Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN

STANDAR : Mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa perilaku


KOMPETENSI
kekerasan yang sesuai dengan konsep dasar perilaku
kekerasan yang meliputi : definisi, teori perilaku
agresi, rentang respon, faktor predisposisi, faktor
presipitasi, mekanisme terjadinya perilaku agresi,
deteksi potensi agresi, gejala parah, mekanisme
koping pada perilaku kekerasan, dan asuhan
keperawatan jiwa perilaku kekerasan yang terdiri
dari 5 tahap proses asuhan keperawatan

KOMPETENSI : Mengidentifikasikan asuhan keperawatan jiwa


DASAR
perilaku kekerasan

INDIKATOR : 1. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi


perilaku kekerasan (C1.A1)
2. Mahasiswa dapat menyebutkan teori perilaku
agresi (C1.A1)
3. Mahasiswa dapat menyebutkan rentang
respon perilaku kekekrasan (C1.A1)
4. Mahasiswa dapat menyebutkan faktorn
predisposisi perilaku kekerasan (C1.A1)
5. Mahasiswa dapat menyebutkan faktorn
presipitasi perilaku kekerasan (C1.A1)
6. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme
terjadinya perilaku agresi (C2.A2)
7. Mahasiswa dapat menjelaskan deteksi potensi
perilaku agresi (C2.A2)
8. Mahasiswa dapat menyebutkan gejala –
gejala marah (C1.A1)
9. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme
koping perilaku kekerasan (C2.A2)
10. Mahasiwa dapat menjelaskan asuhan
keperawatan jiwa perilaku agresif yang sesuai
dengan prinsip 5 tahap proses asuhan
keperawatan : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
(C2.A2)
11. Mahasiswa dapat menjelaskan proses asuhan
keperawatan jiwa perilaku kekerasan yang
sesuai dengan prinsip 5 tahap proses asuhan
keperawatan : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
(C2.A2)
MATERI POKOK : ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU
KEKERASAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU


KEKERASAN

Konsep dasar keperawatan jiwa pada perilaku kekerasan meliputi:


definisi, teori, rentang respon, faktor predisposisi, faktor presipitasi, mekanisme
terjadinya perilaku agresi, deteksi potensi agresi, gejala marah, mekanisme koping
pada perilaku kekerasan, dan asuhan keperawatan jiwa perilaku kekerasan yang
terdiri dari 5 tahap proses asuhan keperawatan.

1. Definisi Perilaku Kekerasan

Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi


(anggressive behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan
atau benda-benda. Perilaku kekerasan atau agresi merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini, maka perilaku kekerasan dapat dibagi 2 menjadi perilaku
kekeraan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah lebih menunjuk pada suatu
perangkat perasaan –perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan
marah ( Stuart dan Sundeen 1995).

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon


terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman ( Keliat, 1996). Sedangkan
menurut Depkes RI, asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit
jiwa jilid III edisi I,hlm 52 thn 19996: “ Marah adalah pengalaman emosi yang
kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.

2. TEORI PERILAKU AGRESI

Perspektif teoritis perilaku agresi (Keliat,1996) meliputi :

1) Instinct theory, mengasumsikan bahwa perilaku agresi merupakan suatu


insting naluria setiap manusia
2) Drive theory, menekankan bahwa dorongan agresivitas manusia dipicuh
oleh faktor pencetus eksternal untuk survive dalam mempertahankan
eksistensinya
3) Social learning theory, menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil
pembelajaran seseorang sejak masa kanak-kanaknya yang kemudian
menjadi pola perilaku (learned behavior)

Agresi sendiri dapat dibedakan dalam 3 kategori :

1) Irritable anggression merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan


marah
2) Instrumental aggression adalah suatu tindak kekerasan yang dipakai
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya untuk
mencapai suatu tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan yang
dilakukan secara sengaja dan terencana)
3) Mass aggression adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh massa
sebagai akibat kehilangan individualitas dari masing-masing individu

3. RENTANG RESPON
Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang respion
adaptif dan maladaptif (Keliat,1996)

Respon Adaptif Respon Maldaptif

arsetif frustasi pasif agresif kemarahan

Bagan : Rentang Respon Marah ( Keliat, 1996)

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan


melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan
menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif kekerasan. Perilaku
yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi.

Assertif Mengungkapkan marah Karakteri assertif adalah


tanpa menyakiti, melukai 1. Motto dan Kepercayaan :
perasaan orang lain, yakin bahwa diri sendiri
tanpamerendahkan harga berharga demikian juga
diri orang lain orang lain. Assertif bukan
berarti selalu menang,
melainkan dapat
menangani situasi secara
efektif. Aku punya hak
demikian juga orang lain
2. Pola Komunikasi : efektif,
pendengar yang aktif.
Menetapkan batasan dan
harapan. Mengatakan
pendapat sebagai hasil
observasi buku penilaian.
Mengungkapkan diri secara
langsung dan jujur.
Memperhatikan perasaan
orang lain
3. Karakteristik : tidak
menghakimi. Mengamati
sikap dari pada menilainya.
Mempercayai diri sendiri
dan orang lain. Percaya
diri. Memiliki kesadaran
diri. Terbuka,fleksibel, dan
akomodatif. Selera humor
yang baik. Mantap,
proaktif dan inisiatif.
Berorientasi pada tindakan.
Realistis dengan cita-cita
mereka. Konsisten.
Melakukan tindakan yang
sesuai untuk mencapai
tujuan tanpa melanggar
hak-hak orang lain
4. Isyarat Bahasa Tubuh
(Non-Verbal cues) Terbuka
dan gerak-gerik alami.
Atentif,ekpresi wajah yang
menarik. Kontak mata
langsung. Percaya diri.
Volume suara yang sesuai.
Kecepatan bicara yang
beragam.
5. Isyarat Bahasa (Verbal
cues)
a) “aku memilih untuk....”
b) “apa opsi-opsi
untukku?”
c) “alternatif apa yang
kita miliki?”
6. Konfrontasi dan
Pemecahan Masalah
a) Bernegosiasi,
menawar, menukar,
dan kompromi
b) Mengkonfrontir
masalah pada saat
terjadi
c) Tidak ada perasaan
negatif yang muncul
7. Perasaan yang dimiliki
yaitu : antusiasme, mantap,
percaya diri dan harkat diri,
terus termotivasi, tahu
dimana mereka berdiri.

Gaya Komunikasi dengan Pendekatan yang harus dilakukan


Orang Asertif terhadap orang-orang dengan
karakter asertif ini adalah :
1) Hargai mereka dengan
mengatakan bahwa
pandangan yang akan kita
sampaikan barangkali telah
pernah di miliki oleh
mereka sebelumnya
2) Sampaikan topik dengan
rinci dan jelas karena
mereka adalah pendengar
yang baik
3) Jangan membicarakan
sesuatu yang bersifat
penghakiman karena
mereka adalah orang yang
sangat menghargai setiap
pendapat orang lain.
4) Berikan mereka
kesempatan untuk
menyampaikan pokok-
pokok pikiran dengan
tenang dan runtun
5) Gunakan intonasi suara
variatif karena mereka
menyukai hal ini
6) Berikan beberapa alternatif
jika menawarkan sesuatu
karena mereka tidak suka
sesuatu yang bersifa kaku
7) Berbicaralah dengan penuh
percaya diri agar dapat
mengimbangi mereka.
Frustasi Adalah respons yang Frustasi dapat dialami sebagai
timbul akibat gagal suatu ancaman dan kecemasan.
mencapai tujuan atau Akibat dari ancaman tersebut
keinginan. dapat menimbulkan kemarahan.

Pasif Sikap permisif/pasif Sikap asertif merupakan ungkapan


adalah respon dimana perasaan, pendapat, dan kebutuhan
individu tidak mampu kita secara jujur dan wajar.
mengungkapkan perasaan Kemampuan untuk bersikap asertif
yang dialami, sifat tidak ini sangat penting dimiliki sejak
berani mengemukakan dini, karena hal ini akan membantu
keinginan dan pendapat kita untuk bersikap tepat
sendiri, tidak ingin terjadi menghadapi situasi dimana hak-
konflik karena takut akan hak kita di langgar. Salah satu
tidak disukai atau alasan orang melakukan
menyakiti perasaan orang permisif/pasif adalah karena
lain takut/malas/tidak mau terjadi
konflik. Lalu apakah konflik itu?
apakah konflik adalah sesuatu
yang negatif?. Sekarang tidak
jarang kita melihat-melithat
perusahaan dengan sengaja
menciptakan konflik di dalam
perusahaannya untuk
meningkatkan motivasi kerja
karyawan (manajemen konflik).
Konflik bisa positif bila kita dapat
mengatur konflik itu sendiri
Agresif Sikap agresif adalah Perilaku agresif sering bersifat
sikap membela diri menghukum, kasar, menyalahkan,
sendiri dengan cara atau menuntut. Hal ini termasuk
melanggar hak orang lain mengancam, melakukan kontak
fisik, berkata-kata kasar, komnetar
yang menyakitkan dan juga
menjelek-jelekan orang lain di
belakang. Sikap agresif merupakan
perilaku yang menyertai marah
namun masih dapat di kontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya
tidak mau mengetahui hak orang
lain. Dia berpendapat bahwa setiap
orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri
dan mengharapkan perlakuan yang
sama dari orang lain. Agresif
memperlihatkan permusuhan,keras
dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi
ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien masih dapat
mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain.
Kekerasan Disebut sebagai gaduh Perilaku kekerasan di tandai
gelisah atau amuk dengan menyentuh orang lain
secara menakutkan, memberi kata-
kata ancaman melukai di tingkat
ringan dna yang paling berat
adalah melukai/merusak secara
serius. Mengamuk adalah rasa
marah dan bermusuhan yang kuat
di sertai kehilangan kontrol diri.
Pada keadaan ini, individu dapat
merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain (Keliat,2002)

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Psikologis
Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat
bahwa perilaku manusia di pengaruhi oloeh dua insting. Pertama
insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan kedua,
insting kematian yang di ekpresikan dengan agresivitas.
Frustation-agression theory; Teori yang di kembangkan oleh
pengikut Freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan
timbul dorongan yang agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang di rancang untuk melukai orang atau
objek yang menyebabkan yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir
semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat
perilaku agresif
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif ;
mendukung pentingnya peran dan perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia
mampu memlilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1. Kerusakkan otak organik dan retardasi mental sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif
2. Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kana-kanak atau seduction paretal yang mungkin telah
merusak hubungan saling percaya dan harga diri
3. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga
membentuk pola pertahanan atau koping
b. Faktor Sosial Budaya
Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan, maka semakin besar kemungkinan
untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang di pelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal.
Contoh internal: orang yang mengalami keterbangkitan seksual
karena menonton film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan
dengan mereka yang tidak menonton tersebut, seorang anak yang
marah karena tidak boleh beli es kemudian ibunya memberinya es
agar si anak berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa bila
ia marah, maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan
Contoh eksternal: seorang anak menunjukan perilaku agresif
setelah melihat seorang dewasa mengekperesikan berbagai bentuk
perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural dapat pula
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekpresi agresif mana yang dapat di
terima atau tidak dapat di terima sehingga dapat membantu
individu untuk mengekpresikan marah dengan cara yang asertif
c. Faktor Biologis
Penilitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah
sistem limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
Perangsangan yang di berikan terutama pada nukleus periforniks
hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan
cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri,
menggeram, matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak
menerkam tikus atau objek yang ada di sekitarnya. Jadi, terjadi
kerusakkan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi indera penciuman dan memori).
Neurotransmiter yang sering di kaitkan dengan perilaku agresif:
serotonin, dopamin, norepinefrin, asetilkolin, dan asam amino
GABA. Faktor-faktor yang mendukung adalah; 1) masa kanak-
kanak yang tidak mneyenangkan, 2) sering mengalami kegagalan,
3)kehidupan yang penuh tindakan agresif, dan 4) lingkungan yang
tidak kondusif (bising, padat)
d. Perilaku
Reinforcment yang di terima pada saat melakukan kekerasan dan
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan (Keliat,1996)

5. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa luka secara
psikis atau lebih di kenal dengan adanya ancaman terhadap konsep
diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak
menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh
karena itu, baik perawat maupun klianharus bersama-
samamengidnetifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun
eksternal.
Contoh stresor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan
hubungan yang di anggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang
lain
Sedangkan contoh dari stresor internal: merasa gagal dalam bekerja,
merasa kehilangan orang yagndi cintai, dan ketakutan terhadap
penyakit yang di derita. Bila di lihat dari sudut perawat-klien, maka
faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua,
yakni:
1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakpercayaan,
kurang percaya diri
2. Lingkungan: ribut,kehilangan orang atau objek yang berharga,
konflik interaksi sosial

Faktor presipitasi bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan


orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang di cintai/pekerjaan, dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang profokatif
dan konflik dapat pula pemicu kekerawsan (Keliat, 1996).

6. MEKANISME TERJADINYA PERILAKU AGRESI

Tindak kekerasan pada agresi permusuhan timbul sebagai kombinasi


antara frustasi yang intens dengan stimulus (impuls) dari luar sebagai pemicu.
Pada hakekatnya, setiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan
kekerasan. Namun pada kenyataannya, ada orang-orang yang mampu
menghindari kekerasan walau belakangan ini semakin banyak orang cenderung
berspon agresi. Ciri kepribadian (personality trait) seseorang sejak masa balita
hingga remaja berkembang melalui tahapan perkembangan kognitif (intelegensia),
respon perasaan dan pola perilaku yang terbentuk melalui interaksi faktor
herediter,gen, karakter tempramen (nature) dan faktor pola asuh, pendidikan,
kondisi sosial lingkungan (nurture) yang membentuk ciri kepribadiannya di masa
dewasa. Pola kepribadian tersebut yang membentuk refleks respon pikiran dan
perasaan seseorang saat menerima stimulus dari luar, khusunya pada saat kondisi
menerima stimulus “mengancam”. Bila refleks yang telah terpola berupa tindakan
kekerasan, maka saat menghadapi situasi “ancaman” respon yang muncul adalah
tindakan kekerasan. Area di otak manusia yang menjadi pusat emosi adalah pada
‘sirkuit sistem limbik’ yang meliputi thalamus hypothalamus amygdala
hypocampus. Amigdala menjadi organ pusat perilaku agresi. Penelitian Bauman
dkk menunjukkan bahwa stimulasi pada amygdala mencetuskan perilaku agresi
sedangkan organ hypothalamus berperan dalam pengendali berita agresi. Setiap
stimulus dari luar yang di terima melalui resptor pancaindera manusia diolah lalu
dikirim dalam bentuk pesan ke thalamus lalu ke hypothalamus, selanjutnya ke
amigdala (sirkuit sistem Limbik) yang kemudian menghasilkan respon tindakan.
Dalam keadaan darurat, misalnya pada saat panik atau marah, pesan stimulus yang
datang di thalamus terjadi hubungan pendek (short circuit) sehingga langsung ke
amygdala tanpa pengolahan rasioanl di hypothalamus. Amygdala mengolah
sesuai isi memori yang biasa di rekamnya, sebagai contoh : bila sejak kecil anak-
anak di beri input kekerasan, maka amygdala sebagai pusat penyimpanan memori
emosional akan merekam dan menciptakan reaksi pada saat terjadi sirkuit pendek
sesuai pola yang telah di rekamnya yakni tindak kekerasan.

7. DETEKSI POTENSI AGRESI

Cara melakukan deteksi potensi agresi adalah dijabarkan dengan


singkatan POSTAL sama dengan profile + observable warning sign + shotgun +
triggering event = always lethal (Keliat,1996) adalah sebagai berikut

P = Profile Profile seseorang yang 1. riwayat perilaku


potensial yang kekerasan, khususnya
melakukan tindakan pada mereka yang
kekerasan ( potentially rentang seperti pada
violent persons) wanita, anak-anak, hewan
2. penyendiri, pemalu,
pendiam ; merasa tidak
ada yang peduli pada
dirinya ( feels nobody
listen to him)
3. penyalah guna narkoba
( substance abuser)
alkhoholik
4. frustasi dalam
pekerjaaannya
5. hubungan relasi buruk
dengan orang lain
O = Observable warning Tanda- tanda yang dapat 1. biasa menyelesaikan
signs diamati (observable konflik dengan cara
warning signs) kekerasan dan sikap
permusuhan (hostility)
2. sering menunjukan
perilaku aneh ( strange
behavior)
3. sedang mengalami
problem emosional,
stress, depresi tanpa
terapi medis
4. problem international,
hypersensitivity
5. indikasi
kecenderungan ingin
bunuh diri (tentament
suicide)
S = Shouldgun Memiliki senjata api Pemilik senjata api
(shoulgun) (accesss tonfamiliaruty
with weapones)
T = Triggerieng event Peritiwa pencetus 1. mengalami pengutusan
(triggerieng event) hubungan kerja,
kehilangan lahan
pencarian, kegagalan
usaha (mengalami
kebangkrutan)
2. mengalami tindakan
indisipiler, kritik dari
atasan diperkajaan tanpa
dapat menerima dan
menyadari alasan
kesalahannya
3. mengalami masalah
krisis personal
(perceraian, kematian
anggota keluarga)
( Keliat,1996)

Beberapa kiat pendekatan pada seseorang yang potensial melakukan


tindak kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Memahami pola pikiran (the mindset) seseorang drengan hostilitas dan


potensi melakukan tindakan kekerasan
2. Sikap empati
3. Hindari sikap konfrontatif mengancam
4. Alternatif solusi penyelesaian masalah (merumuskan memecahkan
masalah yang menjadi resolusi)
5. Bergerak kearah yang win-win resolusi. Mengalihkan fokus dari apa yang
tidak dapat di lakukan menjadi apa yang dapat di lakukan ( Keliat, 1996)
8. GEJALA-GEJALA MARAH
Gejala-gejala atau perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan
marah diantaranya adalah

Perubahan fisiologik Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan


pernapasan meningkat, pupil di latasi, tonus
otot meningkat, mual, frekuensi buang air
besar meningkat, kadang-kadang konstipasi,
refleks tendon tinggi.
Perubahan emosional Mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi,
ekpresi wajah tampak tegang, bila mengamuk
kehilangan kontrol diri.
Perubahan perilaku Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan,
sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras
dan kasar.
Perilaku Perilaku yang berkaitan dengan perilaku
kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar (fight of
flight).
2) Menyatakan secara asertif
(assertiveness)
3) Memberontak (acting out)
4) Perilaku kekerasan, tindakan
kekerasan atau amukan yang di
tujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

9. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada


penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri ( Stuart dan Sudden
1998). Beberapa mekanisme koping pada klien marah untuk melindungi diri antra
lain (Maramis,1998) :
Sublimasi Menerima suatu tantang pengganti
artinya saat mengalami suatu dorongan
penyalurannya kearah lain.
Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai
kekurangannya atau keinginanya yang
tidak baik.
Repsesi Mencegah pikiran yang menyakitkan
atau membahayakan masuk ke alam
sadar.

Anda mungkin juga menyukai