LATAR BELAKANG
Psikosis sering terjadi pada orang dewasa muda dan sangat umum. Sekitar 3
dari setiap 100 orang muda akan mengalami episode psikotik. Sebagian besar
membuat pemulihan penuh dari pengalaman. Psikosis dapat terjadi pada siapa saja.
Episode psikosis dapat diobati, dan mungkin untuk pulih.
Psikosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi mental
di mana individu mengalami distorsi atau kehilangan kontak dengan realitas, tanpa
mengaburkan kesadaran. Kondisi mental ini dicirikan oleh adanya delusi, halusinasi
dan / atau gangguan pikiran. Serta ini disebut gejala positif, gejala negatif seperti
afektif menumpulkan dan kehilangan motivasi juga dapat terjadi. Selain itu, ada
sejumlah fitur sekunder lainnya seperti depresi, kecemasan, gangguan tidur,
penarikan sosial dan gangguan fungsi tugas selama episode psikotik. Ini adalah fitur
yang sering memberikan petunjuk adanya psikosis. Psikosis dapat disebabkan oleh
beberapa kondisi. Ini termasuk penyebab organik seperti keracunan obat,
metabolisme dan penyebab infektif) dan gangguan fungsional seperti skizofrenia,
gangguan bipolar, schizophreniform psikosis dan gangguan skizoafektif.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SKIZOFRENIA
Skizofrenian adalah penyakit mental yang serius yang ditandai dengan
inkoherensi atau pikiran tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh, dan delusi
atau halusinasi, seperti mendengar suara-suara. Skizofrenia biasanya dimulai pada
awal masa dewasa (APA, 2000). Sementara Davidson, Neale dan Kring (2007)
mengemukakan skizofrenia sebagai gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku-pikiran yang terganggu, di mana
berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis; persepsi dan pikiran yang
keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai aktivitas motorik yang bizarre.
Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, seringkali masuk ke
dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.
Orang-orang yang menderita skizofrenia umumnya mengalami beberapa
episode akut simtom-simtom, di antara setiap setiap episode mereka sering
mengalami simtom yang tidak begitu parah, namun tetap sangat mengganggu
keberfungsian mereka (Davidson, Neale dan Kring, 2007).
A. Sejarah Konsep Skizofrenia
Jauh sebelum peradaban Eropa berkembang, ilmuwan besar islam telah
mencoba menjelaskan tentang penyakit jiwa. Namun mereka dikenal lebih berperan
dalam rekomendasi tentang pengobatan dari pada penjelasannya mengenai konsep
penyakit. Di antara dokter-dokter besar islam tersebut adalah Rhazes (Ar-Razi) dari
Baghdad (860-930) dan Najab ud-din Unhammad. Najab menjelaskan berpuluh
penyakit pikiran, yang dikategorikan di bawah sembilan judul yang berbeda.
Kebanyakan dari mereka adalah variasi mania dan bentuk-bentuk depresi yang
disebut "Penyakit cinta" (lovesickness) atau isykin dalam Bahasa Arab. Di antara
gangguan yang dijelaskan, yang paling dekat dengan gagasan gangguan kognitif
adalah penyakit di mana pasien membayangkan dirinya dirasuki oleh setan atau roh
(jin); hal ini mungkin berakhir dalam bentuk kegilaan kronis (janun) yang ditandai
dengan gelisah, sifat pendiam, dan agresivitas (Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
Nama yang paling terkenal di kalangan dokter Islam abad pertengahan adalah
Avicenna (Ibnu Sina) kelahiran Persia (980-1037). Supranatural tidak memainkan
peran dalam teori psikologiAvicenna: dia tidak menerima gagasan "setan" sebagai
penyebab penyakit mental (Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
Dokter besar Islam terakhir yang menjelaskan tentang penyakit mental adalah
Moor Avenzoar dari Seville (1091 -1162) dan muridnya AverrhosCordoba (11261198). Avenzoar pernah melakukan kontak dengan dokter Perancis Montpellier.
Dalam pandangannya, kegilaan dihasilkan dari melemahnya panas darah, sehingga
membuat otak menjadi dingin dan lembab (Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
Konsep skizofrenia pertama kali diformulasikan oleh dua psikiater Eropa,
Emil Kraepelin dan Eugen Bleuer Kraepelin pertama kali mengemukakan teorinya
mengenai dementia praecox, istilah awal untuk skizofrenia pada tahun 1898. Dia
membedakan dua kelompok utama psikosis yang disebut endogenic, atau disebabkan
secara internal, yaitu penyakit manik-depresif dan dementia praecox.Dementia
praecox mencakup beberapa konsep diagnostik yaitu demensia paranoid, katatonia
dan hebefrenia (Davidson, Neale dan Kring, 2007).
Eugen Bleuer (dalam Davidson, Neale dan Kring, 2007) mengemukakan
pendapat yang berbeda dengan Kraepelin, ia meyakini bahwa gangguan tersebut tidak
selalu terjadi pada usia dini, dan ia yakin gangguan tersebut tidak akan
berkembembang menjadi demensia tanpa dapat dihindari. Dengan demikian, istilah
dementia praecox tidak sesuai lagi dan pada tahun 1908 Bleuer mengajukan
istilahnya sendiri, skizofrenia, yang berasal dari Bahasa Yunani schizein yang artinya
membelah dan phren yang artinya akal pikiran, untuk mencakupkan apa yang
menurutnya merupakan karakteristik utama kondisi tersebut.
negatif
skizofrenia
mencakup
berbagai
defisit
tanpa nada.
Asosialitas. Merupakan bentuk ketidakmampuan yang parah dalam hubungan
sosial. Mereka memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan
kurangnya minat berkumpul dengan orang lain.
c. Simtom disorganisasi
Simtom disorganisasi mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh
Perilaku aneh. Hal ini dapat diwujudkan dalam banyak bentuk. Seperti
kemarahan yang meledak-ledak, pakaian yang tidak biasa, perilaku kekanakkanakan.
Mereka
tidak
mampu
mengontrol
perilaku
mereka
dan
Delusi
Halusinasi
Disorganisasi bicara (yaitu bertele-tele atau tidak beraturan)
Sangat tidak teratur atau perilaku katatonik
Simtom-simtom negatif (yaitu berkurangnya ekspresi emosional atau
avolition).
Untuk sebagian besar waktu sejak timbulnya gangguan, tingkat berfungsi
dalam satu atau lebih bidang utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, berada di bawah level yang dicapai
sebelum onset (atau ketika onset adalah di masa kecil atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat interpersonal yang diharapkan, akademik, atau fungsi
kerja).
Tanda berkelanjutan dari gangguan bertahan selama minimal 6 bulan. Periode
6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika
berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (yaitu, fase gejala aktif) dan
mungkin termasuk periode prodromal atau gejala sisa. Selama periode
prodromal
atau
residual,
tanda-tanda
gangguan
mungkin
hanya
dimanifestasikan oleh satu atau dua gejala negatif atau gejala kriteria A
muncul dalam bentuk dilemahkan (misalnya, keyakinan yang aneh,
telah terjadi selama gejala fase aktif, mereka telah muncul untuk sebagian
kecil dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit.
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari zat (misalnya,
mengabaikan penampilannya.
Skizofrenia katatonik. Pasien umumnya bergantian mengalami imobilitas
katatonik dan keriangan yang liar, namun salah satunya dapat lebih dominan.
Para pasien menolak perintah dan sering menirukan kata-kata orang lain.
Onset reaksi katatonik dapat lebih tiba-tiba dibanding tipe skizofrenia lain,
meski pasien kemungkinan telah menunjukkan simtom apati dan menarik diri
dari kenyataan. Anggota badan yang mengalami imobilitas katatonik dapat
menjadi kaku dan bengkak; terlepas dari ketidaksadaran yang terlihat jelas,
setelahnya ia bisa mampu menceritakan hal yang terjadi selama stupor
tersebut.
Skizofrenia paranoid. Kunci dari tipe ini adalah waham. Waham kejaran
adalah yang paling umum, namun pasien dapat juga mengalami waham
lainnya seperti waham kebesaran, di mana mereka memiliki rasa yang
berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan, atau identitas diri
Lewis1989), atas dasar cara kalender awal tahun berhubungan dengan bentuk
kurvaon setuntuk skizofrenia, meski penelitian selanjutnya disesuaikan dengan
kesulitan metodologis namun masih menemukan efek. Temuan mengenai musim
kelahiran menunjukkan bahwa sesuatu tentang kehamilan dan kelahiran mungkin
serba salah pada individu yang kemudian mengalami skizofrenia.
E. Parental age
Peran orang tua usia lanjut dalam kaitannya dengan risiko yang lebih tinggi
skizofrenia pertama kali diusulkan pada pertengahan abad kedua puluh dan telah
mendapat perhatian ilmiah yang luas dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data
latar belakang keluarga dari 1.000 pasien di Rumah Sakit Ontario, Kanada, Gregory
(1959) melaporkan bahwa orang tua pasien skizofrenia rata-rata, 2-3 tahun lebih tua
dari orang tua dalam populasi umum. Namun, penyelidikan berikutnya telah
menunjukkan temuan yang tidak konsisten (Granville-Grossman 1966; Hare dan
Moran 1979). Sebuah hipotesis ketiga adalah bahwa keturunan ayah yang lebih tua
mungkin mengalami peristiwa kehidupan yang lebih stres, seperti kehilangan ayah
pada anak usia dini, dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang memiliki ayah
yang lebih muda (dalam Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
menyarankan risiko relatif 5,2 untuk individu dengan yang diketahuiterinfeksi virus
rubella selama perkembangan janin (Brown et al. 2000). Studi prospektif lain
menemukan risiko yang lebih tinggi untuk psikosis pada individu yang ibunya
memiliki tingkat antibodi terhadap virus herpes simpleks (Buka et al. 2001,
Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
G. Penyakit autoimmune
Beberapa literatur (dalam Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006) menunjukkan
bahwa orang dengan skizofrenia memiliki ketahanan yang tidak biasa atau kerentanan
terhadap penyakit autoimun. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa
individu dengan skizofrenia cenderung memiliki rheumatoid arthritis (Eaton etal.
1992). Obat untuk skizofrenia bisa menjadi pelindung untuk rheumatoid arthritis
dalam beberapa cara yang tidak diketahui. Konsekuensi fisiologis lainnya skizofrenia
dapat melindungi, atau gen tunggal bisa meningkatkan risiko untuk satu gangguan
dan melindungi untuk lainnya. Sebuah studi kecil tunggal menyarankan bahwa ibu
dari individu dengan skizofrenia memiliki risiko yang lebih rendah untuk rheumatoid
arthritis, namun ukuran dan kualitas tidak meyakinkan (McLaughlin,1977).
Gangguan autoimun lainnya jug atelah dikaitkan dengan skizofrenia (Gilvarry
etal1996;. Wrightetal 1996.), Termasuk gangguan tiroid, diabetes tipe1 (Wright etal
1996.), Dan penyakit celiac (DeLisi etal1991.) Eatonetal. 2004). Saat ini, bukti-bukti
yang kuat untuk gangguan tiroid dan penyakit celiac. Dalam sebuah studi dari register
penduduk Denmark, orang yang orang tuanya memiliki penyakit celiac tiga kali lebih
beresiko untuk didiagnosa dengan skizofrenia
2006).
Hasil penelitian menghubungkan skizofrenia dengan penyakit autoimun
paralel dengan studi klinis dan uji laboratorium pada proses autoimun pada
skizofrenia. Kelemahan dalam sistem kekebalan tubuh pada pasien skizofrenia dapat
menjelaskan kedua data pada infeksi dan hasilnya pada gangguan autoimun
(Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
H. Etnis
Penanda status etnis termasuk ras, negara asal, dan agama. Negara asal telah
terbukti menjadi faktor risiko yang konsisten untuk skizofrenia di Inggris dan
Belanda. Di Inggris, mereka berimigrasi dari Afrika atau Karibia, dan keturunan
generasi kedua mereka, memiliki tarif skizofrenia hingga 10 kali lebih tinggi
dibandingkan pada populasi umum (Eaton dan Harrison 2000). Tekanan sebagai
imigran mungkin untuk menjelaskan temuan ini. Kejadian di negara asal tidak
meningkat, sehingga peringkat yang lebih tinggi tidak mungkin untuk menyatakan
perbedaan genetik antara ras. Penyebabnya tampaknya adalah kondisi psikologis
yang terkait dengan menjadi hitam di Inggris atau yang dari Suriname di Belanda.
Diskriminasi, atau bentuk yang lebih halus yang terkait dengan kesulitan perencanaan
kehidupan seseorang ketika masa depan tidak pasti untuk kelompok ras di bagian
bawah struktur masyarakat, bisa menjadi faktor penyebab (Eaton dan Harrison 2001
dalam Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
I. Cannabis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang dengan skizofrenia sangat
mungkin memakai, atau pernah menggunakan ganja (Hall dan Degenhardt 2000).
Individu dalam fase premorbid skizofrenia mungkin menanggapi gejala awal
skizofrenia yang ringan dengan menggunakan obat-obatan, meskipun studi ini telah
berusaha untuk mengendalikan kondisi premorbid. Sebaliknya, ganja bisa memicu,
atau bahkan menyebabkan, sebuah episode skizofrenia (Lieberman, Stroup dan
Perkins, 2006).
J. Urban residence
Risikonya sekitar dua sampai empat kali lebih tinggi bagi mereka yang lahir
di daerah perkotaan. Hal ini dapat disebabkan perbedaan dalam lingkungan fisik,
seperti konsentrasi timbal yang lebih tinggi dalam tanah dan udara di kota-kota;
perkotaan:
yaitu
hewan
peliharaan,
kerumunandi
kota-kota,
dan
L. Penanganan
Pengobatan farmakologis adalah komponen penting dari pendekatan yang
komprehensif untuk pengobatan skizofrenia. Farmakoterapi yang rasional dapat
berkontribusi besar untuk menghilangkan gejala dan pemulihan psikososial yang
lebih luas bagi individu yang terkena. Namun, obat anti psikotik tidak
menyembuhkan skizofrenia. Selain itu, jika tidak digunakan dengan bijaksana, terapi
obat dapat membuat keuangan, efek samping yang signifikan, dan beban morbiditas
medis yang dapat menghalangi kemajuan menuju tujuan pribadi dan pengobatan.
Yang penting, rencana berdasarkan bukti perawatan harus individual dan harus
mengintegrasikan kedua farmakoterapi yang tepat dan intervensi psikososial (Lehman
etal. 2004, dalam Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006).
Obat antipsikotik, termasuk generasi baru antipsikotik, mengurangi gejala
positif dangejala negatif sampai batas tertentu, tetapi obat memiliki efek terbatas pada
gangguan kognitif dan fungsi sosial dan kejuruan. Bagi sebagian besar pasien, obat
membantu mengontrol gejala tetapi tidak menjaga atau mengembalikan fungsi sosial
dan keterampilan dan tidak mengarah ke fungsi normal. Selain itu, 20% atau lebih
dari pasien skizofrenia memiliki gejala psikotik yang tidak menanggapi obat
antipsikotik, dan banyak pasien lain memiliki gejala sisa.
Sebagai hasil dari efektivitas terbatas antipsikotik, jelas bahwa sebagian besar
pasien akan membutuhkan terapi psikososial untuk mengatasi gejala sisa, gangguan
fungsi sosial dan kejuruan, atau risiko kambuh di masa depan (Lauriello et al. 2003).
Ada beberapa jenis terapi yang dapat diterapkan pada pasien
skizofrenia(Lieberman, Stroup dan Perkins, 2006), antara lain:
a. Psychosocial treatment
Perawatan psikososial membantu pasien menghadapi tantangan sehari-hari
penyakit, seperti kesulitan dengan komunikasi, perawatan diri, pekerjaan, dan
membentuk danmenjaga hubungan. Belajar dan menggunakan mekanisme koping
untuk mengatasi masalah ini memungkinkan orang dengan skizofrenia untuk
bersosialisasi dan menghadiri sekolah dan bekerja.
Pasien yang menerima perawatan psikososial rutin juga lebih mungkin untuk
menjaga minum obat mereka, dan mereka cenderung kambuh atau dirawat di rumah
sakit. Seorang terapis dapat membantu pasien lebih memahami dan menyesuaikan
diri hidup dengan skizofrenia. Terapis dapat memberikan pendidikan tentang
gangguan, gejala umum atau masalah yang mungkin dialami pasien, dan pentingnya
minum di obat.
b. Illness management skills
Orang dengan skizofrenia dapat mengambil peran aktif dalam mengelola
penyakit mereka sendiri. Setelah pasien belajar fakta-fakta dasar tentang skizofrenia
dan pengobatannya, mereka dapat membuat keputusan tentang perawatan mereka.
Jika mereka tahu bagaimana untuk menonton untuk tanda-tanda peringatan dini
kambuh dan membuat rencana untuk menanggapi, pasien dapat belajar untuk
mencegah kambuh. Pasien juga dapat menggunakan mengatasi keterampilan untuk
menangani gejala persisten.
mungkin mereka akan alami. Namun, psikoterapi bukan merupakan pengganti untuk
obat antipsikotik.
f. Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah jenis psikoterapi yang berfokus
pada pemikiran dan perilaku. CBT membantu pasien dengan gejala yang menetap
bahkan ketika mereka masih mengkonsumsi obat. Terapis mengajarkan orang dengan
skizofrenia cara untuk menguji realitas pikiran dan persepsi mereka, bagaimana
"tidak mendengarkan" suara mereka, dan bagaimana mengelola gejala mereka secara
keseluruhan. CBT dapat membantu mengurangi keparahan gejala dan mengurangi
risiko kambuh.
g. Family Education
Sering kali pasien dengan skizofrenia keluar dari rumah sakit kembali dalam
pengawasan keluarga mereka, jadi penting bagi anggota keluarga memahami
kesulitan yang berhubungan dengan penyakit. Dengan bantuan terapis, mereka dapat
mempelajari cara-cara untuk meminimalkan kesempatan pasien kambuh dengan
memilikistrategi mengatasi dan keterampilan pemecahan masalah untuk mengelola
sakit
mereka.
Dengan
cara
ini
keluarga
dapat
membantu
memastikan
sampai dititik dimana ia menjadi sangat menuntut dan memaksa terhadap orang lain.
Mereka juga cenderung berbicara sangat cepat dengan pembicaraan yang penuh
tekanan (pressured speech). Pikiran-pikiran dan pembicaraan mereka dapat melompat
dari satu topik ke topik lain (rapid flight of ideas).
Gangguan bipolar II diasosiasikan dengan suatu bentuk maniak yang lebih
ringan. Pada gangguan bipolar II, seseorang mengalami satu atau lebih episodeepisode depresi mayor dan paling tidak satu episode hipomanik. Namun orang
tersebut tidak pernah mengalami suatu episode manik secara penuh.
a. Epidemologi
Pada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat pada wanita
dua kali lebih besar dari pada laki-laki. Gangguan Bipolar I mempunyai prevalensi
yang sama bagi laki-laki dan wanita. Lebih banyaknya wanita yang tercatat
mengalami depresi bisa disebabkan oleh pola komunikasi wanita yang ingin
memberitahukan masalahnya kepada orang lain dan harapan untuk mendapatkan
bantuan atau dukungan sedangkan pada laki-laki cenderung untuk memikirkan
masalahnya sendiri dan jarang menunjukkan emosinya.
Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu remaja dan
dewasa awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut
terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting yaitu peralihan dari
masa anak-anak ke masa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan
bekerja serta masa pubertas ke masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi
yang tinggi dari depresi terjadi pada usia 18-44 tahun. Beberapa data epidemiologis
baru-baru ini menyatakan insidensi gangguan depresif berat meningkat pada usia
kurang dari 20 tahun. Penurunan kecenderungan depresi pada usia dewasa diduga
karena
berkurangnya
respon
emosi
seseorang
seiring
bertambahnya
usia,
meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap pengalaman dan peristiwa hidup
yang dapat memicu stress.
Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan depresi.
Onset gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun. Laporan kasus
gangguan bipolar I diatas usia 50 tahun sangat jarang.
Pada umumnya gangguan depresif berat paling sering terjadi pada seseorang
yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, telah bercerai atau berpisah
dengan pasangan hidup. Gangguan bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang
bercerai dan hidup sendiri daripada orang yang menikah.
b. Etiologi
1. Faktor Biologis
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi
yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar
neuron di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan
bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmiter serotonin,
norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi. Di satu sisi, jika
neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu
antidepresan trisiklik dapat memicu mania.
Serotonin adalah neurotransmiter aminergic yang paling sering dihubungkan
dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa
pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di
cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi
penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin.
Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi.
Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat
pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada
penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti parkinson disertai juga dengan
gejala depresi. Obat-obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti tyrosine,
amphetamine dan bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi jalur dopamin
mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.
Obat-obatan yang mempengaruhi sistem neurotransmiter seperti kokain akan
memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-dopa,
yang berpengaruh pada reuptake dopamin dan serotonin. Calsium channel blocker
yang digunakan untuk mengobati mania dapat mengganggu regulasi kalsium di
neuron. Gangguan regulasi kalsium ini dapat menyebabkan transmisi glutaminergik
yang berlebihan dan iskemia pembuluh darah. Neurotransmiter lain seperti GABA
dan peptida neuroaktif seperti vasopresin dan opiat endogen juga berperan dalam
patofisiologi gangguan mood.
onset tidur, pemendekan latensi rapid eye movement (REM), peningkatan panjang
periode REM pertama dan tidur delta yang abnormal. Pada depresi terjadi regulasi
abnormal dari irama sirkadian. Beberapa penelitian pada binatang menyatakan bahwa
terapi antidepresan efektif untuk mengubah jam biologis.
Penelitian melaporkan adanya kelainan imunologis pada pasien depresi dan
pada orang yang berdukacita karena kehilangan sanak saudara, pasangan atau teman
dekat. Kemungkinan proses patofisiologi yang melibatkan sistem imun menyebabkan
gejala psikiatrik dan gangguan mood pada beberapa pasien. Pada pencitraan otak
pasien dengan gangguan mood terdapat sekumpulan pasien dengan gangguan bipolar
I terutama pasien laki-laki memiliki ventrikel serebral yang membesar. Pembesaran
ventrikel lebih jarang pada pasien dengan gangguan depresif berat. Pencitraan dengan
MRI juga menyatakan bahwa pasien dengan gangguan depresif berat memiliki
nukleus kaudatus yang lebih kecil dan lobus frontalis yang lebih kecil. Banyak
literatur menjelaskan penurunan aliran darah pada korteks serebral dan area korteks
frontalis pada pasien depresi berat. Hipotesis menyatakan gangguan mood melibatkan
patologis pada sistem limbik, ganglia basalis dan hipotalamus. Gangguan pada
ganglia basalis dan sistem limbik terutama pada hemisfer yang dominan dapat
ditemukan bersamaan dengan gejala depresif. Disfungsi pada hipotalamus
dihubungkan dengan perubahan pola tidur, nafsu makan dan perilaku seksual pada
pasien dengan depresi. Postur yang membungkuk, terbatasnya aktivitas motorik dan
gangguan kognitif minor adalah beberapa gejala depresi yang juga ditemukan pada
penderita dengan gangguan ganglia basalis seperti penyakit Parkinson dan demensia
subkortikal lainnya.
2. Faktor Genetik
Seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko
lebih besar menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya. Tidak
semua orang yang dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang menderita
depresi secara otomatis akan terkena depresi, namun diperlukan suatu kejadian atau
peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi. Pengaruh gen lebih besar pada
depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih berpengaruh pada individu muda
dibanding individu yang lebih tua. Penelitian oleh Kendler (1992) dari Departemen
memiliki objek cinta yang dihancurkan oleh mereka sendiri. Klein memandang mania
sebagai tindakan defensif yang disusun untuk mengidealisasi orang lain, menyangkal
adanya agresi atau destruktivitas terhadap orang lain dan mengembalikan objek cinta
yang hilang.
Bibring memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal dari ketegangan
dalam ego antara aspirasi seseorang dengan kenyataan yang ada. Pasien yang
terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup dengan ideal sehingga mereka
merasa putus asa dan tidak berdaya. Menurut Heinz Kohut, orang yang terdepresi
merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa kerena tidak menerima respon yang
diinginkan.
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru dalam menilai pengalaman
hidup, penilaian diri yang negatif, pesimis dan keputusasaan yang terus-menerus
berhubungan dengan depresi. Pandangan negatif yang terus dipelajari selanjutnya
akan menimbulkan perasaan depresi.
c. Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan dibagi menjadi:
F30
EPISODE MANIK
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang
pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada
episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya,
termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).
F30.0 Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurangkurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang
bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak
disertai halusinasi atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai
dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
F31
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan beralngsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama
(rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada
orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya
satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).
EPISODE DEPRESIF
aktivitas
Gejala lainnya :
a. Kosentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama).
Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan
diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g).
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Karakter kelima:
F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif
Episode Depresi Berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk.
Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood congruent).
F33
dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania
(F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan
oleh tindakan pengobatan depresi).
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau
tidak berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (F34.0)
atau distimia (F34.1), namun secara klinis bermakna.
F38
F38.00 =
Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang
bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara gejala
hipomanik, manik dan depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya
F38.10 =
Episode depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan
Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria
untuk kategori mana pun dari F30-F38.1 tersebut diatas.
Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir jika tak ada istilah lain yang
dapat digunakan.
Termasuk: psikosis afektif YTT.
suatu
gangguan
kognitif
yang
sering
kali
dinamakan
lupa.
Pengendalian impuls: Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh
diri dan kira-kira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko untuk
melakukan bunuh diri meningkat saat mereka mulai membaik dan
mendapatkan kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan
2. Episode Manik
Deskriksi umum: Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang-
Bicara: Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali
rewel dan menjadi pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Saat keadaan
teraktifitas, pembicaraan penuh dengan gurauan, kelucuan, sajak, permainan
kata-kata dan hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat aktifitas meningkat lagi,
asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang menyebabkan
gagasan yang meloncat-loncat (flight of idea), gado-gado kata dan
neologisme. Pada keadaan manik akut, pembicaraan mungkin sama sekali
sesuai mood.
Pikiran: Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering
kali perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran
mengancam.
Perimbangan dan tilikan: Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari
farmakoterapi adalah terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat.
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek seperti terapi kognitif, terapi interpersonal
dan terapi perilaku telah diteliti manfaatnya dalam terapi gangguan depresi berat.
Terapi kognitif awalnya dikembangkan oleh Aaron Back. Tujuan terapi ini
adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurensinya dengan
yang
ideal
harus
memenuhi
kriteria
berikut: (1) efektif pada berbagai gangguan depresi, (2) efektif dalam
perawatan jangka pendek dan jangka panjang, (3) efektif pada berbagai
kelompok umur, (4) memiliki onset cepat, (5) dosis sekali sehari, (6) biaya
yang terjangkau, (7) ditoleransi oleh tubuh dengan baik, (8) tidak
mempengaruhi perilaku, (9) toleransi terhadap berbagai penyakit fisik, (10)
bebas dari interaksi dengan makanan atau obat-obatan, (11) aman.
Setiap pasien memiliki masalah yang berbeda-beda
penilaian klinis selalu diperlukan pada saat membuat
dan
keputusan dalam
klinik.
Antimania
Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer
merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania dan
mencegah berubah-ubahnya suasana hati pasien. Episode berubahnya mood
pada umumnya tidak berhubungan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan.
Gangguan biologis yang pasti belum diidentifikasi tapi diperkirakan
berhubungan dengan peningkatan aktivitas katekolamin. Berdasarkan
hipotesis, sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam
serotonin.
Diperkirakan
Lithium
menurunkan
pengeluaran
untuk
Ada berbagai jenis gangguan delusi berdasarkan tema utama dari delusi yang
dialami. Jenis-jenis gangguan delusi meliputi:
Erotomanic : Seseorang dengan jenis gangguan delusional percaya bahwa
orang lain, sering orang penting atau terkenal, jatuh cinta dengan dia. Orang
yang mungkin mencoba untuk menghubungi obyek khayalan, dan perilaku
percaya dia memiliki bakat besar atau telah membuat penemuan penting.
Cemburu: Seseorang dengan jenis gangguan delusional percaya bahwa
Genetik: Fakta bahwa gangguan delusi lebih sering terjadi pada orang yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan delusional atau skizofrenia
menunjukkan mungkin ada faktor genetik yang terlibat. Hal ini diyakini
bahwa, seperti dengan gangguan mental lainnya, kecenderungan untuk
mengembangkan gangguan delusional mungkin diwariskan dari orang tua
delusional.
D. Diagnosa gangguan delusi
Jika gejala gangguan delusi yang hadir, dokter mungkin akan melakukan
riwayat medis yang lengkap dan pemeriksaan fisik. Meskipun tidak ada tes
laboratorium untuk secara khusus mendiagnosa gangguan delusi, dokter mungkin
menggunakan berbagai tes diagnostik, seperti studi pencitraan atau tes darah, untuk
menyingkirkan penyakit fisik sebagai penyebab gejala.
Jika dokter tidak menemukan alasan fisik untuk gejala, ia mungkin merujuk
orang ke psikiater atau psikolog, profesional perawatan kesehatan yang secara khusus
dilatih untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit mental. Psikiater dan psikolog
menggunakan wawancara dan penilaian alat khusus dirancang untuk mengevaluasi
seseorang untuk gangguan psikotik. Dokter atau terapis basa atau diagnosisnya
laporan seseorang dari gejala, dan pengamatan nya dari sikap dan perilaku seseorang.
Dokter atau terapis kemudian menentukan apakah gejala-gejala orang menunjuk ke
gangguan tertentu. Sebuah diagnosis gangguan delusional dibuat jika seseorang
memiliki delusi non-aneh untuk setidaknya satu bulan dan tidak memiliki gejala khas
dari gangguan psikotik lainnya, seperti skizofrenia.
E. Kriteria diagnosa menurut DSM-V :
a. Adanya satu (atau lebih) delusi dengan durasi 1 bulan atau lebih
b. Kriteria A untuk skizofrenia tidak pernah bertemu
catatan: halusinasi, jika ada, tidak menonjol dan terkait dengan tema
dellusional (misalnya, sensasi yang penuh dengan serangga assosiated
dengan dellusions infestasi).
c. Terlepas dari dampak delusi atau konsekuensi nya, fungsi tidak nyata
terganggu, dan perilaku tidak jelas aneh atau ganjil
d. Jika manik atau mayor episode depresi telah terjadi, ini telah singkat
relatif terhadap durasi durasi periode dellusional.
e. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau
conditionand medis lain tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan
mental lain, seperti gangguan dismorfik tubuh atau gangguan obsesifkompulsif.
F. Pengobatan gangguan delusi
Pengobatan untuk gangguan delusional paling sering termasuk obat-obatan
dan psikoterapi (sejenis konseling). Gangguan delusional bisa sangat sulit untuk
mengobati sebagian karena penderita yang sering memiliki wawasan yang buruk dan
tidak menyadari bahwa masalah kejiwaan ada. Studi menunjukkan bahwa hampir
setengah dari pasien yang diobati dengan obat antipsikotik menunjukkan setidaknya
perbaikan parsial.
Obat antipsikotik adalah pengobatan utama untuk gangguan delusional.
Kadang-kadang, psikoterapi juga bisa menjadi tambahan membantu untuk obat
sebagai cara untuk membantu pasien lebih baik mengelola dan mengatasi tekanan
yang berkaitan dengan keyakinan delusional mereka dan dampaknya pada kehidupan
mereka. Psikoterapi yang dapat membantu dalam gangguan delsional meliputi berikut
ini:
perasaan pikiran.
Terapi Keluarga: Dapat membantu keluarga mengatasi lebih efektif dengan
orang yang dicintai yang memiliki gangguan delusi, memungkinkan mereka
untuk berkontribusi pada hasil yang lebih baik bagi orang.
Orang dengan gejala parah atau yang beresiko menyakiti diri sendiri atau
orang lain mungkin perlu dirawat di rumah sakit sampai kondisinya stabil.
G. Komplikasi gangguan delusi
Orang dengan gangguan delusional mungkin menjadi depresi, sering sebagai
akibat dari kesulitan yang berhubungan dengan delusi. Bertindak atas dasar delusi
juga dapat menyebabkan kekerasan atau hukum; misalnya, seseorang dengan delusi
erotomanic yang batang atau melecehkan obyek nya khayalan, bisa menyebabkan
menangkap.Selanjutnya, orang dengan gangguan ini akhirnya dapat menjadi terasing
dari orang lain, terutama jika delusi mereka mengganggu atau merusak hubungan
mereka
Apakah Outlook untuk Orang Dengan Gangguan Delusional?
Prospek untuk orang dengan gangguan delusional bervariasi tergantung pada
orang, jenis gangguan delusi, dan keadaan kehidupan seseorang, termasuk
ketersediaan dukungan dan kemauan untuk tetap dengan pengobatan. Gangguan
delusi adalah biasanya (berkelanjutan) kondisi kronis, tetapi ketika diperlakukan
dengan baik, banyak orang dengan gangguan ini dapat menemukan bantuan dari
gejala mereka. Beberapa orang sembuh sepenuhnya dan lain-lain mengalami episode
keyakinan delusional dengan periode remisi (kurangnya gejala). Sayangnya, banyak
orang dengan gangguan ini tidak mencari bantuan. Ini sering sulit bagi orang-orang
dengan gangguan mental untuk mengakui bahwa mereka tidak baik, atau mereka
mungkin atribut gejala mereka dengan faktor-faktor lain, seperti lingkungan. Mereka
juga mungkin terlalu malu atau takut untuk mencari pengobatan. Tanpa pengobatan,
gangguan delusional bisa menjadi penyakit seumur hidup.
Dapat Delusional Disorder Dicegah?
Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah gangguan delusional. Namun,
diagnosis dini dan pengobatan dapat membantu mengurangi gangguan terhadap
seseorang hidup, keluarga, dan persahabatan.
hari
tetapi
kurang
dari
satu
bulan,
dandapatkembaliberfungsisecara normal.
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau
suatu kondisi umum.
B. Contoh Kasus
Arthur, 22 Tahun merupakan pasien rawat jalan di sebuah
rumah sakit jiwa. Keluarga Arthur sangat prihatin dan gundah
menghadapi perlilakunya yang tidak lazim dan berusaha keras
untuk membantunya. Mereka mengatakan bahwa putra mereka
sakit dan berbicara seperti orang gila, dan mereka takut bila
suatu saat Arthur akan mencelakai dirinya sendiri.
Arthur memiliki masa kanak-kanak yang normal dilingkungan
kelas menengah. Pernikahan orangtuanya cukup bahagia sampai
ayahnya meninggal beberapa tahun silam. Arthur tergolong siswa
rata-rata di sekolah dan telah menyelesaikan gelar associate di
ibunya
Arthur
tampak
cukup
puas
dengan
yang
sejak
beberapa
hari
sebelumnya
karena
kebijakan
berbicara
keluarganya
lagi
benar-benar
dengannya,
terkejut.
perilakunya
Meskipun
mebuat
sebelumnya
ia
orang-orang
keinginannya
untuk
lain,
sekarang
menyelamatkan
ia
berbicara
semua
anak
tentang
kelaparan
mulanya
tetapi
tingkah
lakunya
kemudian
berubah
kearah
penting;mereka
catatan
di
sebagia
harus
besar
diselamatkan).
prize
book-nya,
Ia
juga
sebuah
ketika
Arthur
berbicara
dengan
Arthur
dalam
mereka
dapat
tinggal
dan
diberi
bantuan.
Setelah
saya
ruang
praktik,
emninggalkan
klinik,
setelah
yang
membuat
keluarganya
sangat
khawatir
terhadap
Arthur
mengalami
diseluruh
dunia
dengan
membawa
mereka
ke
bulan
REFERENSI
American Psychiatric Association.(2013). Diagnostic and statistical manual of
mental disorders. 5thed. Arlington, VA: American Psychiatric Publishing, Inc.
Baldwin DS, Birtwistle J. An Atlas of Depression. New York: The Parthenon
Publishing Group. 2002.
Durant,V.M.,&David,H.B.
(2007).
Intisari
Psikologi
Abnormal
J.A.,
Stroup,
T.S.,
Perkins,
D.O.
(2006).
Textbook
of
29th];
Available
from:
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/286342-overview
Sulistia G.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.171-179