENGAMATAN STANDART
tempat kerja
Akses keluar Akses keluar-masuk ruangan terdiri dari satu Akses keluar masuk ruangan
masuk lobi utama dan satu pintu keluar. aman
Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian tata ruang sangat Kebersihan dan kerapian tata
kerapian tata ruang bersih dan rapi pada lantai 2 namun pada lantai ruang tidak berantakan dan
1 terdapat banyak jirigen yang berisi bahan merintangi akses jalan
kosmetik jadi yang diletakkan menghalangi
jalan.
21
G. ALAT PELINDUNG DIRI
Topi/ Penutup Berbahan kain, berguna Semua tenaga kerja Semua pekerja
Kepala sebagai pengaman menggunakan penutup mengunakan tutup kepala
rambut dan penutup kepala tersebut.
(di
kepala dari bahaya
Laboratorium,
panas, api dan mesin
Quality
juga bahan kimia,
Control, ruang
kemudian agar tidak
produksi)
terjadi kontaminasi
22
Sarung Berbahan kain, karet, Pekerja sebagian besar Seharusnya pekerja yang
Tangan sebatas pergelangan menggunakan sarung tangan memiliki kontak dengan
tangan, berfungsi untuk yang dapat melindungi dari bahan kimia, ataupun panas
(Quality
melindungi tangan dari pajanan api, namun sebagian ataupun mesin harus
Control,
pajanan api, dan besar menggunakan sarung menggunakan sarung
laboratorium,
percikan bahan kimia, tangan karet biasa, sarung tangan sesuai standar,
Prosessing
benturan, luka. tangan juga hanya sebatas termasuk jika ada
Area)
pergelangan tangan, padahal pekerjaan yang
ada proses yang memasukan membutuhkan sarung
bahan lebih dari sebatas tangan panjang.
pergelangan tangan.
Sepatu Sepatu yang digunakan Semua pekerja sudah Semua pekerja sudah
berwarna merah, menggunakan sepatunya. menggunakan sepatunya.
(Quality
berbahan kanvas dengan
Control,
alas karet. Berguna
laboratorium,
untuk melindungi kaki
Prosessing
dari bahan kimia,
Area)
bahaya panas, dan
benturan juga luka.
23
H. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI
Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi
Fire Alarm Terdapat di semua ruangan, dan juga terdapat di luar Sudah Sesuai
ruangan, di setiap lorong
Jalur Evakuasi Tangga darurat dan tangga umum, Pintu pintu jalur Sudah Sesuai
evakuasi mudah terlihat dan semuanya tidak ada yang
ditemui dalam keadaan terkunci.
Rambu Rambu Rambu rambu yang menunjukan lokasi jalur evakuasi Rambu-rambu diperbesar
Jalur Evakuasi cukup jelas, berwarna hijau dengan kondisi yang cukup tulisannya, dan letaknya
baik. jangan terlalu tinggi.
Tempat berkumpul
Hanya saja rambu rambu ini kurang besar, letaknya
24
terlalu tinggi sehingga dapat tertutup asap saat terjadi dikosongkan.
kebakaran.
APAR ( Alat Terdapat di setiap lorong, dalam keadaan baik, terdapat Belum Sesuai. Harus
Pemadam Api cara penggunaan, namun maintenance nya tidak dilakukan pengecekan
Ringan) dilaksanakan sesuai aturan, dimana pengecekan terakhir rutin setiap 6 bulan
dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015, yang seharusnya sekali.
dilakukan pengecekan ulang setiap 6 bulan sekali.
Setiap bagian / divisi di PT. Martina Berto memiliki tim yang bertanggung jawab
dalam keadaan darurat. Tim ini dilengkapi dengan HT, peralatan P3K, absensi pekerja,
dan bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing masing untuk keluar dari gedung
serta mengevakuasi dokumen dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan
memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk
segera melakukan absen di titik area evakuasi yang terdapat di luar gedung. Seluruh
Tim tanggap darurat rutin diberi pelatihan K3 dan pelatihan keadaan darurat sekali
dalam setahun, sedangkan pekerja lainnya, dilakukan pelatihan keadaan darurat secara
bergiliran setiap tahunnya.
25
I. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA
PENGAMATAN STANDART
26
J. PERSONIL KESELAMATAN KERJA
Pada perusahaan ini personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk panitia yang
disebut dengan P2K3, yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia
ini memiliki spesifisikasi seperti berikut ini:
27
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
28
terjadi kebakaran.
Pada tempat berkumpul
masih terdapat
kendaraan.
5 Personil Personil Keselamatan peraturan perundangan Masukan untuk
keselamatan kerja kerja pada persuhaan ini UU No. 1 tahun 1970 perusahaan yang
sudah tergolong baik, (Pasal 10 ayat 1, 2) terkait dengan masalah
namun belum ada data yang mewajibkan personil keselamatan
mengenai latihan yang perusahaan untuk kerja ini, yaitu
diadakan oleh personil membentuk P2K diharapkan bagian
keselamatan kerja. personil ini lebih
sering mengadakan
evaluasi (siding-
sidang) yang terkait
dengan masalah
keselamatan kerja atau
program keselamatan
kerja dan juga lebih
meningkatkan upaya-
upaya promosi tentang
keselamatan kerja pada
tenaga-tenaga kerja di
perusahaan tersebut.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT. Martina Berto Tbk dari penilaian
keselamatan kerja sudah berjalan cukup baik, namun masih ada beberapa hal yang masih harus
diperbaiki lagi. Antara lain:
1. Belum tersedia SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing
kegiatan kerja.
2. Tidak dilakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang
pentingnya perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja
(safety induction).
3. Dari segi keselamatan konstruksi semuanya sudah cukup baik, namun akan lebih baiknya
apabila ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda
dalama ruangan.
4. Tidak semua pekerja dari PT. Martina Berto tbk. tersebut mengetahui cara penggunaan alat-
alat penanggulangan kebakaran.
B. SARAN
1. Menyediakan SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing
kegiatan kerja.
2. Melakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang pentingnya
perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja (safety
induction).
3. Ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama
ruangan.
4. Jadwal rutin pelatihan penggunaan APAR, pengecekan APAR, dan evakuasi.
30
BAB VI
PENUTUP
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam ketenagakerjaan, dimana
diperlukan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan.
Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat
untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang
mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan
bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.
31
LAMPIRAN
32
33