Anda di halaman 1dari 33

STUDI KASUS

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan


Kerja Kementrian Ketenagakerjaan
Indonesia 24 Juli 2020
Kelompok C
1. dr. Nursaila Diffa 9. dr. Sofia Aulina

2. dr. Olivia Jovina Priyanto 10. dr. Syukria Fitri

3. dr. R. Ary Yanuar Rahmanto, 11. dr. Tiarani Nur Ahadillah


M.Si
12.dr. Tika Masyita
4. dr. Rahmalia Destri Hidayani
13.dr. Tito Prasetyo
5. dr. Raudhah Sari
14.dr. Ucha Clarinta
6. dr. Riski Hakiki
15.dr. Wiryanti Ambarita
7. dr. Sherly Maria Dhermawan
16.dr.Yolanda Suci Kurnia
8. dr. Siti Hajar Mubarokah
17.dr. Zuhriah
Latar Belakang
Masalah

• Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah menjadi tuntutan pasar global dan
menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu industri yang peduli terhadap
masalah kemanusiaan dan lingkungan.

• Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi manajemen industri yang


belum optimal di Indonesia.

• Diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk melakukan perbaikan program K3


secara terus menerus dan berkesinambungan agar menjadi budaya bangsa.
Dasar
Hukum
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
4. Perpres No. 7 Tahun 2019 Penyakit Akibat Kerja;
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, pembayaran Iuran;
6. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri;
7. Peraturan perundang UU no. 1 tahun 1970 (pasal 10 ayat 1,2) Yang mewajibkan perusahaan untuk membentuk P3K;
8. Permenakertrans RI No. 4/MEN/1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharan APAR;
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja jo. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja;
10. Permen RI No.Per-15/Men/VIII/2008, tentan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja;
11. Keputusan Dirjen, Kep 53/DJPPK/VIII/2009, tentang Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja.
Sertifikasi
Profil
Perusahaan
❑Nama perusahaan :
PT. Industri Telekomunikasi
Indonesia (Persero)

❑Bidang dan kegiatan usaha :


Produksi tabung Liquid Petroleum
Gas (LPG)

❑Alamat perusahaan :
Jl. Moch. Toha, no. 225, Bandung
40253, Indonesia

❑Tanggal pendirian :
30 Desember 1974
Alur Produksi
Pressing 200 & 250 Footring Handguard
Ton Flanching
Welding Welding

Hydrostatik Test Cyrcumferensial Neckring


Welding Welding

Shot blasting Pasang Valve Leak Test

Numering
Identifikasi Potensi Bahaya
Bahaya Potensial
Bagian Risiko Kec
Proses Risiko PAK
Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial Kerja
Kerja

Pressing (200 Bising, iklim Bakteri, Dust, Gerakan stres NIHL, Heat Terjepit
Ton & 250 kerja panas, hewan gas CO repetitive, berdiri stress, ISPA, CTS,
Ton) pengerat lama, posisi tidak LBP, varises,
ergonomis dehidrasi, stress
kerja
Flanching Bising, iklim Bakteri, Dust, Gerakan stres NIHL, Heat Terjepit
kerja panas hewan gas CO repetitive, berdiri stress, ISPA, CTS,
pengerat lama, posisi tidak LBP, varises,
ergonomis dehidrasi, stress
kerja
Footring Bising, iklim Bakteri, Dust, Gerakan stres NIHL, Heat Luka bakar
Welding kerja panas, hewan gas CO repetitive, berdiri stress, ISPA, Corpus alienum
UV light pengerat lama, posisi tidak Katarak, LBP, -> Laserasi
ergonomis varises,
dehidrasi, stress
kerja
Handguard Bising, iklim Bakteri, Dust, Gerakan stres NIHL, Heat Luka bakar
Welding kerja panas, hewan gas CO repetitive, berdiri stress, ISPA, Corpus alienum
UV light pengerat lama, posisi tidak Katarak, LBP, -> Laserasi
ergonomis dehidrasi,stress
kerja
Bahaya Potensial
Bagian
Proses Risiko PAK Risiko Kec. Kerja
Kerja Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial

Neckring Bising, Bakteri, Dust, gas Gerakan Stress NIHL, Heat stress, Luka bakar
Welding iklim hewan CO repetitive, heat stroke, ISPA, Corpus alienum ->
kerja pengerat berdiri Katarak, LBP, stress Laserasi
panas, lama, posisi kerja
UV light tidak
ergonomis
Cyrcumferen Bising, Bakteri, Dust, gas Gerakan Stress NIHL, Heat stress, Luka bakar
sial Welding iklim hewan CO repetitive, ISPA, heat stroke, Corpus alienum ->
kerja pengerat posisi tidak Katarak, LBP, stress Laserasi
panas, ergonomis kerja Terjepit
UV light
Hydrostatik Pencaha Bakteri, Gas CO Gerakan Stress Eye strain, Trauma
Test yaan Virus, repetitive, Dermatitis, CTS, LBP, tekanan/ledakan
kurang Protozoa posisi tidak NIHL, stress kerja
, Jamur ergonomis,
angkut
manual
Shotblasting Bising, Bakteri, Gas CO Gerakan Stress NIHL, Heat stress, Terjepit
iklim Hewan repetitive, CTS, ISPA, LBP Tertimpa tabung
kerja pengerat posisi tidak
panas ergonomis,
angkut
manual
Bahaya Potensial
Bagian
Risiko Kec
Proses Risiko PAK
Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial Kerja
Kerja

Pasang Valve Iluminasi Bakteri, Gas CO Gerakan Stress Eye strain, Trauma
kurang hewan repetitive, gangguan visus, tekanan/ledakan
pengerat posisi tidak LBP, varises, Terjepit
ergonomis, stress kerja Tertimpa tabung
berdiri lama
Leak Test Bising Bakteri, Gas CO Gerakan Stress Dermatitis, LBP, Tertimpa tabung
Virus, repetitive, NIHL, stress kerja
Protozoa, posisi tidak
Jamur ergonomis,
angkut
manual,
duduk lama
Numerator Iluminasi Bakteri, Gas CO Gerakan Stress Eye strain, Terjepit
kurang hewan repetitive, Gangguan visus, Tertimpa tabung
pengerat posisi tidak LBP, CTS, stress
ergonomis, kerja
angkut
manual,
duduk lama
Bagan proses kerja dan kemungkinan kecelakaan kerja

Bagian proses kerja Kemungkinan kecelakaan kerja


Pressing 200 ton terjepit mesin, tersengat listrik
Pressing 250 ton terjepit mesin, tersengat listrik
Flanching terjepit mesin, tergiling mesin,
Footring welding mata/kulit terkena percikan api, luka bakar, tersengat listrik
Handguard welding mata/kulit terkena percikan api, luka bakar, tersengat listrik
Neckring welding mata/kulit terkena percikan api, luka bakar, tersengat listrik
Cyrcumferensial tangon ikut terputar/terjepit mesin, mata/kulit terkena persikan api,
welding luka bakar, hersengat listrik
Hydrostatik test beban berat tabung, bahaya tertimpa/kejatuhan tabung, tersengat
listrik, terpeleset
Shotblasting tangan terkena palu, bahaya tertimpa/kejatuhan tabung, terjepit mesin
Passing valve bahaya tertimpa/kejatuhan tabung, tangan terjepit, tersengat listrik,
kepala terbentur
Leak test bahaya tertimpa/kejatuhan tabung, kepala terbentur, tersengat listrik
Numerator terjepit mesin, bahaya tertimpa/kejatuhan tabung
Mesin, Pesawat dan Alat Kerja yang Digunakan (1/2)
No Mesin, Pesawat dan Alat Kerja Fungsi

1 Mesin Footring Welding Pengelasan pada bagian kaki tabung

2 Mesin Handguard Welding Pengelasan pada bagian handle

3 Mesin Blanking Proses Pemotongan material lembaran dan Scrapping material yang tidak dipakai

4 Mesin Deep Drawing Proses pembentukan plat menjadi setengah tabung

5 Mesin Neckring Welding Pengelasan rumah valve pada bagian upper

6 Mesin FC-Inside Proses memasukkan material plat besi lembaran

7 Mesin Batt Welding Proses pembentukan pengelasan bentuk ring untuk kaki tabung

8 Mesin Joggling Pengerolan pada bagian sambungan circum bagian bottom (bawah)

9 Mesin Circum Welding Pengelasan melingkar antara bottom (bawah) dan upper (atas)

10 Plat Baja Material dasar untuk pembuatan tabung LPG


Mesin, Pesawat dan Alat Kerja yang Digunakan (2/2)

No Mesin, Pesawat dan Alat Kerja Fungsi

11 Mesin Feeding to HT Untuk pengerasan material

12 X-Ray Digunakan untuk mengetahui hasil pengelasan

Digunakan untuk mengembalikan kondisi material setelah proses pengelasan


13 Mesin Annealing
(perlakuan bebas tegangan)

14 Mesin Shot Finish Untuk membuat pori-pori sebagai daya rekat powder

15 Mesin Powder Coating Untuk pelapisan awal sebelum pengecatan

16 Mesin Painting Pengecatan pada tabung

17 Valve Assembling Digunakan untuk pemasangan valve

18 Mesin Leak Tes Untuk mengetahui kebocoran pada bagian tertentu

19 Mesin Marking Digunakan untuk pemberian label


Mesin, Pesawat dan Alat Kerja yang Digunakan
Bahan dan Proses Kerja
Badan Tabung :
• Material plat baja SG 295
• Diameter plat blangking : ∅365
• Tebal plat : 2.3 mm
• Diameter luar badan tabung : ∅260 mm
Hand Guard :
• Material plat baja : SS 400
• Tebal plat : 2.5 mm
• Diameter : ∅182 mm
Neck Ring :
• Baja karbon S 17 C
• Diameter luar : ∅38 mm
• Tinggi : 16 mm o Ulir/Drat : ½ NGT 14 TPI ketirusan
1/6
Foot Ring :
Material
• • Material plat baja : SS 400
Badan tabung sesuai dengan SNI 07-3013- 2006 (SG
295) • Diameter luar cicin : ∅190 mm
• Tinggi : 30 mm
• Cincin leher sesuai dengan JIS G 4051 kelas S17C-S45C
• Tebal plat : 2.5 mm
• Cincin kaki sesuai dengan SNI 07-0722-1989 (SS 400) • Tekanan dalam tabung : 6 Kpa
• Pegangan tangan sesuai dengan SNI 07-0722- 1989 (SS • Uji tahan terhadap tekanan air : 31 kg/cm2
400)
LANDASAN KERJA
No. Nama Peralatan Landasan

1 Flock feeder Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
2 Carding Bantalan penumpu berada pada kayu yang dihimpit oleh beton yang kokoh
3 Sliver lap Bantalan penumpu berada pada kayu yang terletak diatas ubin
4 Mesin reborn lap Bantalan penumpu berada pada kayu yang terletak diatas ubin
5 Mesin comber Bantalan penumpu berada pada kayu yang terletak diatas ubin
6 Ring Spining Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
7 Winding Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
8 Dubbling Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin

9 Mesin pembakaran atau penggintiran Bantalan penumpu berada pada beton yang kokoh
10 Pirn winder Bantalan penumpu langsung diatas ubin
11 Warper Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
12 Ssizing Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
13 Riching Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
14 Loom dan Ajn Bantalan penumpu berada pada besi yang terletak diatas ubin
15 Shearing Bantalan penumpu langsung diatas ubin
16 Inspecting polding Bantalan penumpu langsung diatas ubin
Standar Operasional Prosedur Instalasi Listrik

Sumber Listrik Sumber penerangan

Sumber Listrik berasal dari Sumber penerangan dari


PLN penerangan alami (sinar
matahari) dan penerangan
buatan (lampu)

Penataan kabel instalasi Dari video, didapatkan


cukup rapi sehingga pegawai sumber penerangan yang
dapat beraktivitas dengan cukup baik dan tertata
nyaman dan aman dengan baik yaitu sesuai
dengan standar PMP No.5
tahun 2018
KONSTRUKSI TEMPAT KERJA
DASAR HUKUM
Undang-undang Dasar No. 1 Tahun 1970,
Undang-undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

KONTRUKSI TEMPAT KERJA PENGAMATAN STANDAR DAN SARAN

Sebaiknya akses keluar masuk ruangan aman dan jauh dari


Akses keluar masuk (Tidak terlihat divideo)
risiko dan diberi tanda untuk akses keluar / masuk

Terlihat di video beberapa tempat memiliki kepadatan manusia Disarankan untuk beberapa tempat yg dimaksud untuk
Ventilasi
yang tinggi tanpa adanya ventilasi yang cukup, terkesan lembab dibuatkan ventilasi yang memadai

Terlihat di video masih ada beberapa bagian yang mendapatkan


Disarankan untuk memberikan tambahan cahaya berupa lampu
Penerangan penerangan minim/cahaya tidak dapat jatuh tepat di alat yang
dan pastikan setiap alat disoroti oleh cahaya
digunakan

Kebersihan dan kerapian tata ruang hal penting agar


Terlihat di video masih tampak kurang rapi dan sekat pembatas
Kebersihan dan kerapian tata ruang memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Perlu
antar bidang yang masih kurang aman dan sempit
diperluas sekat pembatas antar bidang.

Jaminan keselamatan peralatan, bahan Terlihat di video peralatan yang digunakan cukup baik dan Memang seharusnya peralatan yang digunakan terjamin
dan benda-benda dalam ruangan terpelihara keselamatan dalam ruangan

Tanda peringatan pada daerah dengan risiko tinggi. Tersedia


Tanda peringatan Tidak terlihat dalam video
arahan jalur evakuasi penanggulangan bencana
Sarana penanggulangan kebakaran
No. Sarana proteksi kebakaran Pengamatan pada Saran
(Kepmen Tenaga kerja RI. PT INTI
NO. KEP-186/MEN/1999)

1 Alarm kebakaran (Bell) Tidak Tampak Seharusnya dipasang di semua ruangan / pabrik

2 Alat Pemadamm Api Ringan Tidak Tampak Sebaiknya dilakukan pemasangan APAR/ hydrant/
(APAR) Tidak Tampak Sprinkler dan dilakukan pelatihan
Hydrant Tidak Tampak Bagi pekerja di perusahaan tentang cara
Sprinkler menangulangi kebakaran

3 Jalur Evakuasi Tidak Tampak Di pasang pada pintu-pintu dan jalur evakuasi
yang mudah terlihat , serta tidak ada yang
terkunci
Dasar Hukum

APAR:Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per- 04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
APD: Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi R.I. No.Per-08 / Men / VII / 2010 tentang Alat Pelindung Diri
P3K: PER.15/MEN/VIII/2008/TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

Dari pengamatan pada video tidak tampak adanya rambu-rambu peringatan.


Kelompok rambu-rambu dibagi dalam tiga bagian yakni :
• PERINTAH Berupa : Larangan , kewajiban
• WASPADA Berupa : Bahaya, Peringatan, perhatian
• INFORMASI
Saran : Untuk dipasang pada setiap ruangan rambu rambu K3 di tempat tempat
yang mudah dilihat dan terbaca oleh karyawan peringatan berupa himbauan
1) Alarm kebakaran (bell) Alat Pemadam Api
untuk melindungi diri untuk mencegah PAK dan Kecelakaan kerja.
Ringan( APAR)

Pada UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 14 huruf (b)
juga disebutkan bahwa pengurus diwajibkan memasang dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
Hydrant Sprinkler dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja.
▪ Alat yang digunakan oleh tenaga kerja saat bekerja di lingkungan kerja untuk

Alat Pelindung Diri melindungi seluruh/ sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya (penyakit akibat kerja & kecelakaan kerja).
Alat Pelindung Diri
Tanggap Darurat

Prosedur Penanganan
Keadaan Darurat

Perencanaan Pengendalian
dan penanganan peralatan
keadaan darurat keadaan darurat

Penanganan Pemulihan pasca


keadaan darurat keadaan darurat
Tanggap Darurat dan Evakuasi
No. Tanggap Darurat & Pengamatan Standar
Evakuasi
1.
a. Terdapat di setiap lorong dalam keadaan
baik dan mudah dijangkau
b. Maintenance di laksanakan setiap bulan
dan pengecekan secara berkala dilakukan
setiap 6 bulan sekali.
c. Setiap APAR harus ditempatkan di lemari
APAR (alat pemadam yang tidak dikunci dengan syarat bagian
api ringan, depan harus diberikan kaca aman dengan
APAB,Kotak P3K, Box Tidak Terdapat APAR di setiap tebal minimal 2 mm.
alarm sistem, fom pabrik dan ruangan d. Setiap karyawan wajib melaporkan dan
evaluasi) mengetahui keadaan darurat dan
melaporkannya kepada tim dan tim meminta
bantuan kepada koordinator tim untuk
melakukan investigasi bersama manajemen
bersama 2x24 jam.
e. Terdapat titik kumpul daerah aman
(assembly point )

2 Hidrant Tidak terdapat hidrant Terdapat di semua ruangan pabrik

3. Alarm System Tidak terdapat alarm system Terdapat di semua ruangan pabrik

4. Emergency lamp Tidak terdapat lampu emergency Terdapat lampu emergency


di setiap ruangan
Continue ......
5. Fire Detector System Tidak terdapat fire detector Terdapat fire detector system yang terhubung
system pada setiap ruangan

6. Pangging system Tidak terdapat pangging system AS Terdapat di semua ruangan pabrik
7. Telepon / Handy Talky Ada Terdapat di semua bagian pabrik

8. Kotak P3K Tidak terdapat kotak P3K Terdapat di setia area pabrk
9. Jalur Tidak mempunyai jalur evakuasi Tangga darurat dan tangga umum, pintu-pintu
evakuasi dan jalur evakuasi mudah terlihat
serta tidak ada yang terkunci

10. Sistem Springkler Tidak terdapat sistem springkler sistem yang bekerja pada setiap ruangan
11. Keadaan pemadam Tidak terdapat kendaraan 1 unit mobil pemadam kebakaran
kebakaran pemadam kebakaran

12. Mobile ambulance Tidak terdapat mobile ambulance 1 unit ambulance emergency
emergency emergency

13. Tidak terdapat rambu-rambu yang


menunjukkan lokasi jalur evakuasi
Rambu-rambu Jalur Rambu-rambu yang menunjukkan jalur
yang bewarna hijau yang terletak
Evakuasi evakuasi cukup jelas
di beberapa titik yang mudah di
jangkau
14. Area evakuasi Tidak terdapat area evakuasi Terdapat titik tumpul daerah aman
(assembly point)
Rambu Peringatan
▪ Rambu peringatan umumnya terdiri dari rambu berisi kewajiban, informasi, larangan serta
peringatan:
▪ Kewajiban (contoh: Area wajib memakai APD, dll.)
▪ Informasi (contohnya: rambu tangga darurat kebakaran, dll.)
▪ Larangan (contoh: dilarang merokok di area tertentu, dll.)
▪ Peringatan (contoh: hati-hati bahan mudah meledak, dll.)

Personil keselamatan kerja dan kejadian kecelakaan kerja


NO Unit kerja Permasalahan Dasar Hukum Saran
1 Personil keselamatan Kerja Pada pengamat Peraturan 1.Menyediakan
video tidak perundangan UU kotak P3K di
ditemukan kotak NO 1 Tahun 1970 masing-masing
P3K ditiap (Pasal 10 ayat 1,2 , departemen
departemen mewajibkan 2. Membentuk
perusahaan untuk divisi bidang P3K
membentuk P3K
Di samping orang-orang tersebut, juga terdapat sejumlah ahli dan spesialis yang
berperan dalam pelaksanaan K3, yaitu :
a.Spesialis pesawat uap dan bejana tekan (yang terdiri atas para spesialis, teknisi,
dan operator rigger; welding; boiler; steamer bejana tekanan; peralatan lift dan
pengangkut; peralatan lift dan tenaga produksi).
b.Spesialis konstruksi instalasi listrik terhadap pencegahan kebakaran (yang
terdiri atas para spesialis, teknisi, dan operator listrik, scaffold dan konstruksi itu
sendiri).
c.Para spesialis bahan-bahan berbahaya (yang terdiri atas para spesialis deteksi
gas; bahan-bahan beracun dan berbahaya; bahan-bahan kimia; ruang terbatas
[confined space]).
d.Para spesialis ergonomi dan lingkungan kerja (yang terdiri atas para spesialis
bangunan bertingkat tinggi).
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Kerja Permasalahan Dasar Hukum Saran

1. Alat • Berdasarkan pengamatan Peraturan menteri • Sebelum memasuki


Pelindung belum semua pekerja tenaga kerja dan area kerja, petugas
Diri memenuhi peraturan transmigrasi RI harus dipastikan
menteri tenaga kerja dan No.PER. menggunakan APD
transmigrasi tentang 08/MEN/VII/2 sesuai bidang
penggunaan APD. 010 tentang kerjanya
• Pekerja bagian footring Alat Pelindung Diri • Melakukan
welding masih belum pengadaan APD
menggunakan APD dengan yang belum
benar, yaitu para pekerja tersedia
tidak menggunakan cover all,
face shield, google, masker,
dan sepatu boot
• Pada setiap ruang produksi
tidak terlihat adanya alat
pelindung pendengaran
seperti earmuff atau earbud
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Kerja Permasalahan Dasar Hukum Saran
2. Sarana • Ketidaktersediaan APAR Permenakertrans RI • Perlunya
penaggula • ketidaktersediaan alat No.4/MEN/1980 pengadaan APAR
ngan pendeteksi kebakaran (fire tentang syarat – • Maintenance
kebakaran detector system) syarat pemasangan setiap bulan dan
dan pemeliharan pengecekan tiap 6
APAR bulan sekali
• Pelatihan
penggunaan APAR
bagi seluruh
karyawan
• Terdapat Fire
detector system
yang terhubung
pada setiap
ruangan
3. Personil • Pada pengamatan tidak Peraturan perundang • Pengadaan kotak
keselamat tampak adanya kotak P3K UU no. 1 P3K di setiap
an kerja serta petugas keselamatan tahun 1970 (pasal 10 bagian
kerja ayat 1,2) • dilakukan
Yang mewajibkan pelatihan P3K bagi
perusahaan untuk seluruh kayawan
membentuk P3K • Membentuk divisi
bidang P3K
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Kerja Permasalahan Dasar Hukum Saran
4. Konstruksi • Tidak adanya pembatas besi Undang-undang dasar • Perlu dilakukan
tempat di sekitar penyimpanan No. 1 tahun 1970, perbaikan
kerja tabung gas Undang-undang No.10 konstruksi tempat
tahun 1999 tentang kerja
• Tidak adanya jalur evakuasi jasa konstruksi
darurat • tersedianya tangga
darurat dan tangga
umum,pintu dan
jalur evakuasi
mudah terlihat dan
tidak terkunci
5 Rambu- Tidak ada rambu-rambu yang Undang-undang dasar • Pemasangan
rambu menunjukan lokasi jalur No. 1 tahun 1970, rambu-rambu yang
peringatan evakuasi Undang-undang No.10 menunjukan jalur
tahun 1999 tentang evakuasi cukup
Tidak ada rambu larangan jasa konstruksi jelas
merokok, mengingat tabung LPG
mudah terbakar. • Pemasangan rambu
dilarang merokok di
setiap ruangan dan
tanda mudah
terbakar
Kesimpulan
Kesehatan kerja adalah suatu system program yang dibuat bagi pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK)
Dilakukan pengamatan keselamatan dan Kesehatan kerja pada PT. INTI
(BUMN) terdapat banyak aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
masih belum terlaksana dengan baik

Saran
• Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang baik sesuai peraturan perundang-undangan
• Perlunya dilakukan tahapan manajemen risiko dengan baik
• Pentingnya mengetahui potensi bahaya yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja
• Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam
bekerja
TERIMA KASIH

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan


Kerja Kementrian Ketenagakerjaan
Indonesia 24 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai