Anda di halaman 1dari 15

Skizophrenia

(Mata Kuliah Psikologi Abnormal)

OLEH

Syafriansyah

(20701003)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahakan
rahmat hidayah pada kita semua terutama bagi penulis. Dalam rangka menyelsaikan tugas final
mata kuliah Psikologi Abnormal penulis mencoba membuat Makalah tentang salah satu
gangguan mental atau gangguan kejiwaan ini semampu dan sepengetahuan penulis yang masih
belum memiliki pengalaman atau pengetahuan penyusunan makalah ilmiah sebelumnya.

Sehingga penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila dalam tulisan penulis ini masih
banyak kekurangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Andi
Tajuddin ,S.Psi.,M.Psi.,M.Kes selaku dosen penanggungjawab mata kuliah Psikologi Abnormal
yang telah memberikan banyak dukungan ilmu dan motivasi penulis dalam penulisan makalah
ini.

Tulisan ini akan membahas tentang salah satu gangguan jiwa yaitu Skizofrenia, penulis tidak
menganggap semua gangguan kejiwaan sebagai penyakit karena semua gangguan kejiwaan dapat
diobati atau diatasi. Sedangkan saat kejiwaan ini dianggap sebagai sebuah penyakit maka ada
kemungkinan tidak dapat disembuhkan total. Penulis mencoba mencari informasi terkait
ganggaun jiwa ini melalui internet dan merangkumnya dalam tulisan ini.

Penulis berharap makalah ini dapat membantu pembaca dalam lebih memahami gangguan
kejiwaan skizofrenia atau yang sering disebut “orang gila” oleh masyarakat kita di Indonesia.
Namun, karena kurangnya ilmu dan kurang mumpuninya penulis akan ada banyak kekurangan
dalam penulisan laporan ini sehingga penulis memohon pengertian dan maaf sebesar-besarnya.

Makassar, 21 Februari 2021

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................4
B. Rumusan Maslah................................................................................................................................5
C. Tujuan Makalah.................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................................5
A. Skizofrenia.........................................................................................................................................5
B. Tanda dan Gejala...............................................................................................................................7
C. Tipe-tipe Skizofrenia.........................................................................................................................8
1) Skizofrenia paranoid......................................................................................................................8
2) Skizofrenia Hebephrenic................................................................................................................8
3) Skizofrenia katatonik.....................................................................................................................8
4) Skizofrenia tidak berdiferensiasi....................................................................................................8
5) Skizofrenia residual.......................................................................................................................9
6) Simple Skizofrenia.........................................................................................................................9
7) Skizofrenia cenesthopathic............................................................................................................9
8) Skizofrenia tidak spesifik...............................................................................................................9
D. Faktor – Faktor Penyebab..................................................................................................................9
E. Penanganan......................................................................................................................................11
F. Prognosis..........................................................................................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................................14
B. Saran................................................................................................................................................15
Daftar Pustaka..............................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO) 2013, skizofrenia merupakan gangguan
mental yang berat. Pada saat ini pederita skizofrenia jumlahnya mengalami peningkatan terkait
berbagai macam permasalahan yang dialami, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk,
kondisi keluarga atau latar belakang pola asuh anak yang tidak baik sampai bencana alam yang
melanda. WHO juga menyebutkan pada tahun 2013 jumlah penderita skizofreia mencapai 450
juta jiwa diseluruh dunia.

Skizofrenia mempengaruhi 20 juta orang di seluruh dunia tetapi tidak sesering banyak
gangguan mental lainnya. Skizofrenia juga biasanya dimulai lebih awal pada pria. Skizofrenia
dikaitkan dengan kecacatan yang cukup besar dan dapat memengaruhi kinerja pendidikan dan
pekerjaan. Orang dengan skizofrenia 2 - 3 kali lebih mungkin meninggal lebih awal daripada
populasi umum (2). Hal ini sering kali disebabkan oleh penyakit fisik, seperti penyakit
kardiovaskular, metabolisme, dan infeksi.1

Melihat data diatas dapat kita simpulkan bahwa skizofrenia merupakan gangguan mental
berat yang memiliki prognosis buruk hingga dapat diderita selama-lamanya sehingga perlunya
deteksi dini dan penanganan intensif pada penderita gangguan mental tersebut.

B. Rumusan Maslah
1) Apa yang dimaksud dengan skizofrenia ?
2) Bagaimana deteksi dini atau gejala-gejala penderita gangguan mental ini ?
3) Penanganan apa yang baik diberikan pada penderita ?
4) Apakah peranan keluarga atau caregiver pada penderita ?
5) Apakah prognosis dari gangguan mental ini ?

1
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia
C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan memberikan informasi lebih tentang skizofrenia dan memberikan
edukasi pada kita semua tentang kesalahpahaman-kesalahpahaman dimasyarakat kita yang
masih menganggap bahwa gangguan ini adalah kutukan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat, yang membuat individu yang
menderitanya menjadi tidak berdaya. Skizofrenia telah dikenal sejak satu abad yang laud an
merupakan salah satu penyakit medis yang menyerang mental penderitanya. Skizofrenia
adalah gangguan psikotik yang menimbulkan gejala kejiwaan, seperti kekacauan berpikir,
emosi, persepsi, dan perilaku menyimpang, dengan gejala utama berupa waham, delusi dan
halusinasi.

Skizofrenia merupakan penyakit yang mudah kambuh dan busa menetap dalam
jangka waktu yang cukup panjang. Bisa saja gangguan ini menetap pada penderita seumur
hidup. Bila dibiarkan, penyakit ini dapat mengakibatkan kemunduran dalam berbagai aspek
kehidupan social penderita. Meski serius, gangguan unu dapat disembuhkan, terutama bila
diobati dengan sungguh-sungguh.

Irmansyah dalam Yosep dan Sutini (2014) menyebutkan bahwa 7 dari 1000 orang
didunia menderita skizofrenia. Saat ini, penderita skizofrenia jumlahnya mencapai
24.000.000 orang diseluruh dunia. Prevalensi skizofrenia pada masyarakat umum sebesar
0,2-0,8% dan ditemukan pada usia 18 sampai 45 tahun. Skizofrenia menyerang semua
kelompok masyarakat tanpa pandang bulu. Pria-wanita, kaya-miskin, ras Barat-Timur,
pendidikan tinggi-rendah mempunyai resiko yang sama untuk menderita skizofrenia.

Bagi keluarga penderita yang memiliki ekonomi menengah kebawah lebih memilih
memasung anggota keluarga yang menderita skizofrenia karena tidak sanggup untuk berobat
dirumah sakit. Belum lagi kepercayaan tinggi akan hal mistis membuat penderita skizofrenia
dianggap terkutuk, kerasukan mahluk gaib, akibat diguna-guna atau akibat masalah spiritual.
Pemasungan terjadi disebabkan beragam alasan sebagian masyarakat terkhusus di Indonesia
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang salah terhadap penderita gangguan mental ini.

Berdasarkan temuan lapangan sebagian masyarakat masih berpandangan memiliki


anggota keluarga yang menderita gangguan mental skizofrenia merupakan sebuah aib,
sehinggga anggota keluarga cenderung menyembunyikan bahkan memasung dengan cara-
cara yang kurang manusiawidengan berbagai alasan yang cenderung apologi. Yang
mengakibatkan kondisi penderita skizofrenia semakin memprihatinkan.

Padahal jika merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun
1980 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial bagi penderita cacat, dinyatakan bahwa
“rehabilitasi adalah suatu proses refungsional dan pengembangan untuk memungkinkan
penderita cacat mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat” (pasa 1 ayat 2) dengan mengembalikan individu menjadi warga yang produktif,
mampu berperan aktif dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Selain itu pada Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal
42 juga dinyatakan bahwa “setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dana tau cacat
mental berhak mendapatkan perawatan, pendidikan, pelatihan dan bantuan khusus atas biaya
negara untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya,
meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan beradaptasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Jika merujuk pada peraturan pemerintah dan
undang-undang diatas artinya penanganan pada penderita skizofrenia sangat penting
dilakukan, karena hal tersebut merupakan hak dan juga akan memberi dampak pada
penyembuhan penderita nantinya.2

B. Tanda dan Gejala


Ketika penyakit ini aktif, dapat ditandai dengan episode di mana orang tersebut tidak
dapat membedakan antara pengalaman nyata dan tidak nyata. Seperti penyakit lainnya,
tingkat keparahan, durasi dan frekuensi gejala dapat bervariasi; Namun, pada orang dengan
skizofrenia, kejadian gejala psikotik yang parah sering kali menurun seiring bertambahnya

2
Pairan, Akhmad Munif Mubarok, 2018, “Metode Penyembuhan Penderita Skizofrenia oleh Mantri Dalam
Perspektif Pekerjaan Sosial”, Jember, Universitas Jember
usia. Tidak minum obat sesuai resep, penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, dan
situasi stres cenderung meningkatkan gejala. Gejala terbagi dalam tiga kategori utama:

 Gejala positif: (yang hadir secara tidak normal) Halusinasi, seperti mendengar suara atau
melihat hal-hal yang tidak ada, paranoia dan persepsi, keyakinan, dan perilaku yang
berlebihan atau menyimpang.
 Gejala negatif: (yang biasanya tidak ada) Kehilangan atau penurunan kemampuan untuk
memulai rencana, berbicara, mengekspresikan emosi atau menemukan kesenangan.
 Gejala tidak teratur: Bingung dan tidak teratur berpikir dan berbicara, kesulitan dengan
pemikiran logis dan terkadang perilaku aneh atau gerakan abnormal.

Kognisi adalah area fungsi lain yang terpengaruh pada skizofrenia yang mengarah ke
masalah dengan perhatian, konsentrasi dan memori, serta penurunan kinerja pendidikan.

Gejala skizofrenia biasanya pertama kali muncul pada awal masa dewasa dan harus
bertahan setidaknya selama enam bulan untuk menegakkan diagnosis. Pria sering mengalami
gejala awal pada akhir usia belasan atau awal 20-an, sementara wanita cenderung
menunjukkan gejala awal penyakit tersebut di usia 20-an dan awal 30-an. Tanda-tanda yang
lebih halus mungkin muncul lebih awal, termasuk hubungan yang bermasalah, prestasi
sekolah yang buruk dan motivasi yang berkurang.

Namun, sebelum diagnosis dapat dibuat, psikiater harus melakukan pemeriksaan


medis menyeluruh untuk menyingkirkan penyalahgunaan zat atau penyakit neurologis atau
medis lainnya yang gejalanya mirip dengan skizofrenia.3

C. Tipe-tipe Skizofrenia
Menurut United Kingdom mentalhealth.org skizofrenia tergolongkan dengan beberapa tipe
sebagai berikut :

1) Skizofrenia paranoid
Ini adalah jenis skizofrenia yang paling umum. Ini mungkin berkembang di kemudian hari
daripada bentuk lain. Gejalanya termasuk halusinasi dan / atau delusi, tetapi ucapan dan
emosi Anda mungkin tidak terpengaruh.

3
https://www.psychiatry.org/patients-families/schizophrenia/what-is-schizophrenia
2) Skizofrenia Hebephrenic
Juga dikenal sebagai 'skizofrenia tidak teratur', jenis skizofrenia ini biasanya berkembang saat
Anda berusia 15-25 tahun. Gejala berupa perilaku dan pikiran yang tidak teratur, di samping
delusi dan halusinasi yang berlangsung singkat. Anda mungkin memiliki pola bicara yang
tidak teratur dan orang lain mungkin merasa sulit untuk memahami Anda. Orang yang hidup
dengan skizofrenia tidak teratur sering kali menunjukkan sedikit atau tidak ada emosi dalam
ekspresi wajah, nada suara, atau tingkah laku mereka.

3) Skizofrenia katatonik
Ini adalah diagnosis skizofrenia yang paling langka, ditandai dengan gerakan yang tidak
biasa, terbatas, dan tiba-tiba. Anda mungkin sering beralih antara sangat aktif atau sangat
diam. Anda mungkin tidak banyak bicara, dan Anda mungkin meniru ucapan dan gerakan
orang lain.

4) Skizofrenia tidak berdiferensiasi


Diagnosis Anda mungkin memiliki beberapa tanda skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik, tetapi tidak jelas cocok dengan salah satu dari jenis ini saja.

5) Skizofrenia residual
Anda mungkin didiagnosis menderita skizofrenia residual jika Anda memiliki riwayat
psikosis, tetapi hanya mengalami gejala negatif (seperti gerakan lambat, ingatan buruk,
kurang konsentrasi, dan kebersihan yang buruk).

6) Simple Skizofrenia
Simple Skizofrenia jarang didiagnosis di Inggris. Gejala negatif (seperti gerakan lambat,
ingatan buruk, kurang konsentrasi dan kebersihan buruk) paling menonjol sejak dini dan
memburuk, sedangkan gejala positif (seperti halusinasi, delusi, pemikiran tidak teratur)
jarang dialami.

7) Skizofrenia cenesthopathic
Orang dengan skizofrenia cenesthopathic mengalami sensasi tubuh yang tidak biasa.

8) Skizofrenia tidak spesifik


Gejala memenuhi kondisi umum untuk diagnosis tetapi tidak sesuai dengan kategori di atas. 4
4
https://mentalhealth-uk.org/help-and-information/conditions/schizophrenia/types-of-schizophrenia/
Survei yang telah dilakukan pada beberapa negara memiliki laju insiden per tahun
skizofrenia antara 0,1-0,4 per 1000 populasi. Insiden yang tinggi terjadi pada kelompok
social terutama etnis minoritas di Eropa Barat seperti komuniys Afro-Caribbean di Inggris
dan Imigran di Suriname di Belanda. Prevalensi gangguan jiwa berat penduduk Indonesia
adalah 1,7 per 1000 penduduk.prevalensi psikosis tertinggi di Yogyakarta dan Aceh masing-
masing 2,7% sedangkan terendah di Kalimantan Barat sebesar 0,7 %.

Ditinjau dari diagnose atau jenis skizofrenia, didapatkan bahwa Skizofrenia Paranoid 40,8%,
kemudian Skizofrenia Residual sebanyak 39,4%; skizofrenia hebfrenik sebanyak 12%;
Skizofrenia Katatonik sebanyak 3,5%; Skizofrenia tak terinci sebanyak 2,1%; Skizofrenia
lainnya sebanyak 1,4% dan yang paling sedikit adalah skizofrenia simpleks sebanyak 0,7%.

D. Faktor – Faktor Penyebab


Penyebab pasti skizofrenia tidak diketahui. Banyak factor yang berperan terhadap
terjadinya skizofrenia. Faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya skizofrenia antara lain
factor genetic, biologis, biokima, psikososial, status social ekonomi, stress, serta
penyalahgunaan obat. Tetapi sebagian besar ahli percaya kondisi tersebut didominasi oleh
kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Diperkirakan bahwa beberapa orang lebih rentan
untuk mengembangkan skizofrenia, dan situasi tertentu dapat memicu kondisi seperti
peristiwa kehidupan yang penuh tekanan atau penyalahgunaan obat.

Factor-faktor yang berperan terhadap timbulnya skizofrenia adalah sebagai berikut :

1. Umur : Umur 25-35 Tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita
skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun.
2. Jenis Kelamin : Proporsi skizofrenia terbanyak adalah laki-laki (72%) dengan
kemungkinan laki-laki berisiko 2,37% kali lebih besar menderita skizofrenia
dibandingkan perempuan. Kaum Pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum
pria akan menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami
tekanan hidup, sedangkan wanita lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan
dengan pria. Meskipun beberapa sumber mengatakan bahwa wanita lebih mempunyai
resiko untuk menderita stress psikologik dan juga wanita relative lebih rentan bila dikenai
trauma. Sementara prevalensi skizofrenia pada pria dan wanita adalah sama.
3. Pekerjaan pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah sebesar 85,3 %
sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar
menderita skizofrenia dibadingkan yang bekerja. Orang yangtidak bekerja lebih mudah
menjadi stress yang berhubungan dengan tingginya kadar hormone stress (kadar
katekolamin) dan mengakibatkan ketidakberdayaan, karena orang yang bekerja memiliki
rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki semangat hidup lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
4. Status perkawinan : seseorang yang belum menikah kemungkinan beresiko untuk
mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah karena status martial
perlu untuk petukaran ego ideal dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju
tercapainya kedamaian. Dan perhatian dan kasih saying adalah fundamental bagi
pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.

5. Konflik keluarga : Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk mengalami
gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan tidak ada konflik keluarga.

6. Status ekonomi : Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk mengalami
gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi. Status ekonomi rendah
sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa ahli tidak mempertimbangkan
kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang
menyertainya bertanggung jawab atas timbulnya gangguan kesehatan. Himpitan
ekonomi memicu orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang
menyebabkan gangguan jiwa. Jadi, penyebab gangguan jiwa bukan sekadar stressor
psikososial melainkan juga stressor ekonomi. Dua stressor ini kait mengait, makin
membuat persoalan yang sudah kompleks menjadi lebih kompleks.5
E. Penanganan
1. Obat Farmako
Kebanyakan penderita skizofrenia membutuhkan Obat Farmako sebagai bagian dari
pengobatannya. Pengobatan bekerja paling baik bila dikombinasikan dengan perawatan
psikologis (Non farmako)
2. Perawatan psikologis

5
Zahnia, Siti, 2016, Jurnal “Kajian Epidemiologis Skizofrenia”, Lampung, Universitas lampung.
Perawatan psikologis (terapi bicara) membantu Anda hidup dengan skizofrenia dan
memiliki kualitas hidup sebaik mungkin. Agar pengobatan psikologis bekerja dengan
baik, Anda memerlukan hubungan kerja yang baik dengan dokter atau terapis lain. Anda
harus bisa mempercayai mereka dan tetap berharap tentang pemulihan Anda. Jenis
perawatan psikologis untuk skizofrenia termasuk terapi perilaku kognitif (biasanya
disebut CBT), psikoedukasi, dan psikoedukasi keluarga.
 CBT adalah jenis perawatan psikologis yang dapat membantu Anda:
 Merasa tidak terlalu tertekan tentang pengalaman psikotik Anda
 Merasa kurang tertekan dan cemas
 Kurangi penggunaan alkohol dan narkoba
 Berurusan dengan pikiran untuk bunuh diri
 Mengatasi perasaan putus asa.
 Remediasi kognitif

Jika Anda merasa kesulitan berpikir, ada program yang dapat membantu.
Program remediasi kognitif dapat membantu penderita meningkatkan perhatian,
memori, dan keterampilan organisasi Anda. Ada juga program yang membantu
penderita mengatasi cara penderita berinteraksi dengan orang lain.
 Psikoedukasi
Psikoedukasi membantu penderita skizofrenia (dan pasangan atau
keluarganya) memahami penyakitnya. Program psikoedukasi menjelaskan
tentang gejala, pilihan pengobatan, pemulihan, dan layanan yang dapat
membantu.
Psikoedukasi bisa dilakukan secara individu atau kelompok. Ini dapat
mencakup informasi tertulis, video, situs web, pertemuan, atau diskusi dengan
manajer kasus atau Psikiater/Psikolog.
Keluarga Penderita dapat membantu Penderita memahami diagnosis dan
mendukung penderita dalam pengobatan. Program psikoedukasi keluarga
membantu penderita skizofrenia dan keluarganya berkomunikasi dengan lebih
baik dan memecahkan masalah. Psikoedukasi keluarga juga baik untuk anggota
keluarga. Sangat menjengkelkan melihat seseorang yang penderita cintai menjadi
tidak sehat dengan skizofrenia.
 Terapi elektrokonvulsif (ECT)
ECT adalah pengobatan yang aman dan efektif. Ini bisa efektif bila gejala
skizofrenia sangat parah. Jika ECT direkomendasikan sebagai pengobatan untuk
penderita, dokter penderita harus menjelaskan cara kerjanya dan menjawab
semua pertanyaan penderita. Penderita harus diberi informasi tertulis yang
menjelaskan apa yang akan terjadi, bagaimana rasanya, dan hak-hak penderita.
Lebih dari 7500 orang Australia dan 300 orang Selandia Baru menjalani
terapi elektrokonvulsif setiap tahun. Psikiater menggunakan ECT karena:
 Berhasil. ECT dapat memperbaiki atau menghilangkan depresi pada hampir
70% pasien, dan telah terbukti membantu kondisi lain seperti mania dan
skizofrenia.
 Ini bekerja dengan cepat. ECT dapat menjadi pengobatan yang
menyelamatkan nyawa orang yang berisiko bunuh diri, atau yang tidak
makan atau minum karena depresi.
 Aman dan hanya ada sedikit efek samping.
 Ini memberikan pilihan pengobatan lain jika obat tidak bekerja atau jika
pasien memiliki reaksi buruk terhadap pengobatan mereka.
Banyak orang yang mengalami depresi akan merespons terapi bicara.
Banyak yang akan merespon pengobatan. ECT dapat direkomendasikan jika
perawatan lain tidak memberikan manfaat yang memadai. Hal ini juga
dianjurkan bila keterlambatan dalam perbaikan atau pemulihan dapat
mengancam jiwa atau merusak (Dr Bradley Ng, psychiatrist)6
F. Prognosis
Tidak ada obat yang diketahui untuk skizofrenia, tetapi prospek orang yang
mengidap penyakit ini meningkat. Ada banyak cara untuk mengobati skizofrenia,
idealnya dengan pendekatan tim. Ini termasuk pengobatan, psikoterapi, terapi
perilaku, dan layanan sosial, serta intervensi pekerjaan dan pendidikan. Psikiater,
dokter perawatan primer, psikolog, pekerja sosial, dan profesional kesehatan
6
https://www.yourhealthinmind.org/treatments-and-medication/electroconvulsive-therapy-ect
mental lainnya sangat penting dalam membantu orang dengan skizofrenia dan
keluarganya mencari sumber pengobatan. Semakin dini pengobatan dicari,
semakin baik hasilnya. Dengan pengobatan, banyak penderita skizofrenia dapat
pulih ke titik hidup fungsional, memberi penghargaan pada kehidupan di
komunitas mereka.
Sepuluh tahun setelah diagnosis:
 50% orang dengan skizofrenia sembuh atau membaik hingga
mereka dapat bekerja dan hidup sendiri.
 25% lebih baik tetapi membutuhkan bantuan dari jaringan
pendukung yang kuat untuk bertahan.
 15% tidak lebih baik. Kebanyakan dari mereka ada di rumah sakit.
Angka jangka panjang selama 30 tahun setelah diagnosis serupa dengan
angka pada tanda dekade, kecuali bahwa lebih banyak orang menjadi lebih baik
dan dapat hidup sendiri. Risiko bunuh diri seumur hidup bagi penderita
skizofrenia adalah sekitar 5%, tetapi mendapatkan pengobatan dan minum obat
tampaknya menurunkan risiko tersebut. Wanita tampaknya lebih baik daripada
pria dalam bertahan dalam pemulihan jangka panjang.7
Peran penting keluarga dalam proses kesembuhan penderita sangat besar
Psikoedukasi yang diterima penderita dan keluarga mampu memberikan hasil
yang positif bagi kesembuhan penderita. Sehingga mampu kembali dimasyarakat
berinteraksi dan beraktifitas seperti orang kebanyakan.
Thompson L. (2004) mengatakan caregiver pada pasien skizofrenia
memiliki peran yang unik, membutuhkan keterampilan khusus, seperi pada
keadaan darurat atau krisis. Karena penderita skizofrenia tidak jarang mengalami
deteriosasi dalam perkembangan gangguan mentalnya.
Dukungan keluarga mampu memberikan dorongan untuk penderita sembuh
lebih optimal. Peran keluarga dalam menjaga penderita terhindar dari stress
trigger pun sangat mempengaruhi perkembangan kesembuhan penderita.

7
https://www.webmd.com/schizophrenia/schizophrenia-outlook
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia merupakan salahsatu gangguan mental atau kejiwaan yang berat untuk
penderitanya, sekaligus sebagai salahsatu gangguan yang paling banyak diderita dunia.
Penderitanya akan mengalami gejala seperti halusinasi dan yang paling khas adalah gejala
waham. Gangguan ini disebabkan oleh banyak factor namun yang memiliki peranan besar
dalam mengaktifkan gangguan ini adalah lingkungan dan stressor yang tinggi.
Seperti gangguan mental lain skizofrenia pun dapat disembuhkan melalui penanganan
farmako oleh Psikatri dan penanganan non farmako oleh Psikolog, kedua penanganan ini harus
dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan. Adapun sebagai mahasiswa psikologi
kita lebih focus dalam penanganan non-farmako seperti Psikoedukasi, CBT, dan ECT.
Prognosis penderita skizofrenia cukup baik dimana penderita bisa sembuh total dan
kembali ditengah masyarakat untuk berinteraksi lebih baik lagi. Mampu kembali produktif dan
bekerja seperti orang lain yang tidak memiliki gangguan mental.
B. Saran
Penulis menyarankan pentingnya psikoedukasi pada keluarga atau pasangan penderita
skizofrenia tentang penanganan skizofrenia yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk membantu
kesembuhan penderita. Dukungan dari keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan
skizofrenia. Dan peran penting psikolog dalam memberikan terapi yang optimal dan rutim
dalam proses penyembuhan dan kerjasama yang baik bersama dokter Psikiater. Lalu perlunya
edukasi masyarakat untuk memberika pemahaman yang benar dalam menghadapi penderita
skizofrenia sehingga tidak memperuruk kondisi penderita.
Daftar Pustaka
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia
Pairan, Akhmad Munif Mubarok, 2018, “Metode Penyembuhan Penderita Skizofrenia oleh Mantri
Dalam Perspektif Pekerjaan Sosial”, Jember, Universitas Jember
https://www.psychiatry.org/patients-families/schizophrenia/what-is-schizophrenia
https://mentalhealth-uk.org/help-and-information/conditions/schizophrenia/types-of-schizophrenia/
Zahnia, Siti, 2016, Jurnal “Kajian Epidemiologis Skizofrenia”, Lampung, Universitas lampung.
https://www.yourhealthinmind.org/treatments-and-medication/electroconvulsive-therapy-ect
https://www.webmd.com/schizophrenia/schizophrenia-outlook
Ermiati, “Psikoedukasi pada Calon Pasangan Yang Akan Menikah Dengan Penderita
Skizofrenia”

Anda mungkin juga menyukai