Oleh :
Putri Nur Oktavia Jauhari
20360100
Pembimbing :
dr.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan
judul “GANGGUAN SKIZOAFEKTIF ”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata bahasa,
dan dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr. yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan paper ini. Penulis juga
berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama membantu menyusun
laporan kasus ini..
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses
berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi orang dengan gangguan jiwa (dan
keluarganya). Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa
dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status
sosial-ekonomi. Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat
penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu
Salah satu gangguan kejiwaan yang akan dibahas pada bab ini adalah
yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran. Statistik
umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari populasi umum dan
sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini. Gangguan
skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan bipolar (Istiono,
2019). Prevalensi pada pria lebih rendah dari pada wanita. Onset umur pada wanita
lebih besar dari pada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih
sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.
pasien dikelompokkan dengan skizofrenia atau gangguan bipolar dengan ciri psikotik
(Supratanda, 2016).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah suasana (mood
gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam
beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien
manik, depresif atau campuran keduanya. Suatu gangguan psikotik dengan gejala-
gejala skizofrenia dan manik yang sama-sama menonjol dalam satu episode penyakit
yang sama.
kadangkadang kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ideide
terganggu, dan hilangnya hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham kejaran
mungkin ada. Gejala skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa pikirannya
ide-ide yang bizarre (Kurnilla, 2017). Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu,
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat bersamaan,
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode yang sama.
sering dianggap sebagai diagnosis yang lebih ringan daripada skizofrenia, yang
Menurut sebuah tim dari enam belas sentra di empat negara, masalah
masih kuatnya pengaruh Kraepelin sejak hampir seratus abad yang lalu (1920), yang
menekankan dikotomi antara skizofrenia (yang dulu disebut dementia praecox) dan
afektif dan psikotik yang akut dan singkat “buffée délirante” (Jaya, 2017).
C. SUB TIPE SKIZOAFEKTIF
diantaranya yaitu elasi dan ide-ide kebesaran, tetapi kadang-kadang kegelisahan atau
iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran. Terdapat peningkatan
hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham kejaran mungkin ada. Gejala
skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa pikirannya disiarkan atau diganggu,
suara yang beraneka ragam atau menyatakan ide-ide yang bizarre (Wulan, 2016).
konsep diagnostik baik baik skizofrenia maupun gangguan mood dimana hanya
bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah
yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif
mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau
sedikitnya satu atau lebih lagi dua, gejala skizofrenia yang khas.
Harus ada depresi yang menonjol Disertai oleh sedikitnya dua gejala
depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat dalam kriteria
episode depresif . Dalam episode yang sama, sedikitnya harus ada satu atau
D. FAKTOR RESIKO
2. Stress berlebihan
untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk pengobatan dengan obat
dengan antipsikotik saja (Wintari, 2020). Untuk orang gangguan skizoafektif dengan
bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik,
psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa
keluarga sangat penting agar obat dapat dipertahankan dan tidak timbul relaps yang
antipsikotik.
• Ada banyak jenis obat antipsikotik yang tersedia, tetapi paliperidone extended
skizoafektif.
• Untuk gejala yang berhubungan dengan mood, biasanya diresepkan
• Psikoterapi
• Psikoterapi suportif,
• Psikoedukasi,
dilakukan.
BAB III
KESIMPULAN
adanya gejala kombinai antara skizofrenia dan gangguan afektif yang menonjol pada
saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam
satu episode penyakit yang sama. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan
gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama
dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode
campuran.
DAFTAR PUSTAKA
Istiono, A., 2019, November. Person Centered Therapy Untuk Menurunkan Depresi
Pada Pasien Skizoafektif In Prosiding Seminar Nasional
Multidisiplin (Vol. 2, No. 1, pp. 180-191).
Jaya, M.A., 2017. Skizoafektif Tipe Mania. UMI Medical Journal, 2(1), pp.67-78.
Kurnilla, M.D., Himawan, A.B. and WARDANI, N.D., 2017. Tingkat Stress Pada
Caregiver Pasien Gangguan Jiwa Psikotik (Doctoral dissertation,
Faculty of Medicine).
Supratanda, F.E., 2016. Penatalaksanaan Skizoafektif Tipe Depresif dengan Sindrom
Ekstrapiramidal. Jurnal Medula, 4(3), pp.63-68.
Wintari, S.T., 2020. Studi Kasus Dinamika Psikologis Pasien dengan Gangguan
Mental Psikotik Skizoafektif. Psyche 165 Journal, 13(1), pp.114-120.
Wulan, A.J., 2016. Skizoafektif Tipe Campuran. medical profession journal of
lampung university, 5(2), pp.58-62.