NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
2.1 Definisi
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran
baik skizofrenia maupun gangguan afektif (gangguan mood). Gangguan
skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresif, dan campuran. Gejala yang
khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi. Bila gejala skizofrenik dan gangguan perasaan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan
skizoafektif tipe manik. Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala
skizofrenik dan gangguan perasaan depresif timbul bersamaan.1
2.2 Epidemiologi
Menurut data statistik, prevalensi seumur hidup akan terjadinya gangguan
skizoafektif diperkirakan kurang dari 1%. Gangguan skizoafektif tipe depresif
lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda. Prevalensi gangguan
tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama
perempuan yang sudah menikah. Usia awitan perempuan lebih sering
dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek
tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari
66 orang dengan diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif
yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.1
2.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif belum diketahui secara pasti, namun
diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter otak, seperti
serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Selain itu, diduga bahwa etiologi gangguan
skizoafektif mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu, teori etiologi
mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan faktor
lingkungan.1,5,6
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis skizofrenia berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III): Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas): 6
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.4
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.1
Berikut ini adalah manifestasi klinis gangguan skizoafektif berdasarkan
subtipe.3
a. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Suasana perasaan harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan suasana perasaan yang tak begitu mencolok dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang meningkat. Dalam episode
yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia).
Gejala manik antara lain aktivitas yang berlebihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik. 4
I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial) : Nn. LL panggilan: Ica
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat & tanggal lahir/ Umur : Sungai Limau, 26 September 1992 /
27 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri Asal : Sungai Limau
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Limpato Pinjauan, Sungai Limau,
Padang Pariaman
Nama, Alamat, No HP keluarga terdekat : Yuswardi, Ayah Kandung,
082384491547
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Desember 2019
2. Alloanamnesis dengan keluarga pasien via telepon tanggal 4 Desember
2019
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien gelisah, marah-marah dan menghancurkan peralatan rumah tangga
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien kabur dari rumah dan tidak mau makan.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Tiga bulan yang lalu, pasien mencari tahu mengenai informasi obat
psikiatri yang rutin diminumnya di internet melalui gawai pribadinya. Setelah
membaca efek samping obat, pasien merasa takut dan tidak mau
meminumnya sehingga tiga bulan terakhir ini pasien tidak rutin meminum
obatnya. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sering merasa gelisah.
Emosi pasien cenderung labil. Pasien sering marah-marah tanpa sebab ke
semua orang, mengamuk dan menghancurkan pintu serta peralatan rumah
tangga. Pasien banyak bicara dan berteriak sendiri, sulit tidur, cenderung
mengikuti keinginan sendiri dan merasa paling benar sehingga sulit untuk
dinasihati.
Pasien juga sering bepergian keluar rumah dan berjalan-jalan sendiri tanpa
tujuan sehingga dicari oleh keluarga karena tak kunjung pulang. Dua minggu
sebelum masuk rumah sakit, pasien kabur dari rumah orangtuanya ke rumah
saudaranya karena merasa orangtuanya bukanlah orangtua kandungnya, dan
selalu curiga makanannya diracuni oleh orang disekitarnya sehingga pasien
tidak mau makan. Pasien kemudian dirawat di RSUD Pariaman selama dua
minggu. Saat dibawa pulang ke rumah, pasien mengamuk dan marah-marah
serta merusak barang di rumah. Kemudian pasien disuntik diazepam satu
ampul dan keesokan harinya dibawa ke RSJ Prof HB Saanin, Padang.
Riwayat trauma kepala dan riwayat kejang disangkal. Riwayat penggunaan
NAPZA dan minum alkohol disangkal.
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
- Pasien sakit sejak ± 10 tahun yang lalu. Setelah kejadian gempa bumi tahun
2009 pasien sering termenung, menyendiri, mulai pakai cadar dan sering
membaca Alquran dan buku-buku keagamaan.
- Pada tahun 2010, pasien tidak mau makan dan tidak mau keluar rumah
kemudian dibawa ke RS Sungai Limau dan dirawat selama tiga hari.
Kemudian pasien dirujuk ke RSJ Prof HB Saanin Padang dan dirawat selama
1 bulan.
- Pada tahun 2016, pasien pergi ke Jakarta untuk belajar komputer, pasien tidak
mengonsumsi obat secara teratur sehingga pasien kembali marah-marah tanpa
sebab dan berjalan-jalan tanpa arah dan tujuan. Kemudian pasien dirawat di
RSJ Klender.
- Pada tahun 2019 pasien sering tidak mau makan, pasien curiga makanannya
diracuni orang, meyakini orang tuanya bukan orang tua kandungnya dan
kabur dari rumah.
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Riwayat merokok disangkal. Riwayat menggunakan NAPZA disangkal.
Minum alkohol disangkal.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
(Yuswardi) (Fatmawati)
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Caniago Piliang
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 SD
Pekerjaan Pedagang IRT
Umur 65 tahun 57 tahun
Alamat Sungai Limau Sungai Limau
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain :- :-
`Ket : *coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( + ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis
( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ),
Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).
c) Saudara
Pasien anak ke 4 dari 6 bersaudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (31 tahun)
2. Lk/ Pr (29 tahun)
3. Lk/ Pr (28 tahun)
4. Lk/ Pr (27 tahun)
5. Lk/ Pr (25 tahun)
6. Lk/ Pr (22 tahun)
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hubungan
tingkah laku (akrab/biasa,/kurang/t
ak peduli)
1. Ibu Kandung Biasa, suka bergaul Biasa
2. Ayah Kandung Biasa, suka bergaul Biasa
3. Saudara 2 Biasa, suka bergaul Akrab
4. Saudara 3 Biasa, suka bergaul Akrab
5. Saudara 4 Biasa, suka bergaul Akrab
6. Saudara 5 Biasa, suka bergaul Akrab
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
Skema Pedegree
i) Dan lain-lain
7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan
perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
Kesehatan Fisik : Baik
Kesehatan Mental : Baik
- Keadaan melahirkan :
Aterm ( + ), partus spontan ( + ), partus tindakan ( - ) sebutkan jenis
tindakannya
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan ( YA )
Jenis kelamin anak sesuai harapan ( YA )
d) Toilet training
Umur : tiga tahun
Sikap orang tua: membiarkan
Perasaan anak untuk toilet training ini: biasa
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ),
kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( - ), dan lain-lain.
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6-12tahun 12-15 tahun 15-18 tahun -
Prestasi* Baik Baik Baik -
Sedang Sedang Sedang -
Kurang Kurang Kurang -
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik -
Sedang Sedang Sedang -
Kurang Kurang Kurang -
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik -
Kurang Kurang Kurang -
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik -
Kurang Kurang Kurang -
Kemampuan Khusus (Bakat) (-) (-) (-) -
Tingkah Laku Baik Baik Baik -
8. Pernah suicide ( - )
9. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
10. Riwayat agama
Pasien beragama Islam, tidak sholat semenjak sakit
11. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali
12. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyatakan ingin cepat keluar dari RSJ dan beraktivitas seperti biasa.
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran
berubah ( - ), dan lain-lain…..
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( + ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( - ), kurang wajar (+),
sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil (- ), curiga
( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor
( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia
( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( - ),
acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia
( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage (-).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Rutin
Darah rutin
Planotest
Anjuran
B. Non Farmakoterapi
Psikoterapi
Istirahat yang cukup
Makan yang seimbang dan teratur
Olahraga yang teratur
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan
kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku,
perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan
bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang
lama dan berkelanjutan.
Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan
obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur.
XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : dubia ad bonam
Quo et fungsionam : dubia ad bonam
Quo et sanctionam : dubia ad bonam
BAB IV
DISKUSI
1. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.
2. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2014:910-3
3. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis
Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang :
Binarupa Aksara Publisher. 2010:699-744.
4. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.
5. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat.
Dalam: Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI;
2013: 125-127.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya: 2013; 46-48.
7. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket
Handbook of Psychiatric Drug Treatment Psychosis and
Schizophrenia.Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and Mood
Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition.England :
Cambridge University Press. 2008:26-34.