Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOPSIKOLOGI

“Skizofrenia dan Gangguan Afeksi”

Dosen Pengajar:

Al Thuba Septa Priyanggasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Tim penyusun:

1. Fahrur Rozi (18090000108)


2. Shofi Royani (18090000109)
3. Neli Rede (18090000112)
4. Melisa Tri Wulandari (18090000113)
5. Cindy Vidyaloka Harsono (18090000114)
6. Nurfitri (18090000116)
7. Riska Ulil Hidayati (18090000132)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
20 Juni 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Skizofrenia dan Gangguan Afeksi” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuaan kita mengenai apa saja hal-hal yang berkaitan dengan
Skizofrenia dan Gangguan Afeksi serta bagaimana cara penyembuhannya. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan kami mohon kritik, dan saran yang membangun untuk
kebaikan kami bersama.

Malang, 13 Juni 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1.Anatomi Otot Rangka ............................................................................. 3
2.2.Kontrol Refleks Gerakan......................................................................... 3
2.3.Kontrol Gerakan Oleh Otak .................................................................... 7
BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 20


DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Otak yang ada didalam kepala kita memiliki peran yang sangat penting,
yaitu mengatur dan mengkoordinir gerakan, perilaku, dan fungsi tubuh yang
statis (seperti; detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh, dan
pemikiran manusia). Namun, otak juga berpotensi terkena serangan berbagai
macam penyakit, diantaranya: Skizofrenia, dan gangguan afeksi.
Menurut Davidson, dkk (2006) Skizofrenia adalah gangguan psikotik
yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku.
Orang skizofrenia seringkali tidak dapat membedakan antara realita dengan
imajinasi. Skizofrenia biasanya dimulai pada akhir masa remaja awal atau
saat mulai beranjak dewasa, berkisar antara usia 15 tahun -35 tahun. Dan
ironisnya, 1 dari 2 orang menderita skizofrenia tidak mendapatkan
pengobatan untuk kondisinya dan sekitar 10 % orang dengan skizofrenia
meninggal karena bunuh diri. Sampai saat ini, penyebab skizofrenia tidak
diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga saling
berkontribusi antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan (seperti; kondisi
saat kehamilan, trauma, dan cidera kepala), kelainan struktur dan bentuk otak,
serta mengonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang. Penyebab lain dari
skizofrenia yaitu, adanya gagguan atau kerusakan pada sistem transmisi
penghantar sinyal-sinyal di otak.
Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi penderitanya,
tetapi juga bagi orang-orang terdekatnya. Biasanya keluargalah yang terkena
dampak hadirnya Skizofrenia di keluarga mereka. Sehingga pengetahuan
tentang skizofrenia dan pengenalan tentang gejala-gejala munculnya
skizofrenia oleh keluarga dan lingkungan sosialnya akan sangat membantu
dalam pemberian penanganan pada penderita skizofrenia lebih dini. Sehingga
akan mencegah berkembangnya gangguan mental yang berat ini.
Gangguan afeksi (gangguan suasana perasaan) merupakan sekelompok
gambaran klinis yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya kontrol

1
emosi dan pengendalian diri. Gangguan afeksi dapat berupa depresi, manik,
atau campuran keduanya (bipolar). Gejala utama dari gangguan afeksi adalah
adanya perubahan suasana perasaan.
Seseorang yang mengalami depresi biasanya cenderung mengalami
kehilangan minat, konsentrasi berkurang, menurunnya aktivitas, kepercayaan
diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah, pesimistik, tidur tidak nyenyak,
serta nafsu makan berkurang, bahkan timbul gagasan untuk bunuh diri.
Sedangkan manik dapat diartikan sebagai tingkah laku berang, keras, bengis,
kasar, tidak terkontrol yang disertai dengan tindakan motorik yang berlebihan
dan perilaku impulsif. Adapun gangguan afeksi bipolar cenderung mengalami
keduanya (depresi dan manik) yang mana hal tersebut terjadi pergantian
mood dalam waktu yang singkat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah:
1) Apa yang dimaksud dengan skizofrenia dan gangguan afeksi?
2) Apa yang mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut?
3) Bagaimana cara menyembuhkan gangguan tersebut?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan skizofrenia dan
gangguan afeksi
2) Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor terjadinya skizofrenia dan
gangguan afeksi
3) Untuk mengetahui cara menyembuhkan skizofrenia dan gangguan
afeksi
1.4. Manfaat Penulisan
Kami sangat berharap semoga dengan makalah ini kami bisa
menambah wawasan serta pengetahuaan kita mengenai apa saja hal-hal yang
berhubungan dengan skizofrenia dan gangguan afeksi serta bagaimana cara
penyembuhannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Otot Rangka


Otot-otot rangka adalah otot-otot yang menggerakkan kerangka ke
berbagai arah, sehingga ia bertanggung jawab atas tindakan-tindakan. Otot
rangka terdiri atas dua jenis serat otot. Yakni, Serat-Serat Otot Ekstrafusal
dan Serat-Serat Otot Intrafusal. Adapun Serat Otot Ekstrafusal merupakan
salah satu serat otot yang bertanggung jawab atas gaya yang dikeluarkan oleh
kontraksi otot rangka, serat otot ini disarafi oleh akson-akson neuron motorik
alfa. Sedangkan Serat Otot Intrafusal adalah serat otot yang berfungsi sebagai
reseptor rentangan, tersusun paralel dengan serat-serat otot ekstrafusal,
sehingga mendeteksi perubahan panjang otot, serat otot ini disarafi oleh dua
akson, yakni akson sensoris dan akson motorik.
Satu serat otot tunggal terdiri atas berkas myofibril, yang masing-
masing terdiri atas untaian-untaian aktin dan myosin yang bertumpang tindih.
Tonjolan-tonjolan kecil pada filamen-filamen myosin merupakan unsur-
unsur motil yang berinteraksi dengan filamen-filamen aktin dan
menghasilkan kontraksi otot. Wilayah dimana filamen-filamen aktin dan
myosin bertumpang tindih menghasilkan belang-belang gelap (lurik),
sehingga otot rangka sering kali disebut otot lurik.
2.2. Kontrol Refleks Gerakan
Jenis-jenis stimulus somatosensoris tertentu dapat memicu respons
cepat melaluisambungan-sambungan neuron yang terletak di dalam urat saraf
tulang belakang. Refleks-refleks ini menyusun tingkat paling sederhana
integrasi motorik.
Refleks Rentangan Monosinapsis
Refleks rentangan monosinapsis adalah refleks di mana otot
berkontraksi sebagai respons terhadap perentangannya dengan cepat. Refleks
ini melibatkan satu neuron sensoris dan satu neuron motorik, dengan
melibatkan satu sinapsis di antara keduanya. Sirkuit neuron yang menyusun
rafleks rentangan monosinapsis dimulai di gelendong otot, impuls-impuls

3
aferen dihantarkan ke kenop-kenop ujung di materi kelabu saraf tulang
belakang. Kenop-kenop ujung ini bersinapsis pada sebuah neuron mototrik
alfa yang mensarafi serat-serat otot ekstrafusal dari otot yang sama.
Digunakan istilah monosinapsis pada reflex ini karena hanya satu sinapsis
yang dijumpai di sepanjang rute dari reseptor ke efektor.
Aktivasi jalur neuron fungsional paling sederhana di tubuh mudah
untuk ditunjukkan. Jika kita memukul tendon patella yang tepat berada
dibawah tempurung lutut ketika dalam posisi duduk dimana kaki kita
tergantung bebas, maka kaki kita akan menendang kea rah depan. Hal ini
dikarenakan stimulus yang diberikan akan merentangkan otot kuadriseps di
puncak paha. Perentangan ini menyebabkan otot berkontraksi, yang
menjadikan kaki menendang kea rah depan. Refleks patela ini saja tidak
memiliki kegunaan. Berbeda bila sebuah stimulus yang lebih alamiah
diberikan, kegunaan mekanisme akana menjadi jelas. Contohnya reflex yang
berada pada lengan bawah. Bila kita meningkatkan bobot yang bergerak pada
lengan orang tersebut, maka lengan bawah mulai maju ke bawah. Gerakan ini
memperpanjang otot dan meningkatkan laju penembakan neuron-neuron
aferen gelendong otot, yang kenop-kenop ujungnya kemudian menstimulasi
neuron-neuron motorik alfa sehingga meningkatkan laju penembakan
mereka. Akbitanya, kekuaan kontraksi otot meningkat, dan lengan menarik
beban itu ke atas. Contoh lain dari peranan yang dimainkan refleks rentangan
monosinapsis adalah kontrol postur. Agar berdiri, kita harus menjaga pusat
gravitasi di bawah kaki kita. Sewaktu berdiri kita cenderung bergoyang maju-
mundur dan kanan-kiri. Kantong-kantong vestibular daan system visual kita
memaainkan peran-peran penting dalam menjaga postur. System-sistem ini
dibantu oleh aktivitas refleks rentangan monosinapsis. Ketika kita
memiliringkan tubuh ke depan. Otot betis yang besar (gastroknemius)
terentang, dan perentangaan ini memicu kontraksi otot pengkompensaasi
yang mendorong jari-jari kaki ke bawah sehingga mengembalikan postur
tegak.

4
Sistem Motorik Gammma
Ujung-ujung serat otot intrafusal dapat dikontraksi oleh aktivitas akson-
akson eferen terkait dari neuron-neuron motorik gamma. Kontrol eferen
gelendong otot memungkinkan detektor-detektor panjang otot ini membantu
dalam perubahan psosis tungkai. Ketika akson eferen serat otot tunggal
sepenuhnya diam, gelendong itu sepenuhnya rileks dan memanjang. Ketika
laju penembakan akson eferen meningkat, gelendong itu semakin pendek.
Bila pada saat bersamaan, keseluruhan otot juga memendek, tidak akan ada
rentangan pada wilayah pusat yang mengandung ujung-ujung sensoris, dan
akson eferen tidak akan merespons. Akan tetapi, bila gelendong otot
berkontraksi lebih cepat dan demikian pula halnya otot secara keseluruhan,
akan ada aktivitas aferen yang cukup besar.
Sistem motorik memanfaatkan fenomena ini, ketika perintah-perintah
dari otak dikeluarkan untuk menggerakan sebuah tungkai, neuron-neuron
motorik alfa maupun neuron-neuron motorik gamma diaktivasi. Neuron-
neuron motorik alfa mengawali kontraksi otot. Jika resistensi kecil, serat-serat
otot ekstrafusal maupun intrafusal akan berkontraksi pada laju yang kira-kira
sama, dan hanya sedikit aktivitas terlihat dari akson-akson aferen gelendong
otot. Akan tetapi bila tungkai itu menemui resistensi, serat-serat otot intafusal
akan memendek lebih dari serat-serat ekstrafusal dan karenanya, akson-akson
sensoris akan mulai menembak dan menyebabkan refleks rentangan
monosinapsis untuk memperkuat kontraksi. Dengan demikian, otak
memanfaatkan sistem motorik gamma dalam menggerakan tungkai. Dengan
menetapkan laju penembakan dalam system motorik gamma, otajj
mengontrol panjang gelendong otot dan secara tidak langsung panjang
keseluruhan otot..
Refleks Polisinapsis
Refleks ini mencakup refleks-refleks relative sederhana, contohnya
penarikan tungkai sebagai respons terhadap stimulasi yang menyenangkan.
Dan refleks-refleks yang relative kompleks, contohnya ejakulasi kompleks.
Sirkuit-sirkuit refleks secara tipikal ditunjukkan sebagai satu rantai tunggal
neuron, tetappi pada kenyataannya, sebagian besar melibatkan ribuan neuron.

5
Setiap akson biasanya bersinapsis pada banyak neuron dan masing-masing
neuron menerima sinapsis dari banyak akson berbeda. Akson-akson aferen
dari organ tendon Golgi berperan sebai detector rentangan otot. Ada dua
populasi akson aferen dari orgn tendon Golgi, dengan kepekaan berbeda-beda
terhadap rentangan. Akson-akson aferen yang lebih peka memberi tahu otak
seberapa kuat otot menarik. Akson-akson aferen yang kurang peka memiliki
fungsi tambahan. Kenop-kenop ujung mereka bersinapsis pada interneuron-
internuron urat saraf tulang belakang. Interneuron ini bersinapsis pada
neuronneuron mototrik alfa yang mensarafi otot yang sama. Kenop-kenop
ujung melepaskan glisin dan karenanya menimbulkan potensial pascasinapsis
penghambat pada neuron-neuron motorik. Fungsi jalur refleks ini adalah
menurunkan kekuatan kontraaksi otot ketika ada bahaya kerusakan tendon
atau tulang yang dilekati otot tersebut.
Ditemukannya refleks organ tendon Golgi penghambat memberikan
bukti nyata pertama dari penghambat neuron, jauh sebelum mekanisme
sinapsis dipahami. Seekor kucing deserebrat, yang batang otaknya telah
diputuskan, menunjukan fenomena yang dikenal sebagai rigiditas deserebrat.
Punggung hewan itu melengkung, dan kaki kakinya menjulur kaku dari
tubuhnya. Kekakuan ini diakibatkan oleh eksitasi yang bermula di fotmasi
reticular kaudal, sebuah wilayang di batang otak, yang sangat memfasilitasi
semua refleks perentangan, terutamaa oleh otot-otot ekstensor, dengan cara
meningkatkan aktivitas sistem motorik gamma. Rostral terhadap tempat
pemotongan batang otak, terdapat sebuah wilayah penghambat di formasi
reticular yang normalnya menyeimbangkan pengaruh wilayang perangsang.
Potongan itu menghilangkan pengaruh penghambat sehingga hanya tersisa
pengaruh perangsang. Ketika memfleksikan kaki kucing deserabat yang
terentang, resistensi yang semakin besar tiba-tiba menghilang, sehingga
tungkai dapat berfleksi. Hilangnya resistensi secaraa mendadaak tentu saja
diperantai oleh aktivasi refleks organ tendon Golgi.

6
2.3. Kontrol Gerakan Oleh Otak
Organisasi Korteks Motorik
Korteks motorik primer terletak di girus prasental, yang tepat rostral
terhadap sulkus sentral. Korteks motorik primer menunjukkan organisasi
somatotopik (dari soma, tubuh, dan topos, tempat). Penting untuk diingat
bahwa korteks motorik primer diorganisasi sesuai gerakan gerakan tertentu
oleh bagian bagian tubuh tertentu. Perintah-perintah gerakan yang diinisiasi
di korteks moyorik dibantu dan dimodifikasi - terutama oleh ganglia basal
dan serebelum.
Masukan korteks utama ke korteks motorik primer adalah kortrks
asosiasi frontal, yang terletak rostral terhadapnya. Dua wilayah yang
langsung bersebelahan dengan korteks motorik primer - area motorik
suplementer dan korteks premotorik yang sangat penting dalam kontrol
gerakan.
Area motorik suplementer (supplementary motor area, SMA) terletak
pada permukaan medial otak, tepat rostral terhadap korteks motorik primer.
Sedangkan korteks premotorik terletak terutama pada permukaan lateral,
yang juga dapat rostral terhadap korteks motorik primer.
Kontrol Gerakan oleh Korteks : Jalur Menurun
Neuron-neuron di korteks motorik primer mengontrol gerakan melalui
dua kelompok jalur menurun : kelompok lateral dan kelompok ventromedial.
Pemberian nama pada kelompok lateral dan kelompok ventromedial sesuai
dengan lokasi mereka di materi putih urat saraf tulang belakang. Kelompok
lateral terdiri atas saluran kortikospinal, saluran kortikobulbar, dan saluran
rubrospinal. Sistem ini terutama terlibat dalam kontrol gerakan tungkai
mandiri, terutama gerakan tangan dan jari. Gerakan tungkai mandiri berarti
tungkai kanan dan tungkai kiri melakukan gerakan yang berbeda.
Kelompok ventromedial terdiri atas saluran vestibulospinal, saluran
tektospinal, saluran retikulospinal, dan saluran ventral kortikospinal. Saluran-
saluran ini mengontrol gerakan yang lebih otomatis : gerak kasar otot-otot di
batang tubuh serta gerak terkoordinasi batang tubuh dan tungkai yang terlibat
dalam postur dan perpindahan tempat.

7
Berikut ini penjabaran dari tiap-tiap bagian dari kelompok lateral
saluran turun:
1) Saluran Kortikospinal
Saluran kortikospinal terdiri atas akson-akson neuron-neuron
korteks yang berujung di materi kelabu urat saraf tulang belakang.
Ada dua macam saluran kortikospinal, yakni : saluran kortikospinal
lateral dan saluran kortikospinal ventral. Pada tingkat medula
kaudal, kebanyakan serat menyeberang dan turun melalui urat saraf
tulang belakang kontralateral, inilah yang disebut sebagai saluran
kortikosteroid lateral. Sedangkan serat-serat lainnya turun melalui
urat saraf tulang belakang ipsateral, inilah yang disebut sebagai
saludan kortikospinal ventral.
Saluran kortikospinal lateral berfungsi untuk mengontrol
bagian-bagian distal tungkai : lengan, tangan, dan jari tangan serta
betis bawah, kaki, dan jari kaki. Jalur kortikospinal mengontrol
gerakan tangan dan jari tangan dan sangat diperlukan untuk
menggerakkan jari-jari tangan secara mandiri ketika menggapai
benda.
2) Saluran Kortikobulbar
Jalur ini serupa dengan jalur kortikospinal, hanya saja berujung
di nukleus-nukleus motorik pada saraf kranial kelima, ketujuh,
kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan kedua belas. Saraf-saraf ini
mengontrol gerakan wajah, leher, dan lidah serta bagian-bagian otot-
otot mata ekstraokular.
3) Saluran Rubrospinal
Saluran ini bermula di nuklus merah yang terletak di otak
tengah. Nukleus merah menerima masukan-masukan terpentingnya
dari korteks motorik melalui saluran kortikorubral dan dari
serebelum. Akson-akson saluran-saluran rubrospinal berujung pada
neuron-neuron motorik di urst saraf tulang belakang yang
mengontrol gerak mandiri lengan dan tangan.

8
Kelompok jalur menurun yang kedua di korteks motorik primer adalah
kelompok ventromedial. Kelompok ini mencakup saluran vestibulospinal,
saluran tektospinal, dan saluran retikulospinal. Saluran-saluran ini
mengontrol neuron-neuron motorik di bagian ventromedial materi kelabu urat
saraf tulang belakang.
1) Saluran Vestibulospinal
Badan-badan sel neuron pada saluran-saluran vestibulospinal
terletak di nukleus-nukleus vestibular. Sistem ini berperan penting
dalam kontrol postur tubuh.
2) Saluran Tektospinal
Badan-badan sel neuron di saluran-saluran tektospinal terletak
di kolikulus superior dan terlibat dalam koordinasi gerak kepala dan
batang tubuh serta gerak mata.
3) Saluran Retikulospinal
Badan-badan sel neuron-neuron pada saluran-saluran
retikulospinal terletak di banyak nukleus di batang otak dan formasi
retikular otak tengah. Neuron-neuron ini mengatur sejunlah fungsi
otomatis, misalnya tonus (kekencangan) otot, respirasi, batuk-batuk,
dan bersin, namun mereka juga terlibat dalam perilaku-perilaku
yang berada di bawah kontrol langsung neokorteks, misalnya
berjalan.

Merencanakan dan Mengawali Gerakan: Peran Korteks Asosiasi


Motorik
Area motorik suplementer dan korteks pramotorik terlibat dalam
perencanaan gerakan dan mereka melaksanakan rencana-rencana ini melalui
sambungan-sambungan dengan korteks motorik primer. Area motorik
Suplementer dan korteks premotorik menerima informasi dari area-area
asosiasi korteks premotorik menerima informasi dari area-area asosiasi
korteks parietal dan temporal. Korteks motorik suplementer terlibat dalam
pembelajaran dan pelaksanaan perilaku yang terdiri atas urut-urutan gerakan.
Korteks pramotorik terlibat dalam pembelajaran dan pelaksanaan respons-
respons yang disinyalkan oleh keberadaan stimulus arbiter.

9
Area Motorik Suplementer
Area motorik suplementer memainkan peran sangat penting
dalam urutan perilaku. Misalnya, salah satu urutan adalah dorong,
kemudian tarik, kemudian putar. Neuron-neuron di area motorik
suplementer dan menemukan bahwa neuron-neuron dan aktivitasnya ,
tampaknya mengodekan unsur-unsur urutan ini.
SMA kiri dan kanan memiliki ketersambungan yan kuat dan
mengajukan bahwa selama pembelajaran urutan gerak. Informasi
mengenai respons sebeumnya diteruskan dari SMA kiri ke SMA kanan.
Pra-SMA, tampaknya terlibat dalam kontrol gerak spontan, atau
setidaknya dalam presepsi kontrol. Gerakan dianggap sebagai otomatis
dan tidak disadari. Kontras dengan itu, stimulasi listrik terhadap
permukaan medial lobus frontal (termasuk SMA dan pra-SMA) kerap
kalimemicu keinginan menggebu untuk melakukan gerakan atau
setidaknya antisipasi bahwa sebuah gerakan akan terjadi. Pra-SMA
juga berperan dalam perilaku sadar. Wilayah ini menjadi aktif tepat
sebelum orang melakukan gerakan spontan.
Bukti menunjukkan bahwa tampaknya keputusan untuk
bergerak dibuat bukan oleh neuron-neuron di SMA. Para peneliti
mengajukan bahwa aktivitas saraf di korteks parietal posterior
menimbulkan sebuah mdel internal prediktif atas gerakan yang akan
terjadi.
Sirkuit-sirkuit neuron yang sebenarnya bertanggung jawab atas
pengambilan keputusan bergerak adalah korteks prafrontal. Sedangkan
korteks parietal posterior mungkin terlibat dalam memonitor rencana
dan niat seseorang, bukan secara langsung melaksanakan niat tersebut.
Sebuah penelitian menemukan bukti bahwa sebuah wilayah di korteks
prafrontal(korteks frontpolar), yang terletak di ujung rostral hemisfer
serebrum mungkin berperan sangat penting dalam memutuskan untuk
melakukan respon motorik. Keputusan dapat diprediksi tidak lama
melalui pola aktivitas di korteks parietal posterior, dan kemudian

10
melalui aktivitas SMA. Terakhir, korteks motorik primer teraktivasi,
menyebabkan jari bergerak.
Korteks Pramotorik
Kortks pramotorik terlbat dalam pembelajaran dan pelaksanaan
gerakan kompleks yang dipandu oleh informasi sensoris. Hasil dari
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tampaknya korteks
pramotorik terlibat dalam penggunaan stimulus arbiter untuk
mengindikasikan gerakan yang harus dilakukan. Misalnya, orang dapat
menunjuk ke benda tertentu sewaktu ada yang dapat menyebutkan
namanya, atau seorang penari dapat melakukan gerakan tertentu ketika
diminta koreografer. Asosiasi antara stimulus dan gerakan yang dipicu
ini bersifat arbiter dan harus dipelajari.
Korteks pramotorik memainkan peran dalam mempelajari
kontrol gerakan sebagai respons terhadap stimulus arbiter. Contohnya,
ketika subjek dihadapkan pada benda yang berat, maka ia akan
mencengkeram lebih kuat dibandingkan yang ringan. Kekuatan yang
dibutuhkan untuk menggenggam dan mengankat benda ini
diindikasikan oleh sinyal arbiter.
Meniru dan Memahami Gerakan: Peran Sistem Neuron Cermin
Neuron cermin terletak pada korteks pramotorik ventral, saling
tersambung dengan neuron-neuron di korteks parietal posterior, dan
mengandung neuron cermin. Jadi, neuron cermin adalan neuron yang
mencerminkan gerakan orang lain,suara-suara yang mengindikasikan
terjadinya tindakan yang diakrabi. Saat kita melihat melihat orang lain
melakukan sesuatu, neuron cermin berpendar seolah kita juga melakukan hal
yang sama.
Menurut Rizzolati, Fogassi, dan Galesse (2001), Sirkuit neuron motorik
membantu kita memahami tindakan individu lain. Tindakan yang kita pahami
menyebabkan sistem motorik pengamat, sehingga bila kita melihat sebuah
tangan memegang sebuah benda, populasi neuron akan mengontrol
pelaksanaan gerak memegang menjadi aktif di area motorik pengamat atau

11
kita akan memahami suatu tindakan karena representasi motorik tindakan itu
teraktivasi di otak kita.
Kontrol Menggapai Dan Menggenggam
Connolly, Andersen, dan Goodale (2005), Menemukan bahwa ketika
orang-orang akan melakukan gerakan menunjuk atau menggapai ke lokasi
tertentu, wilayah ini menjadi aktif. Barangkali, korteks parietal menentukan
letak target dan menyediakan informasi mengenai lokasi ini ke mekanisme-
mekanisme motorik di korteks frontal.
Korteks parietal posterior, bagian anterior sulkus intraparietal (aIPS)
terlibat dalam mengontrol gerakan tangan dan jari yang terlibat dalam
mencengkram objek sasaran.
Penelitian pencitraan-fungsional oleh Shmuelof dan Zohary (2005),
Seseorang menonton video singkat yang menunjukkan sebuah tangan
menggapai untuk mencengkram berbagai macam benda. Terkadang, tangan
itu muncul di medan visual kiri, sementara objek muncul di medan visual
kanan; terkadang subjek memfokuskan pandangan mereka pada sebuah titik
tetap yang terletak di antara tangan dan benda. Jadi, informasi visual
mengenai tangan yang bentuknya disesuaikan untuk mencengram benda
diteruskan ke sisi lain otak. Analisis aktivasi otak menunjukkan bahwa
informasi mengenai sifat benda mengaktivasi aliran ventral ('apa') sistem
visual, sementara informasi mengenai bentuk tangan mengaktivasi aIPS,
yang merupakan bagian dari aliran dorsal ('di mana'). Hasil-hasil itu
menunjukkan bahwa aIPS terlibat dalam pengenalan gerak mencengram
maupun pelaksanaannya.
Cacat Gerakan Terampil: Apraksia
Apraksia adalah kesulitan melaksanakan gerakan bermakana, meskipun
tidak ada paralisis atau kelemahan otot. Apraksia mengacu kepada ketidak
mampuan menirukan gerakan atau melakukan gerakan sebagai respon
terhadap instruksi lisan atau ketidakmampuan manunjukkan gerak yang
dilakukan menggunakan perkakas atau peralatan yang di akrab.
Ada 4 jenis utama apraksia:

12
1) Apraksia tungkai, mengacu kepada masalah-masalah gerakan lengan,
tangan, dan jari.
2) Apraksia oral, mengacu kepada masalah-masalah gerakan otot-otot
yang digunakan dalam berbicara.
3) Apraksia agrafia, mengacu kepada jenis tertentu cacat menulis.
4) Apraksia konstruksional, mengacu kepada kesulitan menggambar
atau mengkontruksi benda.
Apraksia Tungkai
Apraksia tungkai dicirikan oleh gerakan bagian tungkai yang
salah, gerakan yang salah dari tungkai yang benar, atau gerakan yang
benar tetapi tidak dengan urutan yang sesuai. Cara memeriksanya
adalah dengan meminta pasian melakukan sejumlah gerakan, misalnya
meniru gerak tangan yang dilakukan oleh pemeriksa. Gerak-gerak yang
paling sulit melibatkan pantomim tindakan-tindakan tertentu tanpa
adanya benda-benda yang biasanya digunakan saat melakukan gerakan
tersebut. Misalnya bila pasian diminra berpura-pura menggosok gigi,
pasien mungkin menggunakan jarinya seolah-olah jarinya itu sikat gigi,
bukan berpura-pura memegang sikat gigi di tangannya.
Tugas termudah melibatkan meniru perilaku yang dilakukan
oleh peneliti. Tugas termudah melibatkan penggunaan benda yang
sesungguhnya. Misalnya, pemeriksa mungkin memberi pasien sebuah
anak kunci dan memintanya menunjukan cara menggunakannya. Bila
pasien mustahil memahami pembicaraan maka peneliti tidak dapat
melaksanakan perilaku sesuai perintah lisan, dan hanya dapat
mengukur kemampuan menuru gerakan atau menggunakan benda
sesungguhnya.
Apraksia Konstruksional
Apraksia konstruksional disebabkan oleh lesi hemisfer kanan
terutama lobus parietal kanan. Penderita mengalami kesulitan
menggambar atau membangun sesuatu dari unsur-unsurnya, misalnya
balok mainan.

13
Cacat utama dalam apraksia konstruksional melibatkan
kemampuan memersepsi dan membayangkan hubungan geometris.
Penderita tidak dapat menggambar, misalnya kubus, karena ia tidak
dapar membayangkan seperti apa sisi dan sudut sebuah kubus, bukan
karena kesulitan menggerakkan lengan dan tangannya. Penderita
apraksia konstruksional juga mengalami kesulitan dengan tugas lain
yang melibatkan persepsi spesial, misalnya mengikuti peta.
Ganglia Basal
Ganglia basal merupakan komponen sistem motorik. Rusaknya ganglia
basal dapat menyebabkan cacat motorik parah. Nukleus motorik ganglia basal
melibatkan nukleus kaudata, putamen dan globus palidus. Ganglia basal
menerima sebagian besar masukannya dari semua wilayah korteks serebrum
dan subtantia nigra. Ganglia basal memiliki dua keluaran utama : korteks
motorik primer, area motorik suplementer, dan korteks pramotorik serta
motorik batang otak yang bersumbangsih kepada jalur-jalur ventromedial.
Melalui sambungan-sambungan ini, ganglia basal memengaruhi gerakan
yang berada dibawah kendali korteks motorik primer dan memberikan
sejumlah kontrol langsung atas sistem ventromedial.
Korteks frontal, parietal, dan temporal menjulurkan akson-akson ke
nukleus kaudata dan putamen, yang kemudian menyambung dengan globus
palidus. Globus palidus mengirimkan informasi kembali nke korteks motorik
melalui nukleus anterior ventral dan ventrolateral di talamus, melengkapi
lengkungan itu. Dengan demikian, ganglia basal dapat memonitor informasi
somatosensoris dan memperoleh informasi mengenai gerakan yang
direncakan dan dilaksanakan oleh korteks motorik. Dengan menggunakan
informasi ini dan informasi lain yang mereka terima dari bagian lain otak,
ganglia basal kemudian dapat memengaruhi gerakan-gerakan yang dikontrol
oleh korteks motorik. Penjuluran-penjuluran dari neuron-neuron di korteks
motorik yang menyebabkan gerakan di bagian-bagian tertentu tubuh
menjulurke bagian-bagian tertentu tubuh menjulur ke bagian-bagian tertentu
putamen, dan segregasi ini di pertahankan sampai ke korteks motorik.
Kerusakan berkas nigrostriatal, jalur dopaminergik dari substantia nigra ke

14
nukleus kaudata dan putamen (neostriatum), menyebabkan penyakit
Parkinson. Kompleksitas lengkungan korteks-ganglia basal.
Tautan-tautan lengkungan dibuat oleh neuron-neuron perangsang
(pensekresi-glutamat) maupun neuron-neuron penghambat (pensekresi-
GABA). Nukleus kadata dan putamen menerima masukkan perangsang dari
korteks serebrum. Keduanya mengirimkan akson-akson penghambat ke
divisi-divisi eksternal dan internal globus palidus (secara berurutan, GPi dan
Gpe). Nukleuas subtalamus menerima masukkan perangsang dari korteks
serebrum dan mengirimkan masukkan perangsang ke Gpi. Jalur yang
ditunjukkan dengan garis tak putus-putus yang mencakup GPi disebut jalur
langsung. Efek netto lengkungan itu adalah merangsang karena adanya dua
tautan penghambat di dalamnya. Masing-masing tautan penghambat (anak
panah merah) membalikkan tanda masukkan ke tautan itu. Dengan demikian
masukkan perangsang ke nukleus kaudata dan putamen menyebabkan
struktur-struktur ini menghambat neuron-neuron di GPi. Penghambatan ini
menghilangkan efek menghambat dari sambungan-sambungan antara GPi
terhadap talamus VA/VL, neuron-neuron di talamus VA/VL menjadi
semakin terangsang. Perangsangan ini diteruskan ke korteks motorik dan
disitu memfasilitasi gerakan.
Jalur yang ditujukkan dalam garis putus-putus, yang men cakup GPe,
dikenal sebagai jalur tidak langsung. Neuron-neuron di GPe mengirimkan
masukkan menghambat ke nuleus subtalamus, yang mengirimkan masukkan
perangsang ke GPi, lalu diterukan ke sirkuit identik. Efek akhir lengkunga ini
terhadap korteks talamus dan frontal bersifat menghambat. Globus palidus
juga menjulurkan akson ke berbagai nukleus motorik di batang otak yang
bersumbangsih kepada sistem ventromedial. Efek jalur ini adalah
menghambat korteks motorik.
Jalur ketiga dikenal sebagai jalur hiperlangsung. Neuron-neuron di pra-
SMA mengirimkan masukkan perangsang ke nukleus subtalamus yang
mengirimkan masukkan perangsang ke GPi. GPi memiliki efek menghambat
terhadap korteks motorik sehingga jalur hiperlangsung menghambat gerakan.
Jalur ini melewatkan nukleus kaudata dan putamen dan mampus menghambat

15
gerakan dengan penundaan yang jauh lebih singkat dari pada jalur tidak
langsung. Jalur ini berperan dalam mencegah atau dengan cepat
menghentikan gerakan yang diinisiasi oleh jalur langsung.
Penyakit Parkinson
Gejala-gejala utama penyakit ini adalah kekakuan otot, gerak
yang lamban, tremor saat diam, dan ketidak stabilan postur. Penderita
penyakit in kemungkinan tidak dapat menjulurkan tangannya untuk
mencegah dirinya jatuh. Gangguan fungsi-fungsi normal ganglia basal
berarti penderita penyakit parkinson mengalami kesulitan
melaksanakan berbagai tugas secara otomatis. Seiring berkembangnya
penyakit itu, penderita harus memikirkan dalam-dalam tindakan-
tindakan yang tadinya otomatis, yang berarti tindakan-tindakan itu
menjadi lebih lamban dan menuntut lebih banyak sumber daya otak
agar dapat dilaksanakan.
Penyakit Parkinson menyebabkan tremor saat diam—gerakan
bergetar pada lengan dan tangan akan berkurang ketika penderita
membuat gerakan bermakna. Tremor itu disertai dengan ketakutan,
sendi-sendi tampak kaku. Penyakit Parkinson menunjukkan gerakan
lamban luar biasa, tetapi tidak mengalami tremor, kalaupu iya hanya
sedikit. Nukleus kaudata dan putamen terdiri atas dua zona berbeda,
keduanya menerima masukkan dari neuron-neuron dopaminergik
disubstantia nigra. Salah satu zona ini mengandung reseptor-reseptor
dopamin D1, yang menghasilkan efek perangsang. Neuron-neuron di
zona ini menjulurkan akson-akson mereka ke GPi. Neuron-neuron di
zona yang satu lagi mengandung reseptor-reseptor D2, yang
menghasilkan efek-efek menghambat. Sirkuit pertama, dimulai dengan
anak panah hitam dari substantia nigra, terus melalui dua sinapsis
penghambat sebelum mencapai talamus VA/VL; dengan demikian
sirkuit ini memilki efek merangsang terhadap perilaku. Sirkuit kedua
dimulai dengan sebuah masukkkan penghambat ke nukleus kaudata dan
putamen, tetapi melalui empat sinapsis penghambat dalam jalur berikut
: Substantia nigra -> kaudata / putamen -> GPe-> nukleus subtalamus -

16
> GPi -> talamus VA/VL. Dengan demikian efek jalur ini juga
merangsang. Dengan demikian masukkan dopaminergik ke nukleus
kaudata dan putamen memfasilitasi gerakan. GPi juga menjulurkan
akson ke sistem vendtromedial, penurunan keluaran yang bersifat
menghambat ini bertanggung jawab atas kekuatan otot dan kontrol
postur yang buruk yang terlihat pada penyakit Parkinson. Pemgobatan
standar untuk penyakit Parkinson adalah L-DOPA, prekursor dopamin.
Penyakit Huntington
Penyakit Huntington disebabkan oleh degenerasi nukleus
kaudata dan putamen, terurtama nuron-neuron GABAergik dan
asetilkolinergik. Penyakit Huntington disebut chorea Huntington,
menyebabkan gerakan tidak terkontrol, terutama gerakan tungkai
tersentak-sentak.
Gerakan penderita penyakit Huntington terlihat seperti
potongan-potongan gerak bermakna, tetapi terjadi tanpa disadari.
Tanda-tanda pertama degenerasi neuron terjadi di nukleus kaudata dan
putamen---terutama, dalam neuron-neuron penghambat berduri
berukuran sedang yang akson-aksonnya menjulur ke divisi eksternal
globus palidus. Hilangnya penghambatan yang diberikan oleh neuron-
neuron GABA ini meningkatkan aktivitas GPe, yang kemudian
menghambat nukleus subtalamus. Sebagai akibatnya, tingkat aktivitas
GPi menurun, dan gerakan berlebihan pun terjadi. Penyakit huntingtun
adalah penyakit turunan, disebabkan oleh sebuah gen dominan pada
kromosom 4.
Serebelum
Serebelum adalah bagian penting sistem motorik. Didalamnya
terkandung sekitar 50 miliar neuron. Sewaktu serebelum rusak, gerakan orang
orang menjadi tersentak-sentak, kacau, dan tidak terkoordinasi. Bagian
medial serebelum secara filogenetis lebih tua dari bagian lateral dan turut
serta dalam kontrol sistem ventromedial.
Lobus flokulonodular, terletak di ujung kaudal serebelum, menerima
masukan dari sistem vestibular. Vermis, terletak di garis tengah, menerima

17
informasi audiotoris dan visual dari tektum serta informasi kulit dan kinestik
dari urat saraf tulang belakang. Vermis mengirimkan keluaran ke nukleus
fastigial. Neuron-neuron di nukleus fastigial menjulurkan akson-akson ke
nukleus vestibular. Dengan demikian, neuron-neuron ini memengaruhi
prilaku melalui saluran-saluran vestibular dan retikulospinal, dua hari tiga
jalur ventromedial. Masukan ini di sampaikan ke korteks serebelum melalui
nukleus retikular tegmental pontin. Zona intermediate di korteks serebelum
menjulurkan akson ke nukleus merah. Mpengaruhi gerakan-gerakan lengan
dan betis. Baik korteks asisosiasi frontal maupun motorik primer
mengirimkan informasi mengenai gerakan yang diniatkan ke zona lateral
serebelum melalui nukleus pontin, zona lateral yang juga menerima
informasi dari sistem somatosensoris, memberitahukan posisi saat ini dan laju
gerakan tungkai, informasi yang dibutuhkan untuk menghitung perincian
gerakan. Hasil dari perhitungan ini dikirimkan ke nukleus dentata terlibat
dalam kontrol gerakan terampil yang cepat oleh sistem kortikospinal dan
rubrospinal.
Pada manusia lesi pada wilayah berbeda menimbulkan gejala yag
berbeda. Kerusakan lobus flokulonodular atau vermis menyebabkan
gangguan postur dan keseimbangan. Kerusakan zona intermediate
menimbulkan cacat gerakan yang di kontrol oleh sistem rubrospinal; gejala
utama kerusakan ini adalah kekakuan tungkai. Kerusakan zona lateral
menyebabkan kelemahan dan dekomposisi gerakan. Lesi zona lateral pada
korteks serebelum juga tampaknya merusak pengaturan waktu gerakan
balistik yang cepat.
Formasi Retikular
Formasi retikular terdiri atas sejumlah besar nukleus yang terletak di
inti medula, pons, dan otak tengah. Formasi retikular mengontrol aktivitas
sisitem motorik gamma dan karenanya mengatur kekencangan otot. Dengan
demikian, formasi retikular berperan dalam kontrol postur.
Formasi retikular juga berperan dalam lokomosi. Stimulasi wilayah
lokomotor mesenfalon, yang terletak ventral terhadap kolikulus inferior,

18
wilayah di formasi otak tengah yg stimulasinya menyebabkan gerakan
tungkai berganti ganti yang normal terlihat saat lokomosi.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwasannya
gerakan

20
DAFTAR PUSTAKA

Carlson, Neil R. (2015). Fisiologi Perilaku. Jakarta: PT. Gelora Aksara


Pratama.
Davidson, G.C & Neale J.M (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai