Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

SKIZOAFEKTIF TIPE CAMPURAN

disusun oleh :

Muthia Mustaqim 1110070100078


Elsa Dwika Putri Harni 1510070100060

Preseptor:
dr. Shinta Brisma, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT H. B. SAANIN PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis sembahkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Case Report Session dengan judul “Skizoafektif Tipe
Campuran”. Makalah ini penulis buat sebagai tugas saat menjalankan
kepaniteraan klinik Ilmu Psikiatri. Bersama ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada preseptor penulis dr. Shinta Brisma, Sp.KJ
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Namun
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3


1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4

2.1. Skizoafektif ................................................................................................ 4

2.1.1 Definisi ............................................................................................. 4

2.1.2 Etiologi ............................................................................................. 4

2.1.3 Gejala ................................................................................................ 5

2.1.4 Diagnosis .......................................................................................... 7

2.1.5 Penatalaksanaan ................................................................................ 8

2.1.6 Prognosis .......................................................................................... 9

BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................ 10

BAB IV DISKUSI.......................................................................................... 20

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizoafektif merupakan gangguan jiwa dimana penderita mempunyai gejala
yang merupakan kombinasi gejala skizofrenia dengan gangguan afektif. Istilah
skizofrenia berasal dari kata schizos yang artinya pecah belah dan pharen yang berarti
jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana penderita
mengalami perpecahan jiwa, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan, dan perbuatan. Sedangkan gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala
utama adanya perubahan suasanya perasaan (mood) atau afek. (1)
Penyebab pasti dari gangguan skizoafektif belum diketahui. Pada gangguan
skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun
gejala skizofrenia menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan
atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenia dan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif
tipe manik. Bila gejala skizofrenia dan depresi menonjol pada episode penyakit yang
sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe depresi. Bila gejala skizofrenia
dan manik serta depresi menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan
disebut gangguan skizoafektif tipe campuran. (2,3)

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik senior pada Departemen
Psikiatri RS H.B. Sa’anin Padang.
2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang Skizoafektif
Tipe Campuran
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai Skizoafektif Tipe Campuran
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang menjalankan
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Psikiatri RS H.B. Sa’anin

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizoafektif
2.1.1 Definisi
Skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki gambaran
skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif
yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresi, dan
tipe campuran.(1)
2.1.2 Etiologi
Sebenarnya para ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab skizoafektif
secara pasti. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari banyak faktor,
seperti psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor risiko
yang diduga berpengaruh dalam pembentukan kondisi ini, di antaranya(1):
 Faktor genetik dalam keluarga yang memiliki gangguan skizoafektif,
skizofrenia atau gangguan bipolar.
 Mengalami stres berlebihan yang bisa memicu gejala.
 Mengonsumsi obat psikoaktif dan psikotropika.
Seseorang yang memiliki gangguan skizoafektif berisiko tinggi terhadap:
 Bunuh diri, usaha bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri.
 Merasa terkucilkan dengan lingkungan sekitar.
 Konflik keluarga atau dengan orang lain.
 Pengangguran.
 Gangguan kecemasan.
 Mudah terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.
 Masalah kesehatan.
 Kemiskinan dan tunawisma

4
2.1.3 Gejala
Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gejala gangguan mood
maupun gejala skizofrenia yang sama menonjol dalam episode penyakit yang sama,
baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) (2):
A. Gejala Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
(a)
- thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) da nisi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitas berbeda, atau
- “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
(b)
- “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi Auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau

5
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

B. Gejala Manik(2)
- Peningkatan energi
- Aktivitas berlebihan
- Percepatan dan kebanyakan bicara
- Kebutuhan tidur yang berkurang
- Ide-ide perihal kebesaran / “grandiose ideas”

6
- Terlalu optimistic
C. Gejala Depresi(2)
Gejala Utama:
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
2.1.4 Diagnosis
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) (2):
- Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain,
dalam satu episode penyakit yang sama, bilamana sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik
atau depresif.
- Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrena dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda
- Bila seorang pasien skizofrenia menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi pasca-
skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif.

7
Sedangkan berdasarkan Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan
DSM V(2) :
- Periode berkelanjutan dimana terjadi episode mood mayor (depresi mayor
atau manik) yang terjadi bersama-sama dengan kriteria A dari Skizofrenia.
- Delusi atau halusinasi selama 2 minggu atau lebih saat tidak terjadi episode
mood mayor (depresi atau manik) selama sepanjang masa durasi dari
keadaan sakit
- Gejala yang dijumpai pada kriteria selama episode mood mayor secara
dominan muncul selama total durasi dari bagian aktif dan residual dari
keadaan sakit
- Gangguan bukan meupakan efek dari penggunaan zat (misalnya
penyalahgunaan obat-obatan, pengobatan) atau kondisi medis lainnya.
Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran(2)
- Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6) yaitu:
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif
yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi
sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang dan
telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu)
2.1.5 Penatalaksanaan
Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka dan
psikoterapi.
a. Psikofarmaka
Pengobatan untuk gangguan skizoafektif merespon baik terhadap pemberian
obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan mood stabilizer. Antipsikotik yang
dapat diberikan terutama Antipsikotik Generasi II (APG II) karena bermanfaat baik
untuk gejala positif dengan efek samping yang lebih ringan dan juga memiliki efek
mood stabilizer sebagai terapi manik. Contoh APG II adalah olanzapine 1 x 10-30
mg/hari, atau risperidon 2 x 1-3mg/hari. Mood stabilizer yang dapat diberikan
contohnya fluoxetine 1 x 10-20 mg/hari. (1,3,4)

8
2.1.6 Prognosis
Penelitian pada suatu kelompok menemukan bahwa pasien dengan gangguan
skizoafektif mempunyai prognosis dipertengahan antara prognosis pasien dengan
skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Pasien dengan gangguan
skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan mood dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan
skizofrenia.(5)

9
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial) : Tn. NA
MR : 039436
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir/ Umur : Koto Rawang, 18 September 1998/ 21 tahun
Status perkawinan : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Koto Rawang IV, Pesisir Selatan
Tanggal Masuk : 07 September 2019
II. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Pasien gelisah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien gelisah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan gejala pasien
marah-marah, berbicara dan menangis tanpa sebab, pasien mengancam keluarga
dengan menggunakan pisau, pasien sering berbicara kasar, keluar rumah malam hari
tanpa tujuan, merusak alat-alat rumah tangga. Pasien merasa isi pikirannya berputar
berulang-ulang. Sekitar 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan
bahagia yang tidak seperti biasanya, terkadang pasien hanya tidur 2-3 jam dalam
sehari namun merasa masih memiliki energi untuk beraktivitas keesokan harinya,
pasien merasa bisa menghidupkan hewan yang sudah mati. Sementara itu, pasien
merasakan kehilangan minat dan mudah lelah dalam 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit, tidak ada ide-ide untk bunuh diri, hanya bisikan yang samar-samar terdengar

10
olehnya sejak 3 minggu ini. Pasien juga merasa murung, banyak diam, tidak nafsu
makan, sering bingung
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sakit sejak 3 tahun yang lalu, terakhir dirawat 2 tahun yang lalu, pulang
tenang di jemput keluarga. Ini merupakan rawatan yang ke 2 di RSJ HB. Saanin
Padang. Selama ini pasien kontrol obat ke poli RSJ HB. Saanin Padang namun pasien
tidak minum obat dalam 1 bulan ini karena merasa bosan.
b. Riwayat Kejang dan Gangguan Medis
Tidak ada riwayat kejang dan kelainan medik umum
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Riwayat penggunaan NAPZA disangkal.
d. Riwayat Konsumsi Alkohol
Riwayat penggunaan alkohol disangkal.
e. Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti pasien maupun
penyakit herediter lainnya.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Orangtua pasien tidak ada mengalami penyakit serius, pasien lahir normal, cukup
bulan, dibantu oleh bidan
b. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya.
c. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya.
d. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien dapat berteman dan bermain dengan anak seusianya
e. Masa Dewasa
I. Riwayat Pendidikan
SMP

11
II. Riwayat Pekerjaan
Tidak Bekerja
III. Riwayat Perkawinan
Belum Menikah
IV. Agama
Islam
V. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum dan pihak berwajib
VI. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak melakukan seks bebas atau perilaku seks menyimpang
VII. Riwayat Keluarga
Skema Pedegree

Pasien

Keterangan : : Pria : Pasien

: Wanita : meninggal

5. Persepsi Pasien Tentang Keluarganya


Pasien merasa dirinya sehat dan tidak perlu minum obat
6. Persepsi Keluarga Tentang Diri dan Kehidupannya

12
Menurut keluarga pasien, sejak 2 minggu ini pasien masih dapat mengurus
diri nya sendiri
7. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai
Pasien ingin pulang dan berkumpul dengan keluarganya
8. Status Mental
a. Deskripsi Umum
 Penampilan : Laki-laki, sesuai usia, cukup terawat
 Psikomotor : Gelisah
 Sikap : Kurang Kooperatif
 Mood : Dusforik
 Afek : Tumpul
 Keserasian : Serasi
b. Pembicaraan : Spontan dan jelas
c. Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik
d. Pikiran
 Proses pikir : Koheren
 Isi pikir : thought of echo, waham bizarre
e. Sensorium dan Kognisi
 Kesadaran : Komposmentis
 Orientasi : Baik
 Daya ingat : Baik
 Konsentrasi : Kurang baik
 Membaca dan menulis : Baik
 Pikiran abstrak : Baik
 Intelegensia dan informasi : Baik
f. Pengendalian impuls : Terganggu
g. Daya nilai dan tilikan
 Nilai sosial dan daya nilai : Terganggu
 Penilaian realita : Terganggu

13
 Tilikan :1
h. Taraf dapat dipercaya : Tidak dapat dipercaya
III. STATUS GENERALISATA
 Keadaan Umum : sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 84x/menit
 Nafas : 20x/menit
 Suhu : 36,7 C
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5
Tanda ransangan Meningeal : tidak dilakukan
Tanda-tanda efek samping piramidal : Negatif
 Tremor tangan :-
 Akatisia :-
 Bradikinesia :-
 Cara berjalan :-
 Keseimbangan :-
 Rigiditas :-
V. Pemeriksaan laboratorium
Dalam batas normal
VI. Formulasi diagnosis
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan pada
pasien, ditemukan adanya perubahan perilaku dan perasaan secara klinis dan
disabilitas dalam fungsi social. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.

14
VII.Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Skizoafektif tipe campuran
Aksis II : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV :Tidak ada diagnosa
Aksis V : GAF 50-41
VIII.Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Risperidon 2x3 mg
Lorazepam 1x2 mg
Asam Valproat 2x250 mg
B. Nonfarmakoterapi
 Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien.
 Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur.
 Menyarankan pasien agar lebih mengontrol emosinya.
 Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir yang
salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
IX. PROGNOSIS
Quo et vitam : Dubia ad bonam
Quo et fungsionam : Dubia ad bonam
Quo et sanationam : Dubia ad malam

15
Timeline

Pertama kali dirawat 3


tahun yang lalu,. Pasien kontrol ke poli
namun pasien tidak minum
Masuk dengan keluhan: obat dalam 1 bulan ini.
Masuk kembali tanggal 7 September 2019,
- marah-marah jika
kehendak tidak dituruti dengan keluhan marah-marah,
-mendengar bisikan (+) menangis dan tertawa tanpa sebab,
- kurang tidur pasien mengancam keluarga dengan
- memberi uang dan menggunakan pisau, pasien sering
makanan ke orng yang berbicara kasar, keluar rumah
lewat
malam hari tanpa tujuan, merusak
-Tertawa tanpa sebab
alat-alat rumah tangga, pasien
murung, tidak nafsu makan, sering
bingung.

X. FOLLOW UP
Senin/ 9 S/ Risperidon 2x3 mg
September - Mendengar bisikan (+) Lorazepam 1x2 mg
2019 - Merasa pikirannya berputar Asam Valproat 2x250mg
berulang-ulang (+)
- Merasa hilang minat, dan perasaan
sedih sudah berkurang
- Perasaan sudah mulai tenang
- Tidur kurang
- Makan ada
O/
KU: Sakit Sedang

16
Kes: CMC
Status Mental:
Penampilan: Rapi
Psikomotor: Cukup Tenang
Sikap: Kooperatif
Verbal: Spontan
Orientasi: Baik
Mood: Eutim
Afek: Luas
Proses piker: koheren
Persepsi: Halusinasi Auditorik
Isi Pikir: Though of echo
Tilikan : 1
A/
Aksis I: Skizoafektif tipe campuran
Aksis II: tidak ada
Aksis III: tidak ada
Aksis IV: tidak ada
Aksis V: 50-41

Selasa / 10 S/ P/
September - Mendengar bisikan berkurang (+) Risperidon 2x3 mg
2019 - Merasa pikirannya berputar Lorazepam 1x2 mg
berulang-ulang berkurang (+) Asam Valproat 2x250mg
- Merasa hilang minat, dan perasaan
sedih sudah berkurang
- Perasaan sudah tenang
- Tidur cukup
- Makan ada

17
O/
KU: Sakit Sedang
Kes: CMC
Status Mental:
Penampilan: Rapi
Psikomotor: Cukup Tenang
Sikap: Kooperatif
Verbal: Spontan
Orientasi: Baik
Mood: Eutim
Afek: Luas
Proses piker: koheren
Persepsi: Halusinasi Auditorik
Isi Pikir: Though of echo
Tilikan : 1
A/
Aksis I: Skizoafektif tipe campuran
Aksis II: tidak ada
Aksis III: tidak ada
Aksis IV: tidak ada
Aksis V: 50-41
Rabu/ 11 S/ P/
September - Mendengar bisikan berkurang (+) Risperidon 2x3 mg
2019 - Merasa pikirannya berputar Lorazepam 1x2 mg
berulang-ulang berkurang (+) Asam Valproat 2x250mg
- Merasa hilang minat, dan perasaan
sedih sudah tidak ada
- Perasaan sudah tenang
- Tidur nyenyak

18
- Makan ada
O/
KU: Sakit Sedang
Kes: CMC
Status Mental:
Penampilan: Rapi
Psikomotor: Cukup Tenang
Sikap: Kooperatif
Verbal: Spontan
Orientasi: Baik
Mood: Eutim
Afek: Luas
Proses piker: koheren
Persepsi: Halusinasi Auditorik
Isi Pikir: Though of echo
Tilikan : 1
A/
Aksis I: Skizoafektif tipe campuran
Aksis II: tidak ada
Aksis III: tidak ada
Aksis IV: tidak ada
Aksis V: 50-41

19
BAB IV
DISKUSI
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang ke IGD RSJ HB Saanin Padang.
Pasien datang dibawa keluarganya karena gelisah sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan muncul karena karena kehendaknya tidak dituruti, pasien mengancam
keluarga dengan menggunakan pisau, kadang memukul ibu, berbicara kasar, keluar
rumah malam hari tanpa tujuan, merusak alat-alat rumah tangga. Pasien juga sering
bicara dan tertawa sendiri, mendengarkan bisikan yang tidak ada sumbernya dan
melihat bayangan, curiga dengan orang, merasa paling benar, merasa keinginan dan
isi pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar. pasien merasa isi pikirannya
diketahui orang banyak. Pasien pernah merasa putus asa, kehilangan minat dan
mudah lelah serta ada ide untuk bunuh diri. Terkadang pasien juga merasakan
perasaan yang bahagia berlebihan, berselang seling dengan perasaan putus asa dan
hilang minat. tidur malam kurang, makan ada dan kebersihan diri ada.
Edukasi mengenai efek samping obat diberikan kepada keluarga pasien,
sehingga kepatuhan minum obat dapat diusahakan.
Mengenai kontrol pasien, keluarga juga diedukasi untuk membawa pasien
kontrol sebulan setelah rawatan, dan mencatat perubahan-perubahan yang ada pada
pasien. Pasien tinggal di bandar buat, oleh karena itu, pasien dapat langsung kontrol
ke RSJ Prof HB Saanin Padang.
Adapun jika di rumah tidak terdapat perbaikan, atau malah terjadi perburukan,
diharapkan segera keluarga juga dapat membawa pasien kembali ke RSJ HB Saanin,
sehingga pasien mendapatkan penanganan yang tepat.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki gambaran
skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif terbagi menjadi tipe manik,
tipe depresi, dan tipe campuran. Penyebab skizoafektif secara pasti masih belum
diketahui. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari banyak faktor,
seperti psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan. Penegakkan diagnosis dari
skizoafektif dapat berdasarkan kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan
DSM V atau Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III).
Tatalaksana untuk pasien dengan gangguan skizoafektif tipe campuran dapat berupa
psikofarmaka, yaitu kombinasi antipsikotik dengan mood stabilizer, dan terapi
psikososial.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Putra AG. Schizoaffective Disorder with manic type: acasereport. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2013.
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan
DSM 5. Edisi 2.Jakarta: Bagian Ilmu Jiwa FK Unika Atma Jaya;2013
3. Utama, H. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2017
4. Rades, Miranda. Skizoafektif Tipe Campuran. Lampung: Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung;2016
5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. Edisi Ke : 7. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.

22

Anda mungkin juga menyukai