Anda di halaman 1dari 63

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS
Kampus Universitas Andalas Limau Manis Padang, Sumatera Barat 25163
Telp. 0751 31746 Fax. 0751 32838

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4.B

RJP 2: TERAPI OKSIGEN

Tahun Ajaran 2019/2020


Edisi Keempat

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

VISI

Menjadi program studi profesi dokter yang terkemuka dan bermartabat terutama
di bidang penyakit tidak menular pada tahun 2023

MISI
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan berkualitas yang
menghasilkan tenaga dokter yandg profesional
2. Melaksanakan penelitian dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan
Kedokteran yang sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran terutama di bidang penyakit tidak menular
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang berkualitas yang
berdasarkan perkembangan ilmu kedokteran terkini terutama di
bidang penyakit tidak menular dengan melibatkan peran serta
masyarakat

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 2


LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Koordinator Program Studi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menyatakan bahwa Buku Panduan
Keterampilan Klinik 4, disusun oleh:

Ketua : dr. Nora Harminarti, M.Biomed, SpParK


Sekretaris : Dra. Elmatris Sy, MS

Telah mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode 2014-2019 dan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan blok pada pendidikan tahap
akademik Program Studi Kedokteran FK UNAND tahun 2019/2020.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya

Padang, 24 Februari 2020

Koordinator Program Studi


Kedokteran
FK UNAND

Dr. dr. Aisyah Elliyanti, SpKN, M.Kes


NIP. 19690307 199601 2 001

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 3


TIM PENYUSUN

PENYUSUN:

dr. Beni Indra, Sp.An


dr.Rini Rustini, Sp.An

JENIS KETERAMPILAN:

RJP 2: Terapi Oksigen

TIM EDITOR:

dr. Laila Isrona, M.Sc


dr. Eka Nofita, M.Biomed
dr.Rauza Sukma Rita, Ph.D
dr. Nora Harminarti,M.Biomed,SpParK

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 4


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan
karena telah selesai menyusun PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 4B.
Kegiatan ketrampilan klinik ini terdiri atas:
1. Pemeriksaan jantung lengkap, JVP dan EKG (6 kali pertemuan)
2. Permintaan dan pembacaan rontgen jantung (2 kali pertemuan)
3. RJP 2: Terapi Oksigen (2 kali pertemuan)
Semua materi di atas merupakan kompetensi yang harus diberikan kepada
mahasiswa sehingga secara umum mereka mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dan memadai untuk menjadi seorang dokter.
Penuntun keterampilan klinik ini disusun untuk memudahkan mahasiswa
dan instruktur dalam melakukan kegiatan keterampilan klinik pada blok ini.
Namun diharapkan juga mereka dapat menggali lebih banyak pengetahuan dan
keterampilan melalui referensi yang direkomendasikan. Semoga penuntun ini
akan memberikan manfaat bagi mahasiswa dan instruktur keterampilan klinik
yang terlibat.
Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan.
Akhirnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan
penuntun ini, kami ucapkan terima kasih.

Padang, 24 Februari 2020


Koordinator KK 4

dr.Nora Harminarti,M.Biomed,SpParK
NIP. 197608042002122001

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 5


DAFTAR ISI

Visi dan Misi ....................................................................................................... 2


Lembar Pengesahan ............................................................................................ 3
Tim Penyusun...................................................................................................... 4
Kata Pengantar .................................................................................................... 5
Daftar Isi.............................................................................................................. 6
Jadwal KK ........................................................................................................... 7
Pengelola KK 4 ................................................................................................... 8
RJP 2: Terapi Oksigen ………………………………………………………….9

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 6


JADWAL KEGIATAN KK 4.B
SEMESTER 4 TA. 2019/2020

JUMLAH RUANGAN
No. KEGIATAN* PERTEMUAN
(Latihan dan ujian)
Ged F
1. Toraks 2: Pemeriksaan Jantung Lengkap + 6x Kampus
JVP + Pemeriksaan EKG Limau Manis

Ged F
2. Permintaan & Interpretasi X-Ray Toraks 2x Kampus
(Jantung) Limau Manis

Ged F
3. RJP 2: Terapi Oksigen 2x Kampus
Limau Manis

 Rincian jadwal per minggu sesuai dengan daftar dari Bagian Akademik

Total pertemuan untuk ketrampilan klinik 4.B ada 10 kali pertemuan. 2 kali
pertemuan dalam setiap minggu.
Ketentuan :
1 Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/ketrampilan klinik/praktikum harus
mengikuti persyaratan berikut :
i. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 90%
ii. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 90%
iii. Minimal kehadiran dalam kegiatan ketrampilan klinik 100%
iv. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 100%

2 Penilaian akhir Ketrampilan Klinik = 30% penilaian instruktur + 70% OSCE

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 7


PENGELOLA KETERAMPILAN KLINIK 4.B

Koordinator : dr.Nora Harminarti,M.Biomed,SpParK (085216270291)


Sekretaris : Dra Elmatris Sy, MS (081267141400)
Sekretariat : Eva Sulastri, S.Kom (085100257106)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 8


RJP 2: TERAPI OKSIGEN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa dapat melakukan pemberian terapi Oksigen dengan benar dan aman
sesuai kebutuhan pasien.
2. TINJAUAN TEORI
Terdapat 3 sistem untuk memberikan oksigen kepada pasien tanpa intubasi. Untuk
konsentrasi oksigen rendah, kanula hidung dapat memberikan oksigen antara 24%
(IL/menit) sampai 36% (4 -5L/menit). Konsentrasi oksigen sedang (40-60%)
dicapai dengan pemberian lewat masker oksigen, sedangkan konsentrasi hingga
100% hanya dapat dicapai dengan menggunakan stingkup muka reservoir. Pada
kegawatan napas trauma diberikan oksigen 6L/menit dengan sungkup muka. Pada
penderita kritis berikan 100% oksigen, meskipun secara umum terapi oksigen
memberikan manfaat yang bermakna pada bentuk hipoksik hipoksemia dan anemi
hipoksemia. Efek samping yang sering dikhawatirkan adalah keracunan oksigen,
tetapi hal tersebut terjadi setelah 24-48 jam terapi oksigen dengan fraksi inspirasi
oksigen (Fi02)>60%. Oleh karena itu sedapat mungkin setelah masa kritis, terapi
oksigen diturunkan bertahap sampai Fi02<60% dengan target untuk mendapatkan
minimal saturasi oksigen (Sa02) 90%. Apabila tekanan oksigen arteri (pa02) tetap
rendah (kurang dari 60 mmHg) meskipun telah diberikan oksigen 50% berarti
terdapat shunt yang bermakna dari kolaps alveoli dan perlu dipertimbangkan
pemberian inflasi paru dengan manuver reekspansi paru atau intubasi endotrakhea
dan ventilasi mekanik. Pada kasus PPOM maka Pa02 dipertahankan sekitar
sedikit diatas 60 mmHg saja untuk menghindari hilangnya rangsang respirasi.
Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan pemberian terapi O2 adalah 1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan 3. Menurunkan beban kerja otot Jantung
(miokard) Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yang diikuti
gangguan metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia, secara umum pada:

afas meningkat, nafas dalam, bernafas


dengan otot tambahan)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 9


Indikasi klinisnya:

antung atau ami

O2 (luka bakar, infeksi berat, multiple trauma)


Co

Metode & peralatan min. yang harus diperhatikan pada therapi O2:

si kelebihan CO2

02

Perkiraan konsentrasi oksigen pada alat masker semi rigid


Kecepatan aliran 02 % Fi02 yang pasti

4 1/mnt 0,35
6 1/mnt 0,50
8 1/mnt 0,55
10 1/mnt 0,60
12 l/mnt 0,64
15 l/mnt 0,70

Tidak ada peralatan yang dapat memberi O2 100 %, walaupun O2 dengan


kecepatan > dari Peak Inspiratory flow rate (PIFR)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 10


METODE PEMBERIAN OKSIGEN
I. Sistem Aliran Rendah
1. Kateter Nasal Oksigen : Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen
dengan konsentrasi 24-44 % tergantung pola ventilasi pasien. Bahaya :
Iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan distensi
lambung, epistaksis.
2. Kanula Nasal Oksigen : Aliran 1 - 6 liter / menit menghasilkan 02 dengan
konsentrasi 24 - 44 % tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya :
Iritasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis
3. Sungkup muka sederhana Oksigen : Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan
0 2 dengan konsentrasi 40 - 60 %. Bahaya : Aspirasi bila muntah,
penumpukan C02 pada aliran 02 rendah, Empisema subcutan kedalam
jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka
dipasang terlalu ketat.
4. Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02 Oksigen : Aliran 8-12
l/menit menghasilkan oksigen dnegan konsentrasi 60 - 80%. Bahaya :
Terjadi aspirasi bila muntah, empisema subkutan kedalam jaringan mata
pada aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu
ketat.
5. Sungkup muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02 Oksigen : Aliran 8-
12 l/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %. Bahaya : Sama dengan
sungkup muka "Rebreathing".

II. Sistem Aliran tinggi


1. Sungkup muka venturi (venturi mask) Oksigen : Aliran 4 -14 It / menit
menghasilkan konsentrasi 02 30 - 55 %. Bahaya : Terjadi aspirasi bila
muntah dan nekrosis karena pemasangan sungkup yang terialu ketat.
2. Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag) Oksigen : Aliran lebih dan 10 V
menit menghasilkan konsentrasi 02 100 %. Bahaya : Penumpukan air
pada aspirasi bila muntah serta nekrosis karena pemasangan sungkup
muka yang terialu ketat.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 11


BAHAYA TERAPI OKSIGEN
Keracunan 02 -> pada pemberian jangka lama dan berlebihan dapat dihindari
dengan pemantauan AGD dan Oksimetri
1. Nekrose C02 ( pemberian dengan Fi02 tinggi) pada pasien dependent on
Hypoxic drive misal kronik bronchitis, depresi pemafasan berat dengan
penurunan kesadaran . Jika terapi oksigen diyakini merusak C02, terapi 02
diturunkan perlahan-lahan karena secara tiba-tiba sangat berbahaya
2. Toxicitas paru, pada pemberian Fi02 tinggi ( mekanisme secara pasti tidak
diketahui). Terjadi penurunan secara progresif compliance paru karena
perdarahan interstisiil dan oedema intra alviolar
3. Retrolental fibroplasias. Pemberian dengan Fi02 tinggi pada bayi
premature pada bayi BB < 1200 gr. Kebutaan
4. Barotrauma ( Ruptur Alveoli dengan emfisema interstisiil dan
mediastinum), jika 02 diberikan langsung pada jalan nafas dengan alat
cylinder Pressure atau auflet dinding langsung.

PEMANTAUAN TERAPI O2
1. Warna kulit pasien. Pucat/ Pink / merah membara.
2. Analisa Gas Darah (AGD)
3. Oksimetri
4. Keadaan umum

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 12


DAFTAR TILIK PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK 4.B
RJP 2: TERAPI OKSIGEN
SEMESTER IV TA.2019/2020
Nama Mahasiswa : ……………..
BP. : ……………
Kelompok :…………………
No. SKOR
ASPEK PENILAIAN 0 1 2
1. Cuci tangan
2. Inform consent (indikasi, prosedur, dan resiko tindakan)
3. Isi glass humidifier dengan akuades setinggi batas yang tertera
4. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/ oksigen
sentral
5. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur
konsentrasi 02 dan Amati ada tidaknya gelembung udara dalam
tabung flow meter
6. Menghubungkan nasal catheter / kanul nasal dengan flowmeter
dengan mengalirkan oksigen antara 1 -6 liter/ menit.
Jika menggunakan sungkup muka partial rebreathing/ sungkup
muka non rebreathing dapat dialirkan oksigen 8-12 l/mnt.
Cek aliran udara sebelum digunakan ke pasien.
7 Tanyakan pada pasien apakah oksigen telah mengalir sesuai
yang diinginkan dan lihat tampilan klinis pasien
8 Monitoring dan evaluasi (melihat gejala klinis pasien apakah
sesak berkurang, pasien merasa lebih nyaman)
9 Rapikan peralatan kembali
10 Cuci tangan
11 Dokumentasikan terapi oksigen yang diberikan pada status
pasien
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai : Jumlah Total x 100 = Padang,
22 Instruktur

NIP.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 13


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Kampus Universitas Andalas Limau Manis Padang, Sumatera Barat 25163
Telp. 0751 31746 Fax. 0751 32838

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4.B

PERMINTAAN & INTERPRETASI X-RAY TORAKS (JANTUNG)

Tahun Ajaran 2019/2020


Edisi Keempat

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
DAFTAR ISI

Visi dan Misi ....................................................................................................... 2


Lembar Pengesahan ............................................................................................ 3
Tim Penyusun...................................................................................................... 4
Kata Pengantar .................................................................................................... 5
Daftar Isi.............................................................................................................. 6
Jadwal KK ........................................................................................................... 7
Pengelola KK 4 ................................................................................................... 8
Permintaan & Interpretasi X-Ray Toraks (Jantung) ........................................... 9

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 6


PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS (JANTUNG)

I. Pengantar
Pemeriksaan radiografi toraks dilakukan untuk menilai jantung, paru,
mediastinum dan dinding dada.Pemeriksaan radiografi toraks untuk menilai
jantung sangat penting untuk penilaian awal dan merupakan pelopor untuk
pemeriksaan berikutnya. Pada tahap ini, akan diberikan keterampilan mengenai
radiografi toraks untuk menilai jantung.Proyeksi rutin pemeriksaan radiografi
toraks untuk jantung adalah proyeksi Postero-Anterior (PA) dan lateral.

II. Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu
1. Memasang radiografi toraks di lampu baca.
2. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi interpretasi jantung pada radiografi
toraks
3. Menjelaskan batas-batas jantung pada radiografi toraks PA dan Lateral
4. Melakukan pengukuran jantung (Cardio-Thoracic Ratio)

III. Strategi Pembelajaran


1. Responsi
2. Demonstrasi oleh instruktur
3. Latihan mandiri

IV. Prasyarat
Ilmu dasar anatomi dan fisiologi jantung

V. Teori
Radiografi toraks di baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di sisi
kiri pemeriksa atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa.Pada
radiografi toraks, jantung terlihat sebagai bayangan opak (putih) di tengah dari
bayangan lusen (hitam) paru-paru. Bagian atas jantung dan arcus aorta berada di
belakang manubrium sterni. Bagian bawah dari bayangan jantung sebagian kecil
tertutup oleh lengkungan (kubah) diafragma.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 9


Bentuk jantung tergantung dari beberapa hal, yaitu:

1. Respirasi

Gerakan diafragma mempengaruhi bentuk jantung. Pada ekspirasi atau


inspirasi yang tidak adekuat, jantung akan terlihat lebar dan mendatar karena
terdorong oleh diafragma serta rongga toraks terlihat lebih sempit karena
paru tak distensi optimal. Pada inspirasi yang cukup (iga 6 anterior atau iga
10 posterior terlihat komplit) jantung akan memperlihatkan ukuran yang
hampir sama dengan keadaan sebenarnya sehingga layak untuk dinilai.Iga
ssi anterior terlihat berbentuk huruf V, dan iga posterior terlihat menyerupai
huruf A.

Anterior
Posterior

Gambar 1.Inspirasi cukup jika terlihat komplit iga 6 anterior atau iga
10 posterior.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 10


A B

Gambar 2.Pengaruh inspirasi terhadap ukuran jantung.A.Inspirasi


kurang,
B. Inspirasi cukup.

2. Simetris/ asimetris

Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak yang sama antara
prosesus spinosus dan sisi medial os clavikula kanan - kiri. Posisi asimetris
dapat mengakibatkan gambaran jantunr mengalami rotasi sehingga penilaian
terhadap jantung menjadi kurang valid.

Gambar 3. Jarak yang sama antara prosesus spinosus dengan sisi medial os
clavikula bilateral.

3. Posisi pemeriksaan

Jantung berada di sisi anterior rongga dada.Pada radiografi toraks dengan


posisi berdiri, dimana sinar berjalan dari belakang ke depan (PA), maka
letak jantung dekat sekali dengan film. Jika jarak dari fokus sinar ke film
cukup jauh, maka bayangan jantung yang terjadi pada film tidak banyak

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 11


mengalami pembesaran/ magnifikasi. Pada umumnya jarak fokus-film untuk
radiografi jantung 1,8 – 2m.

Bayangan jantung yang terlihat pada radiografi toraks proyeksi PA


mengalami magnifikasi ± 5% dari keadaan sebenarnya. Lain halnya bila
radiografi dibuat dalam proyeksi antero-posterior (AP), maka jantung
letaknya akan menjadi jauh dari film sehingga bayangan jantung akan
mengalami magnifikasi bila dibandingkan dengan proyeksi PA.

Hal yang sama akan terjadi pada radiografi yang dibuat dengan posisi
telentang (supine) dengan sinar berjalan dari depan ke belakang (AP). Di
sini bayangan jantung juga akan terlihat lebih besar dibanding dengan
proyeksi PA dan posisi berdiri.

Gambar 4. Posisi posteroanterior (PA) dan posisi anteroposterior (AP) supine

4. Bentuk tubuh

Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus) jantung berbentuk panjang
dan ke bawah.Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran
melintang.Diafragma letaknya mendatar sehingga jantung seolah tergantung
(cor pendulum).Sebaliknya pada orang yang gemuk dan pendek (piknikus);
letak jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang lebih besar
disertai diafragma yang letaknya lebih tinggi.

Bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum/ pigeon chest, pectus


carinatum, kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis, kifosis
atau hiperlordosis dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 12


5. Kelainan paru

Kelainan luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.
Fibrosis atau atelektasis dapat menarik jantung,

Radioanatomi jantung

1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)

- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut


sinus kardiofrenikus.
- Dimulai dari sinus kardiofrenikus kanan ke arah kranial, batas jantung di
kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan terlihat
melengkung ke atas kemudian bersambung dengan mediastinum
superior yang dibentuk oleh vena cava superior.
- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di
sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung
melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut pinggang jantung.
- Pada pinggang jantung ini, di bawah arkus aaorta, terdapat penonjolan dari
arteria pulmonalis. Pada anak-anak penonjolan ini kadang-kadang agak
besar.
- Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel dari atrium kiri (left
atrial appendage).
- Di bawah aurikel ini batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri
yang merupakan lengkungan konveks ke bawah sampai ke sinus
kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu disebut
sebagai apex jantung.
- Pada pembesaran ventrikel kanan yang berat, maka ventrikel kanan
mengambil bagian dalam pembentukan batas jantung kanan bawah. Pada
umumnya ventrikel kanan tidak membentuk batas jantung.
- Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya
para-vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 13


Gambar 5. Radioanatomi foto toraks PA
2. Proyeksi Lateral kiri

- Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan


yang merupakan lengkungan dari sudut diafragma depan ke arah kranial.
Kebelakang, lengkungan ini menjadi lengkungan aorta.
- Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium kiri ini
menempati sepertiga tengah dari seluruh batas jantung sisi belakang.
Dibawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri yang merupakan batas
belakang bawah jantung.
- Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri berada
di depan kolumna vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri disebut
ruang belakang jantung (retrocardiac space) yang radiolusen karena
adanya paru-paru.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 14


- Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.

Ventrikel
Atrium kiri kanan

Ventrikel kiri

Gambar 6. Radioanatomi foto toraks Lateral kiri

Cara pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR)


- Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis torakalis.
- Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang terjatuh.
- Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjatuh.
- Garis transversal C ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding toraks sisi
kiri. Garis ini melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-sinus
kardiofrenikus ini tidak sama tingginya, maka garis C ditarik melalui
pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang menarik garis C ini dari
sinus kostofrenikus kanan ke sinus kostofrenikus kiri. Perbedaan kedua cara
ini tidak begitu besar, sehingga dapat dipakai semuanya.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 15


M

Gambar 7.Cara pengukuran CTR

Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR kurang
dari 50%.
Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai berikut :
- Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A, maka
garis A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding toraks
kanan.
- Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-clavicular
line).
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas terats dari jantung, letaknya 1-2 cm di
bawah tepi manubrium sterni.

VI. Prosedur kerja

(Lihat daftar tilik)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 16


DAFTAR TILIK PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK 4.B
PERMINTAAN RADIOGRAFI TORAKS (JANTUNG)
DAN INTERPRETASI HASIL
SEMESTER IV TA.2019/2020

Nama Mahasiswa : ……………..


BP. : ……………
Kelompok :…………………
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1 Identifikasi pasien (Nama, Jenis Kelamin, MR, No.foto)
2 Melakukan identifikasi marker
3 Memasang radiografi toraks ke lampu baca
4 Menunjukkan iga anterior (bentuk V)
5 Menunjukkan iga posterior (bentuk A)
6 Menilai inspirasi cukup atau tidak (iga 6 anterior atau iga 10
posterior terlihat komplit)
7 Menilai simetris/ tidak radiografi toraks (simetris jika terdapat
jarak yang sama antara prosesus spinosus dan sisi medial os
clavikula kanan – kiri)
8 Menyebutkan batas jantung sambil menunjukkannya di foto
toraks PA
- Atrium kanan
- Arcus aorta
- Pinggang jantung
- Aurikel atrium kiri
- Ventrikel kiri
- Apeks jantung
9 Menyebutkan batas jantung sambil menunjukkannya di foto
toraks lateral
- Ventrikel kanan
- Atrium kiri
- Ventrikel kiri
10 Melakukan pengukuran jantung (Cardio-Thoracic Ratio)
TOTAL
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai : Jumlah Total x 100 =
19 Padang,
Instruktur

NIP.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 17


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Kampus Universitas Andalas Limau Manis Padang, Sumatera Barat 25163
Telp. 0751 31746 Fax. 0751 32838

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK 4.B

TORAKS 2: PEMERIKSAAN JANTUNG LENGKAP + JVP +


PEMERIKSAAN EKG

Tahun Ajaran 2019/2020


Edisi Keempat

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
DAFTAR ISI

Visi dan Misi ....................................................................................................... 2


Lembar Pengesahan ............................................................................................ 3
Tim Penyusun...................................................................................................... 4
Kata Pengantar .................................................................................................... 5
Daftar Isi.............................................................................................................. 6
Jadwal KK ........................................................................................................... 7
Pengelola KK 4 ................................................................................................... 8
Thoraks 2 : Pemeriksaan Jantung Lengkap,JVP,EKG ........................................ 9

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 6


PENGELOLA KETERAMPILAN KLINIK 4.B

Koordinator : dr.Nora Harminarti,M.Biomed,SpParK (085216270291)


Sekretaris : Dra Elmatris Sy, MS (081267141400)
Sekretariat : Eva Sulastri, S.Kom (085100257106)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 8


THORAKS 2: PEMERIKSAAN JANTUNG LENGKAP,
JVP DAN PEMERIKSAAN EKG

A. PEMERIKSAAN JANTUNG LENGKAP & JVP

1. PENGANTAR
Pemeriksaan fisik merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh
data mengenai tubuh dan keadaan fisik pasien dalam membantu menegakkan
diagnosis dan menentukan kondisinya. Prosedur pemeriksaan terdiri atas:
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Data-data klinis yang diperoleh
digunakan untuk membantu diagnosis serta kondisi pasien, dan selanjutnya untuk
menentukan pengobatan yang tepat berkenaan dengan diagnosis.
Pemeriksaan fisik umum mencangkup pemeriksaan beberapa aspek fisik pasien,
yaitu :
1. Keadaan Umum Pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan untuk mendapatkan
kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan
kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan
emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku
pasien.

2. Tanda-tanda Vital
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ini adalah pernafasan, nadi,
tekanan darah, dan suhu tubuh.

3. Postur Tubuh
Pengamatan postur badan menyangkut pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, dan bentuk badan serta keseluruhannya. Juga perlu diperhatikan
tekstur kulit yaitu menyangkut turgor dan tonus serta warna kulit.
Pemeriksaan fisik umumnya dilakukan sesudah pengambilan anamnesis.
Pada pemeriksaan ini berturut-turut diperhatikan kepala, leher, torso badan
dan ekstremitas kiri dan kanan.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 9


2. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler dan
pemeriksaan JVP.

B. Tujuan Instruksional Khusus


a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi letak garis anatomi pada permukaan
dinding dada.
b. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai keadaan normal dan abnormal
yang terdapat di leher dinding dada dan ekstremitas superior inferior pada
sistem kardiovaskuler.
c. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai pulsasi normal dan abnormal
pada tempat tertentu di dinding dada.
d. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai secara palpasi keadaan normal
dan abnormal yang terdapat di vena jugularis eksterna dan dinding dada.
e. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai batas – batas jantung absolut
dan relatif.
f. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai bunyi jantung, bunyi
tambahan, bising yang terdapat pada proyeksi katup aorta, katup pulmonal,
katup mitral dan katup trikuspidal di dinding dada.
g. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan JVP
o Mengidentifikasi letak Vena Jugularis Eksterna
o Mengidentifikasi Angulus Sterni Ludovici
o Mengidentifikasi batas pengisian tertinggi
o Menginterpretasikan hasil JVP

3. LOKASI
Ruang skills lab Gedung F FK Limau Manis

4. PRASYARAT
a. Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler ( anatomi)
b. Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler (fisiologi )

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 10


c. Mengetahui hemodinamik sirkulasi jantung ( fisika )
d. Mengetahui patofisiologi sistem kardiovaskuler (penyakit dalam,
kardiologi, anak).

5. TEORI DASAR

BENTUK BADAN
Perlu diperhatikan bentuk badan serta tanda-tanda khas yang terdapat pada
seorang pasien, antara lain astenik, hipostenik, atau hiperstenik, berat badan
normal, kurus atau gemuk, tanda-tanda bekas trauma dan adanya deformitas di
dada, kelainan kongenital pada bentuk badan, dan lain-lain. Misalnya kelainan
bentuk badan yang merupakan sindrom kelainan jantung yang khas pada sindrom
Turner ditemukan koarktasio aorta dan stenosis pulmonal kongenital, pada
sindrom Down ditemukan atrial spetal defect (ASD) atau ventricular septal defect
(VSD) dengan insufisiensi katup atrioventrikular, pada sindrom Hurler ditemukan
kerusakan katup mitral dan aorta, pada sindrom Dresden China ditemukan
stenosis katup aorta, pada sindrom Rubella ditemukan patent ductus arteriosus
(PDA), stenosis pulmonal dan koarktasio arteri pulmonal, pada Elfin appearance
ditemukan stenosis aorta supravalvular.

Tekstur Jaringan dan Warna Kulit


Perlu diperhatikan turgor dan tonus jaringan, ada tidaknya sianosis,
anemia, sianosis sentral yang umumnya terjadi pada kelainan jantung kongenital,
sianosis perifer, dan ikterus.

Inspeksi
Perhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada
penonjolan asimetris (voussure cardiaque), yang disebabkan pembesaran jantung
sejak kecil. Hipertrofi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat
kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting pada permukaan
dada, ialah (Gambar 1) :
- Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 11


- Garis tengah klavikular ( mid clavicular line/MCL)
- Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL)
- Garis para sternal kiri dan kanan (para sternal line/PSL)
Garis-garis tersebut ini perlu untuk menentukan lokasi kelainan yang
ditemukan pada permukaan badan.

Gambar 1. Letak Garis Anatomi Pada Permukaan Badan

Vena Jugular Eksterna

Gambar 2. Tekanan Vena Jugular (Ketinggian tekanan dari angulus


streni)

Perhatikan apakah ada bendungan pada vena jugularis. Pembendungan


menunjukan adanya hipertensi vena, sehingga perlu diukur besarnya tekanan vena
jugularis (Gambar 2. dan Gambar 3.).

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 12


Gambar 3. Pengukuran Tekanan Vena Jugular (Jugular Venous
Pressure/JVP)
Bendungan vena bilateral, umumnya ditemukan pada gagal jantung kanan
dan timbulnya bersamaan dengan pembengkakan hati, edema perifer, dan asites.
Refluks hepato jugular, ditemukan pada gagal jantung kanan. Pengisisan vena
jugularis paradoksal pada waktu inspirasi dapat terjadi misalnya pada pernafasan
Kussmaul akibat efusi perikardial dan perikarditis konstriktif.

Arteri Karotis
Denyut arteri karotis diraba pada pangkal leher didaerah lateral anterior,
denyut ini mencerminkan kegiatan ventrikel kiri. Gambaran nadi yang terjadi
menyerupai gelombang nadi yang terjadi pada arteri radialis. Pulpasi karotis yang
berlebihan dapat timbul karena tekanan nadi yang besar, misalnya pada
insufisiensi aorta ditandai dengan naik dan turunnya denyut berlangsung cepat.

Dada
Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal
jantung. Di samping itu juga mempengaruhi faal pernafasan yang kemudian
secara tidak langsung mempengaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi
beban kerja jantung. Kelainan bentuk dada tidak selalu disertai atau
mengakibatkan gangguan faal jantung. Kelainan bentuk dada dapat dibedakan
antara kealinan kongenital atau kelainan yang didapat selama pertumbuhan badan.
Deformitas dada dapat juga terjadi karena trauma yang menyebabkan gangguan
ventilasi pernafasan berupa beban sirkulasi terutama bagi ventrikel kanan.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 13


Inspeksi Kelainan Bentuk Dada

Gambar 4. Inspeksi Kelainan Bentuk Dada

Perhatikan apakah terdapat pektus ekskavatum (Funnel Chest) berupa


depresi sternum, atau Barrel Chest yang mempunyai diameter antero-posterior
besar dan biasanya terdapat pada emfisema kronik, atau pektus karinatum (pigeon
breast) (Gambar 4). Sternum bagian atas yang sangat menonjol, terdapat pada
juvenile ricketsia. Prekordium yang menonjol (vossure cardiaque) terdapat karena
pembesaran jantung pada sejak usia muda. Kifoskoliosis seringkali diikuti oleh
fungsi paru yeng terganggu dan lambat laun dapat menyebabkan kor pulmonal
kronik.
Benjolan dinding dada di sekitar sela iga ketiga kiri dapat terjadi akibat
aneurisma dari pembuluh darah besar. Pada Straight Back Syndrome (flat chest)
tampak menghilangkan kifosis normal dan sering terdapat bersama dengan adanya
prolaps katup mitral dan pulsasi pada dinding dada.
Pada keadaan normal hanya ditemukan pulsasi apeks di apeks kordis dan
dapat diraba pada jarak ± 8 cm dari garis midsternal pada ruang sela iga IV kiri
dan dapat direkam dengan apeks kardiografi.
Pulsasi abnormal dapat berupa pulsasi diatas ruang iga ke 3, dan ini
merupakan pulsasi abnormal pembuluh darah besar. Pulsasi abnormal yang terada
melebar sampai dibawah iga ke 3, berasal dari ventrikel kanan atau ventrikel kiri
yang membesar.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 14


EKSTREMITAS

Lengan –Tangan
Pada pemeriksaan jari, ujung jari dan kuku, diperhatikan apakah ada
deformitas jari dan persendian jari, sianosis dan clubbing finger.
Splinter haemorhage dan osler node, mungkin dapat dijumpai pada
endokarditis bakterial subakut. Bandingkan denyut nadi arteri radialis kiri dan
kanan.

Tungkai-Kaki
Perhatikan apakah ada edema tungkai, edema pretibial, edema pergelangan
kaki (ankle edema), edema kardiak seringkali disertai nokturia.
Lakukan perabaan denyut nadi arteri femoralis, arteri politea, dan arteri
dorsalis pedis. Bandingkan nadi kiri dan kanan, serta bandingkan suhu kaki kiri
dan kanan. Cari tanda-tanda fenomen trombo-emboli pada tungkai, diperhatikan
juga vena tungkai bawah apakah ada varises dan tromboflebitis.

Palpasi Jantung
Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan
dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse). Perhatikan Gambar 5.
Lokasi point of maximal impulse, normal terletak pada ruang sela iga (RSI)
V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis).
Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI
medial dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar,
letak iktus kordis agal ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang
teraba adalah 1 –2 cm. Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka
terjadi sysolic lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis
akan teraba akan lebih melebar.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 15


Gambar 5. Left Lateral Decubitus Position

Gambar 6. Cara Melakukan Palpasi Fremitus dan Lokasi Palpasi

Pulsasi Ventrikel Kiri


Pulsasi apeks dapat direkam dengan apikokardiograf. Pulsasi apeks yang
melebar teraba seperti menggelombang (apical heaving). Apical heaving tanpa
perubahan tempat ke lateral, terjadi misalnya pada beban sistolik vertikel kiri yang
meningkat akibat stenosis aorta. Apical heaving yang disertai peranjakan tempat
ke lateral bawah, terjadi misalnya pada beban diastolik vertikel kiri yang
meningkat akibat insufisiensi katup aorta. Pembesaran ventrikel kiri dapat
menyebabkan iktus kordis beranjak ke lateral bawah. Pulsasi apeks kembar
(double apical impulse) terdapat pada aneurisma apikal atau pada kardiomiopati
hipertrofi obstruktif.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 16


Pulpasi Ventrikel Kanan
Area di bawah iga ke III/IV medial dari impuls apikal dekat garis sternal
kiri, normal tidak ada pulsasi. Bila ada pulsasi pada area ini, kemungkinan
disebabkan oleh kelebihan beban sistolik kanan, misalnya pada stenosis pulmonal
atau hipertensi pulmonal. Pulsasi yang kuat di sekitar daerah epigastrium di
bawah prosesussifoideus menunjukkan kemungkinan adanya hipertrofi dan
dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal di atas iga ke ke III kanan menunjukkan
kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi sistolik pada interkostal
II sebelah kiri pada batas sternum menunjukkan adanya dilatasi arteri pulmonal.

Getar Jantung (Cardiac Thrill)


Getar jantung adalah terabanya getaran yang diakibatkan oleh desir aliran
darah. Bising jantung adalah desiran yang terdengar karena aliran darah. Getar
jantung di daerah prekordial adalah getaran atau vibrasi yang teraba di daerah
prekordial. Getar sistolik (systolic Thrill), timbul pada fase sistolik dan teraba
bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolik (diastolic Thrill),
timbulpada fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal.
Getar sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke lateral
menunjukkan insufisiensi katup mitral. Getar sistolik yang pendek dengan lokasi
si daerah mitral dan bersambung ke daerah aorta menunjukkan adanya stenosis
katup aorta. Getar diastolik yang pendek di daerah apeks menunjukkan adanya
stenosis mitral. Getar sistolik yang panjang pada area trikuspid menunjukkan
adanya insufisiensi trikuspid. Getar sistolik pada area aorta pada lokasi di daerah
cekungan suprasternal dan daerah karotis menunjukkan adanya stenosis katup
aorta, sedangkan getar diastolik di daerah tersebut menunjukkan adanya
insufisiensi aorta yang berat, biasanya getar tersebut ini lebih keras teraba pada
waktu ekspirasi. Getar sistolik pada area pulmonal menandakan adanya stenosis
katup pulmonal.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 17


Perkusi Jantung

Gambar 7. Lokasi Perkusi dan Auskultasi Jantung

Gambar 8. Daerah Pekak Jantung dan Redup Jantung pada Efusi


Perikardial yang lanjut

Gambar 9. Daerah Katup Jantung dan Pekak Jantung pada Perkusi


Jantung Normal dan Gambaran Pekak Hati Normal

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 18


Cara Perkusi (Perhatikan Gambar 7, 8 dan 9):
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang
interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak
jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan.
Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah.
Pinggang jantug merupakan batas pekak jantung pada RSI - 3 pada garis para
sternal kiri.
Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau
menonjol ke arah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung
melebar ke lateral kanan dan ke kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut
melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil
bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung
dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.

Auskultasi Jantung

Gambar 10. Proyeksi Katup di dinding dada.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 19


Gambar 11. Area Auskultasi Kegiatan Jantung

Gambar 12. The auscultatory areas from heart sound

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 20


Gambar 13. Cara melakukan pemeriksaan auskultasi jantung

Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan cara mendengar


bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karea kejadian dan kegiatan
jantung dan kejadian hemodinamik darah dalam jantung.
Alat yang dipergunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing
dan chest piece. Macam-macam chest piece yaitu bowl type dengan membran,
digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan fekuensi nada yang tinggi
:bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan fekuensi yang lebih
rendah. Perhatikan proyeksi katup jantung dan cara melakukan pemeriksaan
auskutasi dalam Gambar 10, 11, 12 dan 13.

Beberapa aspek bunyi, yang perlu diperhatikan :


1. Nada, berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran
2. Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan amplitudo gelombang suara
3. Kualitas bunyi, dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan
bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen
bunyi yang terdengar.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 21


Selain bunyi jantung pada auskultasi, dapat juga terdengar bunyi akibat
kejadian hemodinamik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung
(cardiac murmur).

Bunyi Jantung

Gambar 14. Komponen Bunyi Jantung

Bunyi jantung (BJ) dibedakan menjadi (Gambar 14.):


Bunyi jantung utama : BJI, BJ II, BJ III, BJ IV.
Bunyi jantung tambahan ini dapat berupa bunyi detik ejeksi (ejection click) yaitu
bunyi yang terdengar bila ejeksi ventrikel terjadi dengan kekuatan yang lebih
besar misalnya pada beban sistolik ventrikel kiri yang meninggi. Bunyi detak
pembukaan katup (opening snap) terdengar bila pembukaan katup mitral terjadi
dengan kekuatan yang lebih besar dari normal dan terbukanya sedikit melambat
dari biasa, misalnya pada stenosis mitral.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 22


Bunyi Jantung Utama

Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi pada


awal sistolik meregangnya daun daun-daun katub mitral dan trikuspid yang
mendadak akibat tekanan dalam vertikel yang meningkat dengan cepat,
meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun
katub yang telah menutup dengan sempurna, dan getaran kolom darah dalam
outflow tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding pagkal aorta dengan
sejumlah darah yang ada di dalamnya. Bunyi jantung I terdiri dari komponen
mitral dan trikuspidal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu :
- Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel
Makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya
- Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel.
Makin dekat terhadap posisi tertutup makin kecil kesempatan akselerasi
darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I; dan
sebaliknya makin lebar terbukanya katup atrioventrikular sebelum kontraksi,
makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat.
- Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ
lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar
lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar
lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen
aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran yang
mendadak dari darah pada akhir ejeksi sistolik, dan benturan balik dari kolom
darah pada pangkal aorta dan membentur katip aorta yang baru tertutup rapat.
Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta dan pulmonal.
Pada BJ II, komponen A2 lebih keras terdengar pada aortic area sekitar
ruang interkostal II kanan. Komponen P2 hanya dapat terdengar keras disebelah
kanan sternum pada ruang interkostal ii kanan. Komponen P 2 hanya dapat
terdengar keras di sekitar area pulmonal.
Kegiatan fisis akan memperkeras BJ II (A2 + P2), inspirasi cendrung
memperkeras P2, ekspirasi cendrung memperkeras A2. Makin tua usia makin

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 23


keras komponen A2. Pada inspirasi, P2 terdengar sesudah A2 karena ejeksi
ventrikel kanan berlangsung lebih lama dari pada ejeksi ventrikel kiri pada
inspirasi.
Pada keadaan fisiologis, pada inspirasi, kembalinya darah ke dalam
ventrikel kanan menjadi lebih lama. Keadaan ini disebut physiological splitting
(bunyi terbelah yang terjadi secara fisiologis). Pada ekspirasi, masa ejeksi
ventrikel kanan sama dengan masa ejeksi ventrikel kiri sehingga P2 terdengar
bertepatan degan A2. pada hipertensi sistemik, bunyi A2 mengeras, sedang pada
hipertensi pulmonal, bunyi P2 mengeras.
BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (rapid filling
phase). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak
pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera
disusul oleh perlambatan aliran pengisisan.
Bunyi jantung IV : dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan
kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaaan tekanan akhir diastol ventrikel
yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisisan yang lebih keras
dengan bantuan kotraksi atrium yang lebih kuat.

Bunyi Jantung Tambahan


Bunyi detak ejeksi pada awal sistolik (early systolic click). Bunyi ejeksi,
ialah bunyi dengan nada tinggi yang terdengar karena detak. Hal ini disebabkan
karena akselerasi aliran darah yang mendadakpada awal ejeksi ventrikelkiri dan
berbarengan dengan terbukanyakatub aorta terjadi lebih lambat. Keadaan ini
sering disebabkan karena stenosis aorta atau karena beban sistolik ventrikel kiri
yang berlebihan dimana katup aorta terbuka lebih lambat.
Bunyi detak ejeksi pada pertengahan atau akhir sistolik (mid-late systolic
click) ialah bunyi dengan nada tinggi pada fase pertengahan atau akhir sistolik
yang disebabkan karena daun-daun katup mitral dan chordae tendinae meregang
lebih lambat dan lebih keras. Keadaan ini dapat terjadi pada prolaps katup mitral
karena gangguan fungsi muskulus papilaris atau chordae tendinae.
Detak pembukaan katup (opening snap) ialah bunyi yang terdengar
sesudah BJ II pada awakl fase diastolik karena terbukanya katup mitral yang

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 24


terlambat dengan kekuatan yang lebih besar disebabkan hambatan pada
pembukaan katup mitral. Keadaan ini dapat terjadi pada stenosis katup mitral.
Bunyi Ektra Kardial
Gerakan perikard (pericardial friction rub) terdengar pada fase sistolik dan
diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat
ditemukan pada perikarditis.
 Bising (Desir) jantung (Cardiac Murmur)
Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang, yang
timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.
Evaluasi desir jantung dilihat dari :
- Waktu terdengar : pada fase sistolik atau diastolik
- Intensitas bunyi : derajat I, II, III, IV, V, VI
- Nada (frekuensi getaran) : tinggi atau rendahnya nada bunyi
- Tipe (konfigurasi) : timbul karena penyempitan (ejection) atau karena
aliran balik (regurgitation)
- Kualitas (timbre) : musikal atau mendesir
- Lokasi dan penyebaran : daerah dimana bising terdengar paling keras dan
mungkin mnyebar ke arah tertentu.
- Lamanya terdengar : pendek atau panjang

Waktu Terdengarnya Bising Jantung (Bising Sistolik atau Bising Diastolik)


Terlebih dahulu tentukan fase siklus jantung pada saat terdengarnya bising
(sistolik atau diastolik) dengan BJ I dan BJ II atau dengan palpasi denyut karotis
yang teraba pada awal sistolik.
Intensitas Bunyi Murmur
Intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat kerasnya suara dibedakan :
- Derajat I : bunyi murmur sangat lemah hanya dapat terdengar dengan upaya
dan perhatian khusus
- Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah terdengar
- Derajat III: bunyi bising agak keras
- Derajat IV : bunyi bising cukup keras
- Derajat V : bunyi bising sangat keras
- Derajat VI : bunyi bising paling keras
Nada bunyi bising jantung dapat berupa bunyi bising dengan nada tinggi
(high pitched) atau bunyi bising dengan nada rendah (low pitched).

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 25


Tipe (Konfigurasi) Bising Jantung
Tipe bising jantung dibedakan :
- Bising tipe kresendo (crescendo murmur), mulai terdengar dari pelan
kemudian mengeras.
- Bising tipe dekresendo (decrescendo murmur), bunyi dari kelas kemusian
menjadi pelan
- Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-decrescendo=diamond
shapemurmur) yaitu bunyi pelan lalu keras kemudian disusul pelan kembali
disebut ejection type.

PEMERIKSAAN JVP

Cara Pemeriksaan:
Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis (Gambar 15):
- Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.
- Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal, dan
otot strenomastoideus dalam keadaan relaks. Naikkan ujung tempat tidur
setinggi 30 derajat, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak
paling jelas.
- Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak,
kemudian dengan penggaris ukurlah jarak vertikal antara titik ini dengan
angulus sternalis.
- Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda
dapat mencari pulsasi vena jugularis externa.
- Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena
ini mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 26


Gambar 15. Pengukuran Tekanan Vena Jugular (Jugular Venous
Pressure/JVP)

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 27


DAFTAR TILIK PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK 4.B
THORAKS 2 (PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG & JVP )
SEMESTER IV TA.2019/2020

Nama Mahasiswa : ……………..


BP. : ……………
Kelompok :…………………
SKOR
No. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Mengucapkan salam dan menjelaskan tujuan
pemeriksaan
2 Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien dan pasien
tidur telentang dalam keadaan rileks dan dada
terbuka.
INSPEKSI

3 Bentuk dada Normal/Abnormal


- penonjolan asimetris
- vossoure cardiaque
- pigeon breast
- barrel chest
- funnel chest
- juvenile ricketsia
- flat chest
4 Iktus kordis terlihat atau tidak
PALPASI
5 Palpasi apeks jantung (lokasi, luas, ada atau tidaknya
heaving)
6 Palpasi ada atau tidaknya pulsasi abnormal
7 Palpasi ada atau tidaknya thrill pada proyeksi 4 katup
jantung
8 Pengukuran JVP
PERKUSI
9 Perkusi batas jantung kanan
10 Perkusi batas jantung kiri
AUSKULTASI
Bunyi jantung , bunyi tambahan, bising pada:
11 proyeksi katup mitral
12 proyeksi katup aorta
13 proyeksi katup pulmonal
14 proyeksi katup trikuspidal
15 Pericardial friction rub
Jumlah
Ket: 0 = Tidak dilaksanakan Padang,
1 = Dilakukan dengan perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai = Jumlah Total x 100 = ……….
30 ( )

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 28


B. PEMASANGAN EKG DAN INTERPRETASI HASIL
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Mahasiswa mampu melakukan melakukan dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan elektrokardiografi.
B.Tujuan pembelajaran Khusus:
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dan peralatan EKG.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan EKG.
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
elektrokardiogram.
2. LOKASI
Ruang skills lab Gedung F FK Limau Manis

3. PRASYARAT
1. Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler ( anatomi)
2. Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler (fisiologi )
3. Mengetahui hemodinamik sirkulasi jantung ( fisika )
4. Mengetahui patofisiologi sistem kardiovaskuler ( penyakit dalam,
kardiologi, anak).

4. TEORI DASAR

ANATOMI DAN FUNGSIONAL SISTEM KONDUKSI JANTUNG


Sifat-Sifat Listrik Sel Jantung
→ Sel –sel otot jantung mempunyaisusunan ion yang berbeda antara ruang
dalam sel ( ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah
ion Na+ dan ion K+. Kadar K+ intraselular sekitar 30 kali lebih tinggi
dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular.
→ Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion K + daripada
untuk ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion,
potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran
sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan Polarisasi, dengan
bagian luar berpotensial positif dibandingkan bagian dalam. Selisih

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 29


potensial ini disebut potensial membran, yang dalam keadaan istirahat
berkisar 90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel
membran sehingga ion Na+ masuk kedalam sel, yang menyebabkan
potensial membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV ( potensial
diukur intraseluler terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial membran
karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi.
Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali
mencapai keadaan semula, yaitu proses Repolarisasi.
Potensial aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandikan
dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus , maka perubahan potensial yang
terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Masa repolarisasi cepat
dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu fase 4. Kurva
potensial aksi menunjukan karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase
yaitu (Gambar 15.):
 Fase 0 adalah :
Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas yang yang
merupakan lonjakan potensial sehingga mencapai +20 mV. Lonjakan
potensial dalam daerah intraseluler ini disebabkan karena masuknya ion
Na+ dari luar kedalam sel.
 Fase 1 adalah :
Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari + 20
mV mendekati 0 mV
 Fase 2 adalah :
Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi
gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+.
 Fase 3 adalah :

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 30


Gambar 16. Aksipotensial

Sistem Konduksi Jantung.


Sistem konduksi jantung terdiri dari nodus Sini Atrial (SA), nodus
Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut Purkinye (Gambar 16.).
Nodus SA.
Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior dengan
atrium kanan. Sel-sel dalam nodus SA secara otomatis dan teratur
mengeluarkan impuls dengan frekuensi 60 – 100 x/menit
Nodus AV.
Terletak diatas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan.
Sel-sel dalam nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari
nodus SA yaitu 40 – 60 x/menit
Berkas His.
Nodus AV kemudian menjadi Berkas His yang menembus jaringan
pemisah miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya
berjalan pada septum ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi
berkas kanan (Right Bundle Branch = RBB) dan berkas kiri (Left
Bundle Branch = LBB). RBB dan LBB kemudian menuju
endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkas tersebut bercabang
menjadi serabut-serabut Purkinye.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 31


Serabut Purkinye.
Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -
40 x/menit.

Gambar 17. Sistem Konduksi Jantung

Perlengkapan EKG
EKG yang digunakan untuk latihan keterampilan adalah : Fx : 2111. Fukuda
ME Japan . Ada 10 kabel dari EKG yang dihubungkan dengan pasien, yaitu:
Empat macam kabel menghubungkan antara alat EKG dengan keempat anggota
gerak, yaitu :
- Warna merah untuk tangan kanan
- Warna kuning untuk tangan kiri
- Warna hitam untuk kaki kanan
- Warna hijau untuk kaki kiri
Enam buah elektrode untuk precordial, menghubungkan daerah prekordial dengan
alat EKG, yaitu :
- Lead C1 warna putih / merah di V1
- Lead C2 warna putih / kuning di V2
- Lead C3 warna putih / hijau di V3
- Lead C 4 warna putih / coklat di V4
- Lead C 5 warna putih / hitam di V5
- Lead C 6 warna putih / ungu di V6

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 32


Elektrokardiogram (EKG)
EKG adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung .
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-
elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan
menimbulkan kelainan gambar EKG. Sejak Einthoven pada tahun 1903 berhasil
mencatat potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung berkontraksi,
pemeriksaan EKG menjadi pemeriksaan diagnostik yang penting. Saat ini
pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap. Beberapa
kelainan jantung sering hanya diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya
juga, jangan memberikan penilaian yang berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG
dan mengabaikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1). Sandapan – sandapan pada EKG.
Untuk memperoleh rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-
elektroda yang dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat
pencatat potensial yang disebut elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang
konvensional dipakai 10 buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda Extremitas
dan 6 buah elektroda Prekordial. Elektroda-elektroda ekstremitas masin-
masing dilekatkan pada lengan kanan, lengan kiri, tungkai kanan dan tungkai
kiri. Elektroda tungkai kanan selalu dihubungkan dengan bumi utnuk
menjamin pontensial nol yang stabil (Gambar 18.).
Lokasi penetapan elektroda sangat penting diperhatikan , karena penetapan
yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Elektroda-elektroda prekordial diberi nama V1-V6 dengan lokalisasi sebagai
berikut
(Gambar 19.):
V1 : Garis Parasental kanan, pada interkostal IV
V2 : Garis pada Parasternal kiri, pada Interkostal IV,
V3 : Titik tengah antara V2 dan V4
V4 : Garis Klavikula-tengah, pada interkostal V,
V5 : Garis aksila depan, sama tinggi dengan V4,
V6 : Garis aksila tengah , sama tinggi dengan V4 dan V5

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 33


Kadang-kadang diperlukan elektroda-elektroda prekordial sebelah kanan, yang
disebut V3R, V4R, VSR dan V6R yang letaknya berseberangan dengan
V3,V4,V5 dan V6.

Gambar 18. Elektroda ekstremitas

Gambar 19.Elektroda Prekordial

2) Sandapan-sandapan Ekstremitas
Dari elektroda-elektroda ekstremitas didapatkan tiga sandapan, dengan
rekaman potensial bipolar, yaitu :
- Sandapan I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan tangan
kiri bermuatan positif ( + )

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 34


- Sandapan II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
Kaki kiri ( LF ) dimana tangan bermuatan negatif ( - ) dan kaki kiri
bermuatan positif ( + ).
- Sandapan III = Merekanm beda potensial antara tagan kiri ( LA)
dengan Kaki kiri ( LF ), dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan
tangan kiri bermuatan positif ( + ).

Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segita sama sisi, yang
lazim disebut segitiga EINTHOVEN.
Untuk mendapatkan sandapan unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III
disebut terminal sentral dan anggap berpontensial nol. Bila potensial dari suatu
elektroda dibandingakan dengan terminal sentral , maka didapatkan potensial
mutlak elektroda tersebut dan sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
Sandapan Unipolar Ekstrimitas yaitu :
 Sandapan aVR = Merekam potensial listrik pada tangan kanan ( RA),
dimana tangan kanan bermuatan positif ( +), tangan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda Indiferen
( potensial nol ).
 Sandapan aVL = Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana
tangan kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda Indiferen ( potensial nol ).
 Sandapan aVF = Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana
kaki kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan tangan kiri membentuk
elektroda Indiferen ( potensial nol ).

Sandapan Unipolar Prekordial yaitu :


Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda yang
ditempatkan dibeberapa tempat dinding dada. Elektroda Indiferen diperoleh
dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstrimitas. Sesuai dengan nama
elektrodanya, sandapan-sandapan prekordial disebut V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
3). Kertas EKG.
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan
vertical dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih
tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar). Perhatikan Gambar 20.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 35


- Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04detik,
sedangkan 5 mm = 0.20 detik.
- Garis vertical menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt,
sedangkan setiap 10 mm = 1 milliVolt.

Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 mm/detik.


Pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi 1 milliVolt yaitu sebuah atau
lebih yang menimbulkan defleksi 10 mm. Pada keadaan tertentu kalibrasi dapat
diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau diperkecil yang akan
menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat perekaman EKG
sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi pembacanya.
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik disebut garis iso-elektrik.
Defleksi yang arahnya keatas disebut defleksi positif, yang kebawah disebut
defleksi negatif.

Gambar 20. REKAMAN EKG NORMAL

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 36


Interpretasi EKG

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 37


Gambar 21. Rekaman EKG dalam 1 siklus

Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.
Proses listrik ini terdiri dari :
- Depolarisasi Atrium
- Repolarisasi Atrium
- Depolarisasi Ventrikel
- Repolarisasi Ventrikel
Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal
memperlihatkan 3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel
dan repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG,
karena disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya
bersamaan dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh
lebih besar.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 38


EKG normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat
gelombang U (Gambar 21.). Selain itu juga ada beberapa interval dan segmen
EKG.
Gelombang P (Gambar 21 dan 22.)
Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium dari pemacu
jantung fisiologi nodus SA atau dari atrium. Gelombang P bisa positif, negatif,
atau bifasik, atau bentuk lain yang khas.
Gelombang P yang normal :
- Lebar kurang dari 0.12 detik
- Tinggi kurang dari 0.3 milliVolt
- Selalu positif di lead II
- Selalu negatif di aVR

Gambar 22. Variasi Gelombang P

Gelombang QRS (Gambar 21)


Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari gelombang
Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang QRS yang normal :

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 39


 Lebar 0.06 – 0.12 detik
 Tinggi tergantung lead
Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang
Q yang normal :
 Lebar kurang dari 0.04 detik
 Tinggi / dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
Gelombang R adalah defleksi positif pertama gelombang QRS. Geombang
R umumnya positif di lead II, V5 dan V6. Di lead aVR , V1 dan V2 biasanya
hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR
dan V1 gelombang S terlihat dalam dan di V2 ke V6 akan terlihat makin lama
makin menghilang atau berkurang dalamnya.

Gelombang T
(Gambar 21 dan 23)
Merupakan gambaran proses
repolarisasi ventrikel. Umumnya
gelombang T positif di lead I, II, V3 – V6
dan terbalik di aVR.

Gelombang U.
Adalah gelombang yang timbul setelah
gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya.. Penyebab timbulnya
gelombang U masih belum diketahui,
namun diduga akibat repolarisasi lembat
sistem konduksi interventrikel.

Gambar 23. Gelombang T, U dan


QT Interval PR.

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 40


Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0.12 – 0.20 detik. Ini merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui
berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel.
Segmen ST (Gambar 24. dan 25.)
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.
Segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari
-0.05 sampai +2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun
disebut ST depresi.

Gambar 24. Segmen ST Gambar 25. Diagnosis


Differensial Segment ST

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN E.K.G:


A. 1. IRAMA
2. FREKWENSI JANTUNG
3. PR-INTERVAL
4. MORFOLOGI
a. GELOMBANG P

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 41


b. KOMPLEX QRS
c. ST SEGMENT
d. GELOMBANG T
e. QRS INTERVAL
f. VAT
g. QT RATIO
B. KESIMPULAN EKG
5. PROSEDUR KERJA

A. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi.
1. Mulai dengan melihat vena-vena servikal
a) Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi tekanan vena.
b) Atur posisi pasien pada tempat pemeriksaan dengan punggung lurus
dan kepala ditinggikan 30 derjat dari garis horizontal
c) Perhatikan puncak kolom darah berfluktuasi selama siklus jantung
2. Inspeksi Prekordium
a) Perhatikan kesimetrisan dada
b) Tentukan lokasi apeks jantung
Palpasi
1. Palpasi denyut karotis untuk menilai ejeksi ventrikel kiri
2. Pusatkan perhatian pada ciri tiap denyut nadi
3. Lakukan palpasi daerah prekordium, tentukan lokasi apeks
4. Letakkan bantalan dua atau tiga jari di atas tempat denyut apeks perhatikan
ketukan dan tarikan yang cepat
5. Periksa prekordium kanan untuk mencari dekstrokardia
6. Palpasi sendi klavikula dan suprasternal, tiapsela iga parasternal, apeks
dan mid aksilla
Perkusi
1. Mulai pada tiap sela iga jauh ke lateral ke arah aksila, perkusi ke arah
sternum
2. Tentukan batas jantung kiri , atas dan kanan
3. Tentukan pinggang jantung

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 42


Auskultasi
1. Letakkan jari tangan pada karotis, identifikasi dan dengarkan bunyi
jantung pertama, kedua an interval diantara bunyi jantung pertama dan
kedua ( fase sistolik) dan bunyi jantung kedua dan pertama (fase diastolik).
2. Auskultasi seluruh prekordium, empat daerah penting mencerminkan
bunyi dari empat katup.
B. PEREKAMAN EKG
1. Siapkan 1 set EKG pada tempat yang sudah ditentukan
2. Pemeriksa berada sebelah kanan pasien
3. Pasien tidur terlentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka
4. Bersihkan tempat pemasangan elektroda dengan alkohol
5. Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda
6. Kecepatan perekaman 25mm/detik dengan kalibrasi 1 cm = 1 mVol
7. Perekaman dimulai secara manual dari lead I, II, III, AVR, AVL, AVF dan
V1 – V6.
8. Elektroda dilepas dari pasien dan dibersihkan.

REFERENSI yang disarankan:


1. Buku: ADAMS: Physical Diagnosis. Burnside-Mc.Glynn. 17th ed.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh Dr. Henny Lukmanto. Penerbit EGC.
Cet. 4. tahun 1993.
2. Buku: EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter
Umum. Penulis: Dr. Syukri Karim (Bagian Kardiologi FKUI/RS.Jantung
Harapan Kita) dan Dr. Peter Kabo, (Bagian Farmakologi UNHAS RSU
Wahidin Sudirohusodo).

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 43


DAFTAR TILIK PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK 4.B
PEMERIKSAAN EKG DAN INTERPRETASI HASIL
SEMESTER IV TA.2019/2020

Nama Mahasiswa : ………………..


BP. : ………………..
Kelompok : ……………….
SKOR
No. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
A
1. Mengucapkan salam, menyiapkan alat EKG ,berdiri sebelah
kanan pasien dan menjelaskan tujuan pemeriksaan.
2. Mempersiapkan pasien (posisi pasien: tidur terlentang
dengan dada terbuka, tempat pemasangan elektroda
dibersihkan dengan alkohol dan dioleskan jelly)
3. Pemasangan elektroda pada ekstremitas & dada
4. Memastikan Kecepatan perekaman dan kalibrasi alat
B. PEREKAMAN
5. Perekaman secara manual dari Lead I, II, III, AVR, AVL,
AVF dan V1 – V6
6. Selesai perekaman elektroda dilepas dari pasien dan
dibersihkan
C INTERPRETASI
7. Irama Jantung : - Sinus/Bukan Sinus
- Reguler/Irreguler
8. Hitung Frekwensi Jantung : - Normal
- > / < Normal
9. Aksis: a. Normal
b.LAD
c.RAD
10. Tentukan Gelombang P : - Normal
- LAH / RAH
11. Hitung PR Interval
12. Gelombang Q : - Normal
- Patologis
13. Hitung QRS Interval
14. Tentukan RVH/ LVH
15. Tentukan ST Segmen : - Isoelektrik
- Elevasi / Depresi
16. Tentukan Gelombang T : - Normal
- Inversi / Flat
17. Kesimpulan
TOTAL
Ket: 0= Tidak dilaksanakan Padang,.....................
1= Dilakukan dengan perlu perbaikan Instruktur,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai = (…………………………)
Jumlah Total x 100 = ….
34

Penuntun Keterampilan Klinik 4.B Tahun 2020 44

Anda mungkin juga menyukai