Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II

“PSIKOLOGI TIMUR”

Dosen Pengampu:

Deasy Christia Sera, S.Psi., M.Si.

Oleh Kelompok VIII:

1. Yasinta E. Kurnianti (18090000096)


2. Lusia Angelina B. Witi (18090000097)
3. Rosda Intan Fachriya (18090000103)
4. Shofi Royani (18090000109)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
Kelas C
10 Desember 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Psikologi Timur” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja hal-hal yang berkaitan dengan
Psikologi Timur serta siapa sajakah tokoh-tokohnya. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah ini.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan. Kami mohon adanya usulan, kritik, dan saran yang
membangun untuk kebaikan kami bersama.

Malang, 06 Desember 2019

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1.................................................................Perkembangan Psikologi Timur
.................................................................................................................3
2.2...................................................................................................Abidhama
.................................................................................................................4
2.3.............................................................................Psikologi Transpersonal
.................................................................................................................5
2.4...........................................................................................Psikologi Islam
.................................................................................................................7
2.5...................................................................Tokoh-Tokoh Psikologi Timur
...............................................................................................................12
2.6........................................Perbedaan Psikologi Timur dan Psikologi Barat
...............................................................................................................13
BAB III : PENUTUP

.1. Kesimpulan ..........................................................................................15


DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia psikologi kepribadian terdapat dua aliran, yakni aliran
barat dan timur. Aliran barat lebih menekankan kepada kelakuan yang
terlihat dari seorang manusia, tanpa memandang kebatinannya dan hanya
berpedoman kepada hal-hal yang simultan, seperti bentuk pada bentuk
tubuh pada teori Sheldon, kebutuhan pada teori Maslow, perubahan sifat
pada teori Allport dsb.
Sedangkan didalam aliran psikologi timur, dasar yang digunakan
adalah pemurnian hati sebagai langkah untuk mencapai pribadi yang
sempurna atau baik, juga dengan pedoman agama sebagai sarana mengatur
kehidupan sehari-hari.
Selain itu, terdapat pula persamaan dan perbedaan dalam psikologi
kepribadian aliran barat dan timur, seperti konsepsi tentang potensi dasar
manusia dan potensi perkembangan jiwa.
Sebagaimana terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan
peradaban Barat, begitu pula terdapat banyak psikologi Timur. Kendati
terdapat perbedaan besar dalam hal kepercayaan dan pandangan tentang
dunia di antara agama-agama yang mengandung psikologi Timur, namun
psikologi itu sendiri tidak terlalu berbeda. Salah satu persamaannya adalah

iii
dalam hal penggunaan metode fenomenologis yaitu semuanya berusaha
menggambarkan kodrat pengalaman langsung sang pribadi.
Beberapa di antara sistem-sistem ini berkisar pada teknik-teknik
meditasi yang memungkinkan orang semata-mata meneliti arus
kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis jendela yang netral atas
aliran pengalamannya. Akhirnya, semua psikologi Timur mengakui bahwa
jalan utama ke arah transformasi diri ini adalah meditasi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah:
1) Bagaimana perkembangan psikologi timur?
2) Apa yang dimaksud dengan ajaran Abidhamma?
3) Apa yang dimaksud dengan Psikologi Transpersonal?
4) Apa yang dimaksud dengan Psikologi Islam?
5) Siapa saja Tokoh-Tokoh Psikologi Timur?
6) Apa saja perbedaan psikologi timur dan psikologi barat?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Psikologi Timur
2) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ajaran Abidhamma
3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Psikologi
Transpersonal
4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Psikologi Islam
5) Untuk mengetahui siapa saja Tokoh-Tokoh Psikologi Timur
6) Untuk mengetahui apa saja perbedaan psikologi timur dan psikologi
barat
1.4. Manfaat Penulisan
Kami sangat berharap semoga dengan makalah ini kami bisa
menambah wawasan serta pengetahuaan kita mengenai apakah psikologi
timur itu serta hal-hal apa saja yang berhubungan dengan psikologi timur.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Psikologi Timur


Pendekatan Psikologi Timur didasarkan pada introspeksi dan
pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi. Berbeda dengan
Psikologi Barat yang lebih bersandar pada observasi tingkah laku. Cara
umum untuk mengatasi penderitaan yang dianjurkan adalah disiplin dan
kontrol diri, yang dapat memberikan “suatu perasaan ekstase yang tak
terbatas dan hanya dapat ditemukan dalam diri yang bebas dari pamrih-
pamrih pribadi”. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa, minat psikologis
di Timur dan Barat saling berkaitan. Sebagaimana terdapat banyak teori
kepribadian di lingkungan peradaban Barat, begitu pula di Psikologi Timur.
Psikologi-psikologi itu pada hakikatnya merupakan suatu reaksi
terhadap kehidupan yang dilihat sebagai penuh dengan penderitaan dan
kekecewaan. Cara umum untuk mengatasi penderitaan yang dianjurkan oleh
psikologi-psikologi ini adalah disiplin dan kontrol diri, yang dapat
memberikan kepada orang yang mengupayakannya “suatu perasaan ekstase
yang tak terbatas dan hanya dapat ditemukan dalam diri yang bebas dari
pamrih-pamrih pribadi”. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, minat
psikologis di timur dan barat “berpadu dengan sangat cepat”

v
Namun, Psikologi Barat dan Timur memiliki kesamaan. Salah satu
persamaannya adalah dalam hal penggunaan metode fenomenologis:
semuanya berusaha menggambarkan kodrat pengalaman langsung secara
pribadi. Beberapa di antara sistem-sistem ini berkisar pada teknik-teknik
meditasi yang memungkinkan orang semata-mata meneliti kesadarannya
sendiri, dengan memberi sejenis jendela yang netral atas aliran
pengalamannya. Selanjutnya, teknik ini mengeluhkan tentang manusia
sebagaimana adanya. Akhirnya, semua Psikologi Timur mengakui bahwa
jalan utama ke arah transformasi diri ini adalah meditasi. Meditasi adalah
Strategi yang dianjurkan untuk mencapai keadaan sehat.
Adapun metode meditasi, yakni:
 Konsentrasi
Mengarahkan perhatian hanya pada satu objek/titik pusat
 Sikap penuh perhatian (mindfulness)
Sikap menjadi “saksi” netral
Setiap wilayah di Timur menggunakan metode meditasi yang berbeda-beda.
2.2. Abidhama
Teori Kepribadian Timur Berkembang di India, 15 Abad yang lalu
atau lebih, tetapi sampai kini para penganut Buddhis masih menerapkannya
dalam berbagai bentuk sebagai suatu penuntun olah pikir. Teori psikologi
ini diturunkan langsung dari wawasan Budha Gautama dalam abad V SM.
Ajaran-ajaran Buddha sendiri telah dipoles dan berkembang
berbagai cabang, ajaran, aliran Buddhisme, lewat suatu proses perkembanan
yang sama seperti, misalnya, pemikiran Freud berkembang ke dalam aliran-
aliran psikoanalisis yang berbeda-beda. Sama seperti psikologi timur
lainnya, Abhidhamma mengajarkan suatu tipe ideal kepribadian sempurna
yang dijadikan kiblat analisisnya tentang oleh pikir.
Apa yang kita maksudkan dengan kata “kepribadian” sangat serupa
dengan konsep atta, atau diri (self) dalam Abhidhamma. Bedanya, menurut
asumsi dasar Abhidhamma tidak ada diri yang benar-benar kekal, yang ada
hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul dan menghilang. Yang
tampak sebagian kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses-proses

vi
impersonal ini. Apa yang kelihatan sebagai “diri” tidak lain adalah jumlah
keseluruhan dari bagian-bagian tubuh, yakni pikiran, pengindraan, hawa
nafsu, ingatan, dan sebagainya. Satu-satunya benang yang
berkesinambungan dalam jiwa adalah bhava, yakni kesinambungan
kesadaran dari waktu ke waktu.
Menurut Abhidamma, kepribadian manusia sama seperti sungai
yang memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun tidak
setetes air pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya. Dalam
pandangan ini “tidak ada aktor terlepas dari aksi, tidak ada orang yang
mengamati terlepas dari persepsi, tidak ada subjek sadar dibalik kesadaran”
(Van Agung, 1972). Keadaan-keadaan jiwa seseorang selalu berubah dari
momen ke momen; perubahan itu terjadi sangat cepat.
Metode dasar yang dipakai Abhidhamma untuk meneliti perubahan
sangat banyak dalam jiwa adalah instropeksi, yakni suatu observasi teliti
sistematis yang dilakukan seseorang terhadap pengalamannya sendiri.
Tabel 1 : Faktor-Faktor Jiwa Yang Tidak Sehat Dan Yang Sehat
Faktor-Faktor Yang Tidak Sehat Faktor-Faktor Yang Sehat
1) Perseptual/Kognitif
Delusi Pemahaman (Insight)
Pandangan Yang Salah Sikap Penuh Perhatian
Sikap Tak Tahu Malu Sikap Rendah Hati
Kecerobohan Sikap Penuh Hati-Hati
Egoisme Kepercayaan
2) Afektif
Keresahan Ketenangan
Ketamakan Ketidakteraturan
Kemuakan Ketidak-Muakan
Iri Hati Kenetralan
Kekikiran Kegembiraan
Kekhawatiran Fleksibilitas
Pengerutan/Konstraksi Kesanggupan Menyesuaikan Diri
Kebekuan Kecakapan
Kebingungan Kejujuran

2.3. Psikologi Transpersonal

vii
Secara bahasa transpersonal berasal dari kata trans yang artinya
melewati, dan kata personal yang artinya pribadi. Transpersonal dalam
banyak literatur berarti melewati atau melalui “topeng”, dengan kata lain
melewati tingkat personal. Psikologi transpersonal berdiri pada pertemuan
antara psikologi modern dengan spiritualisme. Selain itu psikologi
transpersonal dianggap sebagai kekuatan keempat setelah psikoanalisa,
Behaviorisme, dan Humanistik. Sementara dengan makin berkembangnya
psikologi transpersonal, spiritualisme baik dari filsafat timur maupun dari
agama-agama monoteisme mulai menarik untuk dikaji.
Sedangkan menurut Friedman & Pappas (2006) berpendapat bahwa
psikologi transpesonal dibangun dari perspektif psikologis yang berbeda,
yang pada umumnya memandang psikologi sebagai suatu yang berguna
namun tidak lengkap dan terbatas. Bahkan termasuk pula pendekatan
psikologi yang lain, seperti kearifan beragam budaya berkaitan dengan
psikopatologi dan kesehatan mental, serta beragam keadaan kesadaran
(state of consciousness).
Psikologi transpersonal bukanlah seperangkat kepercayaan, dogma
atau agama, namun merupakan suatu upaya untuk membawa tingkatan
pengalaman manusia sepenuhnya menuju wacana dalam psikologi. Dalam
psikologi transpersonal, sebagaimana pendekatan psikologis lainnya,
pemisahan terhadap self dipandang sebagai suatu hasil dari sejarah pribadi
dan dicirikan oleh suatu kemandirian dan pemisahan dari hal-hal yang
mengelilinginya.
Pendekatan transpersonal berbeda dengan pendekatan-pendekatan
yang lain, yang pada umumnya hanya menjelaskan keadaan-keadaan
transedensi diri yang sempit. Transedensi diri (self transedence) dalam
psikologi transpersonal mengacu pada keadaan kesadaran (states of
consciousness) dimana self berkembang melewati batas-batas wajar,
identifikasi-identifikasi, dan citra diri dari kepribadian individu serta
merefleksikan suatu koneksi fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan
orang lain dan dunia.

viii
Psikologi transpersonal menguji beberapa konsep: Pengalaman
puncak, self-transcendence, optimal mental health, spiritual emergence,
developmental spectrum, dan meditasi.

Tabel 2: Topik-Topik Transpersonal


Pengalaman cinta Pengalaman mistis The higher self
Pengalaman
Empati Kesadaran ekologis
psychedelic
The dark night of
Kreativitas dan inspirasi Transedensi diri
the soul
Perspektif pria dan
Pengalaman
Channeling wanita dalam
archetypal
transpersonal
Pengalaman
Seni transpersonal Psikologi meditasi
paranormal
Near-death
Altered states of Metode penelitian
experiences, death
consciousness transpersonal
and dying
Praktek dan Pendekatan
Hubungan antara pikiran pengalaman agama transpersonal dalam
dengan tubuh timur dan barat serta psikoterapi/konseling
tradisi esoterik dalam pendidikan
Kesadaran mimpi Psikologi budhis Evolusi kesadaran
Spiritual
Psikologi self and self- Pendekatan integral
emergencies and
realization terhadap pengetahuan
crises

2.4. Psikologi Islam


Psikologi Islam adalah sebuah ilmu tentang manusia dan pola
interaksinya di dunia dimana segala aturan dan petunjuknya berasal dari
Alquran. Wahyu Alquran memiliki perspektif dan memberikan penjelasan

ix
tentang siapa itu manusia, bagaimana itu manusia dan rahasia tentang
manusia.
Prof Zakiah Daradjat dalam Mubarak, (2002) mendefinisikan
Psikologi Islam adalah ilmu yang berbicara tentang manusia, terutama
kepribadian manusia yang bersifat filsafat, teori, metodologi dan pendekatan
problem dengan didasari sumbersumber formal Islam (Al-Qur’an dan
Hadist), akal, indera dan intuisi.
Intisari dari psikologi islam adalah sebuah kajian khusus yang
mempelajari pola perilaku jiwa manusia beserta segala aspeknya, supaya
manusia itu dapat menjalankan fungsinya sebagaimana Allah perintahkan
dan meningkatkan kualitas diri. Sehingga akan tercapai tujuan hidup
manusia tersebut untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat.
Pemahaman dan Rancangan yang Berkaitan dengan perilaku Manusia
Dalam teori psikologi islam, terdapat pendapat atau pemahaman
serta rancangan tentang perilaku manusia yang An-Nabhani paparkan.
Beliau membagi bagian ini menjadi empat bagian yaitu (Kebutuhan
Jasmani, Naluri-naluri, Akal dan Qalbu (Hati)).
1) Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan salah satu fitrah yang membuat
manusia itu terdorong untuk selalu melakukan pemenuhan terhadapnya.
Contoh kebutuhan jasmani yang paling mendasar adalah kebutuhan
istirahat (tidur), kebutuhan pangan (makan), kebutuhan bernapas serta
kebutuhan sekresi (pembuangan).
Adapun jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka
manusia tersebut akan mengalami ketidakstabilan sehinga
menyebabkan kerusakan dalam tubuhnya. Kerusakan tidak hanya
terjadi jika pemenuhan tersebut tidak dipenuhi, tapi kerusakan itu juga
dapat terjadi ketika kadar pemenuhan kebutuhan jasmani itu berlebihan.
2) Naluri-Naluri
Lalu ada fitrah berikutnya yaitu Naluri. Fitrah ini merupakan
potensi yang ada dalam diri manusia sehingga mendorong manusia
untuk memiliki kecenderungan kepada sesuatu atau perilaku tertentu.

x
Naluri juga berkaitan dengan kecenderungan manusia untuk
meninggalkan sesuatu/perilaku tertentu.
An-Nabhani mengklasifikasikan naluri-naluri ini menjadi tiga
kelompok, yaitu naluri manusia dalam mempertahankan dirinya
(garizah al-baqa), naluri manusia dalam melestarikan jenisnya (gharizah
an-nau) dan naluri manusia untuk memeluk ahama (gharizah at-
tadayun).
3) Akal
Akal adalah fitrah yang menjadi pembeda antara manusia dengan
mahluk lainnya. Dalam bahasa arab, akal merupakan serapan dari aql
yang artinya mengikat, menghalangi dan mengatur.
An-Nabhani mengemukakan pendapatnya tentang akal.
Menurutnya, akal adalah sebuah proses pemindahan dari penginderaan
terhadap fakta melalui panca indera menuju otak. Dari informasi yang
didapatkan otak, kemudian digunakan untuk penafsiran fakta tersebut.
Fitrah ini merupakan sebuah tempat dimana manusia dapat
melangsungkan proses berpikir dan merasakan suatu peristiwa. Dalam
psikologi islam, qalbu yang berjalan dengan baik, akan melangsungkan
proses berperilaku yang baik. Dan respon yang ia hasilkan terhadap
fisikpun juga baik.
Sebaliknya, jika qalbu rusak. Proses berpikir akan menjadi rusak
pula. Hal ini ditandai dengan perilaku menyimpang yang muncul dari
manusia tersebut. Perilaku ini kemudian akan menghasilkan respon
yang buruk pula untuk kesehatan manusia.
Lalu ada satu fenomena lagi tentang qalbu. Yaitu qalbu yang
dikunci mati oleh Allah. Dalam kondisi seperti ini, manusia masih bisa
melakukan proses berpikir, namun ia tidak dapat menerima input dari
luar (menolak). Sehingga dikatakan bahwa petunjuk Allah tidak dapat
hadir dalam kehidupan manusia tersbeut.
Kepribadian Manusia dalam Psikologi Islam
1) Struktur

xi
Struktur merupakan sebuah unsur pembentuk kepribadian manusia.
Manusia diciptakan dan tumbuh berbeda-beda, hal ini dikarenakan
memiliki kualitas psikologis yang bertahan dalam diri manusia itu
selama bertahun-tahun. An-Nabhani membaginya menjadi dua, yaitu
kepribadian Aqliyah dan Nafsiyah.
Struktur kepribadian manusia aqliyah adalah suatu hal yang ada
kaitannya dengan akal dan sejenisnya. Ia merupakan cara manusia yang
digunakan untuk menghubungkan antara fakta dengan pengetahuan
berdasarkan kaidah tertentu.
Struktur kepribadian manusia Nafsiyah adalah suatu hal yang ada
kaitannya dengan sifat-sifat nafsu. Hal ini didorong oleh keinginan
manusia tersebut dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri.
2) Proses
Proses atau dinamika kepribadian didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan motif manusia dalam sistem psikologi.
An-Nabhani menilai motif manusia dalam memenuhi kebutuhan
jasmani dan naluri tidaklah memaksa manusia untuk melakukan
perilaku tertentu. Karena adanya akal dan qalbu sebagai potensi lainnya
yang harus dipertimbangkan ketika manusia itu ingin bertindak.
3) Pertumbuhan dan Perkembangan Kepribadian
Pertumbuhan adalah pertambahan yang terjadi dalam diri manusia
secara terus-menerus. Dan perkembangan didefinisikan sebagai
pertumbuhan secara progresif yang dialami manusia.
Pembentukkan aqliyah dan nafsiyah seseorang, sangatlah
bergantung pada usaha manusia tersebut. Aqliyah berkembang sesuai
dengan kemampuan seseorang dalam merespon pemikiran-pemikiran
berdasarkan akidah (prinsip) yang diyakininya. Sedangkan nafsiyah
dapat berkembang dengan adanya kegiatan atau aktivitas seseorang
berdasarkan akidah (prinsip) yang diyakininya.
Usaha tersebut kemudian akan menghasilkan pribadi manusia yang
bisa menolak kecenderungan manusia ketika ada hal yang bertentangan
dengan akidahnya.

xii
Psikopatologi dalam Psikologi Islam
Psikopatologi dalam Islam dibagi dalam dua kategori yaitu; bersifat
duniawi berupa gejala atau penyakit kejiwaan yang telah dirumuskan dalam
wacana psikologi kontemporer, kedua bersifat ukhrowi berupa penyakit
akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral spiritual,
dan agama.
Dalam Islam, menurut Al-Quran dan Assunah, jenis-jenis
psikopatologi banyak. Adapun bentuk psikopatologi itu antara lain:
1) Syirik, yaitu kepercayaan, sikap, dan prilaku mendua atau lebih
terhadap permasalahan-permasalah fundamental.
2) Kufur, yaitu pengingkaran diri atas kenikmatan yang diperoleh sebab
pelakunya tidak tahu diri, tidak sadar dan tidak berterima kasih.
3) Nifak, menampakkan suatu yang dipandang oleh orang lain baik,
padahal dalam hatinya tersembunyi kebusukan, dan kebobrokan.
4) Riya’, yaitu melakukan sesuatu karena pamrih atau pamer.
5) Ghadab, kemarah. Marah menunjukkan tingkat kelabilan kejiwaan
seseorang, sebab tidak mampu mengendalikan kemarahannya.
6) Gaflah (lupa). Yaitu sengaja menghilang kan atau tidak
memperhatikan sesuatu yang seharusnya menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari essensi kehidupannya.
7) Waswas (mengikuti bisikan syetan), yaitu bisikan halus dari syetan
yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiyat.
8) Putus asa, yaitu hilangnya gairah, semangat, sinergi, dan motivasi
hidup karena tidak berhasil menggapai sesuatu yang ia harapkan.
9) Rakus, yaitu penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa
yang ia miliki.
10) Tertipu, yaitu percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan
tidak substansif.
11) Membanggakan diri, sikap congkak, sombong, dan menganggap
dirinya besar, padahal keadaan sebenarnya adalah kecil.
12) Dengki. Adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki
oleh orang lain.

xiii
13) Ghibah, yaitu menceritakan keburukan orang lain dan mengadu
domba.
14) Hubb Dunya, cinta dunia, pelit, dan berlebihan serta menghambur-
hamburkan harta benda.
15) Attamanni, yaitu keinginan yang tidak mungkin terjadi.
2.5. Tokoh-Tokoh Psikologi Timur
1) Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung ialah salah satu orang yang paling tahu mengenai
psikologi timur. Jung mengemukakan hal yang bagi ilmu pengetahuan
positivistis lewat analisisnya yang ekstensif mengenai agama-agama
timur. Selain lewat Jung psikologi-psikologi Timur telah menyerbu
dunia Barat melalui pengaruh mereka pada teoritikus seperti Angyal
dan Maslow yang berpandangan holistik, tokoh-tokoh humanis Buber
dan Fromm, tokoh eksistensialis Bass, dan gelombang baru “Para
Psikolog Transpersonal”.
2) Alan Watts
Alan Watts dalam ”Psychotherapy East and West” (1961) mengakui
bahwa apa yang disebutnya “cara-cara pembebasan Timur” adalah
mirip dengan psikoterapi Barat, yakni bahwa keduanya bertujuan
mengubah perasaan-perasaan orang terhadap dirinya sendiri serta
hubungannya dengan orang-orang lain dan dunia alam. Sebagian besar
terpai-terapi Barat menangani orangorang yang mengalami gangguan;
sedangkan disiplin-disiplin Timur menangani orang-orang yang normal
dan memilih penyesuaian sosial yang baik.
Meskipun demikian, Watts melihat bahwa tujuan dari cara-cara
pembebasan itu cocok dengan tujuan terapeutik sejumlah teoritikus,
khususnya individuasi dari Jung, aktualisasi diri dari Maslow, otonomi
fungsional dari Allport, dan diri yang kreatif dari Adler. Ornstein
menjelaskan bahwa psikologi Barat, tidak memberi apresiasi pada Zen
Budhaisme, Yoga, Kristiani, dan Sufisme. Bahkan mengabaikan dan
menganggapnya patologis.
3) Robert Ornstein

xiv
Robert Ornstein mempunyai minat terhadap psikologi timur merupakan
hasil perkembangan dari penelitiannya tentang fungsi – fungsi berbeda
dari masing-masing belahan otak. Ia juga mencata bahwa kebudayaan
dan ilmu pengetahuan di Barat lebih menyukai cara pengetahuan
belahan kiri dengan akibat merugikan perkembangan belahan kanan.
Seseorang yang dapat memanfaatkan kedua cara tersebut akan sanggup
berfungsi secara lengkap.
2.6. Perbedaan Psikologi Timur dan Psikologi Barat
Perbedaan Psikologi Timur Psikologi Barat
Orang timur sangat
mencintai alam. Perasaan ini
tumbuh karena
kerpercayaan religius dan Penguasaan alam, artinya
Sikap terhadap
filsafat ( Bhuddism, menguras alam secara
alam
Taoisme, Sufisme ) mereka membabi buta
yang kuat. " Kesatuan
dengan alam, harmoni
dengan alam "
Suatu hidup yang nilai
tertingginya datang dari
dalam artinya mau
menerima keadaan
Rencana Allah di dunia.
sekarang, mengumpul
Manusia merupakan aktor aktif
Ideal hidup pengalaman,
pembentuk sejarah sehingga
mengintegrasikan diri,
mereka terus berpetualang
menjadi suatu yang bernilai,
manusia yang membutuhkan
ketenangan dan waktu demi
kesempurnaannya.
Status pesona Menganggukan martabat Hukum dan masyarakatnya
manusia. menghargai hak-hak individu,
menjamin suasana kebebasan
sehingga orang dapat

xv
menikmati hak-haknya.
Membawa sains kepada Menjadikan kearifan sebagai
Ilmu
kearifan sains
Kebaikan hati, tidak suka
Martabat manusia, akal budi,
turut campur, melupakan
kebebasan, aksi, organisasi,
Aliran nilai diri, turut merasakan,
ilmu pengetahuan, teknik,
menarik diri, moderat,
kekayaan, dan kesejahteraan
sabar, pasrah, damai batin
Mengutamakan hati sebagai
Mengutamakan akal untuk
pemersatu akal , intelegensi
mencari pengetahuan. Dengan
dan perasaan. Dengan
Pengetahuan tujuan menguasai dunia
tujuan menjadi bijaksana
untuk menghadapi
kehidupan

xvi
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Psikologi-psikologi Timur banyak menaruh perhatian pada alam
kesadaran dan hukum-hukum yang mengatur perubahannya, psikologi ini
juga mengandung teori-teori kepribadian yang cukup jelas. Tujuan dari
psikologi-psikologi Timur adalah mengubah kesadaran seseorang agar
mampu melampaui batas-batas yang diciptakan oleh kebiasaan-kebiasaan
yang membentuk kepribadian orang itu. Dalam hal ini, setiap tipe
keperibadian perlu mengatasi hambatan-hambatan yang berbeda untuk
membebaskan diri dari batas-batas ini.
Di samping itu, pendekatan psikologi-psikologi Asia didasarkan pada
introspeksi dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi,
berbeda dengan psikologi-psikologi Barat yang lebih bersandar pada
observasi tingkah laku.
Psikologi secara umum memiliki beberapa fungsi dan tujuan,
diantaranya adalah mampu untuk mengurai, menyediakan kemungkinan-
kemungkinan (prediksi) dan memperbaiki perilaku atau mengontrol perilaku
manusia. Dalam psikologi islam, ada dua hal utama yang menjadi tugas lagi,
yakni pengembangan psikologi itu sendiri dan menjadikan agama islam
sebagai pedoman utama ilmu.
Jika pada psikologi barat (modern) membatasi ruang lingkupnya
kedalam tiga hal, yakni dimensi fisik, dimensi kejiwaan dan dimensi sosio
kultural, maka dalam psikologi islam, terdapat penambahan. Penambahan
itu berasal dari dimensi kerohanian (kejiwaan) serta dimensi spiritual.
Psikologi islam dinilai merupakan sebuah jawaban bagi problem psiko-

xvii
spiritual dan memiliki peranan tersendiri dalalm penyempurna ilmu
pengedahuan dalam peradaban manusia.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto & Gunawan, Felicia Y. (2018). Sejarah Psikologi: Perkembangan


Perspektif Teoretis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Supratiknya, A. (2011). Psikologi Kepribadian 2: Teori-Teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius.
Ridho, Miftahur. 2016. Psikologi Transpersonal dan Masalah Sosial: Review
Atas Posisi Praktek Konseling Sosial Yang Sensitive Atas Isu-Isu Spiritual.
Lentera, (18) 2, 18-21.
https://dosenpsikologi.com/psikologi-islam, diakses pada tanggal 09 Desember
2019.
https://media.neliti.com/media/publications/98270-ID-pengantar-psikologi-
islam.pdf, diakses pada tanggal 09 Desember 2019.

xix

Anda mungkin juga menyukai