Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL RENCANA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Stimulasi Persepsi : Perilaku Kekerasan sesi 3

Pembimbing:

Ns. Liza Handayani, S.Kep

DI SUSUN OLEH :

Reda Dwiyanti

22090300053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022/2023
PROPOSAL RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Topik : TAK Stimulasi Persepsi : Perilaku Kekerasan


Sesi : III / mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi sosial, Asertif
(Cara verbal)
Terapis : 6 orang mahasiswa FIK UMJ
Sasaran : Klien dengan diagnosa PK

B. Tujuan
1. Tujuan umum : klien mampu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Tujuan khusus :
a). Klien dapat menyebutkan keuntungan mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara asertif (cara verbal)
b). Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian jika tidak dapat mengontrol
perilaku kekerasan yang dialaminya.
c). Klien dapat mempraktekan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
asertif (cara verbal).

C. Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Rawat Inap Edelweis II RSKD
Duren Sawit, sebagian besar klien masuk RS karena pasien memiliki riwayat melakukan
perilaku kekerasan. Terdapat 8 orang pasien yang memiliki kriteria perilaku kekerasan,
oleh karena itu perawat akan melakukan “Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku Kekerasan
(TAK PK)” agar klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
sekitar.

D. Landasan Teoritis
1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan,
maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat
dan tepat oleh tenaga – tenaga profesional (Keliat, dan Akemat, 2009)

2. Tanda dan gejala


Data subjektif:
- Ungkapan berupa ancaman
- Ungkapan kata – kata kasar
- Ungkapan ingin memukul/melukai
Data objektif:
- Wajah memerah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Bicara kasar
- Suara tinggi
- Mondar – mandir
- Melempar barang

3. Proses terjadinya masalah : (F. Predisposisi, Faktor prespitasi, Rentang Respon,


Mekanisme koping, Therapi)
- Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
1) Keluarga yang mengalami gangguan jiwa
2) Adanya penyakit atau trauma kepala
3) Riwayat penggunaan NAPZA
b. Faktor psikologi
1) Frustation aggresion theory
Bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada giliranya
akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau
objek. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong
individu untuk berperilaku agresif karena perasaan fustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Teori perilaku
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat
dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.
Reinforcement yang diterima saat melakukan kesalahan sering
menimbulkan kekerasan di dalam maupun di luar rumah.
3) Teori eksistensi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui
perilaku destruktif.
c. Faktor sosial budaya
Teori lingkungan sosial menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi
d. Faktor religius
Kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan syaitan yang
menyukai kekerasan agar manusia menyesal

- Faktor prespitasi
Faktor prespitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat uni, berbeda
satu orang dengan yang lain. Faktor ini berhubungan dengan pengaruh stresor
yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stresor tersebut
dapat merupakan penyebab yang berasal dari dalam maupun dari luar individu.
Stresor dari dalam berupa kehilangan relasi atau hubungan dengan yang
dicintai atau berarti seperti kehilangan keluarga, sahabat, kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit, fisik, dll. Sedangkan stresor dari luar berupa
serangan fisik, kehilangan, kematian, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.

- Rentang respon

a. Asertif: kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain


b. Frustasi: kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau terhambat
c. Pasif: respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya
d. Agresif: perilaku destruktif tapi masih terkontrol
e. Amuk: perilaku destruktif dan tidak terkontrol
Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka
waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat
berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung (Homans, 2011). Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,
kesukaan dan menarik (Boner, 2009).
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas
kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama
sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh seorang
terapis atau petugas yang telah terlatih.
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling banyak
ditemukan dikelompok sebagai berikut :
a). TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap
mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
b). TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori).
c). TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya,
klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).
d). TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi).
e). TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR).
f). TAK penyaluran energi (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat
mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat
berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi : perilaku kekerasan adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Aktivitas dibagi dalam empat
bagian, yaitu mempersepsikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, mencegah
perilaku kekerasan dengan latihan fisik (nafas dalam dan memukul bantal/kasur),
mencegah perilaku kekerasan secara sosial dan mencegah perilaku kekerasan secara
spiritual.
Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari hari terdiri dari :
a). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, sesi 1 : mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
b). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, sesi 2 : mencegah perilaku
kekerasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan memukul bantal/kasur.
c). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, sesi 3 : mencegah perilaku
kekerasan dengan cara interaksi sosial, Asertif (Cara verbal).
d). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, sesi 4 : mencegah perilaku
kekerasan secara spiritual.
e). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, sesi 5 : mencegah perilaku
kekerasan dengan mengkonsumsi obat yang benar.

E. Klien
1. Karakteristik
a). Klien dengan diagnosa perilaku kekerasan
b). Klien yang telah mendapat SP PK I-IV.
c). Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi
aktivitas kelompok.
d). Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
e). Klien dapat diajak bekerjasama
2. Proses seleksi
a). Anggota kelompok dipilih berdasarkan masalah yang sama dan sesuai dengan
kriteria.
b). Klien diseleksi berdasarkan hasil pengkajian.
c). Tingkat kemampuan berfikir, melihat, mendengar, dan pemahaman relative
setara.
d). Klien yang telah dilakukan kontrak sebelumnya.
F. Pengorganisasian
1. Hari/Tanggal : Senin/ 24 Oktober 2022
2. Tempat kegiatan : Edelweis II, RSKD Duren Sawit
3. Waktu Kegiatan : 20 menit
- Fase orientasi : 5 menit
- Fase kerja : 10 menit
- Fase terminasi : 5 menit
4. Metode kegiatan : Dinamika Kelompok, diskusi dan tanya jawab
5. Anggota TAK : Klien dengan PK

G. Proses pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
- Terapis mengucapkan salam dan memperkenalkan diri beserta timnya.
“selamat pagi Bapak Bapak, perkenalkan saya Reda sebagai leader dan
juga ada rekan rekan saya…”
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien
“nama bapak siapa?
b. Evaluasi/ Validasi
- Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
“bagaimana perasaan bapak-bapak hari ini?”
- Terapis menanyakan masalah yang dirasakan
“apakah bapak masih merasakan perasaan kesal atau marah?”
“apa penyebab biasanya bapak marah?”
“apa yang bapak lakukan biasanya jika marah/kesal?”
“apakah saat bapak marah/kesal bapak melakukan kegiatan yang telah
dilatih sebelumnya untuk mengontrol marah, seperti kegiatan fisik (tarik
nafas dalam dan pukul bantal), dan melakukan kegiatan komunikasi yang
asertif serta melakukan kegiatan ibadah?”
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
“tujuan dari kegiatan ini adalah agar bapak bisa mengetahui perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.”
- Menjelaskan aturan main berikut:
“sebelum kita mulai, saya akan menjelaskan aturan mainnya ya pak:
- Jika ada yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada saya
- Lama kegiatan 30 menit
- Bapak bapak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.”
2. Kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain.
- Tanyakan bagaimana cara klien meminta sesuatu dari orang lain.
“bagaimana cara bapak berbicara ketika meminta atau meminjam sesuatu
kepada orang lain?”
b. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “saya
perlu/ingin/minta… yang akan saya gunakan untuk… “.
c. Memilih klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada point
diatas.
d. Ulangi point diatas sampai semua klien mencobanya.
e. Memberikan pujian pada peran serta klien.
f. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu:
“saya tidak dapat melakukan….” Atau “saya kesal dikatakan seperti itu…”
g. Memilih 2 orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
point diatas.
h. Ulangi point diatas sampai semua klien mencobanya.
i. Memberikan pujian terkait peran serta klien.
3. Terminasi
a. Evaluasi respons subyektif klien
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
“bagaimana perasaan bapak setelah mengikuti kegiatan ini?”
- Menanyakan kembali pada klien tentang jumlah cara pencegahan
perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
“coba bapak ulangi kembali apa saja pencegahan perilaku kekerasan
yang telah dipelajari”
- Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien positif.
“bagus sekali pak”
b. Evaluasi respons obyektif klien (observasi perilaku klien selama kegiatan
dikaitkan dengan tujuan)
c. Tindak lanjut (apa yang dapat klien laksanakan setelah TAK)
- Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
- Memasukan cara asertif (cara verbal) pada jadwal kegiatan harian klien.
d. Kontrak yang akan datang
- Mengakhiri pertemuan TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.

H. Pengorganisasian Kelompok
Leader : Reda Dwiyanti
Peran Leader :
- Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
- Memotivasi dan memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
memberikan umpan balik
- Sebagai role model
- Menjelaskan jalannya permainan dan melakukan kontrak waktu.
Co-Leader : Indri Febrianda
Peran Co-Leader :
- Membantu leader dalam mengorganisasikan kelompok
- Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
- Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang
- Membantu leader dalam mengorganisir peserta

Fasilitator : Ega Tiansyah Ramadhanti


Shofa Adani Sabila
Nendra Elaya A S
Peran Fasilitator :
- Membantu leader dalam memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan aktif dan
memotivasi anggota
- Memfokuskan kegiatan
- Membantu mengkoordinir anggota kelompok
- Duduk di antara pasien.

Observer : Nurul laylatul Musyifa


Peran Observer :
- Mengobservasi semua respon klien
- Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
- Memberikan umpan balik pada klien pada kelompok
- Duduk tidak dilingkungan permainan/diluar
- Mengevaluasi setiap keaktifan kelompok
- Mengevaluasi tugas leader, co leader, dan fasilitator.

I. Media dan alat


- Nametag peserta TAK
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan pasien
J. Seting tempat

L CL
O K K
K K

F F

K K
K K
F

Keterangan :
K : Klien
L : Leader
CL : Co-Leader
F : Fasilitator
O : Observer

K. Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
keuntungan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal), mengetahui
akibat/kerugian perilaku kekerasan, dan mendemonstrasikan cara asertif (cara verbal)
dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut :

Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Sosial Asertif (Cara Verbal)

No. Nama Klien Memperagakan Memperagakan Memperagakan


cara meminta cara menolak cara
yang baik mengungkapkan
marah yang baik

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktekan pencegahan
perilaku kekerasan cara sosial : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda  jika klien mampu dan tanda
x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu mempraktekan pencegahan perilaku kekerasan cara sosial :
meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, dan mengungkapkan kekesalan dengan baik.
Anjurkan klien mempraktekkan di ruang rawat inap (buat jadwal).

L. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, semoga dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Jakarta, 22 Oktober 2022


Leader

Reda Dwiyanti shvj

Anda mungkin juga menyukai