Proses klinis
Walaupun gejala-gejala skizofrenia selalu berat, proses jangka panjang
penyakit tersebut tidak selalu berupa deteriorasi yang progresif. Proses klinis
skizofrenia dapat bervariasi diantara pasien.
Awitan
Awitan skizofrenia dapat muncul tiba-tiba atau bertahap, tetapi
kebanyakan klien mengalami perkembangan dan tanda dan gejala yang lambat
atau bertahap. Misalnya menarik diri dari masyarakat, perilaku yang tidak lazim,
kehilangan minat untuk sekolah atau belajar, dan seringkali mengabaikan hygiene.
Diagnosis skizofrenia biasanya ditegakkan ketika individu mulai memperlihatkan
gejala positif yang lebih aktif seperti waham, halusinasi, beban pikiran (psikosis).
Etiologi
Pertanyaan penting bagi peneliti dan klinisi selama meneliti skizofrenia
adalah apakah skizofrenia merupakan penyakit organic disebabkan patologi
otak secara fisik yang mendasar. Pada pertengahan pertama abad 20.
Penelitian difokuskan pada upaya menemukan struktur patologis tertentu yang
terkait dengan penyakit tersebut, sebagian besar dilakukan melalui autopsy.
Struktur patologis tersebut tidak ditemukan. Pada tahun 1950 dan 1960-an
penekanan bergeser pada pemeriksaan factor psikologis dan social sebagaio
factor penyebab. Ahli teori interpersonal berpendapat bahwa skisofrenia
muncul akibat hubungan disfungsional pada masa kehidupan awal dan masa
remaja. Satu teori yang popular merupakan bahwa skizofrenia terjadi akibat
ibu yang cemas berlebihan, terlalu protektif, atau tidak perhatian secara
emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol. Tidak ada satupun dari
teori interpersonal ini yang terbukti benar, tetapi walaupun penelitian ilmuah
terbaru menemukan jawaban tentang penyebab neurologis/ neurokimia,
banyak individu masih percaya bahwa skizofrenia terjadi akibat disfungsi
pengasuhan anak atau dinamika keluarga. Banyak orangtua atau anggota
keluarga individu yang terdiagnosis skizofrenia menderita karena apa yang
mereka lakukan “salah” atau apa yang mereka lakukan untuk membantu
mencegah penyakit tersebut (torrey,1995).
Penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukkan bahwa skizofrenia adalah
akibat suatu tipe disfungsi otak. Pada tahu 1970-an, penelitian muali berfokus
pada sebab-sebab neurokimia yang mungkin, dan hal ini masih terjadi focus
utama penelitian dan teori saat ini. Teori neurokimia/ neurologis didukung
oleh efek anti psikotik yang membantu mengontrol gejala psikotok dan alat
pencitraan saraf seperti computed temography (CT) yang menunjukkan bahwa
struktur dan fungsi otak individu yang mengalami skizofrenia berbeda (GUR
& GUR, 2000).
Berikut adalah area-area minat dan penelitian saat ini
Teori biologi
Teori biologi skizofrenia berfokus pada factor genetic, factor
neuroanatomi dan neurokimia (struktur dan fungsi otak), serta imnufirologi
(respon tubuh terhadap pajanan suatu virus).
Factor Genetic
Kebanyakan penemuan genetic berfokus pada keluarga terdekat, seperti
orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah skizofrenia
diwariskan atau diturunkan secara genetic. Hanya sedikit penelitian yang
memfokuskan pada kerabat yang lebih jauh. Penelitian yang paling penting,
memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukan bahwa kembar
identik beresiko mengalami gangguan ini sebesar 50%, sedangkan kembar
fraternal beresiko hanya 15%. Hal ini mengindikasikan bahwa scizofrenia
sedikit diturunkan. Penelitian penting lain menunjukan bahwa anak-anak yang
memiliki satu orang rua biologis penderita scizofrenia memiliki resiko 15%;
angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita
scizofrenia. Anak-anak yang memiliki orang tua biologis dengan beriwayat
scizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh keluarga tanpa riwayat penyakit
scizofrenia. Masih memiliki resiko genetic dari orang tua biologis mereka.
Semua penelitian ini menunjukan bahwa ada resiko genetic atau identik
memiliki resiko 50% walaupun gen mereka identik 100% (Cancto & Lehman
2000).
Factor Imunovirulogi
Ada teori popular yang mengatakan bahwa perubahan patologi otak pada
individu penderita scizofrenia dapat disebabkan oleh oajangan virus, atau
respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Walaupun
ilmuwan meneliti hal ini, tidak banyak penelitian mampu memfalidasi teori
tersebut (Egan & Hyde 2000).
Baru-baru ini para peneliti memfokuskan infeksi pada ibu hamil sebagai
kemungkinan penyebab awal scizofrenia. Epidemic flu di ikuti dengan
peningkatan kejadian scizofrenia di Inggris, Wales, Denmark, Finlandia, dan
negar-negara lainnya. Penelitian terkini yang diterbitkan di NewEngland
Journal of Medicine melaporkan angka scizofrenia lebih tinggi pada anak-
anak yang lahir di daerah padat dengan cuaca dingin, kondisi yang
memungkinkan terjadinya gangguan pernafasan ( Mortenses Et Al 1999 ).
PERTIMBANGAN BUDAYA
Penting untuk menyadari perbedaan budaya ketika mengkaji gejala
scizofrenia. Ide yang tampaknya merupakan waham pada suatu budaya, seperti
kepercayaan terhadap hal-hal magis atau sihir, dapat menjadi hal yang umum pada
budaya lain. Di beberapa budaya, halusinasi pendengaran atau penglihatan,
misalnya melihat Bunda Maria atau mendengar suara Tuhan, juga dapat menjadi
bagian normal pengalaman keagamaan. Pengkajian afek membutuhkan kepekaan
terhadap perbedaan dalam hal kontak mata, bahasa tubuh, dan ekspresi emosi
yang dapat diterima; hal ini bervariasi di antara budaya (DSM-IV-TR, 2000).
Dalam suatu penelitian berskala besar yang melibatkan 26.400 klien
psikiatri, Flaskerud dan Hu (1992) menemukan perbedaan signifikan dalam
diagnosis psikiatri yang ditegakkan pada klien rawat inap maupun klien rawat
jalan. Klien Amerika-Afrika dan Asia lebih sering didiagnosis skizofornia dari
pada klien kulit putih. Penelitian menemukan bahwa perbedaan dalam diagnosis
ini tidak dapat dihubungkan dengan variabel lain seperti jenis kelamin, usia, status
sosioekonomi, bahasa utama, atau ekspresi psikopatologi.
Perilaku psikotik yang terlihat di negara-negara selain Amerika Serikat atau di
antara kelompok etnik tertentu telah diidentifikasi sebagai sindrom “ikatan-
budaya”, usia, status sosioekonomi, bahasa utama, atau ekspresi psikopatologi.
Perilaku psikotik yang terlihat di Negara-negara selain amerika serikat
atau diantara kelompok etnik tertentu telah diidentifikasi sebagai sindrom “ikatan
budaya”. Walaupun periode perilaku psikotik terutama terjadi di Negara tertentu,
episode tersebut dapat terlihat di tempat lain ketika individu mengunjungi atau
berimigrasi kenegara atau wilayah. Mezzich, lin, dan hughess (2000) meringkas
beberapa perilaku psikotik ini:
Bouffle delirante, suatu sindrom yang ditemukan di afrika barat dan Haiti,
mencakup perilaku agitasi dan aresif yang muncul tiba-tiba, kebingungan
yang nyata, dan agitasi psikomotor. Sindrom ini kadang-kadang disertai
halusinasi penglihatan dan pendengaran atau gagasan paranoid.
Ghost sickness adalah preokupasi dengan kematian dan orang yang telah
meninggal seringkali dilihat oleh penduduk beberapa suku amerika asli.
Gejala meliputi mimpi buruk, kelemahan, merasa ada bahaya, kehilangan
nafsu makan, pingsan, pusing, takut, ansietas, halusinasi, penurunan
kesadaran, bingung, merasa gagal, dan merasa asfiksia.
Locura mengacu pada sikosis kronis yang dialami oleh orang latin di
amerika serikat dan amerika latin. Gejalanya meliputi inkoherensi, agitasi,
halusinasi penglihatan dan pendengaran, ketidakmampuan mematuhi
peraturan social, tidak bias diprediksi, dan kemungkinan melakukan tindak
kekerasan.
Reaksi psikotik qi-gong ialah suatu episode akut yang dibatasi waktu yang
ditandai oleh gejala disosiatif paranoid, atau gejala psikotik lainnya yang
terjadi setalah berartisipasi dalam praktik promosi kesehatan rakyat cina
yang di sebut qi-gong. Individu yang terutama rentan adalah individu yang
sangat terlibat dalam praktik tersebut.
Zar adalah suatu pengalaman roh-roh merasuki individu lain yang
ditemukan di etiopia, Somalia, mesir, sudan, iran, dan masyarakat afrika
utara serta timur tengah lainnya. Individu yang kerasukan mungkin
tertawa, berteriak, menangis, membenturkan kepala mereka kedinding,
atau bersikap apatis dan menarik diri, menolak makan atau melakukan
tugas sehari-hari. Perilaku yang demikian tidak dianggap patologis oleh
masyarakat setempat.
TERAPI
Psikofarmakologi
Terapi medis utama untuk skizofrenia ialah psiko farmakologi. Di masa
lalu, terapi oleh elktrokonvulsif, terapi insulin, dan bedah psikosis digunakan
tetapi ditemukannya klorpromasin (Thorazine) pada tahun 1952, modalitas
terapi lain ada semua, tetapi tidak lagi digunakan. Antipsikotik juga dikenal
sebagai neuroleptic diprogramkan terutama karena keefektifannya dalam
mengurangi gejala psikotik. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan skizofrenia,
tetapi digunakan untuk mengatasi gejala penyakit tersebut.
Antipsikotik tipikal atau yang lebh dulu digunakan adalah antagonis
dopamine. Antipsikotik terbaru atau antipsikotik atipikal adalah antagonis
serotonin dan antagonis dopamine. Obat-obatan ini, dosis harian yang lazim
dan efek samping yang diuraikan. Antipsikotik tipikal mengatasi tanda-tanda
positif skizofrenia, seperti waham, halusinasi, gangguan pikiran, dan gejala
psikotik lain, tetapi tidak memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda
negative. Antipsikotik atipikal tidak hanya mengurangi gejala psikotik tetapi
untuk banyak klien, obat-obatan ini juga mengurangi tanda-tanda negative
seperti tidak memiliki kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat,
dan anhedonia (Littrell & Littrell 1998).
Dua antipsikotik tersebut dalam bentuk injeksi depot untuk terapi rumatan,
flufenasin (Polixin), dalam kesediaan dekanoat dan enantat, dan haloperidol
(Haldol) dekanoat (spratto & woods 2000). Media untuk injeksi diapot adalah
minyak wijen sehingga obat diabsorbsi dengan lambat sepanjang waktu
dalam sistem tubuh klien.efek obat-obatan ini berlangsung 2-4 minggu
sehingga antipsikotik tidak perlu di berika setiap hari. Durasi kerja obat ialah
7-28 hari untuk fluvenasin dan 4 minggu untuk haloperidol. Terapi oral
dengan obat-obatan ini untuk mencapai kadar dosis yang stabil memerlukan
waktu beberapa minggu sebelum menggantinya dengan injeksi depot. Dengan
demikian, kesedian ini tidak cocok untuk mengatasi episode akut psikosis.
Akan tetapi kesediaan ini sangat bermanfaat untuk klien yang perlu diawasi
kepatuhannya meminum obat dalam jangka panjang.
EFEK SAMPING
Efek samping antipsikotik signifikan dan dapat berkisar dari
ketidaknyamanan ringan sampai gangguan gerakan yang permanen (Marder,
2000). Karena banyak efek samping ini menakutkan dan mengesalkan bagi
klien, efek samping tersebut sering kali menjadi alasan utama klien
menghentikan atau mengurangi dosis obat. Efek samping neurologis yang
serius meliputi efek samping ekstrapiramidal (reaksi distonia akut, akatisia,
dan parkinsonisme), diskinesia,tardif, kejang, dan sindrom maligna
neuroleptik mencakup sedasi, fotosensitivitas, dan gejala antikoligernik
seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, dan
hipertensi ortostatik.
Selain terapi farmakologi, banyak mode terapi yang dapat bermanfaat bagi
penderita skizofrenia. Terapi kelompok dan individual, terapi lingkungan ini,
terapi keluarga dapat dilakukan ada klien di lingkungan rawat inap maupun
lingkungan rawat inap maupun lingkungan masyarakat.
Pengkajian
Misalnya, perawat mungkin merawat klien di lingkungan rawat inap akut. Klien
tersebut dapat terlihat takut dan mendengar suara-suara (berhalusinasi), tidak
melakukan kontak mata, dan terus menerus komat-kamit.
RIWAYAT
Mengkaji Sistem Pendukung. Penting bagi perawat untuk mengkaji apakah klien
menggunakan system pendukung saat ini dengan mengajukan pertanyaan.
Mengkaji Persepsi Klien. Pada akhirnya, perawat mengkaji persepsi klien tentang
situasinya saat ini yakni apa yang klien yakini sebagai peristiwa atau stressor yang
signifikan.
Klien: “Oh, saya tidur lebih awal supaya saya cukup istirahat. Saya suka
mendengar musik atau membaca buku sebelum tidur. Sekarang saya sedang
membaca buku misteri yang bagus. Mungkin saya akan menulis cerita misteri
suatu hari nanti. Tapi itu tidak membantu, membaca maksud saya. Saya hanya
tidur dua atau tiga jam pada malam hari.”
Miskin isi (alogia) tidak adanya makna atau substasi yang sebenarnya dalam
percapan klien:
perawat: “bagaimana tidur anda akhir akhir ini ?”
klien: “ehm, saya rasa, saya tidak tahu, sulit untuk menjelaskanya”
WAHAM
Klien skizofrenia biasanya mengalami waham dalam fase psikotik
penyakit. karakteristik waham skizofrenia ialah klien memegang keyakinan ini
dengan kepastian total, langsung, dan segera.kerena klien percaya dengan ide
waham, ia akan bertindak sesuai ide tersebut. misalnya, klien yang mengalami
waham kejar mungkin akan bersikap curiga dan tidah percaya serta berhati-hati
dalam dalam membuka informasi pribadi; ia mungkin memeriksa ruangan atau
berbicara dengan nada suara berbisik dan hampir tidak terdengar.
Tema atau isi waham dapat berfariasi. kotak 13-3 membuat berbagai jenis
waham dan memberikan contohnya. keyakinan waham ini tidak tergoyahkan
informasi atau fakta dari luar dan bertentangan apabila ditanya mengapa meyakini
ide yang mustahil tersebut, klien sering kali menjawab “saya Cuma tahu itu”
mula-mula perawat mengkaji isi dan kedalaman waham untuk mengetahui
perilakuyang diharuskan dan mencoba menetapkan realitas bagi klien.perawat
harus cermat ketika mengkaji tentang keyakinan waham klien agar tidak
menentang mereka. perawat dapat meminta klien untuk menjelaskan apa yang
dipikirkan dengan mengajukan pertanyaan seperti,”dapatkah anda menjelaskan
kepeda saya?” atau “katakan pada saya apa yang sedang anda pikirkan tentang hal
itu”
SENSORIUM DAN PROSES INTELEKTUAL
Salah satu gejala utama psikosis skizofrenia ialah adanya halusinasi (persepsi
sensorik yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam
realitas).halusihasi dapat melibatkan pancaindra dan sensasi tubuh. Halusinasi
dapat mengancam dan menakutkan klien walaupun klien lebih jarang melaporkan
halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan. mula-mula klien merasakan
halusinasi sebagai pengalaman yang nyata, tetapi kemudian dalam proses penyakit
tersebut, ia dapat mengakuinya sebagai halusinasi.
Halusinasi berbeda dengan ilusi, yang merupakan persepsi yang salah tentang
stimulus lingkungan aktual. misalnya, ketika berjalan melewati hutan, seseorang
berpikir bahwa ia telah melihat ular di sisi jalan, tetapi bila diamati lebih dekat,
ternyata hanyalah tongkat berleku. hal ini adalah suatu ilmu yang harus dikoreksi
oleh realitas atau informasi faktual. Halusinasi tidak memiliki dasar realitas.
Berikut adalah berbagai jenis halusinasi:
halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara palingsering
adalah suara orang berbicara kepada klien atau membincangkan klien.
mungkin ada satu atau ada banyak suara dapat berupa suaraorang yang
dikenal maupun orang yang tidak dikenal. Halusinasi pengalaman
merupakan jenis halusinasi yang palingserinng terjadi. Halusinasi
perintah adalah suara suara yang menyuruh klien untuk mengambil
tindakan, seringkali membahayakan diri sendiri atau orang lain dan
dianggap berbahaya.
halusinasi penglihatan dapat mencakup melihat bayangan yang
sebenarnya tidak ada samasekali, misalnya cahaya atau orang yang
telah meninggal, misalnya terlihat mosnter yang menakutkan padahal
yang dilihat adalah perawat. Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi
kedua yang paling sering terjadi.
halusinasi penciuman meliputi mencium aroma atau bau yang tidak
ada. Bau tersebut dapat berupa bau tertentu seperti urine dan feses,
atau bau yang sifatnya lebih umum, misalnya, bau busuk atau bau yang
tidak sedap. jenis halusinasi ini seringkali ditemikan pada klien
dimensia, kejang, atau stroke.
Halusinasi taktil mengacu pada sensali seperti aliran listrik yang
menjalar keseluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap di kulit.
Halusinasi taktil paling sering ditemukan pada klien yang mengalami
putus alkohol.
halusinasi pengecapan mencakup rasa yang tetap pada mulut, atau
perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. rasa tersebut
dapat berupa rasa logam, atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu.
halusinasi kenestetik meliputi pada laporan klien bahea ia merasa
bahwa fungsi tubuh yang biasanya tidak dapat dideteksi. contohnya
yaitu sensasi pembentukan urine atau impuls yang ditransmisikan oleh
otak.
halusinasi kinestetik terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi
melaporkan sensasi gerakan tubuh. Gerakan tubuh kadang kala yang
tidak lazim, misalnya melayang di atas tanah.
selama episode psikosis, klien biasanya mengalami disorientasi terhadap
waktu dan kadang-kadang terhadap tempat. Dalam bentuk disorientasi yang
paling ekstrim, depersonalisasi, klien merasa terpisah dari perilaku mereka.
Walaupun klien dapat menyebutkan nama mareka dengan benar, mereka
merasa seolah-olah tubuh mereka milik orang lain, atau roh mereka terpisah
dari tubuh mereka.
sulit untuk mengkaji proses intelektual klien yang mendarita skizofrenia
sekaligus psikotik. klien ini biasanya memperlihatkan fungsi intelektual yang
terbatas karena proses pikir yang terganggu. mungkin saja klien tidak mampu
fokus, berkonsentrasi, atau memberi perhatian yang cukup untuk menunjukan
kemampuan intelektualnya secara akurat.Pengkajian akurat tentang
kemampuan intelektual klien lebih mungkin dilakukan ketika proses pikir
klien lebih jelas.
klien sering mengalami kesulitan berpikir abstrak dansering meresponi dengan
cara harafiah terhadap orang lain dan lingkungan. misalnya, ketika mengiter
prestasi pepatah “satu setik jahitan menghemat sembilan jahitan” klien
mungkin menjelaskan pepatah tersebut dengan mengatakan “saya perlu
menjahit pakaian saya” klien tidak memahami apa yang dikatakannya dan
dapat dengan mudah keliru menginterprestasikan instruksi tersebut. Hal ini
dapat menimbulkan masalah serius dalam pemberian obat. Misalnya, perawat
mungkin mengatakan pada klien, “penting untuk meminum semua obat
anda.”klien mungkin keliru menginterpretasikan pernyataan perawat dan
meminum semua persediaan obat pada satu waktu.
KONSEP DIRI
Deteriorasi konsep diri merupakan masalah utama pada skizofrenia.Frasa
“kehilangan batas ego”
menjelaskan keadaan kurangnya kesadaran klien yang jelas tentang dimana
tubuh, pikiran, pengaruhnya berakhir dan dimana aspek hidup lain (canero
&lehman,2000)kehilangan batasan ego ini terbukti dengan adanya depresiasi
(terpisah dari diri sendiri atau perilaku terhadap derealisasi) objek di dalam
lingkungan kecil atau lebih besar, atau tampak tidak di kenali, dan mungkin
tidak mengakui bagian bagian tubuh mereka sebagai milik mereka, atau gagal
menyadari apakah mereka pria atau wanita. Gangguan tersebut merupakan
sumber banyak perilaku yang jarang misalnya tidak berpakaian (telanjang)
atau melakukan mastrubasi di depan umum, berbicara tentang menyatu
dengan objek di dalam lingkungan. Gangguan citra tubuh juga dapat terjadi.
ANALISIS DATA
data pengkajian pada klien skizofrenia harus di analisis untuk menentukan
prioritas dan menetapkan rencana perawatan yang efektif. tidak semua klien
mempunyai masalah dan kebutuhan yang sama, juga tidak semua klien
mengalami semua masalah yang dapat terjadi pada penderita skizofrenia. juga
terdapat berbagai tingkatan keluarga dan dukungan masyarakat dan pelayanan
yang tersedia, yang memengaruhi perawatan dan hasil akhir klien.
Analisis data umumnya dibagi menjadi dua kategori utama; data yang terkait
dengan tanda positif penyakit dan data yang terkait dengan tanda negatif
penyakit. diagnosis keperawatan NANDA yang biasa di tegakan di dasarkan
pengkajian gejala psikotik atau tanda positif antara lain;
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain
perubahan proses pikir
perubahan sensorik/persepsi
Gangguan identitas pribadi
hambatan komunikasi verbal
diagnosis Keperawatan NANDA yang didasarkan pada pengkajian tanda
negatif dan kemampuan fungsional meliputi :
Defisit Perawatan diri
Isolasi sosial
Defffisit Aktivitas Pengalihan
Perubahan Pemeliharaan Kesehatan
Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik
Klien yang mengalami episode skizofrenia akut dan psikotik mungkin di
tangani di lingkungan intensif seperti unit rawat inap rumah sakit. Selama fase
terapi ini, fokus perawatan ialah menstabilkan proses pikir dan orientasi
realitas klien serta kebutuhan akan keselamatan. hal ini juga merupakan waktu
untuk mengevaluasi sumber, membuat rujukan, dan memulai perencanaan
untuk rehabilitasi klien dan mengembalikanya ke masyrakat.
Contoh hasil yang tepat pada terapi fase psikotik dan akut adalah:
1. Klien tidak akan mencederai diri sendiri atau orang lain.
2. Klien akan membangun hubungan dengan realitas.
3. Klien akan berinteraksi dengan orang lain di dalam lingkungan.
4. Klien akan mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan cara
yang aman.
5. klien akan berpatisipasi dalam interv ensi terapeutik yang di
programkan.
Setelah krisis atau gejala psikotik akut distabilkan, fokus selanjutya ialah
mengembangkan kemampuan klien untuk hidup mandiri dan berhasil
dalam masyarakat. Hal ini biasanya membutuhkan perawatan tindak lanjut
yang berkesinambungan dan patisipasi keluarga klien dan layanan
dukungan masyarakat. Pencegahan atau pengenalan dini serta terapi gejala
relaps adalah bagian pending dalam keberhasilan rehabilitasi, Upaya
mengatasi tanda negatif skizofernia yang umumnya tidak di pengaruhi oleh
pengobatan, merupakan tantangan utama bagi klien dan pemberi
perawatan.
Contoh hasil terapi untuk perawatan yang berkesinambungan setelah
gejalah akut antara lain :
1. Klien akan berpartisipasi dalam program terapi (termasuk obat-
obatan dan tindak lanjut).
2. Klien akan mempertahankan rutinitas tidur adekuat.
3. klien akan memperlihatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas
perawatan diri.
4. Klien akan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain di dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhanya.
5. Klien akan mencari atau menerima bentuan untuk memenuhi
kebutuhanya, diindufikasikan.
Perawat harus menyadari keparahan skizofrenia dan efeknya yang berat dan
kadang kala merusak kehidupan klien dan keluarga mereka. Hal yang juga
sama penting ialah menghindari mengobati klien sebagai “kasus
keputusan” seseorang yang tidak lagi mampu memiliki hidup yang
bermakna dan rendah terhadap klien tidak akan membantu, pengkajian
yang cermat dan berkesinambungan di perlukan sehingga terapi dan
intervensi yang tepat dapat memenuhi kebutuhan klien serta mengatasi
kesulitan ketika membantunya mencapai tingkat fungsi yang optimal.
INTERVENSI
MENINGKATKAN KEAMANAN KLIEN DAN ORANG LAIN
Keamanan klien maupun perawat merupakan prioritas saat memberikan
perawatan untuk klien skizofrenia. klien dapat mengalami paranoid dan
curiga terhadap perawat dan lingkungan serta dapat merasa terancam dan
terintimidasi. walaupun prilaku klien mungkin mengancam bagi perawat,
klien juga merasa tidak aman dan dapat berkeyakinan bahwa
kesejahteraanya terancam. oleh karena itu, perawat harus menedakati klien
dengan cara yang tidak mengancam. menuntut atau menjadi pihak yang
otoriter hanya kan meningkatkan rasa takut klien. memberi klien ruang
pribadi yang besar biasanya meningkatkan rasa aman.
Klien yang merasa ketakutan atau agitasi berpotensi membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain. perawat harus mengobservasi tanda-tanda
peningkatan agitasi atau peningkatan prilaku, apabila klien semakin sering
mondar mandir berteriak dengan keras, dan memukul atau menendang
benda-benda. Intervensi perlu dilakukan untuk melindungi klien, hal ini
dapat mencakup pengobatan : memindahkan klien keruangan yang tenang
dan sedikit stimulus, dan hindari situasi yang ekstrim, menggunakan
seklusi.
Evaluasi
Evaluasi rencana perawatan harus dipertimbangkan dalam konteks setiap klien
dan keluarga. Pengkajian yang berkelanjutan memberi data untuk menentukan
apakah hasil akhir klien secara individual tercapai. Persepsi klien tentang
keberhasilan terapi juga berperan dalam evaluasi. Walalupun semua hasil dicapai,
perawat harus bertanya apakah klien merasa nyaman atau puas dengan kualitan
hidupnya.
Secara global, evaluasi terapi skizofrenia didasarka pada hal-hal berikut:
Apakah gejala psikotik klien hilang ? jika tidak, dapatkah klien
melaksanakan hidupnya sehari-hari walaupun beberapa gejala psikotik
menetap?
Apakah klien memahami program pengobatan ? apakah ia mematuhi
program pengobatan ?
Apakah klien memiliki kemampuan fungsional yang diperlukan untuk
hidup di masyarakat ?
Apakah ada sumber masyarakat yang adekuat untuk membantu klien
berhasil hidup di dalam masyarakat?
Apakah ada rencana setelah perawatan atau rencana krisis yang memadai
untuk menghadapi rekurensi gejala atau kesulitan yang ditemui di dalam
masyarakat ?
Apakah klien dan keluarga memiliki pengetahuan yang cukup tentang
skizofrenia ?
Apakah klien yakin bahwa ia memiliki kualitas hidup yang memuaskan ?
Poin penting
Skizofrenia adalah suatu penyakit konis yang membutuhkan strategi
penatalaksanaan jangka panjang dan keterampilan koping. Skizofrenia
adalah suatu penyakit otak, sindrom klinis yang melibatkan pikiran,
persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku individu
Efek skizofrenia pada klien dapat sangat besar yang mencakup semua
aspek kehidupan klien: interaksi social, kesehatan emosional, dan
kemampuas bekerja dan melakukan fungsi di dalam masyarakat.
Skozifrenia di konseptualisasikan dalam bentuk tanda-tanda positif seperti
waham, halusinasi, dan gangguan proses pikir, serta tanda-tanda negative
seperti isolasi social, apati, anhedonis, dan tidak memiliki motivasi serta
kemampuan.
Gambaran klinis, prognosis, dan hasil akhir untuk klien skizofrenia sangat
bervariasi. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji setiap klien secara
cermat dan individual sesuai kebutuhan dan intervensi yang ditetapkan.
Pengkajian yang cermat pada setiap klien sebagai individu sangat penting
dalam membuat rencana perawatan yang efektif.
Keluarga klien skizofrenia dapat mengalami rasa tauk, malu, dan bersalah
sebagai respon terhadap penyakit yang diderita anggota keluarga. Keluarga
harus diberi penyuluhan tentang gangguan tersebut, proses gangguan, dan
cara gangguan tersebut dapat dikendalikan.
Kegagalan untuk mematuhi terapi dan program pengobatan serta
penggunaan alcohol dan obat-obatan lain dikaitkan dengan hasil akhir
yang lebih buruk pada terapi skizofrenia.
Untuk klien yang mengalami gejala psikotik, intervensi keperawatan
utama termasuk membantu melindungi keamanan klien dan hak privasi
serta martabat perilaku yang secara social tidak tepat dengan sikap tidak
menghakimi dan berorientasi pada fakta, membantu menghadirkan dan
mempertahankan realitas untuk klien melalui kontak dan komunikasi yang
sering, dan memastikan pemberian obat yang tepat.
Untuk klien yang kondisinya stabil dengan pemberian obat, intervensi
keperawatan utama termasuk melanjutkan menawarkan pendekatan yang
suportif dan tanpa konfrontasi, mempertahankan hubungan terapeuik
denfan membina rasa percaya dan mencoba mengklarifikiasi perasaan dan
pernyataan klien ketika isi bicara dan pikirannyamengalami disorganisasi
atau membingungkan, membantu mengembangkan keterampilan social
dengan menjadi modal dan mempraktikan keteramtu memberi pilan
tersenbut, serta membantu member penyuluhan kepada klien dan kekuarga
tentang skizofrenia dan pentingnya mempertahankan program terapeutik
dan kebiasaan perawatan diri yang lain.
Isu-isu kesadaran diri bagi perawat yang menangani klien skizofrenia
termasuk menghadapi gejala psikotik, raasa takut terhadap keamanan, dan
frustasi dalam menghadapi relaps dan masuk rumah sakit secara berulang.