(KEPERAWATAN BENCANA)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
(KELAS 7A):
Adinda Nurul Ridhah M ( 2018720002 )
Dwi Nur Luthfiyah ( 2018720012 )
Erika Liyanti Mayadi ( 2018720013 )
Fitri Handayani ( 2018720017 )
Kamilia Yasmin ( 2018720023 )
Nabila Alfaisha ( 2018720029 )
Nindha Amelia ( 2018720031 )
Nuraenida Febrianti ( 2018720032 )
Nurhasanah Rahmanda ( 2018720033 )
Putri Yana ( 2018720134 )
Rizki Amelia Koswara ( 2018720039 )
Sarah Luthfiyatul Azis ( 2018720040 )
Tri Puji Lestari ( 2018720146 )
Uswatun Khasanah ( 2018720047 )
Winda Ajeng Ramadhani ( 2018720149 )
Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia.
Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas. Bencana
merupakan gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang
menyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau
kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping
manusia itu sendiri.
Indonesia dengan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam
maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana
ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktorlain seperti keragaman
sosial budaya dan politik.
Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan bencana di dunia, seringkali dan
tidak terduga, yaitu di antaranya gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung
berapi, banjir, dan kekeringan (CFE-DM, 2018). Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mencatat pada 2017 terjadi 2.862 kejadian bencana alam,
diantaranya banjir (34,2%), puting beliung (31%), tanah longsor (29,6%), kebakaran
hutan dan lahan (3,4%), gempa bumi (0,7%), kekeringan (0,6%), gelombang
pasang/abrasi (0,4%), dan letusan gunung api (0,1%) (BNPB, 2018).
Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan
Dimanapun seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang
Membutuhkan pertolongan segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat Berakibat
kecacatan fisik atau bahkan sampai kematian. Banyak hal yang dapat Menyebabkan
kejadian gawat darurat, antara lain kecelakaan, tindakan anarkis Yang membahayakan
orang lain, kebakaran, penyakit dan bencana alam yang Terjadi di Indonesia. Kondisi
ini memerlukan penanganan gawat darurat yang Tepat dan segera, sehingga
pertolongan pertama pada korban/pasien dapat Dilakukan secara optimal.
Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu Pelayanan
kegawatdaruratan dan mempercepat waktu penanganan (respon Time) korban/ pasien
gawat darurat serta menurunkan angka kematian dan Kecacatan. SPGDT berpedoman
pada respon cepat yang menekankan time Saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat, Tenaga kesehatan, pelayanan ambulans gawat
darurat dan sistem komunikasi. Di Indonesia SPGDT atau yang di negara lain disebut
EMS (Emergency Medical Services) belum menunjukkan hasil maksimal, sehingga
banyak Dikeluhkan oleh masyarakat ketika mereka membutuhkan pelayanan
kesehatan.
Keberhasilan penanganan korban/pasien gawat darurat ini tergantung Pada
beberapa komponen, yaitu pada penyelenggaraan SPGDT yang terdiri Atas sistem
komunikasi gawat darurat, sistem penanganan korban/ pasien gawat Darurat dan
sistem transportasi gawat darurat yang harus saling terintegrasi satu Sama lain. Dinas
Kesehatan Jakarta pusat sebagai salah satu organisasi Yang menangani bidang
kesehatan khususnya mengenai kegawatdaruratan Dituntut untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat. Salah satu Adalah dengan pembentukan Public
Safety Center (PSC).
Terdapat tiga subsistem dalam SPGDT, yaitu pra rumah sakit (pra-RS), rumah sakit
(RS), dan antar rumah sakit (antar-RS).
a. Sitem Pra-RS Sehari-hari
1) PSC: Poskesdes didirikan masyarakat, pengorganisasian di bawah pemerintah
daerah.
2) BSB: unit khusus pra-RS, pengorganisasian di jajaran kesehatan.
3) Pelayanan ambulans: koordinasi dengan memanfaatkan ambulanst setempat.
4) Komunikasi: koordinasi jejaring informasi.
5) Pembinaan: pelatihan peningkatan kemampuan.
Sistem Pra-RS pada Bencana:
1) Koordinasi jadi komando: efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan
komando.
2) Eskalasi dan mobilisasi sumber daya: SDM, fasilitas, dan sumber daya lain.
3) Simulasi: diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi.
4) Pelaporan, monitoring, evaluasi: laporan dari sistematika yang disepakati.
Fase Acute Response:
1) Acute Emergency Response
Melaksanakan rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi definitif.
2) Emergency Relief
Menyediakan makanan minuman, tenda, jamban, dan lain-lain untuk korban
sehat.
3) Emergency Rehabilitation
Peerbaikan jalan, jembatan, sarana dasar lain untuk kelancaran pertolongan.
B. Penanganan Bencana :
Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui
3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan
ketika sedang dalam ancaman potensi bencana
2. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi
bencana.
3. Tahap pasca bencana yang dalam saat setelah terjadi bencana.
2. Tahap Kesiapsiagaan
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari
Rencana Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan
akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi
berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada
keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi
mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:
1. Bantuan Darurat
• Mendirikan pos komando bantuan
• Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
• Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
• Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
• Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
• Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
• Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2. Inventarisasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam
penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan
bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang
rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya
dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana juga
diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
• Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
• Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
• Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
• Relokasi korban dari tenda penampungan
• Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
• Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
• Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
• Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan
pasar mulai dilakukan
• Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
6. Rekonstruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan
mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan
terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.
Dalam keseluruhan tahapan Penanggulangan Bencana tersebut, ada 3 (tiga)
manajemen yang dipakai yaitu :
1. Manajemen Risiko Bencana
Pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
yang mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada
saat sebelum terjadinya bencana dengan fase-fase antara lain :
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana
• Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
• Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang
2. Manajemen Kedaruratan
Pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya bencana
dengan fasenya yaitu Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana Manajemen Pemulihan.
Pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan
fase-fasenya nya yaitu :
E. prosedur
Sehari-hari dan Bencana (Hosdip, Hospital Diasater Plan) :
a. Kegawatan dengan ancaman kematian
b. True emergency
c. Korban massal
d. Keracunan missal :, Khusus :Perkosaan, KDRT, child abused, Persalinan Tidak
Normal, Kegawatan
Ketika terjadi bencana, selalu akan terjadi keadaan yang kacau (chaos), yang
bisa menganggu proses penanganan pasien, dan mengakibatkan hasil yang tidak
optimal. Dengan HDP yang baik, chaos akan tetap terjadi, tetapi diusahakan agar
waktunya sesingkat mungkin sehingga pelayanan dapat tetap dilakukan sesuai
standard yang ditetapkan, sehingga mortalitas dan moriditas dapat ditekan
seminimal mungkin. Dalam situasi bencana, hal-hal yang paling sering muncul di
RS adalah:
o Pada satu saat ada penderita dalam jumlah banyak yang harus dilayani
sehingga persiapan yang terlalu sederhana (“simple alarm)“ akan tidak
mencukupi, dan diperlukan persiapan yang lebih komperhensif dan intensif
(Organization for a Mass admission of Patients (OMP).
o Kebutuhan yang melampaui kapasitas RS, dimana hal ini akan diperparah
bila terjadi kekurangan logistikdan SDM, atau kerusakan terjadi infra struktur
dalam RS itu sendiri. Kedua hal tersebut diatas wajib diperhitungkan baik
untuk bencana yang terjadi diluar maupun didalam RS sendiri.
Pada situasi bencana yang terjadi diluar RS, hasil yg diharapkan dari HDP adalah:
• Korban dalam jumlah yang banyak mendapat penanganan sebaik mungkin, melalui
Sedangkan untuk penanganan korban di luar RS, bantuan medis diberikan dalam
bentuk pengiriman tenaga medis maupun logistik medis yang diperlukan. Pada kasus
dimana bencana terjadi didalam RS (Internal Disaster), seperti terjadinya kebakaran,
bangunan roboh dsb, target dari HDP adalah :
Oleh karena itu suatu HDP sudah seharusnya dibuat untuk mengantisipasi hal
tersebut, dan untuk itu sebaiknya disusun dengan mempertibangkan komponen-
komponen: kebijakan penunjang, struktur organisasi dengan pembagian tugas dan
sistim komando yang jelas, sistim komunikasi – informasi, pelaporan data,
perencanaan fasilitas penunjang, serta sistim evaluasi dan pengembangan. Selain itu
perencanaan dalam HDP harus sudah diuji dalam suatu simulasi, serta disosialisasikan
ke internal RS maupun institusi lainnya yang berhubungan.
Selain itu juga perlu dipersiapkan sejak awal bahwa suatu HDP merupakan
bagian integral dalam sistim penangulangan bencana lokal / daerah setempat.
Tim Penyusun HDP. Tim yang ideal anggautanya merupakan gabungan dari
unsure pimpinan( minimal Kepala Bidang / Instalasi ), unsure pelayanan gawatdarurat
( kepala UGD ), unsur Rumahtangga, unsur paramedis, dan unsur lain yg dipandang
perlu. Anggauta tim sebaiknya sudah memiliki dasar-dasar mengenai Hospital
Preparedness, dan bekerja berdasar suatu guide line yang standar, serta diberikan
target waktu.
• Prosedur lengkap dibuat secara rinci, tetapi untuk pekerja lapangan perlu
dibuat checklist. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah:
8. Penyiapan logistic.
Hal pertama yang harus kamu lakukan begitu merasakan dan mengetahui
telah terjadi gempa bumi adalah berlindung di bawah meja serta melindungi kepala
menggunakan tas atau tangan. Tujuannya adalah menghindari langit-langit
rumah/kantor yang mungkin runtuh saat terjadi guncangan akibat gempa bumi.
Tetap tenang dan tidak perlu mencoba lari ke luar, terutama bila kamu berada jauh
dari pintu, karena sangat berbahaya. Tunggulah hingga gempa mereda, baru
evakuasi dirimu ke tempat terbuka.
Jika kamu berada di dalam gedung yang tinggi saat gempa, pilih tangga
darurat untuk mengevakuasi diri setelah guncangan berhenti. Hindari menggunakan
lift karena takutnya aliran listrik terputus dan kamu bisa terjebak di sana. Gedung-
gedung perkantoran modern dan pusat perbelanjaan pasti memiliki tangga darurat
yang menghubungkan setiap lantainya. Turuni setiap anak tangga dengan perlahan
dan tidak perlu saling dorong, ya.
Begitu kamu berhasil keluar dari rumah atau bangunan saat terjadi gempa
bumi, nih, tetaplah waspada terhadap gempa susulan. Menjauhlah dari bangunan,
pepohonan, serta tiang-tiang tinggi yang mungkin saja rubuh saat kembali terjadi
gempa. Jangan membahayakan keselamatanmu. Kamu juga harus menghindari
daerah tebing atau jurang karena gempa terkadang menimbulkan tanah longsor.
Sebaiknya, sih, kamu segera pergi ke alam terbuka atau tanah lapang saat gempa.
Hal terakhir yang tidak boleh kamu lupakan setelah gempa berakhir adalah
mengabari kondisimu kepada keluarga atau kerabat. Penting bagi mereka untuk
mengetahui kabar terakhirmu supaya tidak panik jika mengetahui kamu berada di
lokasi terjadinya bencana. Hal ini sekaligus dapat membantu mereka untuk
merencanakan tindakan apa yang dapat membantumu segera setelah bencana gempa
bumi berakhir.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bandungkab.go.id/public/uploads/STRUKTUR_ORGANISASI_BPBD_
20131.pdf (diunduh tanggal 15 September 2020 pada pukul 21.00 WIB).
file:///C:/Users/User/Downloads/buku_pedoman_teknis_pkk_ab.pdf (diunduh tanggal
15 September 2020 pada pukul 21.30WIB)
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c5b7c7fdf660/tugas-dan-fungsi-
badan-nasional-penanggulangan-bencana-bnpb/ (diunduh tanggal 15 September 2020
pada pukul 21.30 WIB).
http://perpustakaan.bnpb.go.id/index.php?p=show_detail&id=1310 (diunduh tanggal
15 September 2020 pada pukul 21.00).
https://id.123dok.com//document/6qmxdxwy-pedoman-perencanaan-penyiagaan-
bencana-bagi-rumah-sakit.html (diunduh tanggal 15 September 2020 pada pukul
21.30 WIB).
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2015. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan
II. Yogyakarta: Deepublish.
Khambali. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: ANDI.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22283/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
bencana-kesehatan.net › filePDF Hasil web Materi Inti 1: PRINSIP HOSPITAL DISASTER PLAN -
Bencana Kesehatan http://bencana-kesehatan.net
https://www.google.com/amp/s/scalpelscars.wordpress.com/2011/02/17/hospital-disaster-
plan/amp/ (Diunduh Tanggal 15 September 2020 Pada Pukul 15.00WIB).