Gunakan CD ini setiap hari untuk mengubah hidup Anda. Namun ingat, kami tidak berharap Anda
menjadi pemimpi yang menginginkan segalanya terjadi dengan cepat dan instant. Janganlah
berangan-angan untuk mendapatkan hasil yang luar biasa hanya dalam sekali atau dua kali
mendengarkan CD ini. Para pengguna CD ini, termasuk kami, mulai merasakan perubahan dalam diri
setelah sekitar 1 minggu mendengarkan dengan rutin CD ini. kami juga merasakan kadang aura kami
naik-turun ketika emosi kami tidak stabil, sedang marah, benci, sedih, kecewa dan sebagainya. Jadi
selain menggunakan CD ini, sebaiknya Anda juga menjaga kesetabilan emosi agar hasilnya
maksimal.
Selain dengan Audio Terapi Gelombang Otak (Brainwave), Anda dapat menjaga aura Anda agar
pancaran aura Anda senantiasa positif, diantaranya :
Jaga makanan dan minuman yang masuk, sehingga Anda yakin itu hak Anda dan halal,
jangan berlebihan dan tidak merugikan kesehatan.
Olahraga yang cukup dan teratur. Dalam tubuh sehat terdapat jiwa yang sehat. Dalam
tubuh yang sehat terdapat aura yang cemerlang.
Jaga kondisi selalu rileks dan memenuhi kebutuhan tubuh akan udara segar
Istirahat dengan cukup, mengurangi rokok, hindari alkohol dan obat terlarang.
Mengurangi gerak hati, gerak pikir dan kegiatan-kegiatan yang buruk.
Sumber : http://www.gelombangotak.com/membuka_aura.htm
Diposkan oleh dunia spiritual di 20.14 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: aura
spiritual modern
Tenaga dalam atau Krachtologi (berasal dari perkataan KRACHTOS yang berarti tenaga dan
LOGOS yang berarti ilmu). Pada 4000 SM, Krachtologi sudah dikenal oleh orang-orang
Mesir Kuno. Dalam sebuah buku Papyrus "Yedimesish Ontologia" yang sudah disalin dalam
bahasa Gri Kuno, menceritakan, bila otot bahu digerakkan akan mengeluarkan tenaga aneh
sehingga dapat merobohkan orang yang sedang marah (diktat Ameta, Krachtologi 23).
Dari Mesir, Krachtologi berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia. Di Persia
tenaga semacam ini dinamakan Dacht. Dalam Dahtayana disebutkan bahwa pada suku Bukht
dan Persia, terkenal ilmu perang dinamakan DAHTUZ ialah merobohkan musuh dari jarak
jauh. Kaum bangsawan Persia dilatih sejenis senam waktu dinihari sehingga mereka
mempunyai tenaga Daht itu. (Kracht 23). Dikatakannya pula bahwa orang-orang Badwi
mempunyai Daht pada matanya, bila musuh akan menyerangnya, tiba-tiba musuh itu roboh.
Mengapa orang-orang Badwi banyak mempunyai kekuatan mata seperti itu ? Hal ini
disebabkan orang-orang Badwi dengan tanpa disadari melatih matanya dengan melihat jauh,
memandang padang pasir yang luas membentang itu.
Orang-orang Cina, Tartar, Patan, Moghul, mengenal beberapa silat yang dapat merobohkan
orang dari jauh. Silat Moghul yang terkenal diantaranya SHURULKHAN yang artinya tipuan
licik untuk raja-raja, berbentuk silat dua belas jurus dari Taymour Lateph Baber (1460-1520).
Yang boleh belajar silat itu hanya kepala-kepala suku dari orang Moghul Islam. Bukbisj
Ismeth Bey murid Lateph Baber dapat memukul dengan toya sejauh satu mil. Bukbisj belajar
Shurulkhan dari Baber selama 20 tahun. Dengan pisau jarinya ia dapat mengeluarkan usus
lawan dari jarak satu tombak. Kawannya melihat ia belajar jurus sejak dini hari sampai
matahari naik, dengan diselingi shalat shubuh. Taymour dan Bukbisj terkenal orang-orang
yang fanatik madzhab Hambali dan sangat anti kepada orang sufi dan tan (Kracht 24).
Di Cina terkenal beberapa macam silat yang mempergunakan Kracht, diantaranya Gin Kang
(ilmu meringankan tubuh) yang dapat dipergunakan melompat jauh, loncat tinggi dan
berjalan diatas air. Kwie Kang dan Wie Kang hampir bersamaan, perbedaanya hanya pada
jurus pertama. Kwie Kang dengan jurus tinju dan Wie Kang dengan jurus terbuka.
Wie Kang yang disebut jurus sepuluh, tersebar sampai Vietnam, Campa, Malaya, dan
Indonesia. Tumbuhlah menjadi beberapa aliran, diantaranya silat Mandar dari Sulawesi, silat
Timpung dari Jawa Timur dan silat Nampon dari Jawa Barat, dan sebagainya.
Shurulkhan pun masuk ke Indonesia dan pembawanya ialah orang-orang Cina Islam.
Diantaranya orang Indonesia pertama yang belajar Shurulkhan ialah Tuanku Rao. Orang-
orang Cina Islam menamakan silat itu Tou Yu Kang.
Perkembangan Selanjutnya
Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya MLM (Multi
Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan memilih untuk mendirikan
perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah gejala alamiah yang tidak perlu
dimasalahkan, karena setiap guru atau orang yang merasa mampu mengajarkan ilmu pada
orang lain itu belum tentu sepaham dengan tradisi yang ada pada perguruan yang pernah
diikutinya.
Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang amat
kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu yang mistis
dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah dan ilmiah,
disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang mempelajari tenaga
dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang semula berorientasi pada
ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga) karena orang sekarang menganggap lawan
berat yang sesungguhnya adalah penyakit. Karena itu, promosi perguruan lebih
mengeksploitasi kemampuan mengobati diri sendiri dan orang lain.
Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih diminati
masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan beberapa pihak, perguruan ini justru sering
“bermasalah” disebabkan pola pembinaan yang menggiring penganutnya pada sikap
“kejawaraan” melalui doktrin-doktrin yang kurang bersahabat pada aliran lain dari sesama
perguruan tenaga dalam maupun bela diri dari luar (asing).
Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari yang selalu
wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu memperhatikan “sikap
5” yaitu :
- Jangan cepat puas.
- Jangan suka pamer.
- Jangan merasa paling jago.
- Jangan suka mencari pujian dan
- Jangan menyakiti orang lain.
Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga dalam itu, baik
pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi antar tokoh, mulai dari
silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Kosim (Syahbandar), Bang Kari dan Bang Madi
yang merangkum silat Betawi dengan Kung Fu, juga Abah Khoir dengan Cimandenya, RH.
Ibrahim dengan Cikalongnya.
Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti suatu aliran tenaga
dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring seseorang bersikap kacang lupa
kulit, bahkan memunculkan “anekdot spiritual” sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga
dalam yang karena ditanya murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan
bahwa orang-orang yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-
ada.
Misalnya, Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam Mahdi, Kari
adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban seperti itu tidak
memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang tua semata.
sumber : http://belajar-ilmu-spiritual.blogspot.com/2009/01/sejarah-tenaga-dalam.html
sumber :http://hanifa93.wordpress.com/2009/01/04/cerdas-spiritual-menurut-islam/
Diposkan oleh dunia spiritual di 01.41 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: spiritual islam
‘SPIRITUAL JAWA’
Pasrah Atau Fatalis kah Diri Anda ??
Mengukur Kesadaran Diri PASRAH PASRAH, adalah kata-kata yang tak mudah dipahami.
Banyak orang salah kaprah mengartikan makna pasrah yang dipahami sebagai sikap
melenyapkan segala kemauan, keinginan, inisiatif, dan kehendak. Yang seperti ini sudah
termasuk ke dalam terminologi FATALISME yang rentan sekali terhadap sikap putus asa.
Tanpa disadari keputus-asaan akan mudah membuat siapapun mudah tergelincir pada [...]
sumber :http://sabdalangit.wordpress.com/category/spiritual-jawa/
Diposkan oleh dunia spiritual di 23.12 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: spiritual jawa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Blok PDSKE tentang terapan nilai-nilai spiritual,
kemanusiaan dalam dunia kedokteran. Dalam pembelajaran kedokteran ini nilai-nilai
kemanusiaan dan spiritual sangat dibutuhkan karena dokter harus mempunyai nilai-nilai
tersebut. Tanpa nilai-nilai tersebut nilai-nilai etik dalam kedokteran akan terabaikan dan bisa
disalahgunakan sehingga bisa merugikan umat manusia. Selain itu nilai spiritual dan
kemanusiaan sangat diperlukan dokter karena selain pelayanan medis yang diberikan dokter
seharusnya juga bisa memberi pelayanan spiritual kepada pasien agar terjadi keseimbangan
antara kesehatan fisik dan mental pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi yang ada pada diri manusia?
2. Apakah nilai spiritual itu?
3.Apakah nilai kemanusiaan itu?
4. Apa hubungan spiritual dengan kesehatan jiwa?
5. Apa saja macam-macam pengaplikasian nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual dalam dunia
kedokteran?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas Blok PDSKE juga bertujuan untuk
mengetahui guna dan manfaat dari nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan pada dunia
kedokteran baik untuk mendukung profesi kedokteran dan pengobatan.
1.4 Manfaat Penulisan
Meyumbangkan sedikit pengetahuan kepada masyarakat khususnya yang bergerak dalam
bidang kesehatan agar mengetahui peranan nilai-nilai kemanusian dan spiritual dan
diharapkan bisa diterapkan dalam dunia kedokteran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Manusia
2.1.1 Kecerdasan Intelektual (IQ)
Secara umum IQ mencakup pada aspek; Logic-Matematik dan Linguistik-Verbal.
Kecerdasan inteligensi yang selalu diberdayakan akan membantu seseorang dalam
memahami, menganalisis,berbicara, menghitung dan bepikir. (IQ) terletak di lapisan otak
yang disebut NEUCORTEX. Kecerdasan IQ tidak bisa ditingkatkan atau diubah lagi. Semisal
bila IQ kita 115 maka ketika sudah tua nanti IQ kita juga akan sama. Tapi perlu dipahami
bahwa, berdasarkan penelitian kecerdasan IQ hanya bisa mengantarkan orang-orang pada
keberhasilan hidup maksimal 20%. Maka kita perlu menggali potensi kecerdasan emosional.
2.1.2 Kecerdasan Emosional (EQ)
banyak contoh dimasyarakat orang yang mempunyai kecerdasan intelektual rendah justru
lebih sukses dalam kehidupannya dibanding orang yang mempunyai tingkat intelektual yang
lebih tinggi. Tapi pada kenyataannya sistem pendidikan kita masih berpusat pada IQ, padahal
kecerdasan emosional juga sangat dibutuhkan. Kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengendalikan,memahami,dan bersikap dalam menghadapi suatu masalah.
Kecerdasan emosional terdapat pada sistem limbik yang berfungsi mengendalikan perasaan
manusia. Apabila kita bisa mengendalikan, memahami dan bersikap dengan baik dalam
menghadapi suatu masalah keberhasilan pun Insyaallah akan mudah dicapai.
2.1.3 Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang pertama kali digagas oleh
Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari harvard university dan oxford university.
kecerdasan spiritual terletak pada lapisan otak God Spot. Kecerdasan spiritual sangat
dibutuhkan manusia dalam kehidupan ini agar terjadi keseimbangan vertikal dan horizontal.
Hubungan antara kita dengan Tuhan perlu ditumbuhkan agar manusia memahami hakikat
kehidupan ini. “Tidakkah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menyembahKu”(QS Azzariyat:56)
Jadi manusia harus mempunyai mening dan value dalam setiap langkah hidupnya. Tidak
hanya berkualitas prima, berkesesuaian dengan masyarakat tetapi juga harus memahami
makna dan hakikat kehidupan.
2.2 Nilai-Nilai Spiritual
Spiritual bagi seseorang merupakan kebutuhan dan kewajiban karena sebagai fitrah manusia
dan sebagai pelaksanaan perjanjian fundamental antara manusia dan Tuhan di alam ruh.
Sebagaimana Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman) :” Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (keturunan adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”(Q.7:172). Secara fitrah manusia memiliki kesiapan
untuk bertauhid, mendekatkan diri kepada Tuhan, kembali kepada Tuhan, meminta
pertolongan Tuhan, ketika dihadapkan dalam suatu masalah termasuk sakit.
Apabila seseorang dinyatakan sakit sering menimbulkan keguncangan mental dan
spiritual. Dengan santunan spiritual akan dapat menyebabkan kembali kepada Allah dan ingat
Allah (dzikrullah). Dengan dzikrullah dapat menjadi tenang dan tenteram.
Keberhasilan santunan spiritual dipengaruhi oleh dua hal yaitu titik Tuhan (god spot) dan
suara hati spiritual. Suara hati spiritual akan mempengaruhi emosi terkendali dan tidak
terkendali. Emosi terkendali menghasilkan pikiran merasa tenang dan tentram.
Dengan santunan spiritual paling tidak pasien mengetahui bahwa sakit merupakan cobaan
dari Allah dan Allahlah yang menyembuhkan.
Hubungan nilai-nilai spiritual dengan kesehatan jiwa
Seseorang mempunyai kondisi jiwa yang sehat karena perasaan, pikiran dan fisik juga sehat.
Selain itu nilai-nilai spiritual juga sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa karena ia tidak
akan mengalami goncangan-goncangan, kekacauan jiwa, ataupun penyakit kejiwaan seperti
kegilaan, stress, frustasi. Sebagai contoh seorang siswi yang diputus oleh pacarnya dan dia
sangat terpukul atas kejadian itu. Karena tidak kuat menahan emosinya dia akhirnya
mengakhiri hidupnya. Ini bukti kalau tingkat spiritualnya rendah, mudah terombang ambing
keadaan, tidak mempunyai mental yang kuat dalam menghadapi suatu masalah karena dia
tidak memiliki pedoman hidup.
Bila spiritual seseorang kuat maka jiwanya pun akan sehat karena ia memiliki keyakinan
dalam menghadapi suatu permasalahan sehingga ia bisa mengatasi permasalahannya dengan
baik tanpa menimbulkan gangguan kejiwaan yang berat.
2.3 Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam kedokteran
Berbicara tentang nilai kemanusiaan berarti berbicara tentang beberapa aspek yang
memiliki pengertian yang saling berkaitan, di antaranya mengenai humanisme, etika,
kebudayaan dan perilaku. Humanisme sendiri adalah aliran yang bertujuan menghidupkan
rasa perikemanusiaan/mencita-citakan pergaulan yang lebih baik. Ada juga yang berpendapat
humanisme sebagai sikap/tingkah laku mengenai perhatian manusia dengan menekankan
pada rasa belas kasih serta martabat individu.
Pengertian etika yang dipahami lebih luas di kalangan medis selama ini selalu
menjadi jargon seorang dokter. Etika dalam kedokteran merupakan prinsip-prinsip mengenai
tingkah laku profesional yang tepat berkaitan dengan hak dirinya sebagai dokter, hak
pasiennya, hak teman sejawatnya maupun hak orang lain.
Bila dikaitkan dengan kebudayaan, dokter adalah suatu profesi yang berhubungan
langsung dengan manusia sebagai lawan interaksinya dalam konteks makhluk yang sama
berbudaya. Karena itu seorang dokter harus mengetahui segala hal yang berkaitan dengan
manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Untuk membangun nilai-
nilai sosial itu agar tetap menjadi landasan bagi setiap dokter dalam menjalani kehidupan
profesinya yang luas, maka disinilah pengetahuan kebudayaan menjadi konsep dasar dalam
membangun jati diri sebagai petugas layanan kesehatan.
Nilai-nilai kemanusiaan ini diharapkan bisa diterapkan dalam praktek kedokteran,
pelayanan kesehatan, pendidikan kedokteran, penelitian sehingga ilmu kedokteran bisa
memberi pelayanan optimal kepada masyarakat tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan
ataupun penyalahgunaan ilmu-ilmu kedokteran untuk hal-hal yang melanggar nilai-nilai
kemanusiaan.
2.4 Pendekatan Kemanusiaan dan Spiritual dalam Dunia Kedokteran
Pendekatan spiritual di Rumah Sakit
Rumah sakit berkewajiban memberi pelayanan kesehatan. Pelayanan diwujudkan dengan
upaya penyembuhan pasien(kuratif), pemulihan pasien(rehabilitatif), yang ditunjang dengan
upaya peningkatan kesehatan(promotif) dan pencegahan penyakit(preventif) secara
menyeluruh dengan pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana telah disebutkan oleh
WHO. Dalam hal ini spiritual menjadi kebutuhan yang perlu dalam pelayanan Rumah Sakit.
Pendekatan spiritual disini berfokus pada tujuan dan arti hidup manusia dan hubungannya
kepada Tuhan. Pasien dan keluarga pasien diajak untuk lebih siap menerima kondisi yang
terjadi. Di RS Al Islam Bandung teknis pelaksanaan pendekatan spiritualnya dilakukan
dengan membekali perawat dan tenaga kerohanian dengan tiga buku pegangan, yakni SKP
(Santunan Kerohanian Pasien), TIP (Tuntunan Ibadah Pasien), dan BSM (Bimbingan
Sakaratul Maut) bagi pasien-pasien terminal. Dengan demikian, pasien akan tetap
melaksanakan ibadahnya sesuai dengan ketiga buku pedoman itu walaupun mereka sedang
sakit.
Untuk kunjungan dan bimbingan kerohanian ini, dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan
sore.
Sebanyak 209 pasien yang dirawat selama tiga bulan di Ruang Perawatan Firdaus III RS Al
Islam Bandung rata-rata mengalami penurunan tingkat kecemasan. Mereka dapat
melaksanakan ibadah sesuai dengan kadar kemampuannya dan cenderung tenang. Mereka
tidak mengalami stress (kecemasan) seperti pada pasien yang tidak termasuk pilot project
program tersebut.
Euthanasia dalam praktik kedokteran
Di zaman modern ini banyak permasalahan-permasalahan manusia karena kemajuan
teknologi yang semakin canggih sehingga nilai-nilai kemanusiaan semakin tergeser. Diantara
semua permasalahan ini euthanasia salah satunya. Euthanasia adalah pengakhiran hidup
manusia karena berbagai pertimbangan untuk mengakhiri penderitaan pasien dan
meringankan beban keluarganya atas penyakit yang tidak kunjung sembuh.
Euthanasia menjadi topik yang masih diperdebatkan di dunia ini karena selain mencakup sisi
medis tetapi juga kemanusiaan, sosial, agama dan yuridis yang masih menimbulkan rasa
ketidakpuasan, dan belum dapat menjawab secara tepat dan objektif.
Hak untuk hidup adalah hak yang paling asasi bagi semua mahluk, lebih-lebih bagi
manusia. Seperti yang telah disebutkan dalam pernyataan umum hak-hak manusia (Universal
Declaration of Human Rights) pada Pasal 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
akan hidup, akan kemerdekaan da keamanan bagi dirinya. Berhubungan dengan pasal
tersebut ada kaitannya, yakni beberapa pasal dalam UUD 1945 yang memuat hak-hak asasi
manusia, yaitu seperti hak setiap warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan, berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pendapat, berhak hidup sejahtera lahir dan batin, hak untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, dan masih banyak
ketentuan UUD 1945 yang mengatur hak-hak manusia.
Menyinggung masalah hak-hak asasi manusia, maka akan terlintas dalam pikiran kita bahwa
hak untuk hidup adalah termasuk di dalamnya. Timbul suatu pertanyaan bagaimana hak
untuk hidup bila dikaitkan dengan masalah euthanasia. Dengan pengertian lain seorang
dokter, umumnya tenaga kesehatan memang menghadapi yang menempatkan seorang pasien
menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi. Misalnya saja seorang penderita
kanker pada stadium yang sudah parah yang kondisinya sangat menderita, baik secara fisik,
batin maupun materi. Melihat kondisi demikian ini, baik keluarga pasien maupun dokter yang
merawatnya terkadang tidak tega, sehingga akhirnya sama-sama sepakat untuk mempercepat
kematiannya yaitu dengan jalan memberikan obat dengan dosis yang berlebihan. Keadaan
demikian inilah yang disebut dengan euthanasia.
Belum jelasnya dasar hukum euthanasia menjadikan perdebatan berbagai pihak tetapi yang
jelas euthanasia dari segi nilai-nilai kemanusaiaan sangat betrentangan karena
telah merampas kebebasan untuk hidup seseorang dan hak untuk mempertahankan hidupnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan dalam dunia kedokteran begitu kompleks. Tidak hanya
penanganan medis saja yang diperlukan dalam pengobatan pasien tetapi aspek spiritual juga
sangat diperlukan karena keseimbangan kesehatan antara jiwa dan fisik manusia harus
berimbang. Seperti kata pepatah “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Maka
dari itu selain kemampuan medis dalam dunia kedokteran juga dibutuhkan pendekatan
spiritual dalam pembelajarannya.
Dalam kedokteran tidak lepas dari nilai kemanusiaan karena dokter dihasilkan untuk
pengabdian dan kemanusiaan. Nilai-nilai seperti hubungan dengan pasien, keluarga pasien,
teman sejawat sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang harmonis sehingga dapat
menghasilkan pelayanan yang prima. Selain itu nilai-nilai kemanusiaan sangat diperlukan
agar tidak terjadi penyalahgunaan, penyimpangan dan batasan-batasan moral dalam ilmu
kedokteran.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai spiritual dan kemanusaiaan sangat
diperlukan dalam dunia kedokteran agar tercipta pelayanan kesehatan yang prima tanpa
mengesampingkan kebutuhan dasar manusia dan kode etik kedokteran.
sumber : http://mathusen.blogspot.com/2009/10/nilai-kemanusiaan-dan-spiritual-dalam.html
NILAI KEMANUSIAAN DAN SPIRITUAL DALAM DUNIA
KEDOKTERAN
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Blok PDSKE tentang terapan nilai-nilai spiritual,
kemanusiaan dalam dunia kedokteran. Dalam pembelajaran kedokteran ini nilai-nilai kemanusiaan
dan spiritual sangat dibutuhkan karena dokter harus mempunyai nilai-nilai tersebut. Tanpa nilai-nilai
tersebut nilai-nilai etik dalam kedokteran akan terabaikan dan bisa disalahgunakan sehingga bisa
merugikan umat manusia. Selain itu nilai spiritual dan kemanusiaan sangat diperlukan dokter karena
selain pelayanan medis yang diberikan dokter seharusnya juga bisa memberi pelayanan spiritual
kepada pasien agar terjadi keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental pasien.
5. Apa saja macam-macam pengaplikasian nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual dalam dunia
kedokteran?
Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas Blok PDSKE juga bertujuan untuk mengetahui guna
dan manfaat dari nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan pada dunia kedokteran baik untuk mendukung
profesi kedokteran dan pengobatan.
Meyumbangkan sedikit pengetahuan kepada masyarakat khususnya yang bergerak dalam bidang
kesehatan agar mengetahui peranan nilai-nilai kemanusian dan spiritual dan diharapkan bisa
diterapkan dalam dunia kedokteran.
BAB II
PEMBAHASAN
banyak contoh dimasyarakat orang yang mempunyai kecerdasan intelektual rendah justru lebih
sukses dalam kehidupannya dibanding orang yang mempunyai tingkat intelektual yang lebih tinggi.
Tapi pada kenyataannya sistem pendidikan kita masih berpusat pada IQ, padahal kecerdasan
emosional juga sangat dibutuhkan. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengendalikan,memahami,dan bersikap dalam menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosional
terdapat pada sistem limbik yang berfungsi mengendalikan perasaan manusia. Apabila kita bisa
mengendalikan, memahami dan bersikap dengan baik dalam menghadapi suatu masalah
keberhasilan pun Insyaallah akan mudah dicapai.
Kecerdasan spiritual merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang pertama kali digagas oleh Danah
Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari harvard university dan oxford university. kecerdasan
spiritual terletak pada lapisan otak God Spot. Kecerdasan spiritual sangat dibutuhkan manusia dalam
kehidupan ini agar terjadi keseimbangan vertikal dan horizontal. Hubungan antara kita dengan
Tuhan perlu ditumbuhkan agar manusia memahami hakikat kehidupan ini. “Tidakkah aku
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahKu”(QS Azzariyat:56)
Jadi manusia harus mempunyai mening dan value dalam setiap langkah hidupnya. Tidak hanya
berkualitas prima, berkesesuaian dengan masyarakat tetapi juga harus memahami makna dan
hakikat kehidupan.
2.2 Nilai-Nilai Spiritual
Spiritual bagi seseorang merupakan kebutuhan dan kewajiban karena sebagai fitrah manusia dan
sebagai pelaksanaan perjanjian fundamental antara manusia dan Tuhan di alam ruh. Sebagaimana
Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :” Bukankah
Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami
(keturunan adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”(Q.7:172). Secara
fitrah manusia memiliki kesiapan untuk bertauhid, mendekatkan diri kepada Tuhan, kembali kepada
Tuhan, meminta pertolongan Tuhan, ketika dihadapkan dalam suatu masalah termasuk sakit.
Apabila seseorang dinyatakan sakit sering menimbulkan keguncangan mental dan spiritual.
Dengan santunan spiritual akan dapat menyebabkan kembali kepada Allah dan ingat Allah
(dzikrullah). Dengan dzikrullah dapat menjadi tenang dan tenteram.
Keberhasilan santunan spiritual dipengaruhi oleh dua hal yaitu titik Tuhan (god spot) dan suara hati
spiritual. Suara hati spiritual akan mempengaruhi emosi terkendali dan tidak terkendali. Emosi
terkendali menghasilkan pikiran merasa tenang dan tentram.
Dengan santunan spiritual paling tidak pasien mengetahui bahwa sakit merupakan cobaan dari Allah
dan Allahlah yang menyembuhkan.
Seseorang mempunyai kondisi jiwa yang sehat karena perasaan, pikiran dan fisik juga sehat. Selain
itu nilai-nilai spiritual juga sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa karena ia tidak akan mengalami
goncangan-goncangan, kekacauan jiwa, ataupun penyakit kejiwaan seperti kegilaan, stress, frustasi.
Sebagai contoh seorang siswi yang diputus oleh pacarnya dan dia sangat terpukul atas kejadian itu.
Karena tidak kuat menahan emosinya dia akhirnya mengakhiri hidupnya. Ini bukti kalau tingkat
spiritualnya rendah, mudah terombang ambing keadaan, tidak mempunyai mental yang kuat dalam
menghadapi suatu masalah karena dia tidak memiliki pedoman hidup.
Bila spiritual seseorang kuat maka jiwanya pun akan sehat karena ia memiliki keyakinan dalam
menghadapi suatu permasalahan sehingga ia bisa mengatasi permasalahannya dengan baik tanpa
menimbulkan gangguan kejiwaan yang berat.
2.3 Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam kedokteran
Berbicara tentang nilai kemanusiaan berarti berbicara tentang beberapa aspek yang
memiliki pengertian yang saling berkaitan, di antaranya mengenai humanisme, etika, kebudayaan
dan perilaku. Humanisme sendiri adalah aliran yang bertujuan menghidupkan rasa
perikemanusiaan/mencita-citakan pergaulan yang lebih baik. Ada juga yang berpendapat
humanisme sebagai sikap/tingkah laku mengenai perhatian manusia dengan menekankan pada rasa
belas kasih serta martabat individu.
Pengertian etika yang dipahami lebih luas di kalangan medis selama ini selalu menjadi jargon
seorang dokter. Etika dalam kedokteran merupakan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku
profesional yang tepat berkaitan dengan hak dirinya sebagai dokter, hak pasiennya, hak teman
sejawatnya maupun hak orang lain.
Bila dikaitkan dengan kebudayaan, dokter adalah suatu profesi yang berhubungan langsung
dengan manusia sebagai lawan interaksinya dalam konteks makhluk yang sama berbudaya. Karena
itu seorang dokter harus mengetahui segala hal yang berkaitan dengan manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial. Untuk membangun nilai-nilai sosial itu agar tetap menjadi
landasan bagi setiap dokter dalam menjalani kehidupan profesinya yang luas, maka disinilah
pengetahuan kebudayaan menjadi konsep dasar dalam membangun jati diri sebagai petugas layanan
kesehatan.
Nilai-nilai kemanusiaan ini diharapkan bisa diterapkan dalam praktek kedokteran, pelayanan
kesehatan, pendidikan kedokteran, penelitian sehingga ilmu kedokteran bisa memberi pelayanan
optimal kepada masyarakat tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan ataupun penyalahgunaan
ilmu-ilmu kedokteran untuk hal-hal yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
Rumah sakit berkewajiban memberi pelayanan kesehatan. Pelayanan diwujudkan dengan upaya
penyembuhan pasien(kuratif), pemulihan pasien(rehabilitatif), yang ditunjang dengan upaya
peningkatan kesehatan(promotif) dan pencegahan penyakit(preventif) secara menyeluruh dengan
pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana telah disebutkan oleh WHO. Dalam hal ini spiritual
menjadi kebutuhan yang perlu dalam pelayanan Rumah Sakit.
Pendekatan spiritual disini berfokus pada tujuan dan arti hidup manusia dan hubungannya kepada
Tuhan. Pasien dan keluarga pasien diajak untuk lebih siap menerima kondisi yang terjadi. Di RS Al
Islam Bandung teknis pelaksanaan pendekatan spiritualnya dilakukan dengan membekali perawat
dan tenaga kerohanian dengan tiga buku pegangan, yakni SKP (Santunan Kerohanian Pasien), TIP
(Tuntunan Ibadah Pasien), dan BSM (Bimbingan Sakaratul Maut) bagi pasien-pasien terminal.
Dengan demikian, pasien akan tetap melaksanakan ibadahnya sesuai dengan ketiga buku pedoman
itu walaupun mereka sedang sakit.
Untuk kunjungan dan bimbingan kerohanian ini, dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan
sore.
Sebanyak 209 pasien yang dirawat selama tiga bulan di Ruang Perawatan Firdaus III RS Al Islam
Bandung rata-rata mengalami penurunan tingkat kecemasan. Mereka dapat melaksanakan ibadah
sesuai dengan kadar kemampuannya dan cenderung tenang. Mereka tidak mengalami stress
(kecemasan) seperti pada pasien yang tidak termasuk pilot project program tersebut.
Euthanasia menjadi topik yang masih diperdebatkan di dunia ini karena selain mencakup sisi medis
tetapi juga kemanusiaan, sosial, agama dan yuridis yang masih menimbulkan rasa ketidakpuasan,
dan belum dapat menjawab secara tepat dan objektif.
Hak untuk hidup adalah hak yang paling asasi bagi semua mahluk, lebih-lebih bagi manusia.
Seperti yang telah disebutkan dalam pernyataan umum hak-hak manusia (Universal Declaration of
Human Rights) pada Pasal 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak akan hidup, akan
kemerdekaan da keamanan bagi dirinya. Berhubungan dengan pasal tersebut ada kaitannya, yakni
beberapa pasal dalam UUD 1945 yang memuat hak-hak asasi manusia, yaitu seperti hak setiap
warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat, berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, dan masih banyak ketentuan UUD 1945 yang mengatur hak-hak manusia.
Menyinggung masalah hak-hak asasi manusia, maka akan terlintas dalam pikiran kita bahwa hak
untuk hidup adalah termasuk di dalamnya. Timbul suatu pertanyaan bagaimana hak untuk hidup bila
dikaitkan dengan masalah euthanasia. Dengan pengertian lain seorang dokter, umumnya tenaga
kesehatan memang menghadapi yang menempatkan seorang pasien menderita penyakit yang tidak
dapat disembuhkan lagi. Misalnya saja seorang penderita kanker pada stadium yang sudah parah
yang kondisinya sangat menderita, baik secara fisik, batin maupun materi. Melihat kondisi demikian
ini, baik keluarga pasien maupun dokter yang merawatnya terkadang tidak tega, sehingga akhirnya
sama-sama sepakat untuk mempercepat kematiannya yaitu dengan jalan memberikan obat dengan
dosis yang berlebihan. Keadaan demikian inilah yang disebut dengan euthanasia.
Belum jelasnya dasar hukum euthanasia menjadikan perdebatan berbagai pihak tetapi yang jelas
euthanasia dari segi nilai-nilai kemanusaiaan sangat betrentangan karena
telah merampas kebebasan untuk hidup seseorang dan hak untuk mempertahankan hidupnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kedokteran tidak lepas dari nilai kemanusiaan karena dokter dihasilkan untuk pengabdian dan
kemanusiaan. Nilai-nilai seperti hubungan dengan pasien, keluarga pasien, teman sejawat sangat
diperlukan agar terjalin hubungan yang harmonis sehingga dapat menghasilkan pelayanan yang
prima. Selain itu nilai-nilai kemanusiaan sangat diperlukan agar tidak terjadi penyalahgunaan,
penyimpangan dan batasan-batasan moral dalam ilmu kedokteran.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai spiritual dan kemanusaiaan sangat
diperlukan dalam dunia kedokteran agar tercipta pelayanan kesehatan yang prima tanpa
mengesampingkan kebutuhan dasar manusia dan kode etik kedokteran.
Daftar Pustaka
http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html
http://arisk-privacy87.blogspot.com/2009/03/kesehatan-mental.html
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=99921
http://jelita249.blogspot.com/2009/08/euthanasia-dalam-praktek-kedokteran.html
http://shulhana.wordpress.com/
http://74.125.153.132/search?q=cache:GA9gTOnPZwUJ:www.unp.ac.id/downloads/pkmb08/bab-
8.pdf+pengertian+IESQ&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id