Anda di halaman 1dari 21

MELATIH KEMANDIRIAN PASIEN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DENGAN

MENGGUNAKAN TERAPI OKUPASIONAL

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Orang dengan gangguan jiwa atau bisa disebut dengan ODGJ merupakan
orang yang memiliki masalah pada fisik dan mental. Skizofrenia merupakan
gangguan mental yang berat. Dimulai dari gejala gangguan dalam berpikir,
komunikasih yang kacau, dan kesadaran diri. Akan tetapi belum diketahui secara
pasti apa penyebab penyakit skizofrenia, namun faktor keturunan diduga salah
satu penyebab penyakit skizofrenia.
Skizofrenia dapat diklasifikasikan menjadi dua gejala, yaitu gejala positif
dan gejala negatif. Yang dikatakan gejala positif adalah ditandai dengan
halusinasi, waham, agitasi dan akatisia. Sedangkan yang dikatakan gejala
negative adalah ditandai dengan penarikan diri dari sosial, penyesuaian diri yang
buruk, sulit berfikir abstrak, dan emosi yang labil. Gejala negatif terjadi biasanya
karena proses penyakit skizofrenia yang berjalan kronis, seperti halnya
seseorang yang memiliki penyakit skizofrenia namun tidak ditangani dengan
baik dan benar maka hal tersebut akan memunculkan gejala negative bajkan
dapat menajdi gejala yang dominan dibandingkan dengan gejala positif1.
Didalam buku PPDGJ skizofrenia terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu
tipe paranoid, hebefrenik, katatonik, residual dan undifferentiated. Tipe-tipe ini
dicocokan kepada gejala klinis pasien, misalnya pada pasien skizofrenia tipe
hebefrenik gejala yang muncul lebih cenderung gejala positif, jadi pada gejala
negatif jarang ditemukan. Hal itu berbanding terbalik dengan skizofrensia
paranoid yaitu lebih sering ditemukan acolition dan anhedonian serya alogia.
Seseorang bisa di diagnosis menginap penyakit skizofrenia dapat dilihat
jika gejala berlangsung selama minimal enam bulan dan setidaknya
mendapatkan satu bulan dari gejala fase aktif. Pada penelitian yang dilakukan di
Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri memfokuskan pada subjek dengan tipe
1
Wayan Darsama, ‘Trend Karakteristik Demografi Psien SKizofrenia DI Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
(2013-2018)’, Arc. Com. Health, 7.1 (2020), 41–51.

1
skizofrenia hebefrenik. Pada orang yang menginap skizofrenia hebefrenik
ditandai dengan mengalami kemunduruan pada prilaku, menujukan prilaku aneh,
terlihat seperti kekanak-kanakkan, bertingkah konyol, tertawa dangkal, asosiasi
longgar, namun delusi dan halusinasi tidak terlalu menojol.
Menurut Ibrahim2 skizofrenia hebefrenik biasanya ditandai dengan
adanya agresi, adanya prilaku-prilaku primitive maupun prilaku yang tidak
teratur. Pada penderita skizofrenia hebefrenik akan terlihat sedikit aktif, tertawa
tanpa alas an, menyeringai, akan terlihat menojol serta kemampuan kontak yang
buruk. Dnegan tipe gangguan seperti itu maka sebenarnya seseorang yang
menginap penyakit skizofrenia hebefrenik akan sangat membutuhkan persiapan
maupun dukungan serta perawatan. salah satu terapi yang digunakan adalah
terapi okupasional.
Terapi okupasional yaitu ilmu untuk mengarahkan partisipasi seseorang
ketika melaksanakan suatu tugas yang telah dipilih dengan maksud
mempermudah belajar fungsi dan keahlihan yang dibutuhkan dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan baru3. Klien yang diberikan terapi
okupasional harus ditekankan bahwa pekerjaan yang diberikan bukan sekedar
memberikan kesibukan kepada klien saja, namun kegiatan yang diberikan
diharapkan dapat menyalurkan bakar serta emosi klien.
Maka disini tugas seorang terapis merupakan memberikan dorongan
kepada klien melalui tugas-tugas atau kegiatan atau pekerjaan yang berperan
mendorong minat klien untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan. Terapis
harus menyadari pentingnya membantu klien dalam menimbulkan Kembali
menatnya untuk mencapai sesuatu dari usahanya sendiri. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka diharapkan klien yang mendapatkan terapi akan
memiliki perubahan tingkah laku dalam hidupnya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
2
Anisa Fitriani, ‘Supportive Psychotherapy to Hebefrenic Schizophrenia Patient’, Jurnal Psikologi
Proyeksi, 13.2 (2018), 123–33.
3
Arisa, ‘Penerapan Tindakan Terapi Okupasional Menjahit Pada Pasien Skizofrenia Di RSJ. Radjiman
Wediodiningrat’, Journal Psikologi, 2.4 (2016), 1–5.

2
Pada kasus yang dialami klien dengan tipe skizofrenia hebefrenik,
terdapat tekanan dari masa lalu (majikan) yang memperlakukan tidak baik
sehingga klien mengalami depresi. Keluhan yang terjadi adalah tidak memiliki
nafsu makan atau merasa kenyang setiap saat, delusi dan halusinasi tidak
cenderung terlihat, akan tetapi prilaku yang aneh dan bicara yang kacau. Saat ini
klien terlihat sudah stabil, hanya saja perubahan perasaan atau mood sering
terjadi. Klien masih tergantung pada lingkungan sekitar.

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Untuk klien kasus skizofrenia hebefrenik dengan terapi okupasional
bertujuan untuk melatih kemandirian klien dengan tugas-tugas sederhana.
Sehingga kemandirian klien karus dilatih untuk menghadapi hidup
bermasyarakat. Penelitian ini juga bermanfaat bagi klien yang mana klien
mendapatkan hasil dari terapi okupasional, terapis mendapatkan pengalaman,
dan masyarakat bisa menerima klien ketika sudah Kembali untuk hidup
bermsyarakat.

BAB II TINJAUAN TEORITIK

A.1 DEFINISI SKIZOFRENIA

Berdasarkan etimologi skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu schizo


dan phren yang memiliki arti menjelaskan tentang karakteristik utama dari
gangguan skizofrenia yaitu adanya oemisah antara pikiran, emosi dan juga prilaku 4.
Skizofrenia adalah salah satu gangguan psikis yang memiliki gejala seperti
oenyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, pikiran dan kognitif.
Skizofrenia bisa juga memiliki arti adanya perpecahan antara pikiran, perasaan dan
juga prilaku sehingga yang dilakukan tidak sesuai antara pikiran dan juga perasaan.

Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


III adalah suatu sindrom dengan penyebab yang belum diketahui dalam proses
gangguan penyakit ini selalu bersifat kronis sehingga berpengaruh pada fisik

4
Wardani, ‘KUALITAS HIDUP PASIEN SKIZOFRENIA DIPERSEPSIKAN Pendahuluan Metode’, Jurnal
Kerawatan Indonesia, 21.1 (2018), 17–26 <https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.485>.

3
maupun sosial budanya. Sehingga dapat disimpulkan skizofrenia adalah sebuah
gangguan psikis yang dialami dengan adanya sebuah pemisah antara pikiranm,
emosi, maupun prilaku dari orang yang mengalami dan ditandai dengan
penyimpangan penarikan diri, realitas disorganisasi persepsi, pikiran yang kacay,
penarikan diri dari lingkungan serta penurunan kognitif.

A.2 SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Menurut Maramis Skizofrenia hebefrenik dapat dialami pada masa remaja


antara usia 15-25 tahun. Memiliki gejala yang dominan seperti gangguan dalam
proses berpikir, gangguan kemauan, waham, delusi atau halusinasi. Gangguan
psikomotorik juga timbul seperti prilaku kekanak-kanakan. Pada ciri-ciri utama
skizofrenia hebefrenik adalah regresi yang primitive, adanya pola piker yang
kurang jelas, seseorang yang mengindap skizofrenia tipe ini akan sering terlihat
tertawa tanpa alasan yang jelas5.

Pada diagnosis hebefrenik pada umumnya diperlukan sebuah pengamatan


selama 2 atau 3 bulan untuk bisa memastikan adanya sebuah gejala yang signifikan
terjadi. Seperti prilaku yang tidak bertanggung jawab, sehingga tidak bisa
diprediksi sehingga memiliki kecenderungan untuk selalu menyendiri. Afek yang
dangkal dan tidak wajar, akan menjadikan seseorang tersebut sering tertawa
sendiri, dan mengungkapkan kata yang berulang-ulang. Proses berpikir yang
mengalami disorganisasi atau pembicaraan tak menentu atau kacau.

A.3 FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA

Sebenarnya penyebab pasti dari skizofrenia belum diketahui akan tetapi ada
beberapa faktor yang dapat menujang terjadinya skizofrenia seperti memiliki
anggota keluarga dengan riwayat skizofrenia, maka akan lebih besar potensial
untuk mengalami hal serupa. Komplikasi kehamilan atau terjadi kecacatan saat
melahirkan, semisal malnutrisi atau terpapar virus. Juga bisa karena faktor
lingkungan seperti terpapar zat beracun sehingga dapat menimbulkan skizofrenia
pada orang yang rentan mengalaminya. Penggunaan obat-obatan saat masa remaja
atau dewasa juga menjadi penyebab faktor skizofrenia. Pengaruh sosial dan
5
Putu Ayu Indah Sarawati, ‘Prevalensi Obesitas Pada Penderita Skizofrenia Yang Mendapatkan Terapi
Antipsikotik Atipikal Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali’, E-Jurnal Medika, 8.5 (2019), 1–7.

4
psikologis seperti halnya memiliki pengalaman masa kecil yang buruk, sebuah
pertengkaran, mengalami stress dan depresi

A.4 TERAPI OKUPASIONAL

Terapi okupasional merupakan sebuah metode yang secafrra khusus digunakan


untuk membantu seseorang agar bisa hidup mandiri dengan berbagai kondisi.
Dalam beberapa literatur terapi ini digunakan pada seseorang yang menginap suatu
penyakit seperti seseorang yang memiliki keterlambatan perkembangan sejak lahir,
seseorang yang memiliki masalah psikologis, atau seseorang yang memiliki cedar
jangka Panjang. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk membantu
meningkatkan kadar kualitas hidup seseorang dibidang kemandirian. Dan hal itu
memberikan dampak berupa harapan positif kepada penerima terapi.

Terapi okupasional6 dapat digunakan semua orang, baik itu dari umur anak-
anak hingga lansia. Pada pasien skizofrenia juga bisa diterapkan dimana klien-klien
akan diberikan sebuah pekerjaan sehari-hari yang kadar kesulitannya ringan. Terapi
ini berguna untuk mengembalikan kepercayaan diri dari klien, membangun adanya
kontak mata yang nyata, mengembangkan lagi kreatifitas yang dimiliki. Pada
situasi yang diseting melalui terapi okupasioanal ini akan membantu klien untuk
mendapatkan keyakinan kembali melalui benda-benda mati.

BAB III ASSESMN

A. IDENTITAS SUBJEK
Nama Lengkap : RI
Tempat/Tanggal Lahir : Palopo, 28 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Cina
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Terakhir : Pegawai Rumah Makan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Makasar
6
Wahidyanti Rahayu, ‘Studi Kasus Sarana Terapi Okupasi Dengan Taman Edukasi Pada Penderita
Skizofrenia Di Kota Malang’, Jurnal Psikologi, 5.2 (2017), 277–90.

5
Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

B. IDENTITAS KELUARGA

Biodata Ayah
Nama Lengkap : CI
Alamat : Makasar
Umur : 67 Tahun
Suku Bangsa : Cina
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : S3
Pekerjaan Terakhir : Material Bahan Bangunan

Biodata Ibu
Nama Lengkap : Alm BL
Alamat : Jakarta
Umur :-
Suku Bangsa : Cina
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Terakhir : Wiraswasta (Pedagang tabung gas)

C. IDENTITAS PEMERIKSA
Nama Lengkap : Renny Tri Wahyuni
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 1 Desember 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Instansi : Institusi Agama Islam Negeri Kediri
Fakultas : Ushuluddin dan Dakwah
Prodi : Psikologi Islam

6
D. KELUHAN
Keadaan klien saat ini cenderung stabil selama proses observasi. Dalam
jangka 3 bulan terhitung sejak awal masuk pada bulan September 2021, terlihat
keadaan kognitif yang baik, komunikasi yang baik, dan mengikuti kegiatan
aktifitas lembaga dengan teratur. Keluhan untuk klien saat ini adalah untuk
melatih kembandirian klien. Yang mana klien perlu diberikan dorongan baik itu
motivasi atau yang lain sebagainya untuk meningkatkan kemandirian sebagai
bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu perasaan klien yang pekat membuat
klien sering menangis ataupun merengek untuk ikut ketika melihat teman-
temannya pulang. Baik itu teman satu wisma, kakak-kakak praktik, maupun
petugas yang sedang berjaka.

E. TUJUAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang diberikan kepada klien berinisial RI berjenis kelamin
perempuan dengan usia 27 tahun memiliki tujuan yaitu membantu klien dalam
memingkatkan kemandirian sebagai bekala hidup bermasyarakat. Melihat
keadaan klien yang cenderung stabil dengan diagnosis Skizofrenia Hebefrenik
maka fokus terapi lebih mengarah kepada kemampuan klien dalam melakukan
kegiatan-kegiatan secara mandiri.

F. RIWAYAT KELUHAN
Dari penuturan klien, ia pernah mengalami kecelakaan saat naik sepeda
motor dan terluka di bagian kepala karena terkena aspal. Dari kejadian itu
keluarga melihat ada perubahan yang terjadi terhadap klien seperti sering
melamun sehinggah dari situ dirujuk ke rumahsakit yang berada di makasar.

G. KESAN AWAL
Komunikasi dengan klien sangat mudah, tidak begitu sulit saat
melakukan rebbo. Dari klien juga terbuka dengan kehadiran mahasiswa PPL.
Klien menjawab dengan baik dan sesuai dengan alur pertanyaan. Artinya klien
memahami pertanyaan dan mengerti harus menjawab seperti apa.

7
H. OBSERVASI DAN WAWANCARA
H.1 OBSERVASI SAAT WAWANCARA
a. Kamis, 21 Oktober 2021
Prilaku klien memang tidak menojol saat pertama kali melihat
aktifitas bersama-sama dengan seluruh klien seperti mandi, cuci piring,
cuci baju, dan makan. Akan tetapi dari segi penampilan klien lebih
menojol dari pada teman-temannya karena kulit putih dan mata sipit
memberikan kesan berbeda saat melihat klien.
Setting pertama saat melalukan wawancara klien terlihat sedang
duduk bersama teman-teman didekat dapur. Seperti biasanya klien
terlihat baik-baik saja, seperti orang normal pada umumnya mengobrol
sembari menunggu kegiatan selanjutnya. Dalam proses wawancara klien
bercerita banyak hal dari asalnya yang bukan keturunan jawa melainkan
cina, agamanya yang Kristen dan apa yang terjadi sehingga bisa sakit
seperti saat ini.
Keadaan klien sedikit berubah ketika ditanya mengenai harapan
ketika sudah sembuh. Karena ibunya sudah meninggal dan ayahnya tidak
tahu dimana. Sehingga klien menampakkan ekspresi sedih dan
kebingungan saat pulang dia harus kemana dan ikut siapa.

b. Jum’at, 29 Oktober 2021


Dari proses observasi wawancara yang kedua memastikan
kembali jawaban dari klien dengan pertanyaan yang sama. Tidak jauh
berbeda dari jawaban sebelumnya. Klien memahami pertanyaan dan
mengerti harus menjawab seperti apa. Klien juga menujukan ekspresi
sedih saat ditanya mengenai harapan setelah sehat. Sama seperti
sebelumnya karena penyebab tidak memiliki keluarga membuat klien
sedih dan kebingungan

c. Kamis, 4 November 2021

8
Dari proses observasi wawancara yang ketiga untuk kembali
memastikan valid tidak dari data yang diperoleh dilakukan Kembali
wawancara yang berada pada titik tempat yang berbeda-beda.
Wawancara dilakukan dengan keadaan santai seperti layaknya
mengobrol bersama teman dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama
namun dalam jangka yang berbeda-beda.
Klien cenderung menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban yang sama. Menceritakan runtut pristiwa-pristiwa dari kisah
hidupnya. Kembali lagi klien merasa sedih dan emosional ketika
mendapatkan pertanyaan mengenai harapan setelah sehat, dikarenakan
keluarga yang sudah tidak ada lagi bersamanya sehingga klien merasa
sedih dan kebingungan.

H.2 OBSERVASI ADMINISTRASI


Pada saat melakukan tes grafis dengan setting berada dibawah
pohon yang rindang tidak banyak orang berlalu-lalang klien mengikuti
intruksi dari tester. Saat melakukan tes DAP dan DAT klien meletakkan
posisi kertas kearah yang salah. Gambar pohon juga tidak bisa di
interpretasikan. Gambar manusia yang tidak lengkap.

H.3 OBSERVASI DALAM SETTING LAIN


Dalam bimbingan sosial yang dilakukan saat temanya adalah
melatih kepemimpinan, kognitif, dan juga senam otak klien melakukan
dengan seksama. Dalam melatih kepemimpinan klien masih terlihat
canggung untuk memimpin berhitung, sekaligus keberanian klien nampak
tidak mau bercerita didepan teman-teman mengenai apa yang ia rasakan.
Saat melatih konsentra melalui tepuk dan nyanyian klien mengikuti dengan
baik. Saat melakukan senam otak klien sedikit kesusahan mengikuti
gerakan secara bergantian dalam waktu yang bersamaan.

H.4 OBSERVASI PENDUKUNG

9
Menganut agama minoritas berada dilingkungan muslim tidak
membuat klien dikucilkan oleh teman-temannya. Klien menjujung tinggi
rasa toleransi. Terlihat saat teman-temanya shalat asar ataupun magrib.
Terkadang klien menunggu di depan musollah. Tidak membuat gaduh saat
teman-teman sedang melakukan ibadah.

I. WAWANCARA
I.1 WAWANCARA DENGAN SUBJEK
1. Autonamnesa
Klien menuturkan anak ke 2 dari 4 bersaudara berasal dari makasar.
Mengenyam Pendidikan sampai bangku SMA kemudian bekerja di umur 20
tahun. Sebagai deler motor yang di phk karena tidak mendapatkan
pelanggan. Sehingga hanya bertahan 2 bulan. Merantau ke Jakarta dan
bekerja sebagai seles regulator gas dan bisa bertahan selama 1 tahun.
Awal mulai sakit di tahun 2016 karena mengalami kecelakaan motor,
sehingga mengalami luka di bagian kepala. Dari situ kepalanya semakin
terasa sakit. Gejala yang muncul saat itu adalah sering melamun. Sehingga
sebelum di RSBL klien sempat di rawat di rumah sakit jiwa makasar. Oleh
pihak keluarga terutama budhe klien di bawah ke RSBL kediri.
Klien menuturkan keinginannya untuk pulang, akan tetapi klien
merasah sedih apabila pulang dia harus ikut bersama siapa. Dikarenakan ibu
kandung sudah meninggal sejak tahun 2021 dan terhitung baru saja
meninggal, dan ayah kandung tidak dikatahui dimana. Klien menuturkan
kebingungan.

I.3 WAWANCARA DENGAN PIHAK LAIN


2. Allonamnesa
Sumber : TP
Status : Pengasuh RSBL
RI masuk ke RSBL baru saja di tahun 2021, sejauh ini klien baik-
baik saja tidak mengalami halusinasi berbicara sendiri maupun teriak-
teriak. Klien cenderung tenang dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari

10
di ini. Sebelum ke RSBL klien pernah sakit di makasar akan tetapi belum
diketahui diagnosis dari rumah sakit sana seperti apa. Karena yang
membawa klien ke sini adalah dari pihak keluarga. Dan sekarang tidak
diketahui keluarganya dimana.

BAB IV HASIL ASSESMEN

A. KESIMPULAN OBSERVASI DAN WAWANCARA


Klien merupakan orang keturunan cina yang bersasal dari makasar.
Pernyataan klien tersebut benar adanya dengan data yang diberikan oleh
lembaga pada identitas klien. Sempat memiliki pekerjaan beberapa kali seperti
bekerja pada deler motor yang di PHK karena tidak memiliki pelanggan.
Sehingga membuat klien banting stir ke Jakarta kemudian bekerja sebagai seles
regulator gas selama satu tahun. Usahanya membesar sampai memiliki beberapa
kariawan karena problem yang tidak diceritakan dengan jelas klien di tending
dari usaha tersebut. Cerita tersebut belum bisa di klarifikasi oleh lembaga.
Sempat mengalami kecelakaan sehingga melukai kepala, dari kejadian
tersebut klien berupa prilakunya menjadi suka melamun. Sebelum ke RSBL
klien pernah sakit di makasar mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa juga.
Akan tetapi tidak di ketahui diagnosis dari rumah sakit tersebut apa, karena
pihak keluarga dari alm ibu yang mendaftarkan klien ke RSBL hal itu selaras
dengan pernyataan salah satu petugas RSBL.

B. HASIL TES PSIKOLOGI


B.1 HASIL TES DRAW A PERSON (DAP)

No Aspek Deskripsi Interpretasi


1. Ukuran Gambar Gambar sangat kecil Kurang berani dalam
menghadapi problem,
persepsi kurang bersemangat
2. Lokasi Di atas sebelah Untuk orang dewasa kurang
kanan tendensi kurang yakin
terhadap dirinya, kurang

11
mnathap, depresi tapi tidak
frustasi
3. Garis Tipis Memiliki hambatan dengan
lingkungan
4. Rambut Botak Ketidakpastian seksual
5. Mukak atau wajah Seperti boneka Memiliki perasaan yang
berhati-hati, kemungkinan
pada deprsosialisasi
6. Alis Tidak ada -
7. Tubuh dan badan Kecil dan tidak Pre-okupasi sosial
tertutup bagian
bawah
8. Leher Leher yang Panjang Adanya hambatan didalam
mengontrol dorongan-
dorongan primitive
9. Lengan Kecil Merasa lemah dan sia-sia
serta tidak berguna dan
merasa tidak mampu
mencapai hasil
Kesimpulan
Dari hasil DAP klien merasa menjadi sosok yang kecil sehingga ketika
menghadspi suatu permasalahan, represi kurang bersemangat, rasa tidak
mampu, tendensi kurang yakin akan dirinya, tendensi depresi tapi lebih
banyak frustasi, adanya hambatan-hambatan dalam lingkunganya.

B.2 HASIL TES HOUSE TREE PERSON (HTP)

No Aspek Deskripsi Interpretasi


1. posisi Saling tidak ada Daya abstraksi yang jelek
hubungannya

12
2. Rumah Ada 2 genteng dan Peran ibu yang kurang
dua pintu di masing- sebagai tempat berlindung,
masing sudut kurang
3. Pohon Tidak bisa di -
interpretasi
4. Orang Kecil Secara hipotesis individu
merasa kecil sehingga
didalam menghadapi
masalah ataupun problem,
kurang berani
Kesimpulan
Dari tes HTP adanya kelemahan dari sosok ibu dalam melakukan perannya.
Gambar pohon yang tidak bisa di interpretasi sehingga tidak bisa
menggambarkan bagaimana sosok ayah dalam keluarga tersebut,

C. PSIKODINAMIKA

Mendapatkan
perlakuan tidak baik Penyebab
dari majikan yaitu
tidak diberi makan

Depresi, malas
makan, tidak merasa
lapar. halusinasi

tidak mampu
mengontrol prilaku
efek

resiko
mencenderai diri
senditi

13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan symptom-simptom yang terlihat pada
subjek, maka diagnosis yang bisa ditegakkan adalah sebagai berikut :

Aksis I : F20.1 schizophrenia hebefrenik

Aksis II : tidak ada

Aksis III : tidak ada

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial


(ketergantungan dan kurangnya kemandirian)

Aksis V : GAF 90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,


tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

Kreteria Berdasarkan DSM V Schizofrenia

Menurut DSM-V pedoman diagnostic untuk Schizofrenia :

Kreteria DSM-V Gambaran Subjek Memenuhi

14
Ya Tidak
A. Masing-masing muncul -
muncul untuk sebagian
besar waktu selama periode
1 bulan (atau kurang jika
berhasil diobati)
Setidaknya harus ada salah
satu antara (1), (2), (3) :
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Bicara tidak teratur
(misalnya, sering keluar
jalur atau ngawur)
4. Prilaku terlalu tidak
teratur atau katatonik
5. Gejala negative (yaitu
berkurangnya ekspresi
emosional atau
evolition)
B. Disfungsi social atau Menarik diri dari hubungan
pekerjaan : untuk Sebagian sosialnya
besar waktunya sejak
terjadinya gangguan, suatu
atau lebih bidang utama
dari fungsi seperti
pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau
perawatan diri, adalag
nyata di bawah tingkat
yang dicapai sebelum
gangguan (saat permulaan
masa kecil atau remaja, ada

15
kegagalan untuk mencapai
tingkat yang diharapkan
dari interpersonal,
akademik, fungsi kerja)
C. Durasi tanda-tanda -
berkelanjutan dari
gangguan bertahan selama
minimal 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus
mencangkup setidaknya 1
bulan gejala (atau kurang
jika berhasil diobati) yang
memenuhi kreteria yaitu
tahap gejala aktif dan
mungkin termasuk periode
prodromal atau gejala sisa.
Selama periode prodromal
atau sisa, tanda-tanda
gangguan dapat
dimanifestasikan dengan
hanya gejala negative, dua
atau lebih gejala tercantum
dalam kreteria A hadir
dalam kondisi yang
dilemahkan (misalnya,
keyakinan aneh,
pengalaman persepsi yang
tidak biasa)
D. Gangguan skizoafektif dan Perubahan mood mudah sedih
gangguan depresi atau
bipolar dengan fitur
psikotik telah

16
dikesampingkan karena ;
1. Tidak ada depresi atau
manic episode yang
terjadi bersamaan
dengan gejala aktif-fase
2. Jika episode-episode
mood telah terjadi
selama fase gejala aktif,
mereka telah muncul
secara minoritas dari
total durasi periode
aktif dan residual dari
penyakit
E. Zat/eksklusi kondisi medis Tidak ada keterkaitan dengan
umum : gangguan tidak obat-obatan
disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan, obat-
obat) atau kondisi medis
umum
F. Hubungan dengan -
gangguan perkembangan
pervasive. Jika ada
Riwayat gangguan autis
atau gangguan
perkembangan oervasif
lainnya, diagnosis
tambahan skizofrenia
dibuat hanya jika dleusi
atau halusinasi yang
menonjol juga hadir untuk

17
setidaknya satu bulan
(atau kurang jika berhasil
di obati)

Kreteria berdasarkan PPDGJ III dan DSM-V untuk Schizofrenia hebefrenik


menurut PPDGJ dan DSM V pedoman diagnostik untuk schizophrenia paranoid:

Memenuhi
Kreteria PPDGJ III dan DSM V Gambaran Subjek
Ya Tidak

Prilaku yang tidak bertanggung merasa perasaan sedih,

jawab dan tidak dapat hampah

diramalkan, serta mannerism

ada kecenderungan untuk selalu

menyendiri (solitary) dan

prilaku menujukkan hampa

tujuan dan hampa perasaan

Afek pasien dangkal (shallow) Ekspresi yang datar

dan tidak wajar (inap-

propriate), sering disertai oleh

cekikikan (giggling) atau

perasaan puas diri (self-

statisfied), senyum sendiri (self-

absorbed smiling), atau oleh

sikap tinggi hati (lofty manner),

tertawa menyeringai

(grimaces), mannersme,

18
mengibuli secara bersnda gurau

(pranks), keluhan

hipokondriakal, dan ungkapan

kata yang diulang-ulang

(reiterate phrases)

Proses piker mengalami -

disorganisasi dan pembicaraan

tak menentu (rambling) serta

inkoheren.

B. PRODIAGNOSIS
Prognosis klien mendapatkan hasil negative karena apa yang terjadi pada
klien masih memunculkan gejala-gejala skizofrenia seperti perubahan mood, dan
permasalahan sosial. Mendapatkan perawatan seperti konsumsi obat
Mendapatkan perawatan dan dukungan sosial di tempat rehabilitasi sehingga
disiplin dalam minum obat.

C. USULAN TERAPI
Terapi okupasional merupakan sebuah metode yang secara khusus
digunakan untuk membantu seseorang agar bisa hidup mandiri dengan berbagai
kondisi. Dalam beberapa literatur terapi ini digunakan pada seseorang yang
menginap suatu penyakit seperti seseorang yang memiliki keterlambatan
perkembangan sejak lahir, seseorang yang memiliki masalah psikologis, atau
seseorang yang memiliki cedar jangka Panjang. Tujuan utama dari terapi ini
adalah untuk membantu meningkatkan kadar kualitas hidup seseorang dibidang

19
kemandirian. Dan hal itu memberikan dampak berupa harapan positif kepada
penerima terapi.
Terapi okupasional dapat digunakan semua orang, baik itu dari umur
anak-anak hingga lansia. Pada pasien skizofrenia juga bisa diterapkan dimana
klien-klien akan diberikan sebuah pekerjaan sehari-hari yang kadar kesulitannya
ringan. Terapi ini berguna untuk mengembalikan kepercayaan diri dari klien,
membangun adanya kontak mata yang nyata, mengembangkan lagi kreatifitas
yang dimiliki. Pada situasi yang diseting melalui terapi okupasioanal ini akan
membantu klien untuk mendapatkan keyakinan kembali melalui benda-benda
mati.

D. SARAN
Apabila ada kesalahan dalam pelaporan kasus klinis maka kritik dan saran
terkait kepenulisan, hasil laporan, maupaun bentuk asessment sangat di perlukan
demi perbaikan laporan kasus pada penelitian yang dilakukan di UPT
Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri.

DAFTAR PUSTAKA

Arisa, ‘Penerapan Tindakan Terapi Okupasional Menjahit Pada Pasien Skizofrenia Di


RSJ. Radjiman Wediodiningrat’, Journal Psikologi, 2.4 (2016), 1–5

Darsama, Wayan, ‘Trend Karakteristik Demografi Psien SKizofrenia DI Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Bali (2013-2018)’, Arc. Com. Health, 7.1 (2020), 41–51

Fitriani, Anisa, ‘Supportive Psychotherapy to Hebefrenic Schizophrenia Patient’, Jurnal


Psikologi Proyeksi, 13.2 (2018), 123–33

Rahayu, Wahidyanti, ‘Studi Kasus Sarana Terapi Okupasi Dengan Taman Edukasi Pada
Penderita Skizofrenia Di Kota Malang’, Jurnal Psikologi, 5.2 (2017), 277–90

Sarawati, Putu Ayu Indah, ‘Prevalensi Obesitas Pada Penderita Skizofrenia Yang
Mendapatkan Terapi Antipsikotik Atipikal Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali’, E-
Jurnal Medika, 8.5 (2019), 1–7

20
Wardani, ‘KUALITAS HIDUP PASIEN SKIZOFRENIA DIPERSEPSIKAN
Pendahuluan Metode’, Jurnal Kerawatan Indonesia, 21.1 (2018), 17–26
<https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.485>

21

Anda mungkin juga menyukai