Anda di halaman 1dari 38

Case Report Session

Hari/tanggal: Jumat / 6 Desember 2019

NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Skizoafektif Tipe Manik

Oleh : Halimah Tusa’diyah P 2871 A


Shelli Fauzia Yusya P 2872 A

Nama Preseptor : Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ(K)

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran baik
skizofrenia maupun gangguan afektif (gangguan mood). Pada sistem diagnostik
terakhir, pasien dapat ditegakkan dengan diagnosis gangguan skizoafektif bila
memenuhi salah satu dari 6 kategori.1
Menurut data statistik, prevalensi seumur hidup akan terjadinya gangguan
skizoafektif diperkirakan kurang dari 1%. Gangguan skizoafektif tipe depresif
lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda. Prevalensi gangguan
tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama
perempuan yang sudah menikah. Usia awitan perempuan lebih sering
dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek
tumpul yang nyata atau tidak sesuai.2
Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit
yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala yang khas pada
pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik
itu manik maupun depresif.1,3
Diagnosis gangguan skizoafektif ditegakkan bila memenuhi kriteria
diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR ataupun PPDGJ-III. Pasien dengan
gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis
pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood.
Prognosis skizoafektif dipengaruhi oleh faktor risiko yang dimiliki oleh individu
pasien itu sendiri. Penatalaksanaan secara komprehensif sampai ke lingkungan
tempat tinggal pasien sangat mempengaruhi proses perbaikan fungsi pasien,
sehingga dibutuhkan sekali dukungan dari keluarga ataupun masyarakat kepada
pasien dengan skizofrenia supaya tidak menjadi beban bagi keluarga ataupun
masyarakat. Oleh karena itu penting bagi klinisi untuk memahami
skizoafektif.1,3,4
1.2 Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas tentang definisi, etiologi, gambaran klinis,
diagnosis, penatalaksanaan,dan prognosis skizoafektif tipe manik.
1.3 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan
kepustakaan yang merujuk kepada kasus dan berbagai literatur.
1.4 Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai etiologi, gambaran klinis, diagnosis, dan penatalaksanan,
prognosis skizoafektif tipe manik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang mempunyai gambaran
baik skizofrenia maupun gangguan afektif (gangguan mood). Gangguan
skizoafektif terbagi menjadi tipe manik, tipe depresif, dan campuran. Gejala yang
khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi. Bila gejala skizofrenik dan gangguan perasaan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan
skizoafektif tipe manik. Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala
skizofrenik dan gangguan perasaan depresif timbul bersamaan.1
2.2 Epidemiologi
Menurut data statistik, prevalensi seumur hidup akan terjadinya gangguan
skizoafektif diperkirakan kurang dari 1%. Gangguan skizoafektif tipe depresif
lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda. Prevalensi gangguan
tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama
perempuan yang sudah menikah. Usia awitan perempuan lebih sering
dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek
tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari
66 orang dengan diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif
yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.1
2.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif belum diketahui secara pasti, namun
diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter otak, seperti
serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Selain itu, diduga bahwa etiologi gangguan
skizoafektif mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu, teori etiologi
mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan faktor
lingkungan.1,5,6
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis skizofrenia berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III): Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas): 6
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.4
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.1
Berikut ini adalah manifestasi klinis gangguan skizoafektif berdasarkan
subtipe.3
a. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Suasana perasaan harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan suasana perasaan yang tak begitu mencolok dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang meningkat. Dalam episode
yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia).
Gejala manik antara lain aktivitas yang berlebihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik. 4

b. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif 3


Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua
gejala depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat
dalam kriteria episode depresif; dalam episode yang sama, sedikitnya
harus ada satu atau lebih dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk pedoman diagnostik skizofrenia).
Gejala utama episode depresif adalah: 4
 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya episode depresif:4
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang.
c. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran3,4
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran.
2.5 Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-V)5
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena
cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain
dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian
penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama
atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain,
diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi
yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan
sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.4
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III4
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia).
d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau
depresi (F30-F33).
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif Tipe Manik berdasarkan
PPDGJ-III4
 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar
episode skizoafektif tipe manik.
 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang
tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak.
 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik
lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana yang ditetapkan
untuk skizofrenia, F.20 pedoman diagnostik a sampai dengan d).

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi berdasarkan


PPDGJ-III4
 Kategori ini harus dipakai untuk episode skizoafektif tipe depresi yang
tunggal dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depressif.
 Afek depresif menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam
uraian untuk episode depresif (F.32)
 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu dan sebaiknya
ada dua gejala khas skizofrenia (sebagaimana yang ditetapkan untuk
skizofrenia, F.20 pedoman diagnostik a sampai dengan d).
2.6 Tatalaksana Skizoafektif6
a. Psikofarmaka
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Carbamazepine adalah
obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood
stabilIzer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan
kepribadian borderline.Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut
kering dan tenggorokan, sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu
makan, mual, dan muntah. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan
inhibitor monoamine oxidase (MAOIs). Hindari minum alkohol saat mengambil
carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa efek samping
carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan
efekantikolinergik minimal.Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah.Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat
kejang.1
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik.7
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat
diperlukan.Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk
kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang
mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-
edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa
menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.7
2.7 Prognosis Skizoafektif1
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan
gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan itu sendiri.
BAB 3
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial) : Nn. LL panggilan: Ica
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat & tanggal lahir/ Umur : Sungai Limau, 26 September 1992 /
27 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri Asal : Sungai Limau
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Limpato Pinjauan, Sungai Limau,
Padang Pariaman
Nama, Alamat, No HP keluarga terdekat : Yuswardi, Ayah Kandung,
082384491547
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Desember 2019
2. Alloanamnesis dengan keluarga pasien via telepon tanggal 4 Desember
2019
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien gelisah, marah-marah dan menghancurkan peralatan rumah tangga
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien kabur dari rumah dan tidak mau makan.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Tiga bulan yang lalu, pasien mencari tahu mengenai informasi obat
psikiatri yang rutin diminumnya di internet melalui gawai pribadinya. Setelah
membaca efek samping obat, pasien merasa takut dan tidak mau
meminumnya sehingga tiga bulan terakhir ini pasien tidak rutin meminum
obatnya. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sering merasa gelisah.
Emosi pasien cenderung labil. Pasien sering marah-marah tanpa sebab ke
semua orang, mengamuk dan menghancurkan pintu serta peralatan rumah
tangga. Pasien banyak bicara dan berteriak sendiri, sulit tidur, cenderung
mengikuti keinginan sendiri dan merasa paling benar sehingga sulit untuk
dinasihati.
Pasien juga sering bepergian keluar rumah dan berjalan-jalan sendiri tanpa
tujuan sehingga dicari oleh keluarga karena tak kunjung pulang. Dua minggu
sebelum masuk rumah sakit, pasien kabur dari rumah orangtuanya ke rumah
saudaranya karena merasa orangtuanya bukanlah orangtua kandungnya, dan
selalu curiga makanannya diracuni oleh orang disekitarnya sehingga pasien
tidak mau makan. Pasien kemudian dirawat di RSUD Pariaman selama dua
minggu. Saat dibawa pulang ke rumah, pasien mengamuk dan marah-marah
serta merusak barang di rumah. Kemudian pasien disuntik diazepam satu
ampul dan keesokan harinya dibawa ke RSJ Prof HB Saanin, Padang.
Riwayat trauma kepala dan riwayat kejang disangkal. Riwayat penggunaan
NAPZA dan minum alkohol disangkal.
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
- Pasien sakit sejak ± 10 tahun yang lalu. Setelah kejadian gempa bumi tahun
2009 pasien sering termenung, menyendiri, mulai pakai cadar dan sering
membaca Alquran dan buku-buku keagamaan.
- Pada tahun 2010, pasien tidak mau makan dan tidak mau keluar rumah
kemudian dibawa ke RS Sungai Limau dan dirawat selama tiga hari.
Kemudian pasien dirujuk ke RSJ Prof HB Saanin Padang dan dirawat selama
1 bulan.
- Pada tahun 2016, pasien pergi ke Jakarta untuk belajar komputer, pasien tidak
mengonsumsi obat secara teratur sehingga pasien kembali marah-marah tanpa
sebab dan berjalan-jalan tanpa arah dan tujuan. Kemudian pasien dirawat di
RSJ Klender.
- Pada tahun 2019 pasien sering tidak mau makan, pasien curiga makanannya
diracuni orang, meyakini orang tuanya bukan orang tua kandungnya dan
kabur dari rumah.
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Riwayat merokok disangkal. Riwayat menggunakan NAPZA disangkal.
Minum alkohol disangkal.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
(Yuswardi) (Fatmawati)
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Caniago Piliang
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 SD
Pekerjaan Pedagang IRT
Umur 65 tahun 57 tahun
Alamat Sungai Limau Sungai Limau
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain :- :-
`Ket : *coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( + ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis
( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ),
Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).

Ibu ( Dijelaskan oleh pasien, dapat dipercaya/ diragukan )


Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( + ), Mudah tersinggung ( + ),
Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat
( ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ),
Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( + ), Pencemburu ( - ),
Egois ( + ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( + ), Penyayang ( - ),
Baik hati ( - )

c) Saudara
Pasien anak ke 4 dari 6 bersaudara

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (31 tahun)
2. Lk/ Pr (29 tahun)
3. Lk/ Pr (28 tahun)
4. Lk/ Pr (27 tahun)
5. Lk/ Pr (25 tahun)
6. Lk/ Pr (22 tahun)

e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan


pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa
dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara ke Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan dengan
saudara (akrab/
biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Kurang akrab
2 Biasa, suka bergaul Akrab
3 Biasa, suka bergaul Akrab
4 Biasa, suka bergaul Akrab
5 Biasa, suka bergaul Akrab
6 Biasa, suka bergaul Akrab

Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hubungan
tingkah laku (akrab/biasa,/kurang/t
ak peduli)
1. Ibu Kandung Biasa, suka bergaul Biasa
2. Ayah Kandung Biasa, suka bergaul Biasa
3. Saudara 2 Biasa, suka bergaul Akrab
4. Saudara 3 Biasa, suka bergaul Akrab
5. Saudara 4 Biasa, suka bergaul Akrab
6. Saudara 5 Biasa, suka bergaul Akrab

Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - -
Ibu - - -
Saudara 1 - - -
Saudara 2 - - -
Saudara 3 - - -
Saudara 4 - - -
Saudara 5 - - tuli dan bisu

Skema Pedegree

Keterangan : : Pria, : Wanita, : meninggal, : Pasien

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1. Rumah orang tua Tenang Cocok Nyaman
di Sungai Limau
2. Rumah kakak di Tenang Cocok Nyaman
Jakarta

i) Dan lain-lain
7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan
perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
 Kesehatan Fisik : Baik
 Kesehatan Mental : Baik
- Keadaan melahirkan :
 Aterm ( + ), partus spontan ( + ), partus tindakan ( - ) sebutkan jenis
tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan ( YA )
 Jenis kelamin anak sesuai harapan ( YA )

b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak


 Pertumbuhan Fisik : Biasa
 Minum ASI : ( + ) sampai usia dua tahun
 Usia mulai bicara : 10 bulan
 Usia mulai jalan : satu tahun tiga bulan
 Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan
hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas terhadap orang asing
sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan lain-lain.....

c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada


masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di
tempat tidur ( - ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ),
masturbasi ( - ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.

d) Toilet training
Umur : tiga tahun
Sikap orang tua: membiarkan
Perasaan anak untuk toilet training ini: biasa
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ),
kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( - ), dan lain-lain.

f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( + ),


menarik diri ( - ), kurang suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ), dan lain-
lain

g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6-12tahun 12-15 tahun 15-18 tahun -
Prestasi* Baik Baik Baik -
Sedang Sedang Sedang -
Kurang Kurang Kurang -
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik -
Sedang Sedang Sedang -
Kurang Kurang Kurang -
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik -
Kurang Kurang Kurang -
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik -
Kurang Kurang Kurang -
Kemampuan Khusus (Bakat) (-) (-) (-) -
Tingkah Laku Baik Baik Baik -

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),


kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( -), gangguan
tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu


** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja.
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: sedang (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga


 Pasien belum menikah.
 Hubungan seks sebelum menikah (-)
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)
 Perkawinan didahului dengan pacaran (-), kawin terpaksa (-), kawin paksa (-),
perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin lari (-), sekarang ini
perkawinan yang ke -. Kepuasaan dalam hubungan suami istri: sering,
sesekali, tidak pernah (ai) *, Kelainan hubungan seksual (-) ai (bila ada
jelaskan di halaman kiri).
 Kehidupan rumah tangga: rukun (-), masalah rumah tangga (-)
 Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (-), pengeluaran dan pendapatan
seimbang (-), dapat menabung (-).
 Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (-), istri saja (-) suami saja (-),
selain orang tua sebutkan
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama (-)
dan lain-lain (-)
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)


ai : atas indikasi
l) Perihal anak-anak pasien meliputi: pasien belum menikah dan tidak memiliki
anak
No Sex Umur Pendidikan Sikap&peril Kesehatan Sikap
akui pada
anak
Fisik Mental

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun(-
), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang
tersembunyi (-),cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( -),
keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya
kebutuhan idur ( - ), pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( - ),
hipersomnia ( - ), kurang bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ),
penurunan aktivitas ( - ), mudah merasa sedih dan menangis ( - ),
dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele ( + ), egosentris ( - ),
suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan ( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang
eksploitatif (- ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan
agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ),
impulsif (- ), sering berbohong ( - ), sangat cendrung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan
identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk
berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa
bosan kronik ( - ), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolkan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial
atau pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal
karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan,
organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang
berlebihan ( - ), kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang
berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam
hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila
sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan
oleh orang yang dekat dengannya ()

7. Stresor psikososial (axis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin lari ( -
), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ), problem
punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ), persoalan
dengan orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman
dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja
(-), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pensiun ( - ),
pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/
kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ),
transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan
ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ),
masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( - ), masuk penjara ( - ),
memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ),
mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ),
kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar
orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ),
cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( -
), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih
dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ),
terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol
yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam
( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer
( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ),dan lain-lain.

8. Pernah suicide ( - )
9. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
10. Riwayat agama
Pasien beragama Islam, tidak sholat semenjak sakit
11. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali
12. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyatakan ingin cepat keluar dari RSJ dan beraktivitas seperti biasa.
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2016 Tahun 2019

Setelah gempa Pasien sering Pasien sering Pasien tidak mau


bumi sumatera mengamuk, bicara- marah-marah dan makan, curiga
barat, pasien bicara sendiri, kabur dari rumah, makanannya
menjadi sering tidak mau makan meyakini diracuni orang,
bermenung, dan mengurung orangtuanya bukan meyakini
menyendiri, mulai diri.Pasien pertama orangtua orangtuanya bukan
pakai cadar dan dirawat di RSJ kandungnya.Pasien orangtua
sering baca alquran Prof HB Saanin. di rawat di RSJ kandungnya dan
islam Klender, kabur dari rumah.
Jakarta.

III. STATUS INTERNUS


 Keadaan Umum : sakit sedang
 Kesadaran : CMC
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 73x/menit
 Nafas : 18x/menit
 Suhu : 36,7 C
 Tinggi Badan : 155 cm
 Berat Badan : 39 kg
 Status Gizi : IMT : 16.23 gizi kurang
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : Tangan dan kaki berkeringat berlebihan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M5V6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
 Tremor tangan : ada
 Akatisia : tidak ada
 Bradikinesia : tidak ada
 Cara berjalan : tidak ada
 Keseimbangan : tidak ada
 Rigiditas : tidak ada
 Kekuatan motorik : Normal
 Sensorik : Halus (+), Kasar (+)
 Refleks : Reflek Fisiologis + normal, Refleks Patologis –

V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran
berubah ( - ), dan lain-lain…..
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
 Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
 Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( + ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( - ), kurang wajar (+),
sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil (- ), curiga
( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
 Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor
( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia
( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( - ),
acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia
( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage (-).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara


 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Isi pembicaraan* : sesuai / tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap
( - ), afasia
( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
 Hidup emosi*: stabilitas (tidak stabil), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi
(biasa).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek tumpul
( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik (-), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive mood)
( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( + ), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood
depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi
( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference ( - ),
tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah ( - ), kontrol impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi diurnal
( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu,
( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat /lambat)
 Mutu proses pikir (kurang jelas/kurang tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan
pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ), dereisme
( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( + ), tangensialitas ( - ),
inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( + ), pengenduran asosiasi ( -
), derailment ( - ), flight of ideas ( +), clang association ( - ), blocking ( - ),
glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( + )
 Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( + ), waham nihilistik
( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( -
), waham kebesaran ( + ), waham referensi ( - ), thought of withdrawal ( - ),
thought of broadcasting ( - ), thought of insertion ( - ), thought of control ( -
), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( +), pseudologia fantastika ( - ), waham agama ( - ),
waham curiga (+).
 Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ),
fobia ( - )Ulat noesis ( - ), unio mystica ( - ).

E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi ( - )
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual


1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif ( - ), hipervigilance
( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate
( +). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).

H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement :
 Judgment tes : tidak terganggu
 Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
 Rutin
Darah rutin
Planotest
 Anjuran

VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya


(tulisan dan gambar di halaman belakang)

VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa pasien Nn LL 27 tahun, agama Islam, suku Minang.
Pasien dirawat di bangsal Flamboyan RSJ HB Saanin Padang pada tanggal 13
November 2019 diantar oleh keluarga dengan keluhan pasien gelisah sejak 1
bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien sering marah-marah ke keluarga
dan orang-orang sekitar tanpa sebab. Suka berbicara dan berteriak. Pasien
sering jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan saat malam dan pulang ke rumah
dicari oleh keluarga. Pasien susah tidur dan makan. Pasien mengaku curiga
terhadap kakak kandung pasien. Pasien mengaku mendengar suara bisikan-
bisikan.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien perempuan dengan usia
sesuai, perilaku tenang selama wawancara, sikap kooperatif terhadap
pemeriksa. Pembicaraan jelas dan spontan, mood labil, afek appropriate,
halusinasi ada, waham ada. Orientasi tidak terganggu, tes realitas terganggu.
Dari pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan.

IX. Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : tremor
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
X. Diagnosis Banding Axis I
- F30.2 Manik dengan gejala psikotik
- F20.0 Skizofrenia Paranoid

XI. Daftar Masalah


 Organobiologik
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala atau riwayat kejang
 Psikologis
Pasien gelisah, marah-marah
Waham kebesaran
 Lingkungan dan psikososial
-
XII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
 Risperidone 2 x 3 mg
 THP 3 x 2 mg
 TFZ 2 x 5 mg
 CPZ 1 x 100 mg
 KBZ 2 x 200
 Asam Valproat 2 x 125 mg

B. Non Farmakoterapi
 Psikoterapi
 Istirahat yang cukup
 Makan yang seimbang dan teratur
 Olahraga yang teratur

C. Psikoterapi
Kepada pasien:
 Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
 Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan
kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
 Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku,
perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan
bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang
lama dan berkelanjutan.

 Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan
obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur.

XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : dubia ad bonam
Quo et fungsionam : dubia ad bonam
Quo et sanctionam : dubia ad bonam
BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 27 tahun dirawat dibangsal Rumah


Sakit Jiwa Prof. Hb. Saanin Padang sejak tanggal 13 November 2019 dengan
keluhan utama berupa pasien gaduh gelisah, sering mendengar bisikan-bisikan
dan merasa mudah marah.

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan


penyakit dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan isi pikir,
perilaku, perasaan, dan persepsi yang secara klinis bermakna dan menimbulkan
hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ
III dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa. Untuk
memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang baik untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna, jangka waktu,
awitan, episode dan perjalanan penyakitnya.

Pada pasien ditemukan gejala klinis yang mengarahkan diagnosis aksis I


yaitu skizoafektif tipe manik dengan pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III.
Pasien ini memiliki gejala afek yang sangat menonjol disertai dengan gejala
skizofrenia yang menonjol dalam satu episode waktu. Gejala skizofrenia yang
ditemukan pada pasien berupa riwayat halusinasi auditorik, waham curiga,
erotomania disertai dengan gejala manik pada pasien yaitu berjalan mondar-
mandir tanpa tujuan, mengamuk, kurang tidur, tidak mau makan dan adanya flight
of idea.
Pasien diberikan Risperidone 2x3 mg, THP 3x2 mg, TFZ 2x5 mg, CPZ
1x100 mg, KBZ 2x200 mg dan Asam Valproat 2x125 mg. Pasien diberikan obat
antipsikotik risperidon, Chlorpromazin, Trifluoperazine. Risperidoen merupakan
antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga merupakan mood stabilizer.
Risperidone bekerja dengan; 1. menghambat reseptor dopamin 2, mengurangi
gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala afektif; 2. menghambat reseptor
serotonin 2A, menyebabkan peningkatan pelapasan dopamin di regio sentral otak
sehingga mengurangi efek samping motorik dan meningkatkan kognotif dan
gejala afektif. Dosis yang biasa diberikan 2-8 mg/hari. Pasien juga diberikan THP
(trihexyphenidil) diberikan untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal. Untuk
meredakan manik, pasien diberikan carbamazepin dan asam valproat.

Psikoterapi dan psikoedukasi perlu diberikan kepada pasien maupun


keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang
penyakit yang dialami, sehingga pasien memiliki kesadaran untuk melaksanakan
anjuran terapi sesuai instruksi dokter. Seperti halnya agen farmakologis yang
digunakan untuk mengatasi dugaan ketidakseimbangan kimiawi, strategi
nonfarmakologis harus dapat menangani masalah nonbiologis. Penelitian telah
menemukan bahwa intervensi psikososial, termasuk psikoterapi, dapat
mempercepat perbaikan klinis. Sebagian besar pasien dengan gangguan jiwa akan
lebih diuntungkan dari kombinasi farmakologis dan non-farmakologis.
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri
AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 3 Desember 2019
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
- Assalamualaikum - Waalaikumsalam
Ica, perkenalkan saya - Boleh Kooperatif
dokter muda Ima dan
Zia. Kami ingin
bertanya tentang
keadaan Ica
sekarang, boleh?
- Siapa nama lengkap Lisa Laila
Ica?
- Bagaimana kabar Ica Baik
hari ini?
- Sudah berapa lama Sudah sejak 13
Ica dirawat disini? November kak, sudah 21
hari.
- Ica tahu sekarang Tahu kak, di rumah sakit Orientasi tempat
sedang ada dimana? jiwa Saanin baik
- Hari apa sekarang, Hari Rabu kak, 4 Orientasi waktu
dan tanggal berapa Desember 2019 kak baik
hari ini Ca?
- Siapa yang Keluarga Ica yang bawa Discriminative
membawa Ica kesini? kak, sama bidan, dan insight derajat I
Dan kira-kira kenapa perawat kak. Ica waktu
Ica dibawa ke Rumah itu kabur dari rumah dan
sakit jiwa? ndak mau makan lalu ica
dibawa ke rumah sakit.
Ica sebenarnya tidak
sakit jiwa kak, cuma
istirahatnya aja yang di
ruangan jiwa.
Kenapa Ica kabur Karena orang tua ica bukan Waham Curiga
dari rumah? Apa ada orang tua kandung Ica kak,
masalah di rumah dan si Emi janda tu suka
Ca? mencuri hape ica,
mengambil flashdisk dan
uang Ica. Si Emi tu ingin Ica
mati kak.
- Ica yakin orangtua Iya kak. Bidan Ros yang Waham tidak dapat
Ica bukan orangtua bilang ke Ica kak. Katanya dipatahkan
kandung Ica? kalau mode tu ndak urang
Darimana ica tahu? tuo kanduang namonyo doh
kak.
Apa Ica pernah Ica pernah dulu mendengar Halusinasi
mendengar suara-suara suara waktu di RS Pariaman. auditorik
tapi tidak ada orang yang Suara itu mengatakan
berbicara nggak? tentang kiamat akan
menjelang kak.
Bagaimana perasaan Ica saat Senang kak. Tapi sedih ada Mood labil
ini? juga, campur-campur.
Lalu, apa harapan Ica saat Ica pengen cepat keluar aja
ini? kak,soalnya tanggal 29
Desember abang Ica
menikah di Jakarta. Setelah
abnag Ica, Ica yang akan
menikah kak.
Dengan siapa Ica akan Pacar ica namanya zaki kak. Erotomania
menikah? Ica punya pacar? Sebenarnya Ica punya
banyak pacar kak. Ada Andi,
Rendi, Ali. Tapi Ica mau
menikah dengan zaki aja
kak.
Ica kalau mau pergi main ke Tidaklah kak.Ini baju pasien Judgment sosial
pasar, pakai baju seperti ini kak. Kalau ke pasar harus baik
atau bagaiman? bagus bajunya kak, pakai
gamis sama jilbab kak.

Ica kalau pulang jalan-jalan, Mandi kak Judgement test baik


trus badannya bau dan
berkeringat, apa yang ica
lakukan?
Ica tahu nggak siapa Jokowi kak. Sebelum jokowi Luas pengetahuan
presiden Indonesia SBY, sebelum SBY umum baik.
sekarang? megawati kak.
Pena sama pensil sama-sama Sama-sama alat tulis kak Daya pikir abstrak
apa tu Ca? baik
Ca, coba ulang kata-kata Bola, melati, kursi.
kakak. Bola, melati, kursi.
Ca, coba sebutkan lagi 3 Nggak ingat ica kak Immediate memory
benda yang kakak suruh terganggu
ulang tadi Ca
Oke ca, sekian dulu Iya kak, sama-sama kak.
wawancara kita hari ini ya
Ca. Terimakasih Ca
DAFTAR PUSTAKA

1. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.
2. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2014:910-3
3. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis
Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang :
Binarupa Aksara Publisher. 2010:699-744.
4. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.
5. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat.
Dalam: Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI;
2013: 125-127.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya: 2013; 46-48.
7. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket
Handbook of Psychiatric Drug Treatment Psychosis and
Schizophrenia.Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and Mood
Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition.England :
Cambridge University Press. 2008:26-34.

Anda mungkin juga menyukai