Skizoafektif
Tipe Manik
M. Reza Ramdhika 2110070200091
Muhammad As’Ari 2110070200141
Fadhil Muhammad Arfi 2110070200142
Pendahul
uan
Latar Belakang
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan
adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan
afektif. Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan
episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol
dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara
bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan
skizoafektif tipe manik.
Pengobatan untuk gangguan skizoafektif merespon baik terhadap
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
mood stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang
gangguan skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat
antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung bekerja dengan baik.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-
edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long
acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan
skizoafektif
Tujuan
• Tujuan Umum
Penulisan laporan kasus ini betujuan untuk melengkapi syarat kepaniteraan
klinik senior (KKS) bagian jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin
Padang.
• Tujuan Khusus
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan skizoafektif tipe manik
mulai definisi sampai penatalaksaan.
Manfaat
Bagi Institusi
Bagi Penulis Pendidikan
01 02
Sebagai bahan acuan dalam Dapat dijadikan sumber referensi atau
mempelajari, memahami dan bahan perbandingan bagi kegiatan
mengembangkan teori mengenai yang ada kaitannya dengan pelayanan
skizoafektif tipe manik. kesehatan, khususnya yang berkaitan
dengan skizoafektif tipe manik.
Bagi Masyarakat
1 2 3
Gangguan skizoafektif mungkin merupakan
Gangguan skizoafektif mungkin Gangguan skizoafektif mungkin
suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe
merupakan suatu tipe skizofrenia merupakan ekspresi bersama-sama
yang tidak berhubungan dengan skizofrenia
atau suatu tipe gangguan mood. dari skizofrenia dan gangguan mood.
maupun suatu gangguan mood.
4 5
Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan Sebagian besar penelitian telah
skizoafektif adalah kelompok gangguan yang menganggap pasien dengan gangguan
heterogen yang meliputi semua tiga skizoafektif sebagai suatu kelompok
kemungkinan pertama. heterogen.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para
wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut
daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran
atau ketidaksesuaian afek yang nyata
Statistik umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari
populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit
karena gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering
daripada gangguan bipolar. Prevalensi pada pria lebih rendah daripada
wanita. Onsaet umur pada wanita lebih besar daripada pria, pada usia tua
gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda
lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial
Tanda dan
Gejala
Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood
maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara
simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Gejala skizofrenik dan manik menonjol
pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan
pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala yang khas
pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan
dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun
depresif.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1). Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
2). Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
3). Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua,
gejala skizorenia yang khas. Pemeriksaan status psikiatri pada pasien ditemukan
didapatkan penampilan wajar, roman muka tampak gembira, kontak verbal dan
visual cukup, mood euforia, afek inappropriate, bentuk pikir logis realis, arus pikir
koheren, isi piker waham kebesaran dan curiga ada, pada dorongan instingtual
didapatkan ada riwayat insomnia dan raptus.
Dari gejala di atas, pasien memenuhi kriteria
skizofrenia yaitu
adanya waham kebesaran dan curiga, afek yang
inappropiate
sehingga dapat digolongkan skizofrenia.
Disamping itu, juga
tampak adanya gejala gangguan mood yaitu
muka tampak
gembira, mood euforia, berpakaian yang aneh
sehingga
berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya gejala
skizofrenia
bersamaan dengan gangguan mood sehingga
Diagnosis
Banding
Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan
gangguan mood perlu
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien
yang diobati dengan steroid,
penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien
dengan epilepsi lobus
temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan
gangguan mood yang
bersama-sama. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua
kemungkinan yang biasanya
dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Didalam praktik
klinis, psikosis pada saat
datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa
tersebut atau masa lalu.
Tatalaksana
Psikofarmaka
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik
yaitu pengobatan dengan obat antipsikotik yang
dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan
dengan antipsikotik saja. Carbamazepine adalah obat
antikejang yang digunakan sebagai stabilizer mood
Cara kerja mood stabilizer yaitu membantu
menstabilkan kimia otak
tertentu yang disebut neurotransmitters yang
mengendalikan temperamen
emosional dan perilaku dan menyeimbangkan kimia
otak tersebut
sehingga dapat mengurangi gejala gangguan
Non Farmakologi
Terapi kognitif
(Cognitive Pengobatan
Psikoedukasi
Behavioral Therapy) Psikososial : Pasien
terhadap pasien jika
dengan dapat terbantu
kondisi sudah
megembangkan cara dengan kombinasi
membaik
berpikir alternatif, terapi keluarga,
fleksibel, dan positif latihan keterampilan
serta melatih sosial, dan
kembali respon rehabilitasi kognitif
kognitif dan pikiran
Prognosis
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai
prognosis yang mirip dengan
prognosis pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan premorbid yang
buruk; onset yang perlahan
lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit
atau gejala negatif; onset yang
awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia.
Lawan dari masing- masing
karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik.
Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak
meramalkan perjalanan
penyakit.Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis
kelamin pada hasil akhir
gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin
Bab III
Laporan
Kasus
1.IDENTITA
S
1. Nama (inisial) : Tn. N
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Tempat & tanggal lahir/ Umur : Padang, 1 Oktober 2022 / 20 tahun
4. Status perkawinan : Belum menikah
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Suku bangsa : Minang
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Tidak Bekerja
10.Jumlah Anak : Tidak ada
11. Alamat : Padang
12.Tanggal Masuk : 7 Agustus 2022
2.RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
a.Deskripsi umum
Penampilan : Laki-laki, sesuai usia, rapi
Psikomotor : Gelisah
Sikap : Kooperatif
e. Pikiran
-Proses pikir : Koheren
-Isi pikir : Waham kebesaran (+)
I. Status Mental
-Daya Ingat
o Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien mengetahui dimana lokasi SD nya
o Daya ingat jangka sedang : Baik, Pasien mengingat kapan pasien masuk pertama kali
ke RSJ HB Saanin Padang
o Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien mengingat lauk apa yang diberikan saat
sarapan
-Membaca dan menulis : Baik, Pasien dapat membaca nama pasien dan
menulisnya di kertas.
Aksis III :
Pada pasien tidak ditemukan kondisi medik umum yang cukup
bermakna sehingga pada aksis III tidak ada diagnosis
Aksis IV :
Pada pasien tidak ditemukan kondisi medik umum yang cukup
bermakna sehingga pada aksis IV tidak ada diagnosis
Aksis V :
Pada aksis V penilaian global assesment of functional (GAF) skala
pada pasien ini GAF 60-51.
7. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV : Tidak ada diagnosa
Aksis V : GAF 60-51
8. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Risperidon 2x2 mg
Lorazepam 1x0,5mg
Depacote 2x250 mg
2. Psikoterapi
a. Suportif
Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien.
Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur.
Menyarankan pasien agar lebih mengontrol emosinya.
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai bahaya penggunaan
zat psikoaktif
Memberikan edukasi kepada keluarga untuk tetap mendukung
pasien dan tetap sabar menghadapi pasien, karena dibutuhkan
waktu dan kesabaran yang lebih dalam proses penyembuhan
pasien.
b. Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul
akibat cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan
sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
c. Keluarga
Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang
diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien dan dapat menerima kondisi pasien.
d. Sosial-budaya
Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan
melakukan hobi atau pekerjaan yang disukai pasien dan
bermanfaat.
e. Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu
menjalankan sholat lima waktu, menegakkan amalan sunah
seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.
.
9. PROGNOSIS
Quo et vitam : Dubia ad Bonam
Quo et fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo et sanationam : Dubia ad Bonam
No. Faktor- Faktor Prognosis Prognosis
Baik Buruk
1. Usia - Muda
2. Onset Akut -
TOTAL 7 3
10. Follow up
8 Agustus S/ P/
2022 Pasien sudah tidak mendengar suara bisikan Risperidon 2x2 mg
Perasaan marah mulai berkurang. Lorazepam 1x0,5 mg
Tidur pasien sudah bisa diarahkan tidur malam. Depacote 2x250 mg
Nafsu makan ada
O/
KU : Baik
Kesadaran : Komposmentis koperatif
Penampilan :laki-laki, seperti usia, rapi
Perilaku dan aktivitas motorik : aktif
Sikap terhadap pemeriksa ; koperatif
Mood :disforik
Afek :luas
Verbal : spontan, volume sedang, artikulasi jelas
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Proses pikir : koheren
Isi pikir :Waham kebesaran (-)
Orientasi : baik
Tilikan :I
Penilaian realita :Terganggu
A/
Aksis I : Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV : Tidak ada diagnosa
Aksis V : GAF 60-51
9 Agustus 2022 S/ P/
Pasien sudah tidak mendengar suara bisikan Risperidon 2x2 mg
Pasien menyatakan emosinya dapat dikontrol Lorazepam 1x0,5 mg
Tidur membaik dan teratur Depacote 1x250mg
Nafsu ada
O/
KU : Baik
Kesadaran : Komposmentis koperatif
Penampilan :laki-lakin, rapi, sesuai usia
Perilaku dan aktifitas motorik : aktif
Sikap terhadap pemeriksa : koperatif
Mood :Eutim
Afek :luas
Verbal : spontan, volume sedang, artikulasi jelas
Gangguan persepsi :Halusinasi auditorik (-)
Proses pikir : koheren
Isi pikir :Waham kebesaran (-)
Orientasi : baik
Tilikan :I
Penilaian realita :tidak terganggu
A/
Aksis I : Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV : Tidak ada diagnosa
Aksis V : GAF 70-61
Bab IV
Analisa
Kasus
Tn. N diantar oleh keluarganya ke RSJ HB Saanin karena gelisah
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mendengar suara bisikan, suara
bisikan itu tidak jelas bagi pasien. Pasien sering tertawa sendiri dan
sering marah-marah, pasien gampang marah terutama bila adeknya
tidak rapi dia langsung memarahinya sambil bicara kotor. Pasien juga
ada membakar peralatan dapur. Pasien tidak menangis tiba-tiba dan
sedih, lalu perasaan untuk bunuh diri tidak ada. Pasien juga banyak
bicara dan apa yang dibicarakannya tidak jelas. Pasien merasa paling
hebat dirumah terutama antara saudaranya. 1 bulan yang lalu pasien
putus dengan pacarnya dan menyekap pacarnya. Nafsu makan pasien
berkurang, tidur kurang..
Berdasarkan PPDGJ III, Skizoafektif tipe manik memiliki satu atau
lebih baik dua gejala skizofrenia (a-d), dimana pada pasien ini
ditemukan halusinasi auditorik serta adanya waham kebesaran. Adanya
gangguan afek, dimana pada pasien ini didapatkan bahwa pasien
mengalami peningkatan afek disertai irritabilitas yang ditemukan
bersamaan dengan gejala skizofrenia dan sama-sama menonjol.
Pasien diberikan terapi obat antipsikotik generasi II yaitu
Risperidone 2 x 2 mg dengan kerja obat tersebut untuk menghambat
reseptor dopamin dan serotonin, serta obat ini juga dapat mengurangi
gejala positif dari skizofrenia dan memiliki efek samping
ekstrapiramidal sindrom yang minimal. Pasien diberikan obat
antikovulsan jenis benzodiazepin yaitu lorazepam 1x0,5 mg bekerja
untuk meningkatkan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA).
GABA merupakan neurotransmitter yang berfungsi untuk mengurangi
keaktifan dari sel saraf yang ada di otak, sehingga menimbulkan efek
lebih tenang.
Selain diberikan obat, edukasi perlu dilakukan kepada pasien yaitu
menjelaskan penyakit yang diderita pasien dan penyebab penyakit
tersebut. Selain itu perlu juga diberikan edukasi tentang pentingnya
minum obat, efek samping obat dan efek yang timbul jika putus obat.
Menjelaskan pentingnya pasien untuk rutin kontrol ke dokter psikiatri.
Edukasi juga dilakukan kepada keluarga pasien agar memberikan
dukungan kepada pasien serta menjelaskan efek samping obat dan
pentingnya mengawasi pasien dalam minum obat.
terimakasih