Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Oleh :
Putri Nur Oktavia Jauhari
20360100
 
Pembimbing :
dr.

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR SMF PSIKIATRI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR
LAMPUNG RSU HAJI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan
judul “GANGGUAN SKIZOAFEKTIF ”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata bahasa,
dan dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr. yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan paper ini. Penulis juga
berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama membantu menyusun
laporan kasus ini..
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin

Medan, 5 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa.

Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses

berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini

menimbulkan stress dan penderitaan bagi orang dengan gangguan jiwa (dan

keluarganya). Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan

pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa

dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status

sosial-ekonomi. Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat

pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di

lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat

penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu

yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan.

Salah satu gangguan kejiwaan yang akan dibahas pada bab ini adalah

gangguan skizoafektif. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik

yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah

suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran. Statistik

umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari populasi umum dan

sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini. Gangguan
skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan bipolar (Istiono,

2019). Prevalensi pada pria lebih rendah dari pada wanita. Onset umur pada wanita

lebih besar dari pada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih

sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.

Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku

antisosial (Istiono, 2019).

Gangguan skizoafektif dikatakan kurang mendapat perhatian karena masalah

dalam penegakan diagnosis di awal, persepsi bahwa skizoafektif merupakan sekedar

gabungan tumpang-tindih antara skizofrenia dan gangguan bipolar yang

penatalaksanaannya dengan gabungan pengobatan dari kedua entitas tersebut, dan

anggapan bahwa gangguan skizoafektif merupakan bentuk ekstrem dari skizofrenia

atau gangguan bipolar. Pada kebanyakan penelitian tentang gangguan skizoafektif,

pasien dikelompokkan dengan skizofrenia atau gangguan bipolar dengan ciri psikotik

(Supratanda, 2016).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang persisten,

seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah suasana (mood

disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran. Gangguan skizoafektif

diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan bipolar. Diagnosis gangguan

skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan

gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam

beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien

gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe

manik, depresif atau campuran keduanya. Suatu gangguan psikotik dengan gejala-

gejala skizofrenia dan manik yang sama-sama menonjol dalam satu episode penyakit

yang sama.

Gejala-gejala afektif diantaranya yaitu elasi dan ide-ide kebesaran, tetapi

kadangkadang kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ideide

kejaran. Terdapat peningkatan enersi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang

terganggu, dan hilangnya hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham kejaran

mungkin ada. Gejala skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa pikirannya

disiarkan atau diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha


mengendalikannya, mendengar suara-suara yang beraneka beragam atau menyatakan

ide-ide yang bizarre (Kurnilla, 2017). Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu,

namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu.

B. PEDOMAN DIAGNOSTIK (ICD-X/PPDGJ III)

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat bersamaan,

atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode yang sama.

Reliabilitas diagnostik untuk gangguan skizoafektif rendah sering terdapat

misdiagnosis dengan skizofrenia (Kurnilla, 2017). Gangguan skizoafektif bahkan

sering dianggap sebagai diagnosis yang lebih ringan daripada skizofrenia, yang

ditegakkan ketika keadaan pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk

skizofrenia maupun bipolar.

Menurut sebuah tim dari enam belas sentra di empat negara, masalah

kurangnya reliabilitas kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif adalah karena

masih kuatnya pengaruh Kraepelin sejak hampir seratus abad yang lalu (1920), yang

menekankan dikotomi antara skizofrenia (yang dulu disebut dementia praecox) dan

gangguan mood (manic-depressive). Hal ini dibandingkannya dengan pandangan

Kasanin (1933) tentang gangguan skizoafektif sebagai gangguan dengan episode

afektif dan psikotik yang akut dan singkat “buffée délirante” (Jaya, 2017).
C. SUB TIPE SKIZOAFEKTIF

Suatu gangguan psikotik dengan gejalagejala skizofrenia dan manik yang

sama-sama menonjoldalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala afektif

diantaranya yaitu elasi dan ide-ide kebesaran, tetapi kadang-kadang kegelisahan atau

iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran. Terdapat peningkatan

enersi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang terganggu, dan hilangnya

hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham kejaran mungkin ada. Gejala

skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa pikirannya disiarkan atau diganggu,

ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha mengendalikannya, mendengar suara-

suara yang beraneka ragam atau menyatakan ide-ide yang bizarre (Wulan, 2016).

Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan secara

sempurna dalam beberapa minggu Diagnosis gangguan skizoafektif melibatkan

konsep diagnostik baik baik skizofrenia maupun gangguan mood dimana hanya

dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif

bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah

yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif

mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau

campuran keduanya. Berikut adalah tipe-tipe pada skizoafektif :

1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Suasana perasaan meningkat secara menonjol atau ada peningkatan

suasana perasaan yang tak begitu mencolok dikombinasi dengan iritabilitas


atau kegelisahan yang meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada

sedikitnya satu atau lebih lagi dua, gejala skizofrenia yang khas.

2. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

Harus ada depresi yang menonjol Disertai oleh sedikitnya dua gejala

depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat dalam kriteria

episode depresif . Dalam episode yang sama, sedikitnya harus ada satu atau

lebih, dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan pada

pedoman diagnostik skizofrenia).

3. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran

Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersama-sama

dengan gejala-gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran.

D. FAKTOR RESIKO

1. Genetik (riwayat keluarga yang memiliki gangguan skizoafektif,

skizofrenia atau gangguan bipolar).

2. Stress berlebihan

3. Mengonsumsi obat psikoaktif dan psikotropika.


E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan gangguan skizoafektif tergantung pada tipe gangguannya.

Modalitas terapi yang digunakan untuk masing-masing tipe berbeda. Pengobatan

untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk pengobatan dengan obat

antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan

dengan antipsikotik saja (Wintari, 2020). Untuk orang gangguan skizoafektif dengan

tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung

bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik,

psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa

menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.

Selain farmakoterapi, psikoedukasi serta komunikasi dengan pasien dan

keluarga sangat penting agar obat dapat dipertahankan dan tidak timbul relaps yang

mengakibatkan kesulitan dalam mencapai respons pengobatan yang sama.

• Obat-obatan : Tergantung apakah pasien memiliki depresi atau bipolar

disorder, selain skizofrenia. Obat utama untuk gejala psikotik seperti

halusinasi, delusi, dan pola pikir yang terganggu, dinamakan obat

antipsikotik.

• Ada banyak jenis obat antipsikotik yang tersedia, tetapi paliperidone extended

release adalah satu-satunya yang disetujui FDA untuk mengobati gangguan

skizoafektif.
• Untuk gejala yang berhubungan dengan mood, biasanya diresepkan

antidepresan atau mood stabilizer seperti lithium.

• Psikoterapi

Karena, Pasien-pasien dengan gejala psikotik seperti pasien skizoafektif

umumnya mempunyai masalah dalam interaksi social karena gejala negatif

yang dialami dan masalah kepatuhan minum obat.

• Psikoterapi suportif,

• Psikoedukasi,

• dan cognitive behavioral therapy (CBT)

Juga merupakan psikoterapi yang bisa digunakan untuk mengatasi

skizoafektif. Selain itu psikoedukasi dan intervensi keluarga juga perlu

dilakukan.
BAB III
KESIMPULAN

Simpulan Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan

adanya gejala kombinai antara skizofrenia dan gangguan afektif yang menonjol pada

saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam

satu episode penyakit yang sama. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan

gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama

dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode

campuran.
DAFTAR PUSTAKA

Istiono, A., 2019, November. Person Centered Therapy Untuk Menurunkan Depresi
Pada Pasien Skizoafektif In Prosiding Seminar Nasional
Multidisiplin (Vol. 2, No. 1, pp. 180-191).
Jaya, M.A., 2017. Skizoafektif Tipe Mania. UMI Medical Journal, 2(1), pp.67-78.
Kurnilla, M.D., Himawan, A.B. and WARDANI, N.D., 2017. Tingkat Stress Pada
Caregiver Pasien Gangguan Jiwa Psikotik  (Doctoral dissertation,
Faculty of Medicine).
Supratanda, F.E., 2016. Penatalaksanaan Skizoafektif Tipe Depresif dengan Sindrom
Ekstrapiramidal. Jurnal Medula, 4(3), pp.63-68.
Wintari, S.T., 2020. Studi Kasus Dinamika Psikologis Pasien dengan Gangguan
Mental Psikotik Skizoafektif. Psyche 165 Journal, 13(1), pp.114-120.
Wulan, A.J., 2016. Skizoafektif Tipe Campuran. medical profession journal of
lampung university, 5(2), pp.58-62.

Anda mungkin juga menyukai