BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orang dengan gangguan jiwa atau bisa disebut dengan ODGJ merupakan
orang yang memiliki masalah pada fisik dan mental. Skizofrenia merupakan
gangguan mental yang berat. Dimulai dari gejala gangguan dalam berpikir,
komunikasih yang kacau, dan kesadaran diri. Akan tetapi belum diketahui secara
pasti apa penyebab penyakit skizofrenia, namun faktor keturunan diduga salah
satu penyebab penyakit skizofrenia.
Skizofrenia dapat diklasifikasikan menjadi dua gejala, yaitu gejala positif
dan gejala negatif. Yang dikatakan gejala positif adalah ditandai dengan
halusinasi, waham, agitasi dan akatisia. Sedangkan yang dikatakan gejala
negative adalah ditandai dengan penarikan diri dari sosial, penyesuaian diri yang
buruk, sulit berfikir abstrak, dan emosi yang labil. Gejala negatif terjadi biasanya
karena proses penyakit skizofrenia yang berjalan kronis, seperti halnya
seseorang yang memiliki penyakit skizofrenia namun tidak ditangani dengan
baik dan benar maka hal tersebut akan memunculkan gejala negative bajkan
dapat menajdi gejala yang dominan dibandingkan dengan gejala positif1.
Didalam buku PPDGJ skizofrenia terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu
tipe paranoid, hebefrenik, katatonik, residual dan undifferentiated. Tipe-tipe ini
dicocokan kepada gejala klinis pasien, misalnya pada pasien skizofrenia tipe
hebefrenik gejala yang muncul lebih cenderung gejala positif, jadi pada gejala
negatif jarang ditemukan. Hal itu berbanding terbalik dengan skizofrensia
paranoid yaitu lebih sering ditemukan acolition dan anhedonian serya alogia.
Seseorang bisa di diagnosis menginap penyakit skizofrenia dapat dilihat
jika gejala berlangsung selama minimal enam bulan dan setidaknya
mendapatkan satu bulan dari gejala fase aktif. Pada penelitian yang dilakukan di
Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri memfokuskan pada subjek dengan tipe
1
Wayan Darsama, ‘Trend Karakteristik Demografi Psien SKizofrenia DI Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
(2013-2018)’, Arc. Com. Health, 7.1 (2020), 41–51.
1
skizofrenia hebefrenik. Pada orang yang menginap skizofrenia hebefrenik
ditandai dengan mengalami kemunduruan pada prilaku, menujukan prilaku aneh,
terlihat seperti kekanak-kanakkan, bertingkah konyol, tertawa dangkal, asosiasi
longgar, namun delusi dan halusinasi tidak terlalu menojol.
Menurut Ibrahim2 skizofrenia hebefrenik biasanya ditandai dengan
adanya agresi, adanya prilaku-prilaku primitive maupun prilaku yang tidak
teratur. Pada penderita skizofrenia hebefrenik akan terlihat sedikit aktif, tertawa
tanpa alas an, menyeringai, akan terlihat menojol serta kemampuan kontak yang
buruk. Dnegan tipe gangguan seperti itu maka sebenarnya seseorang yang
menginap penyakit skizofrenia hebefrenik akan sangat membutuhkan persiapan
maupun dukungan serta perawatan. salah satu terapi yang digunakan adalah
terapi okupasional.
Terapi okupasional yaitu ilmu untuk mengarahkan partisipasi seseorang
ketika melaksanakan suatu tugas yang telah dipilih dengan maksud
mempermudah belajar fungsi dan keahlihan yang dibutuhkan dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan baru3. Klien yang diberikan terapi
okupasional harus ditekankan bahwa pekerjaan yang diberikan bukan sekedar
memberikan kesibukan kepada klien saja, namun kegiatan yang diberikan
diharapkan dapat menyalurkan bakar serta emosi klien.
Maka disini tugas seorang terapis merupakan memberikan dorongan
kepada klien melalui tugas-tugas atau kegiatan atau pekerjaan yang berperan
mendorong minat klien untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan. Terapis
harus menyadari pentingnya membantu klien dalam menimbulkan Kembali
menatnya untuk mencapai sesuatu dari usahanya sendiri. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka diharapkan klien yang mendapatkan terapi akan
memiliki perubahan tingkah laku dalam hidupnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
2
Anisa Fitriani, ‘Supportive Psychotherapy to Hebefrenic Schizophrenia Patient’, Jurnal Psikologi
Proyeksi, 13.2 (2018), 123–33.
3
Arisa, ‘Penerapan Tindakan Terapi Okupasional Menjahit Pada Pasien Skizofrenia Di RSJ. Radjiman
Wediodiningrat’, Journal Psikologi, 2.4 (2016), 1–5.
2
Pada kasus yang dialami klien dengan tipe skizofrenia hebefrenik,
terdapat tekanan dari masa lalu (majikan) yang memperlakukan tidak baik
sehingga klien mengalami depresi. Keluhan yang terjadi adalah tidak memiliki
nafsu makan atau merasa kenyang setiap saat, delusi dan halusinasi tidak
cenderung terlihat, akan tetapi prilaku yang aneh dan bicara yang kacau. Saat ini
klien terlihat sudah stabil, hanya saja perubahan perasaan atau mood sering
terjadi. Klien masih tergantung pada lingkungan sekitar.
4
Wardani, ‘KUALITAS HIDUP PASIEN SKIZOFRENIA DIPERSEPSIKAN Pendahuluan Metode’, Jurnal
Kerawatan Indonesia, 21.1 (2018), 17–26 <https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.485>.
3
maupun sosial budanya. Sehingga dapat disimpulkan skizofrenia adalah sebuah
gangguan psikis yang dialami dengan adanya sebuah pemisah antara pikiranm,
emosi, maupun prilaku dari orang yang mengalami dan ditandai dengan
penyimpangan penarikan diri, realitas disorganisasi persepsi, pikiran yang kacay,
penarikan diri dari lingkungan serta penurunan kognitif.
Sebenarnya penyebab pasti dari skizofrenia belum diketahui akan tetapi ada
beberapa faktor yang dapat menujang terjadinya skizofrenia seperti memiliki
anggota keluarga dengan riwayat skizofrenia, maka akan lebih besar potensial
untuk mengalami hal serupa. Komplikasi kehamilan atau terjadi kecacatan saat
melahirkan, semisal malnutrisi atau terpapar virus. Juga bisa karena faktor
lingkungan seperti terpapar zat beracun sehingga dapat menimbulkan skizofrenia
pada orang yang rentan mengalaminya. Penggunaan obat-obatan saat masa remaja
atau dewasa juga menjadi penyebab faktor skizofrenia. Pengaruh sosial dan
5
Putu Ayu Indah Sarawati, ‘Prevalensi Obesitas Pada Penderita Skizofrenia Yang Mendapatkan Terapi
Antipsikotik Atipikal Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali’, E-Jurnal Medika, 8.5 (2019), 1–7.
4
psikologis seperti halnya memiliki pengalaman masa kecil yang buruk, sebuah
pertengkaran, mengalami stress dan depresi
Terapi okupasional6 dapat digunakan semua orang, baik itu dari umur anak-
anak hingga lansia. Pada pasien skizofrenia juga bisa diterapkan dimana klien-klien
akan diberikan sebuah pekerjaan sehari-hari yang kadar kesulitannya ringan. Terapi
ini berguna untuk mengembalikan kepercayaan diri dari klien, membangun adanya
kontak mata yang nyata, mengembangkan lagi kreatifitas yang dimiliki. Pada
situasi yang diseting melalui terapi okupasioanal ini akan membantu klien untuk
mendapatkan keyakinan kembali melalui benda-benda mati.
A. IDENTITAS SUBJEK
Nama Lengkap : RI
Tempat/Tanggal Lahir : Palopo, 28 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Cina
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Terakhir : Pegawai Rumah Makan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Makasar
6
Wahidyanti Rahayu, ‘Studi Kasus Sarana Terapi Okupasi Dengan Taman Edukasi Pada Penderita
Skizofrenia Di Kota Malang’, Jurnal Psikologi, 5.2 (2017), 277–90.
5
Anak ke : 2 dari 4 bersaudara
B. IDENTITAS KELUARGA
Biodata Ayah
Nama Lengkap : CI
Alamat : Makasar
Umur : 67 Tahun
Suku Bangsa : Cina
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : S3
Pekerjaan Terakhir : Material Bahan Bangunan
Biodata Ibu
Nama Lengkap : Alm BL
Alamat : Jakarta
Umur :-
Suku Bangsa : Cina
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Terakhir : Wiraswasta (Pedagang tabung gas)
C. IDENTITAS PEMERIKSA
Nama Lengkap : Renny Tri Wahyuni
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 1 Desember 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Instansi : Institusi Agama Islam Negeri Kediri
Fakultas : Ushuluddin dan Dakwah
Prodi : Psikologi Islam
6
D. KELUHAN
Keadaan klien saat ini cenderung stabil selama proses observasi. Dalam
jangka 3 bulan terhitung sejak awal masuk pada bulan September 2021, terlihat
keadaan kognitif yang baik, komunikasi yang baik, dan mengikuti kegiatan
aktifitas lembaga dengan teratur. Keluhan untuk klien saat ini adalah untuk
melatih kembandirian klien. Yang mana klien perlu diberikan dorongan baik itu
motivasi atau yang lain sebagainya untuk meningkatkan kemandirian sebagai
bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu perasaan klien yang pekat membuat
klien sering menangis ataupun merengek untuk ikut ketika melihat teman-
temannya pulang. Baik itu teman satu wisma, kakak-kakak praktik, maupun
petugas yang sedang berjaka.
E. TUJUAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang diberikan kepada klien berinisial RI berjenis kelamin
perempuan dengan usia 27 tahun memiliki tujuan yaitu membantu klien dalam
memingkatkan kemandirian sebagai bekala hidup bermasyarakat. Melihat
keadaan klien yang cenderung stabil dengan diagnosis Skizofrenia Hebefrenik
maka fokus terapi lebih mengarah kepada kemampuan klien dalam melakukan
kegiatan-kegiatan secara mandiri.
F. RIWAYAT KELUHAN
Dari penuturan klien, ia pernah mengalami kecelakaan saat naik sepeda
motor dan terluka di bagian kepala karena terkena aspal. Dari kejadian itu
keluarga melihat ada perubahan yang terjadi terhadap klien seperti sering
melamun sehinggah dari situ dirujuk ke rumahsakit yang berada di makasar.
G. KESAN AWAL
Komunikasi dengan klien sangat mudah, tidak begitu sulit saat
melakukan rebbo. Dari klien juga terbuka dengan kehadiran mahasiswa PPL.
Klien menjawab dengan baik dan sesuai dengan alur pertanyaan. Artinya klien
memahami pertanyaan dan mengerti harus menjawab seperti apa.
7
H. OBSERVASI DAN WAWANCARA
H.1 OBSERVASI SAAT WAWANCARA
a. Kamis, 21 Oktober 2021
Prilaku klien memang tidak menojol saat pertama kali melihat
aktifitas bersama-sama dengan seluruh klien seperti mandi, cuci piring,
cuci baju, dan makan. Akan tetapi dari segi penampilan klien lebih
menojol dari pada teman-temannya karena kulit putih dan mata sipit
memberikan kesan berbeda saat melihat klien.
Setting pertama saat melalukan wawancara klien terlihat sedang
duduk bersama teman-teman didekat dapur. Seperti biasanya klien
terlihat baik-baik saja, seperti orang normal pada umumnya mengobrol
sembari menunggu kegiatan selanjutnya. Dalam proses wawancara klien
bercerita banyak hal dari asalnya yang bukan keturunan jawa melainkan
cina, agamanya yang Kristen dan apa yang terjadi sehingga bisa sakit
seperti saat ini.
Keadaan klien sedikit berubah ketika ditanya mengenai harapan
ketika sudah sembuh. Karena ibunya sudah meninggal dan ayahnya tidak
tahu dimana. Sehingga klien menampakkan ekspresi sedih dan
kebingungan saat pulang dia harus kemana dan ikut siapa.
8
Dari proses observasi wawancara yang ketiga untuk kembali
memastikan valid tidak dari data yang diperoleh dilakukan Kembali
wawancara yang berada pada titik tempat yang berbeda-beda.
Wawancara dilakukan dengan keadaan santai seperti layaknya
mengobrol bersama teman dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama
namun dalam jangka yang berbeda-beda.
Klien cenderung menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban yang sama. Menceritakan runtut pristiwa-pristiwa dari kisah
hidupnya. Kembali lagi klien merasa sedih dan emosional ketika
mendapatkan pertanyaan mengenai harapan setelah sehat, dikarenakan
keluarga yang sudah tidak ada lagi bersamanya sehingga klien merasa
sedih dan kebingungan.
9
Menganut agama minoritas berada dilingkungan muslim tidak
membuat klien dikucilkan oleh teman-temannya. Klien menjujung tinggi
rasa toleransi. Terlihat saat teman-temanya shalat asar ataupun magrib.
Terkadang klien menunggu di depan musollah. Tidak membuat gaduh saat
teman-teman sedang melakukan ibadah.
I. WAWANCARA
I.1 WAWANCARA DENGAN SUBJEK
1. Autonamnesa
Klien menuturkan anak ke 2 dari 4 bersaudara berasal dari makasar.
Mengenyam Pendidikan sampai bangku SMA kemudian bekerja di umur 20
tahun. Sebagai deler motor yang di phk karena tidak mendapatkan
pelanggan. Sehingga hanya bertahan 2 bulan. Merantau ke Jakarta dan
bekerja sebagai seles regulator gas dan bisa bertahan selama 1 tahun.
Awal mulai sakit di tahun 2016 karena mengalami kecelakaan motor,
sehingga mengalami luka di bagian kepala. Dari situ kepalanya semakin
terasa sakit. Gejala yang muncul saat itu adalah sering melamun. Sehingga
sebelum di RSBL klien sempat di rawat di rumah sakit jiwa makasar. Oleh
pihak keluarga terutama budhe klien di bawah ke RSBL kediri.
Klien menuturkan keinginannya untuk pulang, akan tetapi klien
merasah sedih apabila pulang dia harus ikut bersama siapa. Dikarenakan ibu
kandung sudah meninggal sejak tahun 2021 dan terhitung baru saja
meninggal, dan ayah kandung tidak dikatahui dimana. Klien menuturkan
kebingungan.
10
di ini. Sebelum ke RSBL klien pernah sakit di makasar akan tetapi belum
diketahui diagnosis dari rumah sakit sana seperti apa. Karena yang
membawa klien ke sini adalah dari pihak keluarga. Dan sekarang tidak
diketahui keluarganya dimana.
11
mnathap, depresi tapi tidak
frustasi
3. Garis Tipis Memiliki hambatan dengan
lingkungan
4. Rambut Botak Ketidakpastian seksual
5. Mukak atau wajah Seperti boneka Memiliki perasaan yang
berhati-hati, kemungkinan
pada deprsosialisasi
6. Alis Tidak ada -
7. Tubuh dan badan Kecil dan tidak Pre-okupasi sosial
tertutup bagian
bawah
8. Leher Leher yang Panjang Adanya hambatan didalam
mengontrol dorongan-
dorongan primitive
9. Lengan Kecil Merasa lemah dan sia-sia
serta tidak berguna dan
merasa tidak mampu
mencapai hasil
Kesimpulan
Dari hasil DAP klien merasa menjadi sosok yang kecil sehingga ketika
menghadspi suatu permasalahan, represi kurang bersemangat, rasa tidak
mampu, tendensi kurang yakin akan dirinya, tendensi depresi tapi lebih
banyak frustasi, adanya hambatan-hambatan dalam lingkunganya.
12
2. Rumah Ada 2 genteng dan Peran ibu yang kurang
dua pintu di masing- sebagai tempat berlindung,
masing sudut kurang
3. Pohon Tidak bisa di -
interpretasi
4. Orang Kecil Secara hipotesis individu
merasa kecil sehingga
didalam menghadapi
masalah ataupun problem,
kurang berani
Kesimpulan
Dari tes HTP adanya kelemahan dari sosok ibu dalam melakukan perannya.
Gambar pohon yang tidak bisa di interpretasi sehingga tidak bisa
menggambarkan bagaimana sosok ayah dalam keluarga tersebut,
C. PSIKODINAMIKA
Mendapatkan
perlakuan tidak baik Penyebab
dari majikan yaitu
tidak diberi makan
Depresi, malas
makan, tidak merasa
lapar. halusinasi
tidak mampu
mengontrol prilaku
efek
resiko
mencenderai diri
senditi
13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan symptom-simptom yang terlihat pada
subjek, maka diagnosis yang bisa ditegakkan adalah sebagai berikut :
14
Ya Tidak
A. Masing-masing muncul -
muncul untuk sebagian
besar waktu selama periode
1 bulan (atau kurang jika
berhasil diobati)
Setidaknya harus ada salah
satu antara (1), (2), (3) :
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Bicara tidak teratur
(misalnya, sering keluar
jalur atau ngawur)
4. Prilaku terlalu tidak
teratur atau katatonik
5. Gejala negative (yaitu
berkurangnya ekspresi
emosional atau
evolition)
B. Disfungsi social atau Menarik diri dari hubungan
pekerjaan : untuk Sebagian sosialnya
besar waktunya sejak
terjadinya gangguan, suatu
atau lebih bidang utama
dari fungsi seperti
pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau
perawatan diri, adalag
nyata di bawah tingkat
yang dicapai sebelum
gangguan (saat permulaan
masa kecil atau remaja, ada
15
kegagalan untuk mencapai
tingkat yang diharapkan
dari interpersonal,
akademik, fungsi kerja)
C. Durasi tanda-tanda -
berkelanjutan dari
gangguan bertahan selama
minimal 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus
mencangkup setidaknya 1
bulan gejala (atau kurang
jika berhasil diobati) yang
memenuhi kreteria yaitu
tahap gejala aktif dan
mungkin termasuk periode
prodromal atau gejala sisa.
Selama periode prodromal
atau sisa, tanda-tanda
gangguan dapat
dimanifestasikan dengan
hanya gejala negative, dua
atau lebih gejala tercantum
dalam kreteria A hadir
dalam kondisi yang
dilemahkan (misalnya,
keyakinan aneh,
pengalaman persepsi yang
tidak biasa)
D. Gangguan skizoafektif dan Perubahan mood mudah sedih
gangguan depresi atau
bipolar dengan fitur
psikotik telah
16
dikesampingkan karena ;
1. Tidak ada depresi atau
manic episode yang
terjadi bersamaan
dengan gejala aktif-fase
2. Jika episode-episode
mood telah terjadi
selama fase gejala aktif,
mereka telah muncul
secara minoritas dari
total durasi periode
aktif dan residual dari
penyakit
E. Zat/eksklusi kondisi medis Tidak ada keterkaitan dengan
umum : gangguan tidak obat-obatan
disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan, obat-
obat) atau kondisi medis
umum
F. Hubungan dengan -
gangguan perkembangan
pervasive. Jika ada
Riwayat gangguan autis
atau gangguan
perkembangan oervasif
lainnya, diagnosis
tambahan skizofrenia
dibuat hanya jika dleusi
atau halusinasi yang
menonjol juga hadir untuk
17
setidaknya satu bulan
(atau kurang jika berhasil
di obati)
Memenuhi
Kreteria PPDGJ III dan DSM V Gambaran Subjek
Ya Tidak
tertawa menyeringai
(grimaces), mannersme,
18
mengibuli secara bersnda gurau
(pranks), keluhan
(reiterate phrases)
inkoheren.
B. PRODIAGNOSIS
Prognosis klien mendapatkan hasil negative karena apa yang terjadi pada
klien masih memunculkan gejala-gejala skizofrenia seperti perubahan mood, dan
permasalahan sosial. Mendapatkan perawatan seperti konsumsi obat
Mendapatkan perawatan dan dukungan sosial di tempat rehabilitasi sehingga
disiplin dalam minum obat.
C. USULAN TERAPI
Terapi okupasional merupakan sebuah metode yang secara khusus
digunakan untuk membantu seseorang agar bisa hidup mandiri dengan berbagai
kondisi. Dalam beberapa literatur terapi ini digunakan pada seseorang yang
menginap suatu penyakit seperti seseorang yang memiliki keterlambatan
perkembangan sejak lahir, seseorang yang memiliki masalah psikologis, atau
seseorang yang memiliki cedar jangka Panjang. Tujuan utama dari terapi ini
adalah untuk membantu meningkatkan kadar kualitas hidup seseorang dibidang
19
kemandirian. Dan hal itu memberikan dampak berupa harapan positif kepada
penerima terapi.
Terapi okupasional dapat digunakan semua orang, baik itu dari umur
anak-anak hingga lansia. Pada pasien skizofrenia juga bisa diterapkan dimana
klien-klien akan diberikan sebuah pekerjaan sehari-hari yang kadar kesulitannya
ringan. Terapi ini berguna untuk mengembalikan kepercayaan diri dari klien,
membangun adanya kontak mata yang nyata, mengembangkan lagi kreatifitas
yang dimiliki. Pada situasi yang diseting melalui terapi okupasioanal ini akan
membantu klien untuk mendapatkan keyakinan kembali melalui benda-benda
mati.
D. SARAN
Apabila ada kesalahan dalam pelaporan kasus klinis maka kritik dan saran
terkait kepenulisan, hasil laporan, maupaun bentuk asessment sangat di perlukan
demi perbaikan laporan kasus pada penelitian yang dilakukan di UPT
Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Wahidyanti, ‘Studi Kasus Sarana Terapi Okupasi Dengan Taman Edukasi Pada
Penderita Skizofrenia Di Kota Malang’, Jurnal Psikologi, 5.2 (2017), 277–90
Sarawati, Putu Ayu Indah, ‘Prevalensi Obesitas Pada Penderita Skizofrenia Yang
Mendapatkan Terapi Antipsikotik Atipikal Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali’, E-
Jurnal Medika, 8.5 (2019), 1–7
20
Wardani, ‘KUALITAS HIDUP PASIEN SKIZOFRENIA DIPERSEPSIKAN
Pendahuluan Metode’, Jurnal Kerawatan Indonesia, 21.1 (2018), 17–26
<https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.485>
21