Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN 2024
1.1 Latar belakang
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar 60% penderita perilaku kekerasan
(Wirnata, 2012).
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain
(Keliat, dan Muhith, 2016).
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan tidak
jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera
karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara
kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering
diekspresikan secara tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien
dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu
mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

1.2 Topik
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsipada pasien dengan risiko
perilaku kekerasan dibagi menjadi empat sesi, antara lain:
1) Sesi 1: mengenal prilaku yang biasa dilakukan
2) Sesi 2: mencegah prilaku kekerasa secara fisik
3) Sesi 3: mencegah prilaku kekerasa dengan cara interaksi sosial asertif
4) Sesi 4: mencegah prilaku kekerasa dengan cara spritual
5) Sesi 5 : mencegah prilaku kekerasa dengan patuh mengonsusmsi obat

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa di lakukan klien
2. Klien dapat menyebut kan kegiatan fisik yang dapat mencegah prilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah prilaku
kekerasan
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan Setelah mengikuti kegiatan ini
klien dapat lebih menerapkan stategi pelaksanaan Resiko Perilaku Kekerasan secara
fisik dan sosial dalam mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa
b. dilakukan
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
d. fisik
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
f. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
g. Spiritual
h. Pasiendapatmencegahperilakukekerasandengancarapatuh minum obat

1.4 Landasan Teori


Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi 2: Mengendalikan Perilaku
Kekerasan Dengan Spiritual Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan 1. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
a. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan suatu terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien dilatih untuk
mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapini bisa digunakan pada
pasien dengan resiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi.
Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam
kehidupan menjadi adaptif. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Prabowo, 2014)
b. Tujuan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Menurut Muhith (2015),
tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien risiko
perilaku kekerasan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan dan tujuan khususnya adalah:
a) Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi social.
d) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang
biasa dilakukannya.
e) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
c. Aktivitas dan indikasi terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Menurut
Dermawan & Rusdi (2013), aktivitas yang dilakukan dalam empat. sesi yang
bertujuan untuk melatih pasien mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan. Pasien yang diindikasikan mendapatkan terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi adalah pasien yang berisiko melakukan perilaku kekerasan.

1.5 PENGORGANISASIAN
Waktu dan Tempat: 21 Februari 2024
Hari/tanggal Jam: 10:00 WIB
Tempat: D3 Keperawatan Unib

URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA


Berikut merupakan uraian tugas dari terapis baik sebagai leader, co-leader, observer,
dan fasilitator.

a) Leader Uraian tugas:


1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpindiskusi

b) Co-leader Uraian tugas:


1. Menyampaikan uraian materi

c) Observer Uraian tugas:


1. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok

d) Fasilitator Uraian tugas:


1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
3. kegiatan.
4. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
5. Melaksanakan kegiatan.
6. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
7. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
8. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

Nama-Nama Tim Terapis

Leader :

Co Leader :
Observer :

Fasilitator 1 :

Fasilitator 2 :

Fasilitator 3 :

Fasilitator 4 :

Fasilitator 5 :

Pasien

1.

2.

Setting tempat :

1. terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. ruangan nyaman dan tenang

Leader, Co-leader, Fasiliator, Observer

Metode : Diskusi & Permainan

Setting :

1. trapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. ruangan nyaman dan tenang

Media :

1. Kasur / kantong tinju / gendang


2. Papan tukis / flivchrt/ whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

PROSES PELAKAKSANAAN

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1


b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

✓ Salam dari terapis kepada kiien.

✓ Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluası/validasi

✔ Menanyakan perasaan klien saat ini ✔ Menanyakan apakah ada kejadian perilaku
ke- kerasan: penyebab; tanda dan gejala, perilaku kekerasan serta akibatnya.

c. Koutrak

✔ Mienjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.

✔ Menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke- lompok, harus minta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilaku- kan oleh klien.

✔ Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa dilakukan klien.

✓ Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.

b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan


secara sehat: napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi,
main bola, senam, me- mukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
Meredakan marah dengan nafas dalam :

Jika merasakan tanda- tanda marah lakukan :

1. Duduk tegak, boleh juga berbaring.

2. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam hatı 1, 2, 3.

3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung mundur


dari angka 10 sampai 0

4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Mereciakan ınarah dengan pukul bantal, kasur/bantai/ karung pasir/gendang:

Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/kasur/karung


pasir/gendang berulang- ulang sampai marah mereda

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.

Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan). ✓ Kiien niendemonstrasikan ulang.

e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktik- kan cara penyaluran kemarahan.

f. Memberikan pujian pada peran serta klien.

g. Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

✓ Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

✓ Menanyakan ulang cara baru yang schat untuk mencegah perilaku kekerasan.
b. Tindak lanjut

✔ Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika menghadapi (lagi)
stimulus penyebab perilaku kekerasan.

✔ Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

✔ Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

✔ Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.

✓ Menyepakati waktu dan tempat TAK berikut- nya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan. TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2. kemampuan yang diharapkan adalah 2
kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut

NO Nama Klien Memperaktikkan cara fisik Memperaktikkan cara


yang pertama fisik yang kedua

1.
Petunjuk

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara fisik
untuk mencegah pe- rilaku kekerasan. Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (-) jika
klien tidak niampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik napas dalam, tetapi belum mampu
mempraktıkkan pukul kasus dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di
ruang rawat (buat jadwal).

Anda mungkin juga menyukai