PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan adanya defisit neurologis
yang terjadi secara tiba-tiba disebabkan dan berlangsung selama minimal 24 jam
yang disebabkan oleh gangguan vaskular, baik perdarahan spontan pada otak
maupun suplai darah yang inadekuat pada otak yang disebabkan oleh adanya
penyumbatan di pembuluh darah otak. Manifestasi klinis atau gangguan saraf
yang timbul akibat stroke tergantung dengan daerah otak yang pembuluh darahnya
terkena (Hammer dan McPhee, 2018).
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi stroke di dunia pada tahun 2016 adalah sebanyak 80,1 juta dengan
84,4% kasus merupakan stroke iskemik. Sementara itu jumlah kasus baru stroke
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2013 dengan 10,3 juta
kasus baru menjadi 13,7 juta kasus baru di tahun 2016. Jumlah kematian akibat
stroke di dunia pada tahun 2016 sebesar 5,5 juta, 2,7 juta kematian diakibatkan
oleh stroke iskemik dan 2,8 juta kematian akibat stroke hemoragik. Sebagai
konsekuensinya stroke menjadi penyebab kematian terbanyak kedua setelah
penyakit jantung iskemik. Stroke menyebabkan kematian lebih banyak pada laki-
laki sebanyak 2,9 juta kematian daripada perempuan dengan angka kematian 2,6
juta di dunia (Johnson et al., 2019).
2.1.3 Klasifikasi
a. Stroke Iskemik
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat robek atau pecahnya
pembuluh darah di otak mengakibatkan perdarahan di sekitar otak sehingga
terbentuk massa yang menekan jaringan otak dan dapat meningkatkan tekanan
intrakranial (Hauser dan Josephson, 2017). Sroke hemoragik dapat dibagi
menjadi
2 yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Penyebab
perdarahan intraserebral paling sering pada dewasa adalah hipertensi, sedangkan
rupturnya aneurisma merupakan penyebab tersering (85%) terjadinya perdarahan
subarakhnoid (Smith dan Eskey, 2011).
2.2.1 Definisi
a. Bahasa
Bahasa adalah salah satu aktivitas manusia yang kompleks dan sangat penting.
Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi yang kompleks ketika kata yang
ditulis atau diucapkan menyimbolkan benda dan menyampaikan gagasan. Bahasa
melibatkan integrasi dua kemampuan berbeda, yaitu ekspresi (kemampuan
berbicara) dan pemahaman yang masing-masing berkaitan dengan bagian tertentu
di korteks. Pada sebagian besar individu (sekitar 95%), area terkait bahasa terletak
di korteks asosiasi frontalis dan temporoparietalis hemisfer kiri, yang biasanya
kontralateral terhadap tangan kanan yang dominan (kanan). Namun, beberapa
aspek penting bahasa, termasuk komponen emosionalnya (afektif), diatur oleh
hemisfer kanan.
Pusat yang mengendalikan kemampuan berbicara terdapat di regio basalis
lobus frontalis kiri (area Broca, area 44) berdekatan dengan daerah motorik
korteks yang mengontrol otot-otot untuk artikulasi sedangkan pusat yang
berkaitan dengan pemahaman bahasa terletak di bagian posterior lobus temporalis
pada pertautannya dengan lobus parietalis (area Wernicke, area 22). Area
Wernicke menerima masukan dari korteks penglihatan di lobus oksipitalis, suatu
jalur untuk memahami tulisan dan menjelaskan benda yang dilihat, serta dari
korteks auditorius di lobus temporalis, suatu jalur untuk memahami bahasa lisan
(Sherwood, 2014). Bahasa merupakan fungsi kognitif dasar bagi komunikasi pada
manusia. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan
hal yang sangat penting. Adanya gangguan dalam berbahasa akan mengakibatkan
suatu hambatan bagi seseorang (Kemenkes, 2010).
b. Memori
penyimpanan
Waktu mengingat Cepat Mengingat kembali lebih lambat,
kembali kecuali untuk ingatan yang telah
tertanam kuat, yang cepat kembali
diingat
Ketidakmampuan Ingatan cepat hilang, kecuali Biasanya tidak dapat diingat hanya
mengingat terkonsolidasi menjadi ingatan secara transien; jejak ingatan relatif
kembali (lupa) jangka panjang stabil
Mekanisme Melibatkan modifikasi transien Melibatkan perubahan fungsional
penyimpanan fungsi sinaps yang ada, misalnya atau struktural yang relatif
perubahan jumlah neurotransmitter permanen antara neuron-neuron
yang dikeluarkan yang sudah ada, misalnya
pembentukam sinaps baru; sintesis
protein baru berperan
penting
c. Visuospasial
Evaluasi fungi kognitif pada penderita stroke merupakan hal yang penting
karena dengan adanya gangguan kognitif dapat mempengaruhi proses
penyembuhan dan rehabilitasi. Salah satu tes yang dapat digunakan pada penderita
stroke untuk mengukur fungsi kognitif adalah Montreal Cognitive Assesstment
(MoCA) (Pasi et al., 2013). MoCA merupakan alat skrining yang dikembangkan
oleh Nasreddine dalam mendeteksi gangguan kognitif ringan pada individu yang
memiliki skor masih dalam rentang normal pada tes MMSE (Nasreddine 2005,
dalam Fujiwara et al., 2010). MoCA dapat dikerjakan dalam waktu 10 menit
dengan total skor 30 poin dan mencakup delapan macam domain fungsi kognitif
yaitu memori, fungsi eksekutif, visuospasial, bahasa, atensi dan konsentrasi,
orientasi, kemampuan abstrak dan penamaan (Nasreddine et al, 2005 dalam Tb et
al., 2013). Pada 90% kasus stroke, MoCA dapat diselesaikan dalam kurun waktu
kurang dari 10 menit (Blackburn et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Dong et al. (2010) menunjukkan bahwa 18 dari
a. Identitas klien
Meliputi: nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak badan
sebagian , bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
obat-obat adiktif dan kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
f. Aktivitas/ Istirahat
1. Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralisis (hemiplegia),
2. Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
3. Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum
4. Gangguan penglihatan
5. Gangguan tingkat kesadaran.
g. Sirkulasi
1. Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
2. Hipotensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
3. vaskuler,
4. Frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.
h. Integritas Ego
1. Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
2. Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira,
3. Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
i. Eliminasi
1. Perubahan pola berkemih
2. Distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.
j. Makanan/ Cairan
1. Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut,
2. Kehilangan sensasi pada lidah, dan tenggorokan,
3. Disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
4. Kesulitan menelan, obesitas.
k. Neurosensori
1. Sinkope/pusing, sakit kepala,
2. Kelemahan/ kesemutan,
3. Hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas, penglihatan menurun,
4. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
5. Status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragis,
6. Gangguan tingkah laku (letargi, apatis, menyerang),
7. Gangguan fungsi kognitif (seperti penurunana memori, pemecahan masalah).
8. Ekstremitas: kelemahan/paralisis kontrralateral, genggaman tidak sama, refleks
tendon melemah secara kontralateral
9. Pada wajah terjadi paralisis, afasia, kehilangan kemampuan untuk mengenali
masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil (agnosia), seperti gangguan
kesadaran terhadap citra tubuh, kewaspadaan, kelainan pada bagian tubuh yang
terkena, gangguan persepsi.
10. Kehilangan kemampuan menggunakan kemampuan motorik (apraksia). Ukuran/
reaksi pupil tidak sama.
11. Kekakuan.
12. Kejang.
l. Kenyamanan / Nyeri
1. Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
2. Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
m. Pernapasan
1. Merokok
2. Ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas,
3. Timbulnya pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
n. Keamanan
1. Masalah dengan penglihatan,
2. Perubahan sensori persepsi terhadap orientasi tempat tubuh,
3. Tidak mampu mengenal objek,
4. Gangguan berespons terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam menelan,
5. Gangguan dalam memutuskan.
o. Interaksi Sosial
1. Masalah bicara,
2. Ketidakmampuan untuk berkomunikas