Anda di halaman 1dari 38

Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan


menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh
dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri,
melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau suatu penyakit yang mencakup
banyak jenis dengan berbagai gejala seperti kanker. Selama berpuluh-puluh tahun,
skizofrenia sering disalahartikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti sebagai
gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol, dan mereka yang
terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai individu yang tidak mengalami
masalah emosional atau psikologis yang terkendali dan memperlihatkan perilaku
yang aneh dan amarah. Kebanyakan individu yakin bahwa penderita skizofrenia
perlu diasingkan dari masyarakat dan dikirim ke institusi. Hanya baru-baru ini
saja, komunitas kesehatan jiwa menyadari untuk belajar dan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa yang
memiliki berbagai tanda dan gejala dan skizofrenia merupakan penyakit yang
dapat dikendalikan dengan obat. Dengan meningkatnya efektifitas antipsikotik
atipikal terbaru dan kemajuan terapi berbasis di masyarakat, banyak klien dapat
berhasil hidup dalam masyarakat. Klien yang penyakitnya diawasi dan dijaga
secara medis sering kali dapat terus hidup dan kadang-kadang dapat bekerja di
masyarakat dengan dukungan mereka.
Skizofrenia biasanya terdiagnosis pada manusia remaja akhir dan dewasa
awal. Skizofrenia jarang terjadi pada masa kanak-kanak. Insiden puncak
awitannya ialah 15 sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun untuk
wanita (DSM-IV-TK,2000). Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari
seluruj penduduk. Di amerika serikat angka tersebut menggambarkan bahwa
hamper tiga juta penduduk yang sedang, telah, atau akan terkena penyakit
tersebut. Insiden dan prevalensi seumur hidup secara kasar sama diseluruh dunia
(Buchanan & carpenter,2000).
Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori umum : gejala positif atau
gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran, bicara
dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative atau gejala samar, seperti
afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa
tidak nyaman. Kotak dibawah ini memuat gejala positif dan negative skizofrenia.
Gejala positif dapat dikontrol dengan pengobatan, tetapi gejala negative seringkali
menetap setelah gejala psikotik berkurang. Gejala negative seringkali menetap
sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan dan perbaikan fungsi
dalam kehidupan sehari-hari klien.
Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan :
 Skizofrenia, tipe paranoid : ditandai dengan waham kejar (rasa menjadi
korban atau dimata-matai) atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-
kadang keagamaan yang berlebihan ( focus waham agama ), atau peilaku
agresif atau bermusuhan
 Skizofrenia, tipe tidak terorganisasi : ditandai dengan afek datar atau afek
yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan
disorganisasi perilaku yang ekstern
 Skizofrenia, tipe katatonik : ditandai dengan gangguan psikomotor yang
nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang
berlebihan, negativism yang ekstern, mutisme, gerkan volunter yang aneh,
ekolalia atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa kataleksi
(flexibilitas cerea) atau stupor. Aktivitas motorik yang berlebihan terlihat
tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
 Skizofrenia, tipe tidak dapat dibedakan : ditandai dengan gejala-gejala
skizofrenia campuran (atau tipe lain). Disertai gangguan pikiran, afek dan
perilaku.
 Skizofrenia, tipe residual : ditandai dengan setidaknya satu episode
skizofrenia sebelumnya, teta pi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari
masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar.

Proses klinis
Walaupun gejala-gejala skizofrenia selalu berat, proses jangka panjang
penyakit tersebut tidak selalu berupa deteriorasi yang progresif. Proses klinis
skizofrenia dapat bervariasi diantara pasien.
Awitan
Awitan skizofrenia dapat muncul tiba-tiba atau bertahap, tetapi
kebanyakan klien mengalami perkembangan dan tanda dan gejala yang lambat
atau bertahap. Misalnya menarik diri dari masyarakat, perilaku yang tidak lazim,
kehilangan minat untuk sekolah atau belajar, dan seringkali mengabaikan hygiene.
Diagnosis skizofrenia biasanya ditegakkan ketika individu mulai memperlihatkan
gejala positif yang lebih aktif seperti waham, halusinasi, beban pikiran (psikosis).

Proses klinis segera


Dalam beberapa tahun segera setelah awitan gejala psikotik, dua pola
tipikal muncul. Pada satu pola, klien mengalami psikosis yang kontinu, dengan
beberapa perubahan pada tingkat keparahan gejala, tetapi tidak pernah
sepenuhnya sembuh dari psikosis. Pada pola klinis yang lain, klien mengalami
episode gejala psikotik yang diikuti dengan relative pulih sepenuhnya dari
psikosis diantara episode gejala.

Proses klinis jangka panjang


Intensitas psikosis cenderung menurun seiring usia. Banyak klien yang
mengalami gangguan jangka panjang memperoleh kembali beberapa tingkat
fungsi social dan okupasional. Penyakit menjadi kurang menimbulkan gangguan
pada kehidupan individu dan lebih muda diatasi, tetapi efek disfungsi yang
dialami selama bertahun tahun jarang dapat diatasi (Buchanan & carpenter, 2000).
Pada kehidupan selanjjutnya, klien ini dapat hidup mandiri atau hidup
dilingkungan keluarga yang terstruktur dan dapat berhasil dalam pekerjaan yang
memiliki prospek cerah dalam lingkungan kerja yang suportif.
Antipsikotik memainkan peran penting dalam proses penyakit dan hasil akhir
klien sacara individual. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan gangguan tersebut,
tetapi sangat penting untuk keberhasilan penatalaksanaan penyakit. Semakin
efektif respon klien dan kepatuhannya terhadap program pengobatan ini, semakin
baik hasil akhir yang dicapai.
Gangguan terkait
Gangguan lain berhubungan dengan skizofrenia, tetapi dibedakan dalam hal
gejala yang muncul dan durasa atau besarnya gangguan. DSM-IV-TR,(2000).
Mengategorikan gangguan ini sebagai :
 Gangguan skizofreniform : klien memperlihatkan gejala skizofrenia, tetapi
selama kurang dari enam bulan yang diperlukan untuk memenuhi criteria
diagnostic skizofrenia. Gangguan fungsi social atau okupasional mungkin
terjadi atau mungkin tidak.
 Gangguan skizoafektif : klien memperlihatkan gejala psikosis dan pada
saat yang sama memperlihatkan semua gambaran gangguan mood, berupa
depresi atau mania.
 Gangguan waham yang tidak aneh-yakni, suatu ide yang dapat dipercayai.
Fungsi psikososial tidak mengalami gangguan yang nyata, dan perilaku
tidak secara jelas terlihat aneh
 Gangguan psikotik singkat : klien mengalami awita mendadak minimal
satu gejala psikotik, misalnya waham, halusinasi, atau disorganisasi bicara
atau perilaku, yang berlangsung dari satu hari sampai satu bulan. Episode
gejala ini dapat diidentifikasi atau dapat dialami setelah melaihirkan.
 Gangguan psikotik terbagi (folue a deux) : suatu waham yang sama dan
dialami oleh dua individu. Individu dengan diagnosis ini mengalami
waham dan konteks hubungan dekat dengan seseorang yang mengalami
waham psikotik.
Dua diagnosis yang lain, yakni gangguan kepribadian skisoid dan gangguan
kepribadian skizotipal bukan gangguan psikotik dan tidak boleh keliru dengan
skizofrenia walaupun kedua nama itu kelihatannya sama. Dua diagnosis
tersebut dibahas pada bab 16, gangguan kepribadian.

Etiologi
Pertanyaan penting bagi peneliti dan klinisi selama meneliti skizofrenia
adalah apakah skizofrenia merupakan penyakit organic disebabkan patologi
otak secara fisik yang mendasar. Pada pertengahan pertama abad 20.
Penelitian difokuskan pada upaya menemukan struktur patologis tertentu yang
terkait dengan penyakit tersebut, sebagian besar dilakukan melalui autopsy.
Struktur patologis tersebut tidak ditemukan. Pada tahun 1950 dan 1960-an
penekanan bergeser pada pemeriksaan factor psikologis dan social sebagaio
factor penyebab. Ahli teori interpersonal berpendapat bahwa skisofrenia
muncul akibat hubungan disfungsional pada masa kehidupan awal dan masa
remaja. Satu teori yang popular merupakan bahwa skizofrenia terjadi akibat
ibu yang cemas berlebihan, terlalu protektif, atau tidak perhatian secara
emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol. Tidak ada satupun dari
teori interpersonal ini yang terbukti benar, tetapi walaupun penelitian ilmuah
terbaru menemukan jawaban tentang penyebab neurologis/ neurokimia,
banyak individu masih percaya bahwa skizofrenia terjadi akibat disfungsi
pengasuhan anak atau dinamika keluarga. Banyak orangtua atau anggota
keluarga individu yang terdiagnosis skizofrenia menderita karena apa yang
mereka lakukan “salah” atau apa yang mereka lakukan untuk membantu
mencegah penyakit tersebut (torrey,1995).
Penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukkan bahwa skizofrenia adalah
akibat suatu tipe disfungsi otak. Pada tahu 1970-an, penelitian muali berfokus
pada sebab-sebab neurokimia yang mungkin, dan hal ini masih terjadi focus
utama penelitian dan teori saat ini. Teori neurokimia/ neurologis didukung
oleh efek anti psikotik yang membantu mengontrol gejala psikotok dan alat
pencitraan saraf seperti computed temography (CT) yang menunjukkan bahwa
struktur dan fungsi otak individu yang mengalami skizofrenia berbeda (GUR
& GUR, 2000).
Berikut adalah area-area minat dan penelitian saat ini

Teori biologi
Teori biologi skizofrenia berfokus pada factor genetic, factor
neuroanatomi dan neurokimia (struktur dan fungsi otak), serta imnufirologi
(respon tubuh terhadap pajanan suatu virus).
Factor Genetic
Kebanyakan penemuan genetic berfokus pada keluarga terdekat, seperti
orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah skizofrenia
diwariskan atau diturunkan secara genetic. Hanya sedikit penelitian yang
memfokuskan pada kerabat yang lebih jauh. Penelitian yang paling penting,
memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukan bahwa kembar
identik beresiko mengalami gangguan ini sebesar 50%, sedangkan kembar
fraternal beresiko hanya 15%. Hal ini mengindikasikan bahwa scizofrenia
sedikit diturunkan. Penelitian penting lain menunjukan bahwa anak-anak yang
memiliki satu orang rua biologis penderita scizofrenia memiliki resiko 15%;
angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita
scizofrenia. Anak-anak yang memiliki orang tua biologis dengan beriwayat
scizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh keluarga tanpa riwayat penyakit
scizofrenia. Masih memiliki resiko genetic dari orang tua biologis mereka.
Semua penelitian ini menunjukan bahwa ada resiko genetic atau identik
memiliki resiko 50% walaupun gen mereka identik 100% (Cancto & Lehman
2000).

Neuro Anatomi & Neuro Kimia


Dengan perkembangan teknik pencitraan noninvasive seperti CT Scan,
MRI, dan PET dalam 25 tahun terakhir, para ilmuwan mampu meneliti
struktur otak (neuro anatomi) dan aktifitas (neuro kimia). Individu penderita
scizofrenia. Penelitian menunjukan bahwa individu penderita scizofrenia.
Memiliki jaringan otak relative lebih sedikit; hal ini dapat memperlihatkan
sesuatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya. CT
Scan atau menunjukan pembesaran vertikel otak dan atrofi korteksotak.
Penelitian PET menunjukan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolism
glukosa pada struktur korteks frontal otak. Riset secara konsisten menunjukan
penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporal
dan frontal individu penderita scizofrenia. Patologi ini berkoleransi dengan
tanda-tanda positif scizofrenia seperti psicosis dan tanda-tanda negatif seperti
tidak memiliki kemauan atau motivasi. Tidak diketahui apakah perunbahan
pada lobus temporalis dan frontalis ini terjadi akibat kegagalan kedua area
tersebut untuk berkembang dengan baik atau apakah area tersebut mengalami
kerusakan akibat virus, trauma, atau respon imun pengaruh intrauterine seperti
gizi buruk, tembakau, alcohol, dan obat-obatan lain, serta stress juga sedang
diteliti sebagai kemungkinan penyebab patologi yang ditemukan pada otak
individu penderita scizofrenia (Bunchanan & Carpenter 2000).
Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan
system neuoratransmiter otak pada individu penderita scizofrenia. Tampaknya
terjadi mal fungsi pada jaringan neuron yang mentransmsikan informasi
berupa sinyal-sinyal listrik dari sel saraf melalui aksonnya dan melewati
sinaps ke reseptor pasca sinaptik di sel-sel saraf yang lain. Transmisi sinyal
melewati sinaps memerlukan suatu rangkaian kompleks peristiwa biokimia
penelitian memperlihatkan kerja dopamin, neropinefrin, asetilkolin, glutamate,
dan beberapa peptide neuromodular.
Teori neurokimia yang paling terkenal saat ini mencakup dopamine dan
serotonin, satu teori yang terkenal memperlihatkan kelebihan dopamine
sebagai factor penyebab. Teori ini dikembangkan berdasarkan 2 tipe
observasi. Pertama, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas para system
dopaminergik, seperti amfetamin dan lefodopa, kadang-kadang menyebabkan
reaksi psikotik paranoid yang sama dengan scozofrenia ( Egan & Hyde 2000).
Kedua, obat-obatan yang menyekat reseptor dopamin pasca sinaptik
mengurangi gejala psikotik, pada kenyataannya, semakin besar kemampuan
obat untuk menyekat reseptor dopamine, semakin efektif obat tersebut dalam
mengurangi gejala scizofrenia ( O’Connor 1998).
Baru-baru ini serotonin ditetapkan sebagai factor neurokimia utama yang
memengaruhi scizofrenia. Teori tentang serotin memperlihatkan bahwa
serotonin memiliki efek modulasi pada dopamine, yang membantu
mengontrol kelebihan dopamine. Beberapa idividu yakin bahwa kelebihan
serotonin itu sendiri berperan dalam perkembangan scizofrenia. Antisikolik
aktipital yang terbaru seperti klosapin merupakan anttagonis dopamine dan
serotonin. Penelitian tentang obat menunjukan bahwa klosapin dapat
menghsilkan penurunan gejala psikotik secara dramastis dan mengurangi
tanda-tanda negative scizofrenia ( Marder 2000 ; O’Connor 1998 ).

Factor Imunovirulogi
Ada teori popular yang mengatakan bahwa perubahan patologi otak pada
individu penderita scizofrenia dapat disebabkan oleh oajangan virus, atau
respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Walaupun
ilmuwan meneliti hal ini, tidak banyak penelitian mampu memfalidasi teori
tersebut (Egan & Hyde 2000).
Baru-baru ini para peneliti memfokuskan infeksi pada ibu hamil sebagai
kemungkinan penyebab awal scizofrenia. Epidemic flu di ikuti dengan
peningkatan kejadian scizofrenia di Inggris, Wales, Denmark, Finlandia, dan
negar-negara lainnya. Penelitian terkini yang diterbitkan di NewEngland
Journal of Medicine melaporkan angka scizofrenia lebih tinggi pada anak-
anak yang lahir di daerah padat dengan cuaca dingin, kondisi yang
memungkinkan terjadinya gangguan pernafasan ( Mortenses Et Al 1999 ).

PERTIMBANGAN BUDAYA
Penting untuk menyadari perbedaan budaya ketika mengkaji gejala
scizofrenia. Ide yang tampaknya merupakan waham pada suatu budaya, seperti
kepercayaan terhadap hal-hal magis atau sihir, dapat menjadi hal yang umum pada
budaya lain. Di beberapa budaya, halusinasi pendengaran atau penglihatan,
misalnya melihat Bunda Maria atau mendengar suara Tuhan, juga dapat menjadi
bagian normal pengalaman keagamaan. Pengkajian afek membutuhkan kepekaan
terhadap perbedaan dalam hal kontak mata, bahasa tubuh, dan ekspresi emosi
yang dapat diterima; hal ini bervariasi di antara budaya (DSM-IV-TR, 2000).
Dalam suatu penelitian berskala besar yang melibatkan 26.400 klien
psikiatri, Flaskerud dan Hu (1992) menemukan perbedaan signifikan dalam
diagnosis psikiatri yang ditegakkan pada klien rawat inap maupun klien rawat
jalan. Klien Amerika-Afrika dan Asia lebih sering didiagnosis skizofornia dari
pada klien kulit putih. Penelitian menemukan bahwa perbedaan dalam diagnosis
ini tidak dapat dihubungkan dengan variabel lain seperti jenis kelamin, usia, status
sosioekonomi, bahasa utama, atau ekspresi psikopatologi.
Perilaku psikotik yang terlihat di negara-negara selain Amerika Serikat atau di
antara kelompok etnik tertentu telah diidentifikasi sebagai sindrom “ikatan-
budaya”, usia, status sosioekonomi, bahasa utama, atau ekspresi psikopatologi.
Perilaku psikotik yang terlihat di Negara-negara selain amerika serikat
atau diantara kelompok etnik tertentu telah diidentifikasi sebagai sindrom “ikatan
budaya”. Walaupun periode perilaku psikotik terutama terjadi di Negara tertentu,
episode tersebut dapat terlihat di tempat lain ketika individu mengunjungi atau
berimigrasi kenegara atau wilayah. Mezzich, lin, dan hughess (2000) meringkas
beberapa perilaku psikotik ini:
 Bouffle delirante, suatu sindrom yang ditemukan di afrika barat dan Haiti,
mencakup perilaku agitasi dan aresif yang muncul tiba-tiba, kebingungan
yang nyata, dan agitasi psikomotor. Sindrom ini kadang-kadang disertai
halusinasi penglihatan dan pendengaran atau gagasan paranoid.
 Ghost sickness adalah preokupasi dengan kematian dan orang yang telah
meninggal seringkali dilihat oleh penduduk beberapa suku amerika asli.
Gejala meliputi mimpi buruk, kelemahan, merasa ada bahaya, kehilangan
nafsu makan, pingsan, pusing, takut, ansietas, halusinasi, penurunan
kesadaran, bingung, merasa gagal, dan merasa asfiksia.
 Locura mengacu pada sikosis kronis yang dialami oleh orang latin di
amerika serikat dan amerika latin. Gejalanya meliputi inkoherensi, agitasi,
halusinasi penglihatan dan pendengaran, ketidakmampuan mematuhi
peraturan social, tidak bias diprediksi, dan kemungkinan melakukan tindak
kekerasan.
 Reaksi psikotik qi-gong ialah suatu episode akut yang dibatasi waktu yang
ditandai oleh gejala disosiatif paranoid, atau gejala psikotik lainnya yang
terjadi setalah berartisipasi dalam praktik promosi kesehatan rakyat cina
yang di sebut qi-gong. Individu yang terutama rentan adalah individu yang
sangat terlibat dalam praktik tersebut.
 Zar adalah suatu pengalaman roh-roh merasuki individu lain yang
ditemukan di etiopia, Somalia, mesir, sudan, iran, dan masyarakat afrika
utara serta timur tengah lainnya. Individu yang kerasukan mungkin
tertawa, berteriak, menangis, membenturkan kepala mereka kedinding,
atau bersikap apatis dan menarik diri, menolak makan atau melakukan
tugas sehari-hari. Perilaku yang demikian tidak dianggap patologis oleh
masyarakat setempat.

Kesukuan juga dapat menjadi factor dalam cara individu berespons


terhadap obat-obatan psikotropik. Perbedaan dalam respon ini kemungkinan
disebabkan oleh struktur genetic individu. Beberapa individu memetabolisme
obat-obatan tertentu dengan lebih lambat sehingga kadar obat tersebut dalam
aliran darah lebih tinggi dari yang diharapkan. Orang amerika, kaukasia, dan
hispanik di amerika serikat tampaknya membutuhkan obat-obatan anti
spikotik dengan dosis terapeutik yang sama. Akan tetapi, klien asia
membutuhkan obat-obatan dalam dosis yang lebih rendah misalnya
haloperidol(haldol) untuk memperoleh efek yang sama (Kudzma 1999). Oleh
karena itu, mereka mungkin mengalami efek samping yang lebih berat jika
diberikan dosis lazim atau dosis tradisional.

TERAPI
Psikofarmakologi
Terapi medis utama untuk skizofrenia ialah psiko farmakologi. Di masa
lalu, terapi oleh elktrokonvulsif, terapi insulin, dan bedah psikosis digunakan
tetapi ditemukannya klorpromasin (Thorazine) pada tahun 1952, modalitas
terapi lain ada semua, tetapi tidak lagi digunakan. Antipsikotik juga dikenal
sebagai neuroleptic diprogramkan terutama karena keefektifannya dalam
mengurangi gejala psikotik. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan skizofrenia,
tetapi digunakan untuk mengatasi gejala penyakit tersebut.
Antipsikotik tipikal atau yang lebh dulu digunakan adalah antagonis
dopamine. Antipsikotik terbaru atau antipsikotik atipikal adalah antagonis
serotonin dan antagonis dopamine. Obat-obatan ini, dosis harian yang lazim
dan efek samping yang diuraikan. Antipsikotik tipikal mengatasi tanda-tanda
positif skizofrenia, seperti waham, halusinasi, gangguan pikiran, dan gejala
psikotik lain, tetapi tidak memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda
negative. Antipsikotik atipikal tidak hanya mengurangi gejala psikotik tetapi
untuk banyak klien, obat-obatan ini juga mengurangi tanda-tanda negative
seperti tidak memiliki kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat,
dan anhedonia (Littrell & Littrell 1998).
Dua antipsikotik tersebut dalam bentuk injeksi depot untuk terapi rumatan,
flufenasin (Polixin), dalam kesediaan dekanoat dan enantat, dan haloperidol
(Haldol) dekanoat (spratto & woods 2000). Media untuk injeksi diapot adalah
minyak wijen sehingga obat diabsorbsi dengan lambat sepanjang waktu
dalam sistem tubuh klien.efek obat-obatan ini berlangsung 2-4 minggu
sehingga antipsikotik tidak perlu di berika setiap hari. Durasi kerja obat ialah
7-28 hari untuk fluvenasin dan 4 minggu untuk haloperidol. Terapi oral
dengan obat-obatan ini untuk mencapai kadar dosis yang stabil memerlukan
waktu beberapa minggu sebelum menggantinya dengan injeksi depot. Dengan
demikian, kesedian ini tidak cocok untuk mengatasi episode akut psikosis.
Akan tetapi kesediaan ini sangat bermanfaat untuk klien yang perlu diawasi
kepatuhannya meminum obat dalam jangka panjang.

EFEK SAMPING
Efek samping antipsikotik signifikan dan dapat berkisar dari
ketidaknyamanan ringan sampai gangguan gerakan yang permanen (Marder,
2000). Karena banyak efek samping ini menakutkan dan mengesalkan bagi
klien, efek samping tersebut sering kali menjadi alasan utama klien
menghentikan atau mengurangi dosis obat. Efek samping neurologis yang
serius meliputi efek samping ekstrapiramidal (reaksi distonia akut, akatisia,
dan parkinsonisme), diskinesia,tardif, kejang, dan sindrom maligna
neuroleptik mencakup sedasi, fotosensitivitas, dan gejala antikoligernik
seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, dan
hipertensi ortostatik.

Efek samping ekstrapiramidal, gangguan gerakan reversibel yang


dicetuskan oleh obat neuroleptik, meliputi reaksi distonia, parkinsonisme, dan
akatisia. Reaksi distonia terhadap anipsikotik muncul pada awal proses
terapi dan ditandai oleh spasme pada kelompok otot diskret seperti otot-otot
leher (tortikolis) atau otot-otot mata (krisis okulogirik). Reaksi distonia sangat
menakutkan dan menyakitkan bagi klien. Terapi akut terdiri atas
difenhidramin (Benadryl) yang diberikan melalui intramuskular atau
intravena, atau benzotropin (Cogentin) yang diberikan melalui intramuskular.
Parkinsonisme atau Parkinsonisme yang diinduksi neuroleptik meliputi
berjalan dengan kaki terseret, wajah seperti topeng, kaku otot, dan
pengeluaran air liur (drooling). Terapi parkinsonisme dan pencegahan reaksi
distonia lebih klanjut dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang
tercantum.

Akatisia ditandai oleh gerakan yang gelisah, berjalan mondar-mandir,


ketidakmampuan untuk tetap tenang, dan klien menyatakan kegelisahannya.
Klien merasa sangat tidak nyaman dengan sensasi ini dan mungkin berhenti
meminum antipsikotik untuk menghindari efek samping tersebut. Penyekat
beta seperti propranolol terbukti paling efektif dalam mengobati penyakit ini.

Diskinesia tardif, suatu efek samping antipsikotik yang muncul dengan


lambat ditandai oleh gerakan involunter abnormal seperti bibir yang
mengerut, menjulurkan lidah, mengunyah, mata yang berkedip-kedip,
menyeringai, dan gerakan yang menyerupai korea pada ekstremitas dan kaki.
Gerakan involunter.

Sindrom maligna neuroleptik (SMN), adalah kondisi serius dan


seringkali fatal yang terlihat pada individu yang diobata dengan antipsikotik.
Sindrom ini ditandai oleh kekuatan otot, demam tinggi, sitosis (peningkatan
leukosit).
Terapi Tambahan

Selain terapi farmakologi, banyak mode terapi yang dapat bermanfaat bagi
penderita skizofrenia. Terapi kelompok dan individual, terapi lingkungan ini,
terapi keluarga dapat dilakukan ada klien di lingkungan rawat inap maupun
lingkungan rawat inap maupun lingkungan masyarakat.

Penyuluhan dan terapi keluarga diketahui mengurangi efek negative


skizofrenia sehingga mengurangi angka relaps (McFarlane, 1995).

APLIKASI PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis atau proses penyakit yang


memengaruhi kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi social, tetapi
scizofrenia memengaruhi setiap individu dengan caea yang berbeda.

Misalnya, perawat mungkin merawat klien di lingkungan rawat inap akut. Klien
tersebut dapat terlihat takut dan mendengar suara-suara (berhalusinasi), tidak
melakukan kontak mata, dan terus menerus komat-kamit.

RIWAYAT

Perawat mula-mula mendapatkan informasi tentang riwayat skizofrenia


sebelumnya klien untuk mengajukan data dasar fungsi klien. Perawat mengkaji
usia klien saat awitan scizofrenia terjadi, dengan mengetahui bahwa hasil yang
lebih buruk berkaitan dengan usia klien masih muda ketika awitan muncul.
Mempelajari riwayat terdahulu klien masuk rumah sakit dan responnya terhadap
hospitalisasi juga penting.
Mengkaji Gagasan Bunuh Diri. Perawat juga mengkaji klien untuk mengetahui
upaya bunuh diri sebelumnya. Speuluh persen dari seluruh penderita skizofrenia
pada akhirnya melakukan bunuh diri.

Mengkaji Sistem Pendukung. Penting bagi perawat untuk mengkaji apakah klien
menggunakan system pendukung saat ini dengan mengajukan pertanyaan.

Mengkaji Persepsi Klien. Pada akhirnya, perawat mengkaji persepsi klien tentang
situasinya saat ini yakni apa yang klien yakini sebagai peristiwa atau stressor yang
signifikan.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU

Penampilan dapat sangat bervariasi di antara klien penderita scizofrenia yang


berbeda. Beberapa klien dapat terlihat normal karena mereka berbusana secara
tepat, duduk di kursi dengan berbicara kepada perawat, serta tidak
memperlihatkan gesture atau postur yang aneh atau tidak lazim.
Perilaku motorik klien secara keseluruhan juga dapat tampak aneh. Klien dapat
terlihat gelisah dan tidak mampu duduk tenang, memperlihatkan agitasi dan
berjalan mondar-mandir, atau mungkin tampak tidak bergerak (katatonia).

MOOD DAN AFEK


Klien penderita scizofrenia melaporkan dan memperlihatkan berbagai variasi
mood dan afek. Pasien scizofrenia sering kali digambarkan mengalami afek datar
(tidak ada ekspresi wajah) atau afek tumpul (memperlihtakan sedikit ekspresi
wajah yang dapat diamati).

PROSES DAN ISI PIKIR

Scizofrenia sering kali disebut sebagai gangguan pikiran karena merupakan


gambaran utama penyakit ini. Proses pikir dikaji melalui komunikasi verbal yang
disimpulkan dari ucapan klien.
Perawat : “Bagaimana tidur anda akhir-akhir ini?”

Klien: “Oh, saya tidur lebih awal supaya saya cukup istirahat. Saya suka
mendengar musik atau membaca buku sebelum tidur. Sekarang saya sedang
membaca buku misteri yang bagus. Mungkin saya akan menulis cerita misteri
suatu hari nanti. Tapi itu tidak membantu, membaca maksud saya. Saya hanya
tidur dua atau tiga jam pada malam hari.”

Miskin isi (alogia) tidak adanya makna atau substasi yang sebenarnya dalam
percapan klien:
perawat: “bagaimana tidur anda akhir akhir ini ?”
klien: “ehm, saya rasa, saya tidak tahu, sulit untuk menjelaskanya”

WAHAM
Klien skizofrenia biasanya mengalami waham dalam fase psikotik
penyakit. karakteristik waham skizofrenia ialah klien memegang keyakinan ini
dengan kepastian total, langsung, dan segera.kerena klien percaya dengan ide
waham, ia akan bertindak sesuai ide tersebut. misalnya, klien yang mengalami
waham kejar mungkin akan bersikap curiga dan tidah percaya serta berhati-hati
dalam dalam membuka informasi pribadi; ia mungkin memeriksa ruangan atau
berbicara dengan nada suara berbisik dan hampir tidak terdengar.
Tema atau isi waham dapat berfariasi. kotak 13-3 membuat berbagai jenis
waham dan memberikan contohnya. keyakinan waham ini tidak tergoyahkan
informasi atau fakta dari luar dan bertentangan apabila ditanya mengapa meyakini
ide yang mustahil tersebut, klien sering kali menjawab “saya Cuma tahu itu”
mula-mula perawat mengkaji isi dan kedalaman waham untuk mengetahui
perilakuyang diharuskan dan mencoba menetapkan realitas bagi klien.perawat
harus cermat ketika mengkaji tentang keyakinan waham klien agar tidak
menentang mereka. perawat dapat meminta klien untuk menjelaskan apa yang
dipikirkan dengan mengajukan pertanyaan seperti,”dapatkah anda menjelaskan
kepeda saya?” atau “katakan pada saya apa yang sedang anda pikirkan tentang hal
itu”
SENSORIUM DAN PROSES INTELEKTUAL
Salah satu gejala utama psikosis skizofrenia ialah adanya halusinasi (persepsi
sensorik yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam
realitas).halusihasi dapat melibatkan pancaindra dan sensasi tubuh. Halusinasi
dapat mengancam dan menakutkan klien walaupun klien lebih jarang melaporkan
halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan. mula-mula klien merasakan
halusinasi sebagai pengalaman yang nyata, tetapi kemudian dalam proses penyakit
tersebut, ia dapat mengakuinya sebagai halusinasi.
Halusinasi berbeda dengan ilusi, yang merupakan persepsi yang salah tentang
stimulus lingkungan aktual. misalnya, ketika berjalan melewati hutan, seseorang
berpikir bahwa ia telah melihat ular di sisi jalan, tetapi bila diamati lebih dekat,
ternyata hanyalah tongkat berleku. hal ini adalah suatu ilmu yang harus dikoreksi
oleh realitas atau informasi faktual. Halusinasi tidak memiliki dasar realitas.
Berikut adalah berbagai jenis halusinasi:
 halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara palingsering
adalah suara orang berbicara kepada klien atau membincangkan klien.
mungkin ada satu atau ada banyak suara dapat berupa suaraorang yang
dikenal maupun orang yang tidak dikenal. Halusinasi pengalaman
merupakan jenis halusinasi yang palingserinng terjadi. Halusinasi
perintah adalah suara suara yang menyuruh klien untuk mengambil
tindakan, seringkali membahayakan diri sendiri atau orang lain dan
dianggap berbahaya.
 halusinasi penglihatan dapat mencakup melihat bayangan yang
sebenarnya tidak ada samasekali, misalnya cahaya atau orang yang
telah meninggal, misalnya terlihat mosnter yang menakutkan padahal
yang dilihat adalah perawat. Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi
kedua yang paling sering terjadi.
 halusinasi penciuman meliputi mencium aroma atau bau yang tidak
ada. Bau tersebut dapat berupa bau tertentu seperti urine dan feses,
atau bau yang sifatnya lebih umum, misalnya, bau busuk atau bau yang
tidak sedap. jenis halusinasi ini seringkali ditemikan pada klien
dimensia, kejang, atau stroke.
 Halusinasi taktil mengacu pada sensali seperti aliran listrik yang
menjalar keseluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap di kulit.
Halusinasi taktil paling sering ditemukan pada klien yang mengalami
putus alkohol.
 halusinasi pengecapan mencakup rasa yang tetap pada mulut, atau
perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. rasa tersebut
dapat berupa rasa logam, atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu.
 halusinasi kenestetik meliputi pada laporan klien bahea ia merasa
bahwa fungsi tubuh yang biasanya tidak dapat dideteksi. contohnya
yaitu sensasi pembentukan urine atau impuls yang ditransmisikan oleh
otak.
 halusinasi kinestetik terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi
melaporkan sensasi gerakan tubuh. Gerakan tubuh kadang kala yang
tidak lazim, misalnya melayang di atas tanah.
selama episode psikosis, klien biasanya mengalami disorientasi terhadap
waktu dan kadang-kadang terhadap tempat. Dalam bentuk disorientasi yang
paling ekstrim, depersonalisasi, klien merasa terpisah dari perilaku mereka.
Walaupun klien dapat menyebutkan nama mareka dengan benar, mereka
merasa seolah-olah tubuh mereka milik orang lain, atau roh mereka terpisah
dari tubuh mereka.
sulit untuk mengkaji proses intelektual klien yang mendarita skizofrenia
sekaligus psikotik. klien ini biasanya memperlihatkan fungsi intelektual yang
terbatas karena proses pikir yang terganggu. mungkin saja klien tidak mampu
fokus, berkonsentrasi, atau memberi perhatian yang cukup untuk menunjukan
kemampuan intelektualnya secara akurat.Pengkajian akurat tentang
kemampuan intelektual klien lebih mungkin dilakukan ketika proses pikir
klien lebih jelas.
klien sering mengalami kesulitan berpikir abstrak dansering meresponi dengan
cara harafiah terhadap orang lain dan lingkungan. misalnya, ketika mengiter
prestasi pepatah “satu setik jahitan menghemat sembilan jahitan” klien
mungkin menjelaskan pepatah tersebut dengan mengatakan “saya perlu
menjahit pakaian saya” klien tidak memahami apa yang dikatakannya dan
dapat dengan mudah keliru menginterprestasikan instruksi tersebut. Hal ini
dapat menimbulkan masalah serius dalam pemberian obat. Misalnya, perawat
mungkin mengatakan pada klien, “penting untuk meminum semua obat
anda.”klien mungkin keliru menginterpretasikan pernyataan perawat dan
meminum semua persediaan obat pada satu waktu.

PENILAIAN DAN DAYA TILIK


Penilaian pada klien skizofrenia sering kali terganggu. Karena penilaian
didasarkan pada kemampuan untuk menginterpretasi lingkungan dengan
benar, klien yang mengalami gangguan proses pikir dan keliru
menginterpretasi lingkungan akan mengalami kesulitan besar dalam
melakukan penilaian. kadang-kadang, ketidak mampuan untuk melakukan
penilaian ini sangat parah sehingga klien tidak dapat memenuhi kebutuhanya
sendiri akan keamanan dan perlindungan dan menetapkan dirinya dalam
keadaan bahaya. Kesulitan ini memiliki rentang dari gagal memakai baju
hangat dalam cuaca dinginsampai gagal mencari perawatan mediswalaupun
dia sangat sakit.klien juga mungkin gagal mengenali kebutuhan untuk tidur
atau makan.
daya tilik juga dapat sangat terganggu, terutama pada awal proses penyakit,
ketika klien, keluarga, dan teman-teman tidak memahami apa yang terjadi.
semakin lama klien dapat mempelajari penyakitnya, menantisipasi masalah,
dan mencari kebutuhan yang tepat sesuai kebutuhan. akan tetapi, pada klien
yang memahami skizofrenia sebagai masalah kesehatan jangka panjang yang
membutuhkan penatalaksanaan yang konsisten, penyakit tersebut
menyebabkan kesulitan yang kronis.

KONSEP DIRI
Deteriorasi konsep diri merupakan masalah utama pada skizofrenia.Frasa
“kehilangan batas ego”
menjelaskan keadaan kurangnya kesadaran klien yang jelas tentang dimana
tubuh, pikiran, pengaruhnya berakhir dan dimana aspek hidup lain (canero
&lehman,2000)kehilangan batasan ego ini terbukti dengan adanya depresiasi
(terpisah dari diri sendiri atau perilaku terhadap derealisasi) objek di dalam
lingkungan kecil atau lebih besar, atau tampak tidak di kenali, dan mungkin
tidak mengakui bagian bagian tubuh mereka sebagai milik mereka, atau gagal
menyadari apakah mereka pria atau wanita. Gangguan tersebut merupakan
sumber banyak perilaku yang jarang misalnya tidak berpakaian (telanjang)
atau melakukan mastrubasi di depan umum, berbicara tentang menyatu
dengan objek di dalam lingkungan. Gangguan citra tubuh juga dapat terjadi.

PERAN DAN HUBUNGAN


Isolasi sosial sering terlihat pada klienskizofrenia. Hal ini sebagian akibat
tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
kehilangan batasan ego. sulit untuk berhubungan dengan orang lain ketika
konsep diri tidak jelas. Klien juga mengalami masalah dalam hal kepercayaan
dan keintiman, yang mengganggu kemampuanya untuk membina hubungan
yang memuaskan. Harga diri rendah, salah satu tanda negatif skizofrenia, lebih
lanjut menyulitkan kemampuan klien untuk berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. klien tidak percaya diri, merasa asing atau berbeda dengan orang
lain, dan tidak percaya bahwa mereka adalah individu yang
berharga.akibatnya klien menghindari orang lain.
klien mungkin sangat frustasi dalam upaya memenuhi perannya dalam
keluarga dan masyarakat. prestasi di sekolah atau tempat kerja dapat sangat
terganggu karena klien mengalami kesulitan berpikir dengan jernih,
mengingat, memusatkan perhatian, dan berkonsentrasi serta kurang motivasi.
klien yang menderita skizofrenia pada usia muda mengalami lebih banyak
kesulitan karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk berhasil dalam
area-area ini sebelum penyakit timbul.
sulit bagi klien untuk memenuhi peran dalam keluarga, seperti seorang anak
laki-laki atau perempuan atau saudara kandung. Anggota keluarga sering
merasa takut atau malu terhadap perilaku klien atau tidak yakin apa yang
diharapkan jika peritaku klien tidak lazim atau tidak dapat di perkirakan.
keluarga juga dapat merasa bersalah atau bertanggung jawab, dengan
meyakini bahwa mereka menyediakan kehidupan dirumah yang penuh cinta
dan dukungan. klien juga dapat merasa kalau dia telah mengecewakan
keluarganya karena ia tidak dapat mandiri atau berhasil dalam hidup.

PERTIMBANGAN FISIOLOGIS DAN PERAWATAN DIRI


Klien skizofrenia dapat mengalami mengalami defisit perawatan diri yang
signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan hygiene dan berhias biasa terjadi
terutama pada periode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan
ide-ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dasar
dalam kehidupan sehari-hari.
klien juga dapat gagal dalam mengenali sensasi seperti rasa lapar atau haus,
dan mereka mungkin tidak dapat asupan makanan atau cairan yang adekuat.
Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan konstipasi. Konstipasi juga
merupakan efek samping antipsikotik yang biasa terjadi sehingga masalah
semakin buruk. paranoid atau rasa takut berlebuhan bahwa makanan dan
cairan telah diracuni oleh hal yang umum dan dapat membuat klien tidak mau
makan. apabila klien mengalami agitasi dan mondar-mandir, ia mungkin tidak
mampu duduk cukup lama untuk makan.
klien kadang kala mengalami polidipsia (asupan air yang berlebihan), yang
menyebabkan intoksikasi air. kadar natrium serum dapat menjadi rendah yang
membahayakan dan menyebabkan kejang, polidipsia biasanya terlihat pada
klien yang menderita skizofrenia selama bertahun tahun dan menjalani terapi
anti psikotik jangka panjang (may, 1995)
Masalah tidur juga biasa terjadi. klien terstimulasi oleh halusinasi yang
menyebabkan insomnia. Pada kesempatan lain, klien curiga dan yakin adanya
bahaya yang mengancamnya jika mereka tidur. seperti area perawatan diri
lainnya klien tidak dapat memersepsikan dengan benar atau mengenali isyarat
fisik seperti keletihan.
untuk membantu klien hidup dalam masyarakat, perawat mengkaji perawatan
hidup sehari-hari dan kemampuan fungsional klien. keterampilan-
keterampilan seperti memiliki tabungan di bank dan membayar tagihan,
memberikan makanan dan menyiapkan makanan, serta menggunakan
angkutan umum, sering kali menjadi tugas yang sulit bagi klien skizofrenia. Ia
mungkin tidak pernah mempelajari keterampilan tersebut atau tidak dapat
melakukannya dengan konsisten.

ANALISIS DATA
data pengkajian pada klien skizofrenia harus di analisis untuk menentukan
prioritas dan menetapkan rencana perawatan yang efektif. tidak semua klien
mempunyai masalah dan kebutuhan yang sama, juga tidak semua klien
mengalami semua masalah yang dapat terjadi pada penderita skizofrenia. juga
terdapat berbagai tingkatan keluarga dan dukungan masyarakat dan pelayanan
yang tersedia, yang memengaruhi perawatan dan hasil akhir klien.
Analisis data umumnya dibagi menjadi dua kategori utama; data yang terkait
dengan tanda positif penyakit dan data yang terkait dengan tanda negatif
penyakit. diagnosis keperawatan NANDA yang biasa di tegakan di dasarkan
pengkajian gejala psikotik atau tanda positif antara lain;
 risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain
 perubahan proses pikir
 perubahan sensorik/persepsi
 Gangguan identitas pribadi
 hambatan komunikasi verbal
diagnosis Keperawatan NANDA yang didasarkan pada pengkajian tanda
negatif dan kemampuan fungsional meliputi :
 Defisit Perawatan diri
 Isolasi sosial
 Defffisit Aktivitas Pengalihan
 Perubahan Pemeliharaan Kesehatan
 Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik
Klien yang mengalami episode skizofrenia akut dan psikotik mungkin di
tangani di lingkungan intensif seperti unit rawat inap rumah sakit. Selama fase
terapi ini, fokus perawatan ialah menstabilkan proses pikir dan orientasi
realitas klien serta kebutuhan akan keselamatan. hal ini juga merupakan waktu
untuk mengevaluasi sumber, membuat rujukan, dan memulai perencanaan
untuk rehabilitasi klien dan mengembalikanya ke masyrakat.
Contoh hasil yang tepat pada terapi fase psikotik dan akut adalah:
1. Klien tidak akan mencederai diri sendiri atau orang lain.
2. Klien akan membangun hubungan dengan realitas.
3. Klien akan berinteraksi dengan orang lain di dalam lingkungan.
4. Klien akan mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan cara
yang aman.
5. klien akan berpatisipasi dalam interv ensi terapeutik yang di
programkan.
Setelah krisis atau gejala psikotik akut distabilkan, fokus selanjutya ialah
mengembangkan kemampuan klien untuk hidup mandiri dan berhasil
dalam masyarakat. Hal ini biasanya membutuhkan perawatan tindak lanjut
yang berkesinambungan dan patisipasi keluarga klien dan layanan
dukungan masyarakat. Pencegahan atau pengenalan dini serta terapi gejala
relaps adalah bagian pending dalam keberhasilan rehabilitasi, Upaya
mengatasi tanda negatif skizofernia yang umumnya tidak di pengaruhi oleh
pengobatan, merupakan tantangan utama bagi klien dan pemberi
perawatan.
Contoh hasil terapi untuk perawatan yang berkesinambungan setelah
gejalah akut antara lain :
1. Klien akan berpartisipasi dalam program terapi (termasuk obat-
obatan dan tindak lanjut).
2. Klien akan mempertahankan rutinitas tidur adekuat.
3. klien akan memperlihatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas
perawatan diri.
4. Klien akan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain di dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhanya.
5. Klien akan mencari atau menerima bentuan untuk memenuhi
kebutuhanya, diindufikasikan.
Perawat harus menyadari keparahan skizofrenia dan efeknya yang berat dan
kadang kala merusak kehidupan klien dan keluarga mereka. Hal yang juga
sama penting ialah menghindari mengobati klien sebagai “kasus
keputusan” seseorang yang tidak lagi mampu memiliki hidup yang
bermakna dan rendah terhadap klien tidak akan membantu, pengkajian
yang cermat dan berkesinambungan di perlukan sehingga terapi dan
intervensi yang tepat dapat memenuhi kebutuhan klien serta mengatasi
kesulitan ketika membantunya mencapai tingkat fungsi yang optimal.

INTERVENSI
MENINGKATKAN KEAMANAN KLIEN DAN ORANG LAIN
Keamanan klien maupun perawat merupakan prioritas saat memberikan
perawatan untuk klien skizofrenia. klien dapat mengalami paranoid dan
curiga terhadap perawat dan lingkungan serta dapat merasa terancam dan
terintimidasi. walaupun prilaku klien mungkin mengancam bagi perawat,
klien juga merasa tidak aman dan dapat berkeyakinan bahwa
kesejahteraanya terancam. oleh karena itu, perawat harus menedakati klien
dengan cara yang tidak mengancam. menuntut atau menjadi pihak yang
otoriter hanya kan meningkatkan rasa takut klien. memberi klien ruang
pribadi yang besar biasanya meningkatkan rasa aman.
Klien yang merasa ketakutan atau agitasi berpotensi membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain. perawat harus mengobservasi tanda-tanda
peningkatan agitasi atau peningkatan prilaku, apabila klien semakin sering
mondar mandir berteriak dengan keras, dan memukul atau menendang
benda-benda. Intervensi perlu dilakukan untuk melindungi klien, hal ini
dapat mencakup pengobatan : memindahkan klien keruangan yang tenang
dan sedikit stimulus, dan hindari situasi yang ekstrim, menggunakan
seklusi.

MEMBANGUN HUBUNGAN TERAPEUTIK


Membangun rasa percaya antar klien dan perawat juga membantu
menghilangkan rasa takut klien. mula-mula klien dapat menoleransi kontak
hanya selama 5 atau 10 menit pada satu waktu. di perlukan waktu untuk
membangun hubungan terapeutik dan perawat harus bersikan sabar
terhadap klien, perawat harus memberikan keterangan yang jelas,
langsung, dan mudah di mengerti. bahas tubuh harus melibatkan kontak
mata tetapi tidak membelalak, postur tubuh yang rileks, dan ekspresi wajah
yang tulus. menyebutkan nama anda kepada klien dan memanggil nama
klien dan membantu membangun rasa percaya klien dan mengorientasikan
klien terhadap realitas.
Respon klien terhadap penggunaan sentuhan harus di kaji dengan
dengan cermat. kadang-kadang sentuhan yang lembut dapat menunjukan
perhatian dan kepedulian. akan tetapi, pada kesempatan lain, klien mungkin
keliru menginterpretasikan sentuhan perawat sebagai sesuatu yang
mengancam dan akhirnya tidak di harapkan. ketika perawat duduk dekat
klien, apakah klien pindah atau menetap jauh ke depan? apakah klien
ketakutan atau waspada terhadap keberadaan perawat? apabila ya, berarti
klien tidak dapat di tenangkan melalui sentuhan, melainkan klien justru
merasa ketakutan atau terancam dengan sentuhan tersebut.
Komunikasi terapeutik. Berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gejala psikotik dapat menjadi sulit dan frustasi. perawat mencoba
memahami dan mengerti apa yang klien katakan, tetapi hal ini dapat
menjadi sulit jika klien berhalusinasi, berada di luar realitas, atau relatif
membisuk. perawat harus mempertahankan kondisi komunikasi nonverbal
dengan klien, terutama ketika komunikasi verbal tidak berhasil. komunikasi
dapat di lakukan dengan meluangkan waktu bersama klien, mungkin
berupa periode waktu diam yang cukup lama. keberadaan perawat
merupakan kontak dengan realitas bagi klien dan juga dapat menunjukan
perhatian dan kepedulian perawat merupakan kontak dengan tulus terhadap
klien. memanggil nama klien, menyebutkan hari dan waktu, dan memberi
komentar tentang lingkungan merupakan cara-cara yang ber manfaat untuk
melanjutkan kontak dengan klien yang mengalami masalah orientasi
realitas dan komunikasi verbal. klien yang di tinggal sendirian selam
periode waktu yang lama menjadi lebih psikosis sehingga kontak yang
sering dan meluangkan waktu bersama klien merupakan hal yang penting
walaupun perawat tidak yakin bahwa klien menyadari keberadaan perawat.
Mendengarakan klien dengan aktif merupakan keterampilan yang penting
bagi perawat dalam upaya berkomunikasi dengan klien yang kata-katanya
tidak teratur atau tidak masuk akal. perawat harus berupaya makna yang
klien coba sampaikan, bukan mengabaikan apa yang klien katakan karna
kata-katanya tidak jelas. mendengarkan klien untuk mengetahui tema
pembicaraan atau pernyataan klien yang berulang, mengajukan pertanyaan
untuk mengklarifikasi, serta mengkaji makna pernyataan klien adalah
teknik-teknik yang bermanfaat untuk meningkatakan pemahaman perawat.
Perawat harus membiarkan klien mengetahui ketika maksud yang ingin di
sampaikanya tidak jelas. berpura-pura mengerti atau sekedar mengetahui
atau mengikuti apa yang klien katakan tidak akan pernah bermanfaat :
Tindakan ini tidak jujur dan merusak hubungan saling percaya antara klien
dan perawat.
Perawat : “bagaimana perasaan anda hari ini?” (pertanyaan terbuka)
klien : ”tidak kelihatan”
Perawat : “dapatkah anda menjelaskan maksud kata- kata anda kepada
saya?” (meminta klarifikasi)
Klien : “oh, tidak apa-apa”
Perawat : “saya ingin tahu apa yang anda rasakan; saya hanya tidak yakin
saya memahami anda” (menawarkan diri/meminta klarifikasi)
Klien : “itu tidak terlalu berarti”
Perawat : “coba saya lihat apakah saya dapat memahaminya. apakah anda
merasa terabaikan, bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar
mendengarkan anda?” (mengatakan hal yang tersirat dalam ucapan klien)

INTERVENSI UNTUK PIKIRAN WAHAM


Klien yang mengalami waham secara mutlak meyakini waham tersebut dan
tidak dapat diyakinkan bahwa hal tersubut salah atau tidak benar. Waham
tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap prilaku klien,
misalnya, jika waham klien adalah bahwa ia telah di rancuni, ia akan curiga
dan tidak percaya serta kemungkinan akan menolak memberikan informasi
dan minum obat.
Perawat tidak boleh secara terbuka melawan waham klien atau berdebat
dengan klien tentang keyakinan waham. perawat juga tidak boleh
menguatkan keyakinan waham dengan “mengikuti” apa yang klien katakan.
tanggung jawab perawat adalah menghadirkan dan mempertahankan relitas
dengan membuat pernyataan sederhana seperti “saya tidak melihat bukti
tentang hal itu” (menyajikan realitas) atau “saya tidak melihatnya begitu”
(menyatakan keraguan). saat anti psikotik mulai memberi efek terapeutik,
mungkin bagi perawat untuk mendiskusikan ide-ide waham denagn klien
dan mengidentifikasi cara-cara waham mengganggu kehidupan klien
sehari-hari.
Perawat juga dapat membantu klien meminimalkan efek pikiran waham
dalam hidupnya. teknik distraksi, misalnya mendengarkan musik,
menonton televisi, menulis atau berbicara dengan teman, dapat bermanfaat
bagi klien. tindakan langsung, seperti berbicara positif dengan diri sendiri,
berpikir positif, dan mengabaikan pikiran waham, juga dapat bemanfaat,
(murphy & moller, 1993).

INTERVENSI UNTUK HALUSINASI


Dalam mengintervensi halusinasi, perawat perlu mempertahankan fokus
pada sesuatu yang nyata dan membantu klien merespon lebih terhadap
realitas dari pada terhadap halusinasi. mula-mula perawat harus
menentukan apa yang klien alami yakni, apa yang di katakan suara-suara
atau apa yang klien lihat. tindakan ini akan meningkatkan pemahaman
perawat tentang sifat perasaan dan perilaku klien. pada halusinasi perintah,
klien mendengar suara-suara yang menyuruhnya atau mengarahkanya
untuk melakukan sesuatu, sering kali menyakiti dirinya sendiri atau orang
lain. karna alasan ini, perawat harus mendapatkan pejelasan tentang isi
halusinasi sihingga tindakan kewaspadaan dapat di lakukan untuk
melindungi klien dan orang lain bila di perlukan. perawat dapat
mengatakan, “saya tidak mendengar suara apapun; apa yang anda dengar?”
(menyajikan realitas/meminta klarifikasi). hal ini juga membantu perawat
bagaimna menghilangkan rasa takut atau perasaan klien misalnya, klien
mungkin melihat hantu atau gambaran seperti monster, dan perawat dapat
berespon :“saya tidak melihat apapun, tetapi anda jadi merasa ketakutan
anda aman disini di Rumah Sakit“ (menyajikan realitas/menerjemahkan
dalam bentuk perasaan). pernyataan seperti ini mengakui perasaan takut
klien, tetapi meyakinkan klien bahwa tidak ada sesuatu yang
membahayakanya.
Klien tidak selalu melaporkan atau mengidentifikasi halusinasi. kadang-
kadang perawat harus menyimpulkan dari perilaku klien bahwa klien
sedang berhalusinasi. contoh perilaku yang sering kali menunjukan
halusinasi yaitu klien mendengarkan secara bergantian dan berbicar ketika
tidak ada orang lain, tertawa tanpa alasan yang jelas, dan berkomat-kamit
atau mengerakan bibir tanpa ada suara yang terdengar.
Strategi yang membantu dalam intervensi halusinasi terhadap suara-suara
tersebut juga dapat membantunya mengatasi halusinasi pendengaran
(muphy & moller 1993). klien harus melakukan ini di tempat yang relatif
pribadi bukan di tempat umum. kemapuan menyatakan penolakan dapat
membantu klien merasa kuat dan mampu menghadapi halusinasi.

KOPING TERHADAP PERILAKU YANG SECARA SOSIAL TIDAK


TEPAT
Klien skizofrenia sering kali mengalami kehilanagan kebatasan ego
dan hal ini menimbulkan kesulitan bagi mereka sendiri dan orang lain di
dalam lingkungan dan masyarakat. perilaku janggal atau aneh yang terjadi
mancakup perilaku menyentuh orang lain tanpa memberi peringatan
sebelumnya atau tanpa di undang, masuk kelingkungan tempat tinggal
orang lain, berbicara atau membelai benda mati, dan berbagai perilaku yang
secara sosial tidak tepat seperti berpakain, mastrubasi, atau buan air kecil di
tempat umum. klin juga mungkin mendekati orang lain dan membuat
pertanyaan yang bersifat provokatif, menghina, atau seksual. Perawat perlu
mempertimbangkan kebutuhan orang lain juga kebutuhan klien dalam
situasi ini.

Melindungi klien merupakan tanggung jawab keperawatan yang utama dan


hal ini mencakup melindungi klien dari balas dendam orang, lain yang
mungkin pernah diganggu oleh klien dan mendapatkan perilaku klien yang
secara social yang tidak dapat di terima. Mengarahkan kembali klien untuk
menjauhi situasi orang lain dapat menghentikan perilaku yang tidak
diharapkan dan mencegah klien melakukan perilaku intrusif lebih lanjut.
Perawat juga harus mencoba melindungi hak privasi dan martabat klien.
Membawa klien ke kamarnya atau ke tempat yang tenang dengan sedikit
orang dan stimulasi sering kali membantu. Melibatkan klien dalam aktivitas
yang tepat juga diindikasikan. Misalnya, jika klien telanjang di depan orang
lain, perawat mungkin berkata, “ayo ke kamar mu dan kamu dapat
memakai bajumu lagi’(mendorong kolaborasi/mengarahkan kembali ke
aktivitas yang tepat). Apabila klien membuat pertanyaan verbal kepada
orang lain, perawat dapat meminta klien untuk berjalan-jalan sebentar atau
pergi ke tempat lain untuk mendengarkan music.perawat harus menghadapi
perilaku yang secara social tidak tepat dengan sikap tidak menghakimi dan
berorientasi pada fakta. Hal ini berarti membuat pertanyaan factual tanpa
nada suara memarahi atau berbicara kepada klien seolah-olah ia seorang
anak yang nakal.

Beberapa perilaku dapat sangat ofensif atau mengancam sehingga orang


lain berespons dengan berteriak atau mengejek klien atau bahkan
melakukan tindakan agresif. Walaupun memberikan perlindungan fisik
untuk klien merupakan pertimbangan pertama perawat, juga penting
membantu orang lain yang mendapat imbas perilaku klien tersebut. Perawat
biasanya dapat memberikan pertanyaan sederhana dan factual kepada orang
lain yang tidak membocorkan rahasia klien. Perawat dapat membuat
pernyataan seperti,”anda tidak melakukan sesuatu yang membuatnya
berperilaku seperti itu. Kadang-kadang penyakit yang diderita seseorang
membuatnya bertindak dengan cara yang aneh dan membuat tidak nyaman.
Yang penting dilakukan adalah tidak menertawakan perilaku yang
merupakan bagian dari penyakit orang itu”(menyajikan realitas/memberi
informasi).
Perawat harus meyakinkan keluarga klien bahwa perilaku ini adalah bagian
penyakit klien dan tidak secara personal tidak diarahkan kepada mereka.
Situasi tersebut memberikan kesempatan untuk memberi penyuluhan
kepada anggota keluarga tentang skizofrenia dan membantu menghilangkan
perasaan bersalah, malu, atau tanggung jawab.

Klien harus diintergrasikan kedalam lingkungan tetapi segera setelah ia


dapat melakukannya. Klien tidak boleh merasa dikucilkan atau di hokum
karena perilakunya yang tidak tepat, jumlah stimulasi yang terbatas harus
diberikan secara bertahap misalnya, ketika klien merasa nyaman dan
memperlihatkan perilaku yang tepat kepada perawat, satu atau dua orang
yang lain dapat dilibatkan dalam suatu aktivitas yang sidikit terstruktur
bersama klien. Keterlibatan klien ditingkatkan secara bertahap ke dalam
kelompok kecil, kemudian kelompok yang lebih besar dan kurang
terstruktur jika klien mampu menoleransi peningkatan stimulasi tanpa
dekompensasi.

PENYULUHAN KLIEN DAN KELUARGA

Koping terhadap skizofrenia merupakan penyusuaian utama baik bagi klien


maupun keluarga mereka. Memahami penyakit, perlunya melanjutkan
pengobatan dan tindak lanjut, dan ketidak pastian prognosis atau pemulihan
merupakan isu-isu yang penting, klien dan keluarga perlu membantu
mengatasi gangguan emosi yang disebabkan oleh skizofrenia. Lihat
penyuluhan klien dan keluarga skizofrenia untuk poin-poin penyuluhan.

Mengidentifikasi dan menangani kebutuhan kesehatan diri sendiri


merupakan perhatian utama bagi setiap individu, tetapi hal ini merupakan
tantangan khusus bagi klien skizofrenia karena kebutuhan kesehatan
mereka dapat menjadi kompleks dan kemampuan mereka untuk menangani
kebutuhan tersebut dapat terganggu. Perawat harus membantu klien untuk
menangani penyakit dan kebutuhan kesehatannya dengan cara semandiri
mungkin. Hal ini dapat di capai hanya melalui penyuluhan dan dukungan
yang berkesinambungan.

Memberi penyuluhan kepada klien dan anggota keluarga untuk mencegah


atau menangani relaps merupakan bagian esensial dalam rencana
keperawatan yang komprehensif. Hal ini mencakup memberi informasi
factual tentang skizofrenia, mengidentifikasi tanda-tanda awal relaps, dan
mengajarkan praktik kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis. Murphy dan Moller (1993) mengidentifikasi pemicu gejala atau
faktor-faktor yang meningkat resiko relaps, dalam area kesehatan klien,
lingkungan, dan sikap atau perilaku klien (kotak 134). Identifikasi dini
faktor-faktor resiko ini terbukti mengurangi frekuensi relaps, ketika relaps
tidak dapat dicegah, identivikasi dini memberikan landasan intervensi
untuk menangani kekambuhan tersebut. Misalnya, jika perawat
menemukan bahwa klien letih atau kurang tidur atau tidak mendapat nutrisi
yang cukup, intervensi untuk meningkatkan istirahat dan nutrisi dapat
mencegah relaps atau meminimalkan intensitas serta durasinya.

Perawat dapat menggunakan daftar faktor resiko relaps dengan berbagai


cara. Faktor resiko ini dapat dimasukkan dalam penyuluhan pulang
sebelum klien meninggalkan lingkungan rawat inap sehingga klien dan
keluarga mengetahui apa yang perlu diperhatikan dan kapan mencari
bantuan. Perawat juga dapat menggunakan daftar tersebut ketika mengkaji
klien dilingkungan rawat jalan atau lingkungan klinik, atauketika
menangani klien dalam program dukungan masyarakat. Perawat juga dapat
memberi penyuluhan kepada personel tambahan yang mungkin menangani
klien sehingga mereka mungetahui kapan harus menhubungi professional
kesehatan jiwa. Meminum obat-obatan sesuai program, mengikuti tindakan
lanjut secara teratur, dan menghindari alcohol dan obat-obatan lain
dikaitkan dengan hari rawat inap yang lebih sedikit dan lebih singkat.
Selain itu, klien yang dapat mengidentifikasi dan menghindari situasi yang
menimbulkan stress mungkin jarang mengalami relaps. Menggunakan
daftar faktor resiko relaps merupakan suatu cara untuk mengkaji
kemempuan klien di masyarakat.
Keluarga mengalami berbagai respon terhadap penyakit yang diderita
oenag yang mereka cintai,. Beberapa anggota keluarga mungkin merasa
malu atau ketakutan terhadap perilaku klien yang aneh atau mengancam.
Mereka khawatir klien mengalami relaps. Mereka mungkin merasa bersalah
karena memiliki perasaan ini, ataumerasa takut akan kesehatan jiwa atau
kesejahteraan mereka sendiri. Apabila klien mengalami masalah yang
berulang dan masalah berat yang terkait skizofrenia, anggota keluarga
dapat menjadi letih secara emosional atau bahkan menjauhi klien, merasa
bahwa mereka tidak lagi dapat menghadapi situasi tersebut. Anggota
keluarga memerlukan dukungan dan penyeluhan yang berkelanjutan,
termasuk meyakinkan bahwa mereka bukan penyebab skizofrenia.
Berpartisipasi dalam organisasi seperti Alliance for the Mentaly III dapat
membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan mereka yang
berkelanjutan.

Megajar perawatan Diri dan Nutrisi yangTepat. Hygiene personal yang


buruk dapat menjadi masalah bagi klien ketika mereka mengalami gejala
psikotik dan juga selama proses penyakit karena apati atau kuarang energy.
Ketika klien mengalami psikotik, ia mingkin kurang memperhatikan
hygiene atau mungkin tidak mampu mempertahankan perhatian konsentrasi
yang dibutuhkan untuk melakukan tugas berhias. Perawat mungkin perlu
mengarahkan klien melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
mandi, keramas, berpakaian, dan sebgainya. Perawat harus memberikan
arahan

Gabungkan hal-hal yang disukainya memberi kesempatan lebih besar untuk


berhasil daripada jika klien menuggu untuk memutuskan tentang tugas
hygiene atau melakukannya secara acak. Misalnya, pada hari senin, hari
rabu, dan jumat setelah bangun tidur dipagi hari. Rencana ini di gabungkan
ke dalam rutinitas harian klien dan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini
memungkinkan klien menghindari membuat keputusan setiap hari tentang
apakah ia ingin mandi atau ia merasa ingin melakukannya pada hari
tertentu.
Nutrisi dan cairan yana adekuat sangat penting bagi kesejahteraan fisik dan
emosiona klien. Pengkajian pola makan dan preferensi klien secara cermat
memungkinkan perawat menetukan apakah klien membutuhkan bantuan di
area ini. Seperti pada setiap tipe deficit perawatan diri, perawat memberi
bantuan jika dibutuhkan, kemudian secara bertahap meningkatkan
kemandirian klien segera setelah ia dapat melakukannaya.
Ketika klien berada di dalam masyarakat, asupan nutrisi yang tidak
adekuat juga dapat di pengaruhi oleh faktor –faktor selain penyakit lain,
misalnya kekurangan uang untuk membeli makanan, kurang pengetahuan
tentang diet bergizi, tranportasi yang tidak adekuat, atau kemampuan untuk
menyiapakan makanan terbatas. Pengkajian yanh seksama tengtang
kemampuan fungsional klien untuk hidup dalam masyarakat akan
membantu perawat merencanakan intervensi yang tepat. Lihat tentang
halaman berikutnya tentang perawatan berbasis masyarakat.
Mengajarkan keterampilan social. Klien dapat diisolasi dari orang lain
karena berbagai alasan. Anggota keluarga atau masyarakat dapat merasa
ketakutan atau malu akibat perilaku atau pernyataan aneh klien yang
mengalami waham atau alusinasi. Klien yang curiga atau tidak percaya
dapat menghindari kontak dengan orang lain. Pada waktu yang lain, klien
mungkin tidak memiliki keterampilan social atau keterampilan percakapan
yang dibutuhkan untuk membangaun dan mempertahankan hubungan
dengan orang lain. Terakhir, masih ada stigma yang berkaitan dengan
gangguan jiwa, terutama pada individu yang tanda-tanda positif
penyakitnya tidak hilang dengan pengobatan.
Perawat dapat membantu klien mengembangankan ketempilan social
melalui penyuluhan, model peran, dan praktik. Klien tidak dapat
membedakan topik yang dapat di bicarakan dengan perawat dari topik yang
sesuai untuk percakan di bus. Perawat dapat membantu klien mempelajari
topik social yang netral, misalnya cuaca atau peristiwa local, yang cocok
dibicarakan untuk setiap percakapan. Klien juga dapat memperoleh manfaat
dari belajar bahwa ia harus menceritakan rincian tertentu penyakitnya,
misalnya isi waham atau halusianasi hanya dengan pemberi perawatan
kesehatan.
Menjadi modl atau mempraktikan keterampilan social bersama klien
dapat membantunya mengalami keberhasilan yang besar dalam interaksi
sosial. Ketrampilan tertentu, misalnya kontak mata, mendengar dengan
penuh perhatian, dan berbicara secara bergantian, dapat meningkatkan
kemampuan dan kepercayaan diri klien dalam bersosialisasi. Interfensi
keperawatan untuk klien skizofrenia di ringkas dalam suatu kontak.
/penatalaksanaan pengobatan. Mempertahankan program pengobatan
sangat penting untuk keberhasilan terapi pada klien skizofrenia. Gagal
meminum obat sesuai program adalah salah satu alasan yang paling sering
dikemukakan untuk rekurensi gejala psikotik dan kembali masuk rumah
sakit(Marder, 2002). Klien yang berespon baik terhadap antipsikotik dan
mempertahankan program pengobatan tersebut dapat menjalani hidup yang
relative normal dengan relaps hanya sesekali. Klien yang tidak berespons
baik terhadap agens antipsikotik dapat menghadapi ide-ide waham dan
halusinasi seumur hidup, tanda-tanda negative, dan gangguan yang nyata.
Banyak klien menemukan diri mereka berada di antara dua hal yang
ekstrem ini.
Ada banyak alasan mengapa klien tidak dapat mempertahankan program
pengobatan. Perawat harus menentukan hambatan dalam mematuhi
pengobatan pada setiap klien. Klien kadang-kadang mungkin bermaksud
meminum obat-obatan sesuai program, tetapi mengalami kesulitan
mengingat kapan dan apakah obat sudah diminum. Mereka mungkin
menemui kesulitan mematuhi jadwal rutin pemberian obat. Ada beberapa
metode untuk membantu klien mengingat kapan harus minum obat. Salah
satunya ialah dengan menggunakan kotak pil berisi kompertemen selama
beberapa hari dalam satu minggu dan beberapa kali dalam sehari. Setelah
kotak diisi kemungkinan dengan bantuan dari perawat atau manajer kasus
klien sering kali tidak lagi mengalami kesulitan. Juga bermanfaat untuk
membuat suatu bagan berisi semua waktu pemberian obat sehingga klien
dapat menyilangnya setiap kali minum obat.

Evaluasi
Evaluasi rencana perawatan harus dipertimbangkan dalam konteks setiap klien
dan keluarga. Pengkajian yang berkelanjutan memberi data untuk menentukan
apakah hasil akhir klien secara individual tercapai. Persepsi klien tentang
keberhasilan terapi juga berperan dalam evaluasi. Walalupun semua hasil dicapai,
perawat harus bertanya apakah klien merasa nyaman atau puas dengan kualitan
hidupnya.
Secara global, evaluasi terapi skizofrenia didasarka pada hal-hal berikut:
 Apakah gejala psikotik klien hilang ? jika tidak, dapatkah klien
melaksanakan hidupnya sehari-hari walaupun beberapa gejala psikotik
menetap?
 Apakah klien memahami program pengobatan ? apakah ia mematuhi
program pengobatan ?
 Apakah klien memiliki kemampuan fungsional yang diperlukan untuk
hidup di masyarakat ?
 Apakah ada sumber masyarakat yang adekuat untuk membantu klien
berhasil hidup di dalam masyarakat?
 Apakah ada rencana setelah perawatan atau rencana krisis yang memadai
untuk menghadapi rekurensi gejala atau kesulitan yang ditemui di dalam
masyarakat ?
 Apakah klien dan keluarga memiliki pengetahuan yang cukup tentang
skizofrenia ?
 Apakah klien yakin bahwa ia memiliki kualitas hidup yang memuaskan ?

Perawatan berbasis masyarakat


Klien skizofrenia tidak lagi di hospitalisasi untuk periode waktu yang lama, ttapi
kebanyakan kembali hidup di masyarakat dengan dukungan yang diberikan oleh
keluarga dan layanan pendukung. Klien dapat hidup bersama anggota keluarga,
secara mandiri, atau di program residential seperti group home tempat mereka
dapat menerima layanan yang dibutuhkan tanpa perlu dimasukkan ke rumah sakit.
Program assertive community treatment (ACT) terbukti berhasil dalam
mengurangi angka klien masuk rumah sakit melalui penatalaksanaan gejala dan
pengobatan, membantu klien memenuhi kebutuhan social, rekreasional, dan
vokasional, serta member dukungan kepada klien dan keluarga mereka (McGrew,
Wilson, & Bond, 1996). Perawat jiwa merupakan anggota team multi disiplin
yang menangani klien dalam program ACT, yang berfonykus pada
penatalaksanaan pengobatan dan efek sampingnya serta promosi kesehatan dan
kesejahteraan (O’Bien, 1998; Wilbur & Arns, 1998). Perawatan kesehatan
perilaku di rumah juga sedang berkembang, dengan perawat memberikan
perawatan kepada penderita skizofrenia (jug gangguan jiwa lainnya), yang
menggunakan pendekatan holistic dan mengintegrasikan klien ke dalam
masyarakat (Gibson,1999; Rosedale,1999). Walaupun banyak upaya telah
dilakukan untuk member dukungan yang klien butuhkan agar dapat hidup di
masyarakat, masih ada suatu kebutuhan untuk meningkatkan layanan bagi
tunamisma dan pesakitan yang menderita skizofrenia.
Program dukungan masyarakat seringkali merupakan mata rantai penting
dalam membantu penderita skizofrenia dan keluarga mereka. Manager kasus
dapat ditegaskan kepada klien untuk member bantuan dalam menangani berbagai
tantangan yang dihadapi klien di lingkungan masyarakat. Klieen skizofrenia
selama sementara waktu dapat memiliki seorang manager kasus di masyarakat.
Klien yang lain mungkin memerlukan bantuan untuk memperoleh manager kasus.
Perawat mungkin merujuk klien ke pekerja social atau dapat secara langsung
merujuk klien ke layanan management kasus, yang bergantung pada tipe
pendanaan dan institusi yang tersedia dalam masyarakat tertentu.
Layanan management kasus seringkali mencakup membantu klien
memperoleh tempat tinggal dan fasilitas transportasi, mengatur keuangan,
memenuhi janji pertemuan, serta sosialisasi dan rekreasi. Walaupun dukungan
professional di masyarakat sangat penting, perawat tidak boleh mengabaikan
kebutuhan otonomi klien dan kemampuan potensialnya untuk menatalksana
kesehatannya sendiri.
Isu kesadaran diri
Menangani klien skizofrenia dapat memeberi banyak tantangan bagi perawat.
Perilaku paranoid atau curiga pada diri klien dapat membuat perawat merasa
seolah olah ia tidak dapat dipercaya atau integritasnya dipertanyakan. Perawat
harus mengenali tipe perilaku ini sebagai bagian penyakit dan tidak
mengiterprestasikannya atau meresponnya sebagai suatu hinaan pribadi.
Menganggap pernyataan atau perilaku klien sebagai tuduhan pribadi hanya akan
membuat perawat berespon dengan sikap defensive yang dapat menghambat
pembinaan hubungan terapeutk.
Perawat juga dapat merasa benar-benar takut atau terancam jika klien
menunjukkan perilaku permusuhan atau agresif. Perawat harus mengenali
perasaan ini dan mengambil tindakan untuk memastikan keamanannya. Hal ini
dapat mencakup berbicara dengan klien di suatu tempat terbuka, bukan ditempat
yang lebih terisolasi, atau mengahirkan staf lain dari pada sendirian menghadapi
klien. Apabila perawat berpura-pura tidak takut,klien tetap dapat merasakan rasa
takut tersebut dan merasa kurang aman, yang menyebabkan potensi klien untuk
kehilangan control diri lebih besar.
Seperti pada banyak penyakit kronis, perawat dapat menjadi frustasi jika klien
tidak mematuhi program pengobatan, gagal memenuhi janji pertemuan yang
diperlukan, atau mengalami relaps berulang. Perawat dapat merasa seolah-olah
kerja kerasnya sia-sia atau merasa bahwa situasi tersebut tidak berarti atau tidak
dapat diharapkan. Skizofrenia merupakan suatu penyakit kronis dank lien dapat
mengalami beberapa kali relaps dan sering masuk rumah sakit. Perawat tidak
perlu memikul tanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan upaya terapi
atau memandang status klien sebagai keberhasilan atau kegagalan pribadi.
Perawat perlu menemui rekan sejawat mereka untuk mendapatkan dukungan yang
bermanfaat dan mendiskusikan isu-isu kesadaran diri ini.
Petunjuk yang bermanfaat untuk menangani klien skizofrenia
 Ingat bahwa walaupun klien sering mengalami beberapa kali relaps dan
kembali dirawat di rumah sakit, mereka juga akan kembali hidup dan
melakukan fungsi di masyarakat. Dengan berfokus pada banyaknya waktu
yang diluangkan klien diluar lingkungan rumah sakit dapat membantu
mengurangi frustasi yang dapat timbul ketika menangani klien yang
menderita penyakit kronis.
 Jangan memandang klien pada keadaan terbutuknya, melainkan ketika
kesehatannya membaik dan gelaja-gejalanya berkurang.
 Ingat bahwa ucapan klien tidak ditujukan kepada anda secara pribadi,
melainkan merupakan dampak dari pikiran klien yang terganggu dan
membingungkan.
 Diskusikan isu-isu ini dengan perawat yang lebih berpengalaman untuk
mendapatkan saran tentang cara menghadapi perasaan dan tindakan anda
terhadp klien. Anda tidak diharapkan untuk memiliki semua jawaban.

Poin penting
 Skizofrenia adalah suatu penyakit konis yang membutuhkan strategi
penatalaksanaan jangka panjang dan keterampilan koping. Skizofrenia
adalah suatu penyakit otak, sindrom klinis yang melibatkan pikiran,
persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku individu
 Efek skizofrenia pada klien dapat sangat besar yang mencakup semua
aspek kehidupan klien: interaksi social, kesehatan emosional, dan
kemampuas bekerja dan melakukan fungsi di dalam masyarakat.
 Skozifrenia di konseptualisasikan dalam bentuk tanda-tanda positif seperti
waham, halusinasi, dan gangguan proses pikir, serta tanda-tanda negative
seperti isolasi social, apati, anhedonis, dan tidak memiliki motivasi serta
kemampuan.
 Gambaran klinis, prognosis, dan hasil akhir untuk klien skizofrenia sangat
bervariasi. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji setiap klien secara
cermat dan individual sesuai kebutuhan dan intervensi yang ditetapkan.
 Pengkajian yang cermat pada setiap klien sebagai individu sangat penting
dalam membuat rencana perawatan yang efektif.
 Keluarga klien skizofrenia dapat mengalami rasa tauk, malu, dan bersalah
sebagai respon terhadap penyakit yang diderita anggota keluarga. Keluarga
harus diberi penyuluhan tentang gangguan tersebut, proses gangguan, dan
cara gangguan tersebut dapat dikendalikan.
 Kegagalan untuk mematuhi terapi dan program pengobatan serta
penggunaan alcohol dan obat-obatan lain dikaitkan dengan hasil akhir
yang lebih buruk pada terapi skizofrenia.
 Untuk klien yang mengalami gejala psikotik, intervensi keperawatan
utama termasuk membantu melindungi keamanan klien dan hak privasi
serta martabat perilaku yang secara social tidak tepat dengan sikap tidak
menghakimi dan berorientasi pada fakta, membantu menghadirkan dan
mempertahankan realitas untuk klien melalui kontak dan komunikasi yang
sering, dan memastikan pemberian obat yang tepat.
 Untuk klien yang kondisinya stabil dengan pemberian obat, intervensi
keperawatan utama termasuk melanjutkan menawarkan pendekatan yang
suportif dan tanpa konfrontasi, mempertahankan hubungan terapeuik
denfan membina rasa percaya dan mencoba mengklarifikiasi perasaan dan
pernyataan klien ketika isi bicara dan pikirannyamengalami disorganisasi
atau membingungkan, membantu mengembangkan keterampilan social
dengan menjadi modal dan mempraktikan keteramtu memberi pilan
tersenbut, serta membantu member penyuluhan kepada klien dan kekuarga
tentang skizofrenia dan pentingnya mempertahankan program terapeutik
dan kebiasaan perawatan diri yang lain.
 Isu-isu kesadaran diri bagi perawat yang menangani klien skizofrenia
termasuk menghadapi gejala psikotik, raasa takut terhadap keamanan, dan
frustasi dalam menghadapi relaps dan masuk rumah sakit secara berulang.

Anda mungkin juga menyukai