Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI PERIAKU KEKERASAN SESI 2
MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN FISIK
A. TOPIK
Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengetahui cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
C. LATAR BELAKANG
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah berlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien
Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi
realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok (Keliat, 2006).
Menurut Keliat dan Akemat (2005) dikutip dari Hamid (2008), TAK yang sesuai untuk
pasien dengan masalah utama stimulasi persepsi adalah perilaku kekerasan adalah
aktivitas berupa stimulasi dan persepsi. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004).
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi perilaku kekerasan dibagi dalam 5
sesi, yaitu :
1. Sesi I
: Klien mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Sesi II : Mencegah perilaku kekerasan fisik
3. Sesi III: Mencegah perilaku kekerasan sosial
4. Sesi IV: Mencegah perilaku kekerasan spiritual
5. Sesi V : Mencegah perilaku kekerasan dengan mengonsumsi obat

Jumlah pasien di ruang elang selama 2 minggu sebanyak 24 pasien. Persentasi pasien
resiko perilaku kekerasan 54,1%, waham 16,6%, halusinasi 29,1%, isolasi sosial 0%,
resiko bunuh diri 0%, defisit perawatan diri 0%, dan harga diri rendah 0%.
Rangking tertinggi pasien d ruang elang yang pertama resiko perilaku kekerasan lalu
halusinasi dan yang ketiga waham.
Alasan resiko perilaku kekerasan diangkat menjadi topik Terapi Aktivitas Kelompok
karena resiko perilaku kekerasan memiliki persentase tertinggi dan yang lebih dominan
di ruang elang.
D. LANDASAN TEORI
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga
gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Penyebab: 1. Faktor Predisposisi
a. Psikologis: Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat
perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan
b. Perilaku: Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang
diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku
yang wajar
c. Sosial Budaya: Budaya yang pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar
d. Bioneurologis: Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi
perilaku kekerasan
2. Faktor Presipitasi; Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.

e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut: Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku. Verbal: bicara kasar, suara tinggi,
membentak atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan katakata kotor, suara keras. Perilaku: melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang
orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif. Emosi:
tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan.
Cara mengontrol perilaku kekerasan: tehnik napas dalan, pukul kasur, verbal, spiritual
dan obat-obatan.
E. KLIEN
1. Karakteristik/kriteria
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah :
a. Klien yang sudah tenang dan kooperatif
b. Klien yang tidak terlalu gelisah
c. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok.
d. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
e. Kondisi fisik dalam keadaan baik
f. Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas kelompok
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
b. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAK pada klien, waktu dan tempat pelaksanaan,
rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok
d. Nama pasien yang mengikuti TAK yaitu:
1. Edi suheri
2. Iwan
3. Rahmat
4. Agus
5. Abdul Hadi
e. Nama pasien cadangan untuk TAK yaitu:
1. Uun faisal
2. Muhammad helmi

F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan :
Terapi Aktivitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal
: Sabtu, 16 Januari 2016
Waktu
: 09.30 s.d 10.15 WIB
Tempat
: Pendopo Ruang Elang
Alokasi Waktu
: Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi aktivitas kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
2. Tim terapis :
a. Leader : Demi Murni Utami
Tugas
:
1) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
4) Memimpin diskusi kelompok.
b. Co-leader
: Suci Aprinori
Tugas :
1) Membuka acara.
2) Mendampingi Leader.
3) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
4) Menyerahkan kembali posisi pada Leader.
c. Fasilitator
: - Elfira
- Nirmala Pratiwi
- Oky Oktisha
- Agustri Handayani
- Mas Raka Saputra
- Wely Julita Anggraeni
Tugas :
1) Ikut dalam kegiatan keompok
2) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya
d. Observer: - Fina Selvia Anggraeni
Tugas :
1) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.

1)
1)
2)
3)

3. Metode dan media


a. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
b. Media
Papan nama
Speaker
Tirai

G. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam Perkenalan
1) Salam terapeutik kepada klien
Assalamualaikum wr.wb selamat bapak-bapak bagaimana kabarnya hari
ini.
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur
Sebelumnya kami akan memperkenalkan diri nama saya Suci Aprinori
senangnya dipanggil Uci, di sini saya bertugas sebagai pembawa acara, di
samping saya ada teman-teman saya Demi Murni Utami senangnya
dipanggil Demi, nama saya Agustri Handayani senangnya dipanggil Yani,
nama saya Elfira senangnya dipanggil Fira, nama saya Wely Julita
Anggraeni senangnya dipanggil Wely, nama saya Nirmala Pratiwi
senangnya dipanggil Mala, nama saya Oky Oktisha senangnya dipanggil
Oky, nama saya Mas Raka Saputra senangnya dipanggil Mas, dan nama
saya Fina Selvia Anggraeni senangnya dipanggil Fina. Bapak-bapak sudah
kenal kan dengan mereka. Baiklah disini saya akan mempersilahkan teman
saya Demi untuk memimpin jalannya TAK.
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien
Sebelumnya saya akan menanyakan nama bapak satu persatu
b. Penjelasan tujuan dan aturan main
1) Tujuan :
a) Klien mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan
b) Klien mampu menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya, respon yang dirasakan
saat marah (tanda dan gejala marah), reaksi yang dilakukan saat marah, dan akibat
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main, yaitu:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

2. Kerja
Langkah-langkah kegiatan
a. Mendiskusikan penyebab marah
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi

c. Mendiskusikan perilak kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,


merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul
diri sendiri)
d. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f. Dalam menjalankan a sampai e, upayakan semua klien terlibat
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan
Baiklah bapak-bapak, sekarang kita mulai permainannya, tapi sebelumnya saya
kasi tau dulu ya cara dan peraturannya. Di sini saya mempunyai sebuah permainan,
nanti saya akan memutarkan sebuah lagu, saat lagu diputar bapak bapak ikuti
gerakan yang saya contohkan, kemudian saat lagu berhenti saya akan
memerintahkan bapak-bapak untuk memegang salah satu angggota tubuh bapakbapak. Jika bapak bapak ada yang salah memegang anggota tubuh yang saya
perintahkan untuk dipegang, maka orang yang salah tersebut akan maju kedepan
dan memperkenalkan nama serta menceritakan tentang pengalamannya tentang
penyebab dia marah, tanda dan gejala apa saja yang timbul saat dia ingin marah,
perilaku kekerasana apa yang dia lakukan jika dia marah, akibat apa yang
ditimbulkan ketika dia melakukan perilaku kekerasan. Baiklah apakah bapak-bapak
sudah mengerti dengan penjelaskan saya. Jika bapak-bapak sudah mengerti, ayo kita
mulai permainannya dengan menyalakan musiknya ya.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Evaluasi respon objektif klien
Bagaimana perasaan bapak-bapak setelah melakukan TAK hari ini apakah
semuanya senang, sekarang bapak-bapak sudah bisa mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan kan.
Bagus. Bapak-bapak hebat ya sudah bisa menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahan, respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah), reaksi
yang dilakukan saat marah, dan akibat perilaku kekerasan.
c. Tindak Lanjut

1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda
dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan
Saya berharap bapak-bapak dapat mengingat penyebab, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan dan akibat dari perilaku kekerasan dan bapak-bapak
tidak mengulanginya lagi.
d. Kontrak waktu yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
Saya berharap bapak-bapak mau mengikuti TAK lagi ya, hari sabtu nanti
kita masuk sesi ke 2 tentang mencegah perilaku kekerasan fisik, tempatnya
diruangan ini saja ya juga di jam 09.00 wib, gimana mau kan mengikuti
TAK lagi, oke bagus sekali bapak-bapak, sekarang bapak-bapak bisa
melanjutkan kembali kegiatannya masing-masing diruangannya ya, terima
kasih sudah mengikuti TAK hari ini dengan sangat baik, wassalamualaikum
wr.wb selamat pagi.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi I, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab
perilaku, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
a) Evaluasi hasil
Sesi 1: TAK
Stimulasi Persepsi : perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama klien

Penyebab PK

Memberi tanggapan tentang


Tanda
& Perilaku
gejala PK
Kekerasan

Akibat PK

6.
7.
8.
9.
10.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda (x) jika klien
tidak mampu.
b) Evaluasi proses
TAK berjalan dengan baik dengan pasien yang kooperatif
TAK di mulai jam 09.00 wib
TAK berjalan tepat waktu sesuai kotrak perjanjian.
TAK dilaksanakan dengan tidak ada kendala.
c) Evaluasi struktur
Leader bertugas dengan semestinya yaitu memimpin acara sehingga acara

menjadi berjalan lancar


Co leader bertugas sebagai pembawa acara sehingga membuat acara tersusun

dengan baik.
Fasilitator bertugas sebagai pendamping pasien.
Observer sebagai pengawas berjalan nya acara TAK sehingga TAK dapat di
pantau dengan baik.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi I, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan
tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (gregetan dan deg-degan),
perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan
dibawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua
dirasakan selama di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai