PASIEN SKIZOFERNIA
REFERAT
OLEH
PRESERPTOR
dr. SHINTA BRISMA, Sp.KJ
BAB I
PENDAHULUN
Menurut WHO,
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah yang
ditandai oleh distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa,
rasa diri dan perilaku, serta pengalaman umum memiliki
halusinasi (mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang
tidak ada) dan delusi (keyakinan yang salah dan tetap)
WHO menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan gangguan
jiwa terberat yang menyerang lebih dari 21 juta orang di seluruh
dunia
Indonesia
A • Thought echo isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau
• Thought insertion or withdrawal isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (Withdrawal) dan
• Thought broadcasting isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
Diagnosis
Pedoman diagnostik skizofrenia berdasarkan PPDGJ III
C Halusional Auditorik ;
• Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien.
• Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara atau
• Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
D Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa.
E Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus.
F Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
G Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
H Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
Penatalaksanaan
terapi Elektrokonvulsif
Terapi Biologis
berkumpul dan saling berkomunikasi Terapi ini digunakan untuk penderita yang
merupakan terapi yang berperan sebagai telah keluar dari rumah sakit jiwa dan
fasilitator dan sebagai pemberi arah di tinggal bersama keluarganya. campur
dalamnya. tangan keluarga sangat membantu dalam
Para peserta terapi saling memberikan proses penyembuhan, atau sekurang-
feedback tentang pikiran dan perasaan yang kurangnya mencegah kambuhnya
dialami. Peserta diposisikan pada situasi penyakit penderita, dibandingkan dengan
sosial yang mendorong peserta untuk terapi-terapi secara individual.Dalam hal
berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya ini, keluarga diberi informasi tentang
pengalaman peserta dalam kemampuan pengetahuan tentang keadaan penderita
berkomunikasi. dan cara-cara untuk menghadapinya.
untuk keluarga harus menghindari
ungkapan-ungkapan emosi yang bisa
mengakibatkan penyakit penderita
kambuh kembali
Caregiver Skizofrenia
Carigever skizofenia dapat bersal dari keluarga, orang dekat, atau pun
Bab III tenaga medis. Banyaknya masalah yang dihadapi selama melakukan
perawatan bagi anggiota keluarga mereka yang menderita skizofenia,
Kesimpulan seperti mendapatkan perlakuan dan sikap negative dari lingkungan,
merakan dapak dari merawat penderita skizofenia, menangung beban
finansial akibat tingginya biaya pengobatan, serta mengalami kerugiana
akibat merapwat penderita skizofenia.