Anda di halaman 1dari 42

CASE REPORT

PEMBIMBING :
dr. Hasroni Fathurrahman, M.Ked-klin Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU UROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
MEDAN
2022
DISUSUN OLEH :
Candra Farid Rifai (20360070)
Cyra Putri Dinanti (2036
Dede Marwan Maulana (2036)
Reza Rahadian Yusuf Daen (20360104)
Rika Arianofela (20360106)
Siti Awalinah Khozanah (2036)
BAB I

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Retensi Urin merupakan suatu keadaan darurat urologi yang paling
sering ditemukan dan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Bilamana retensi urin tidak ditangani sebagaimana mestinya, akan
mengakibatkan terjadinya penyulit yang memperberat morbiditas
penderita yang bersangkutan. Pada dasarnya tidak diperlukan
peralatan maupun ketrampilan yang khusus untuk mendeteksi dan
menangani penderita dengan retensi urin, apapun yang
menyebabkan terjadinya kelainan tersebut.
PENDAHULUAN
Salah satu penyebab retensi urine adalah BPH. Benign Prostat Hyperplasia
merupakan penyakit yang sering diderita pada pria. Di klinik 50 % dijumpai
penderita BPH berusia 60-69 tahun, yang menimbulkan gejala-gejala bladder
outlet obstruction. Pada wanita salah satu komplikasi umum yang terjadi
setelah proses persalinan, baik persalinan pervaginam atau sectio caesarea
adalah retensi urin postpartum.
BAB II

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Muhammad Saini
Usia : 64 Tahun
Alamat : Jl. Pulau Bintan LK IV Pekan Labuhan Medan

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam
Ruangan : Jabal Rahmah A11
No.RM : 372577
Masuk RS : 15-01-2022
ANAMNESIS PASIEN
Keluhan Utama Sulit buang air kecil
Demam (-), Pusing (+), Lemas (+), Mual (-),
Riwayat Perjalanan Penyakit
Muntah (-), Ikterik (-/-), Sesak (-), Keluhan BAB
OS laki-laki 64 Tahun datang ke
(-).
IGD RSU Haji Medan dengan keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
sulit BAK yang dialami sejak ± 15 hari
Diabetes Melitus terkontrol
ini. OS pernah merupakan pasien
Riwayat Penggunaan Obat
rujukan dari RSU Batu bara dengan
Tidak ada
riwayat operasi TURP demam (-),
Riwayat Alergi Obat
Pusing (+), Lemas (+), Mual (-), Muntah
Tidak ada
(-), Ikterik (-/-), Sesak (-), Keluhan BAB
(-).
Riwayat Penyakit Keluarga

Hubungan Diagnosa Keadaan Penyebab


Kesehatan Meninggal

Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 138/80 mmHg
Nadi : 103x/menit
Suhu : 36,7°C
Pernapasan : 22 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-)
Mulut : Tidak terdapat kelainan
Pulmo
Inspeksi : Normal
Leher Palpasi : Vokal fremitus kanan dan
Bentuk : Simetris, normal kiri simetris, massa (-), krepitasi
KGB : Tidak teraba (-)
membesar Perkusi : Sonor pada paru kanan,
Thorax dan paru kiri
Dinding dada : Simetris dalam Auskultasi : Vesikuler pada paru dan

keadaan statis dan pada paru kiri, Ronki (- ),

dinamis Wheezing (-).


Jantung Abdomen
Inspeksi : Iktus cordis tidak Inspeksi : Distensi (-)
tampak Palpasi : Nyeri tekan perut (+)
Palpasi : Iktus cordis teraba di sela Perkusi : Timpani (+)
iga V Auskultasi : Bising usus (+), normal
Perkusi : Batas jantung kesan
tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2
normal, Murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior


Edema - -
Akral Dingin - -
Refleks Fisiologis ++ ++
Refleks Patologis - -
Status Lokalis

Regio Supra Pubis

- Inspeksi : Datar, tidak ada benjolan maupun massa


- Palpasi : Nyeri tekan (+), Nyeri Lepas (-)
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising Usus (+)
Regio Genitalia Eksterna
- Terpasang kateter (+)
Regio Anal
- Tidak dilakukan pemeriksaan
 
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan  

Darah Lengkap
Hemoglobin 9.3 11.7-15.5 gr/dl  
Hematokrit 30.3 37-45 %  

Leukosit 6.80 4-11 ribu/mm3  

Trombosit 280 150-440 ribu/mm3  

Eritrosit 3.81 4.00-5.00 juta/uL  


PDW 15.4 9.0-13.0 fL  
RDW-CV 12,5 11.5-14.5 %  

MPV 12,5 7.2-11.1 fL  

PCT 0.197 0.150-0.400 %  


Index Eritrosit
1. MCV 79 80-100 fl
2. MCH 24 26-34 pg
3. MCHC 30 32-36 g/dL
Hitung Jenis Leukosit
1. Basofil 0 0-1 %
2. Eosinofil 7 1-3 %
3. Neutrofil Segmen 59 50-70 %
4. Limfosit 21 20-45 %
5. Monosit 6 4-8 %
Jumlah total sel
1. Total Lymphosit 2,49 0.58-4.47 ribu/uL
2. Total Basofil 0.02 0-0.1 ribu/uL

3. Total Monosit 0.87 0.17-1.22 ribu/uL

4. Total Eosinofil 0-0.61 ribu/uL


0.57
5. Total Neutrofil 3.2 1.88-7.82 ribu/uL
Hemostasis

Masa perdarahan (BT) 2 1-3 menit  

Masa pembekuan (CT) 4 2-6 menit  

Kimia Klinik

Glukosa Adrandom 161 <200 mg/dL  

Imunoserologi
 

HbBsAg Negatif Negatif  


Foto Thorax

Hasil pemeriksaan foto Thorax :

• Jantung dalam batas normal

• Sinus costophrenicus kanan lancip

• Diafragma kiri tumpul

• Diafragma kanan kiri licin

• Corakan bronchovasculer baik

Kesan : Penebalan pleura kiri


USG Abdomen
• Kedua ginjal ukuran normal dan tidak
tampak dilatasi pelvi-calses kanan-
kiri, tampak nodu anecoic ukuran -/+
1,41 cm x 1,04 cm di cortex ginjal
kanan
• vesica urinaria dindingnya meneal
dan tampak massa ukuran -/+ 2,27
cm x 2,47 cm pada dinding aspek
lateral kiri vesica-urinaria
• Prostar ukurannya membesar -/+
4,34 cm x 3,92 cm x 4,30cm atau
volume -/+ 38,68mL
USG Abdomen

• Kesan : Laki-laki, usia


64 tahun dengan klinis : kista
ginjal kanan, suggestif massa
vesica-urinaria ukuran 2,27 cm
x 2,47 cm + cystitis, BPH
volume -/+ 38,68mL
• Hasil USG KUB :
• - Hipertrofi prostat
Diagnosis Kerja
Clot Retensi urin e.c Post TURP d/t Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Penatalaksanaan
A. Tindakan Operatif : Sistoscopy + Evaluasi Cloth
B. Terapi Post Operatif : IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/menit
Ceftriaxone 1g/12 jam
Ranitidine 1g/12 jam
Asam Traneksamat 500 mg
Ketorolac 1g/8 jam
Prognosis
Functionam : Dubia ad Bonam
Sanamsionam : Dubia ad Bonam
Ad Vitam : Bonam
 
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI SALURAN KEMIH
• Alat-alat kemih terdiri
dari :
- Ginjal,
- Pelvis renalis
(pielum),
- Ureter,
- Buli-buli
- Uretra
Ginjal Pelvis renalis
Ginjal menghasilkan air seni Mengumpulkan air seni
dengan membuang air dan yang datang dari apeks
berbagai bahan metabolik papilla. Kapasitas rata- rata
yang berbahaya 3-8 ml.
Ureter dan Kandung kemih

• Berbentuk seperti pipa


• Berdiameter 4-7 mm.
• Panjang + 30 cm pada laki-laki dan
+ 1 cm lebih pendek dari wanita.
• Buli-buli berfungsi menampung urin dan
mengeluarkannya .
• Kapasitas maksimal (volume) untuk
orang dewasa + 350-450 ml
Uretra
• Panjang uretra wanita + 3-5 cm
dan diameter 8 mm, berada di
bawah simfisis pubis dan
bermuara di sebelah anterior
vagina.
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari buli-buli melalui proses
miksi.

• Panjang uretra pria dewasa + 23-


25 cm. Uretra posterior pria terdiri
atas uretra pars prostatika yaitu
bagian uretra yang dilingkupi oleh
kelenjar prostat, dan uretra pars
membranasea.
1. FASE PENGISIAN
Proses miksi

Urine Kontraksi m.destrusor


buli dan relaksasi OUE
Masuk ke VU FISIOLOGIS
MIKSI
Dinding buli Aktivasi parasimpatis
meregang
2. FASE PENGOSONGAN
Saraf sensorik Vol. urin bertambah,
desakan dinding VU ↑

Impuls dibawa ke pusat


saraf Desakan berkemih dapat
ditunda beberapa waktu
Kortikal : Subkortikal :
Produksi urin melambat Dinding VU meregang
RETENSI URIN
DEFINISI

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

KLASIFIKASI

PATOFISIOLOGI

GAMBARAN KLINIS

PENATALAKSANAAN
DEFINISI
• Retensio urin adalah :
Ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang
terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli
terlampaui.

Kesulitan miksi karena kegagalan urine dari vesika urinaria. (Kapita


Selekta Kedokteran).

Ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat


keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner &
Suddarth).
ETIOLOGI

Inkordinasi
(destrusor
Hambatan
dan uretra)
jalan
keluar :
- Clot
Kelainan - Batu uretra
destrusor : - Trauma
- Kelainan uretra
MS - Striktur
- Kelainan uretra
saraf perifer - BPH
KLASIFIKASI

Retensi urin :
- Akut
- Kronis

Retensi urin :
- Supravesikal
- Vesikal
- Intravesikal
PATOFISIOLOGI PROSES BERKEMIH

PENGISIAN & PENGOSONGAN


PENYIMPANAN

SIMPATIS PARASIMPATIS

RELAKSASI OTOT URETRA KONTRAKSI OTOT


TRIGONAL DAN PROKSIMAL DETRUSOR

RELAKSASI OTOT POLOS &


SKELET SPHINCTER
INTERNA

RETENSI URIN
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
• Anamnesis :
Tidak bisa kencing atau kencing menetes
/sedikit-sedikit

Nyeri dan benjolan/massa pada perut bagian


bawah

Riwayat trauma: "straddle", perut bagian


bawah/panggul, ruas tulang belakang.

Pada kasus kronis, keluhan uremia


PEMERIKSAAN OBJEKTIF

Inspeksi • Penderita gelisah


• Benjolan/massa perut bagian bawah

• Teraba benjolan/massa kistik-kenyal (undulasi) pada


Palpasi perut bagian bawah.
• Bila ditekan→ perasaan nyeri pada pangkal penis atau
dan perasaan ingin kencing yang sangat mengganggu.
perkusi • Perkusi → redup
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos
abdomen dan
genitalia
• terlihat bayangan Uretrografi
buli-buli yang Ultrasonografi
penuh dan untuk melihat untuk melihat
membesar. adanya striktura, volume buli-buli,
• adanya batu kerobekan uretra, adanya batu,
(opaque) di uretra tumor uretra. adanya
atau orifisium pembesaran
internum. kelenjar prostat
Contoh gambar px penunjang
KOMPLIKASI RETENSI URIN

MENEKAN
RETENSI URIN VU >> MAX
DINDING VU

MENGHAMBAT
HIDRONEFROSI
ALIRAN URIN
GAGAL GINJAL S&
DARI GINJAL &
HIDROURETER
URETER
PENATALAKSANAAN

Kateterisasi Drainage
urethra suprapubik
PROGNOSIS
Functionam : Dubia ad Bonam
Sanamsionam : Dubia ad Bonam
Vitam : Bonam
KESIMPULAN
• Retensi urin merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin
yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli
terlampaui.Retensi urin memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk
diantaranya kesulitan buang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, dan
terputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan atau
memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih. Penanganan retensi urin
dengan mengevakuasi urin dari kandung kemih. Urin dapat dikeluarkan dengan
cara kateterisasi atau sistostomi buli-buli bila fasilitas/sarana untuk sistostomi
baik trokar maupun terbuka tersedia.
• Adapun penyebab dari retensi urin adalah : kelemahan detrusor.
cedera/gangguan pada sumsum tulang belakang, kerusakan serat saraf
(diabetes melitus), detrusor yang mengalami peregangan/dilatasi yang
berlebihan untuk waktu lama. Hambatan pada jalan keluar: kelainan kelenjar
prostat (BPH, Ca), striktura uretra, batu uretra, kerusakan uretra (trauma),
gumpalan darah didalam lumen buli-buli (clot retention)
KESIMPULAN
• Pada retensi urin kronik, pemeriksaan yang diperlukan adalah:
Urinalisis: untuk melihat adanya infeksi, Sistoskopi yaitu penggunaan
kamera fiberoptik pada uretra. Dengan sitoskopi dapat dilihat
penyebab striktur, letaknya, dan karakter dari striktur. PSA (Prostate-
Spesific Antigen) adalah tumor marker yang paling penting saat ini
untuk deteksi dini, menentukan staging, dan monitoring pada penderita
kanker prostat. PSA terdiri dari protein yang diproduksi oleh sel prostat
untuk menjaga viskositas cairan semen. Urodinamik adalah suatu
perangkat pemeriksaan obyektif untuk mengetahui fungsi kandung
kemih dan merupakan pemeriksaan penunjang yang cukup akurat
untuk menentukkan jenis dan penyebab gangguan pada saluran kemih
bagian bawah
TERIMAKASIH

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai