Anda di halaman 1dari 5

SKIZOFRENIA

Definisi
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang berat (psikosi) yang dapat mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari ganggguan psikosis yang
terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri
(insight) (sadock et al., 2014)
Menurut Pedoman Penggolongan dan diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) Skizofrenia
adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengauh genetic, fisik dan social budaya.
Istilah Skizofrenia berasal dari Bahasa Yunani yaitu schizo (split/perpecahan) dan phren (jiwa).
Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan terpecahnya atau terfragmentasinya pikiran
individu dengan beragamnya kepibadian pada individu (multiple personality) (sadock et al.,
2014)
Sejarah
Deskripsi tanda dan gejala yang mirip skizofrenia sebenarnya sudah diketahui dan tercatat
dimasyarakat Yunani Kuno. Namun dalam perkembangannya, gangguann jiwa berat ini baru
benar-benar dikenali dan mulai banyak studi tentang gangguan tersebut pada abad 19.
Ada tiga tokoh utama yang berperan dalam pembahasan skizofrenia ini yaitu Benedict Morel
(1809-1873), Emil Kraepelin (1856-1926) dan Eugene Bleuler (1857-1939) (Kyziridis, 2005).
Benedict Morel adalah seorang psikiater Perancis yang pertama kali menggambarkan gambaran
klinis gangguan jiwa tersebut sebagai demence precoce. Morel menggunakan istilah tersebut
kareena secara klinis mncu deteriosisasi mulai pada usia remaja (Sadock et al., 2004).
Istilah ini lalu diadopsi oleh Kraepelin sebagai dementia precox, yan gmenunjukan suatu
perubahan dan penurunan kognisi mirip demensia yang memiliki onset dini (precox). Dementia
precox digambarkan memilki deteriorasi jangka panjang gejala klinins berupa waham dan
halusinasi. Selain itu, Kraepelin juga menggambarkan gangguan lain yaitu manikdepresif
psikosis yaitu suatu gangguan lain yang memiliki episode serangan dan terdapat periode normal
diantara dua serangan atau episode. Kondisi klinis lain yang dijelaskan oleh Kraepelin adalah
paranoia yaitu suatu keadaan klinis yang ditandai dengan waham persekutorik. (Moskovits dan
Heim, 2011)
Eugene Bleuler adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah skizofrenia. Menurut
Bleuler, skizofrenia menggambarkan gangguan ini sebagai perpecahan pikiran, emosi, dan
perillaku pasien. Deteriorasi pada konsep dementia precox yang diungkapkan oleh Kraeplein
tidak harus ada pada konsep skizofrenia menurut Bleuler. Eugene Bleuler juga merumuskan 4A
(Four A’s) untuk menggambarkan gejala utama skizofrennia yaitu asosiasi, afek, autism, dan
ambivalensi. Asosiasi menunjukkan gangguann asosiasi pikiran terutama asosiasi longgar.
Asosiasi (hubungan antara pikiran-pikiran terganggu), Afek menggambarkan ganggguan pada
afek(respon emosional menjadi datar atau tidak sesuai. Ambivalensi (perassaan ambivalen atau
konflik terhadap orang ain, seperti mencintai atau membenci mereka pada saat yang sama.
Autisme (penarikan diri kedunia fantasi pribadii. Gejala tambahan (sekunder) skizofrenia
menurut Bleuler adalah halusinasi dan waham (McNally, 2009)
Kurt Schneider (dalam Nevid, 2005) kemudian mengatakan bahwa halusinasi dan waham adalah
ciri primer (ciri-ciri kunci) atau disebut sebagai simtom peringkat pertama gangguan skizofrenia.
Sedagkan ganngguan mood dan kekacauan pikiran dianggap sebagai simtom peringkat kedua.
Gejala-gejala
Skizofrenia bukan merupakan penyakit melainkan sebuah syndrome sehingga factor resiko
skizofrenia hingga sekarang belum jelas.
Penderita skizofrenia dapat dikenali dari gejala-gejala yang ditampilkan. Dadang Hawari (2012)
mengemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompook, yaitu gejala
positif dan gejala negative. Gejala positif berupa delusi (keyakinan yang salah), halusinasi
(persepsi tanpa ada rangsan panca indera), kekacauan alam piker dimana orang lain tidak dapat
mengerti alur berpikirnya, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, serin mondar-mandir, pikirannya
penuh dengan kecurigaan, dan menyimpan rasa permusuhan. Sedang gejala negative dapat terliht
dari wajah penderita yang tidak menunjukkan ekspresi (alam perasaan/afek tumpul), suka
melamun, suka mengasingkan/menarik diri, sulit melakukan kontak emosional, pasif dan apatis,
kehilangan dorongan kehendak, malas, bersifat monoton, serta tidak adanya spontanitas, inisiatif,
maupun usaha.
Gejala-gejala yang Nampak pada skizofrenia
Ada 2 kelompok menurut bleuler yaitu: primer dan sekunder
1. Gejala-gejala primer
- Asosiasi terganggu
- Afek terganggu
- a. Parathimi : apa yang seharussnya menimbulkan rasa senang dan gembira, tapi pada
penderita timbul sedih atau marah
- b. Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis
- ambivalensi
- autism
2. gejala-gejala sekunder
- waham : pada skizofrenia, waham sering tidak logi sekali dan sangat bizarre, tetapi
penderita tidak sadar hal itu dan bagi penderita wahamnya merupakan suatu gejala
yang hamper tidak dijumpai pada kedaan lain.
- Halusinasi : pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadarn dan hal itu
merupakan suatu gejala yang hamper tidak dijumpai pada keadaan lain.
- Ilusi: munculnya persepsi baru akibat adanya mental image serta objek luar
- Depersonalisasi : suatu keadaan dimana dirinya merasakann berubah
- Negativism : sikap yang berlawanan dengan yang diperintahkan kepadanya, dan dia
menolak tanpa alasan
- Automatisasi : pekerjaan yang dilakukan dengan sendirinya, tidak terpengaruh dari
luar
- Echolalia : secara spontan menirukan bunyi atau suara atau ucapan yang didengar dari
orang lain.
- Mannerism : mengulang-ulang perbuatan tertentu eksesif, biasanya dialkukan secara
ritual seperti melakukan seremonial.
- Streotip : tindakan yang berulang-ulang
- Fleksibitas cerea : sikap atau bantuk atau posisi yang dipertahankan dalam posisi
yang kosong
- Benonnenheit : intelektual atau perkembangan yang lambat.
- Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kellemahan secara sementara serta dicetuskan
oleh berbagai keadaan emosional
-
Referensi
Dinamika psikolgis kasus penderita skizofrenia oleh Dr. Rilla Sovitriana, Psi, Psikolog
Sinopsis skizofrenia oleh D. Surya Yudhantara, Ratri Istiqomah

Definisi
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang berat (psikosi) yang dapat mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari ganggguan psikosis yang
terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri
(insight) (sadock et al., 2014). Yang menjadikan penderitanya sulit membedakan hal yang nyata
dan yang tidak.
Istilah Skizofrenia berasal dari Bahasa Yunani yaitu schizo (split/perpecahan) dan phren (jiwa).
Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan terpecahnya atau terfragmentasinya pikiran
individu dengan beragamnya kepibadian pada individu (multiple personality) (sadock et al.,
2014)
Sejarah
Ada tiga tokoh utama yang berperan dalam pembahasan skizofrenia ini yaitu Benedict Morel
(1809-1873), Emil Kraepelin (1856-1926) dan Eugene Bleuler (1857-1939) (Kyziridis, 2005).
Benedict Morel adalah seorang psikiater Perancis yang pertama kali menggambarkan gambaran
klinis gangguan jiwa tersebut sebagai demence precoce. Secara harafiah berarti ‘demensia awal’
Kraepelin sebagai dementia precox, yan gmenunjukan suatu perubahan dan penurunan kognisi
mirip demensia yang memiliki onset dini (precox)
Eugene Bleuler adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah skizofrenia. Menurut
Bleuler, skizofrenia menggambarkan gangguan ini sebagai perpecahan pikiran, emosi, dan
perillaku pasien.

Diagnosis
Gejala positif : perubahan tingkah laku dan pikiran seperrti berhalusinasi, melihat atau
mendengar, bahkan mencicipi sesuatu yang bahkan tidak ada.
Gejala negative : merasa hampa, bersikap apatis terhadap lingkungan, tidak termotivasi
melakukan apapun
Gejala kognitif : sulit untuk dilihat, kesulitan unutk menjalani kehidupan sehari hari, sulit
konsentrasi
Adapun gejala yang membuat mereka kambuh adalah stress, pengalaman traumatis dan
penggunaan narkotikaa.
Untuk penyebab awal dari penderita skizofrenia ini, belum ada penyebab pastinya. Tetapi untuk
beberapa factor, kenapa bisa menderita skizofrenia ini ada 3 yaitu, keturunan, komplikasi saat
kelahiran, dan cacat otak.
Akibat dari gejala tersebut,
 Penderita mengalami halusinasi
 Penderita kesulitan berkonsentrasi
 Penderita merasa ketakutan
 Penderita susah menahan emosi
Penanganan/tindakan

 Terapi Individu. Psikoterapi dapat membantu menormalkan pola pikir, belajar untuk


mengatasi stres dan mengidentifikasi tanda-tanda awal kekambuhan untuk membantu
pengidap mengelola penyakit mereka.

 Pelatihan Keterampilan Sosial. Pelatihan ini berfokus pada peningkatan komunikasi,


interaksi sosial dan meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
sehari-hari.

 Terapi Keluarga. Terapi keluarga berfokus memberikan dukungan dan pendidikan kepada
keluarga yang berurusan dengan skizofrenia.

 Merujukkan penderita ke psikiater


Penutup
Fakta pahitnya adalah skizofrenia tidak memiliki dukungan sebesar penyakit lain seperti kanker
atau HIV. Oleh kareena itu orang yang memahami dan mendukung skizofrrenia ini sangan
sedikit.
Jadi berhentilah mengecap orang skizofrenia ini sebagai orang gila karena hal terssebut hanya
akan membuat pengidap skizofrenia ini menghindari perawatan yang diperlukannya dan
membuatnya semakin dikucilkan oleh lingkungan sekitar.
Seringkali yang kita takuti adalah hal yang tidak kita pahami. Hal ini terbukti banyak penderita
skizofrenia di Indonesia terlantar dan di pasung. Semakin banyak orang memahami skizofrenia,
semakin banyak pula penderita sskizofrenia yang tertolong mendapat perawatan yang
diperlukannya.

Anda mungkin juga menyukai