Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL TAK

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

1. APRIA CHENY RAHMAN F0H022005


2. DHORI PERMATASARI F0H022028
3. NIRI WANURNI F0H022090
4. SELINA APRILIA F0H022079
5. TRI KURNIA WIDIANINGSI F0H022035

DOSEN PENGAMPUH :

Encik Putri Ema Komala,S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWTAAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan


dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain
(Keliat, dan Muhith, 2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta orang


diseluruh dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25%
ditahun 2030 (Wakhid, 2016).

1.2 TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi
pelaksanaan Resiko Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam
mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan.

2. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
2. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan Resiko Perilaku Kekerasan
dengan SP
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak warna, mempraktikkan SP Resiko Perilaku
Kekerasan
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan
melatih kekompakan dalam kelompok.Klien dapat melatih konsentrasi
melalui permainan.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Resiko Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengertian

Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan


dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain
(Pardede, Siregar & Hulu, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku


seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang
adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan.Pasien yang dibawa ke
rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan kekerasan dirumah.Perawat harus jeli
dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan selama dirumah (Yusuf, 2015).

2.2.1 Tanda Dan Gejala Resiko Kekerasan

Menurut Pardede (2020) Tanda dan gejala dengan perilaku yang ditampilkan

Data Subjektif :

a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah

b) Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan

c) Klien suka membentak dan menyerang orang lain

Data Objektif :

a. Mata melotot/ pandangan tajam

b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup

c. Wajah memerah

d. Postur tubuh kaku

e. Bicara kasar, ketus


f. Amuk/agresif

g. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain.

2.2 Terapi Aktivitas Kelompok

2.1.2 Definisi Kelompok

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan suatu terapi yang


menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien dilatih untuk
mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapini bisa digunakan pada pasien
dengan resiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan
menjadi adaptif. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (Prabowo, 2014).

2.2.2 Tujuan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

Menurut Muhith (2015), tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
pada pasien risiko perilaku kekerasan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan dan tujuan khususnya adalah :

1) Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

2) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.

3) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi social.

4) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya.
5) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat

2.3.2 Aktivitas dan indikasi terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

Menurut Dermawan & Rusdi (2013), aktivitas yang dilakukan dalam empat sesi yang
bertujuan untuk melatih pasien mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan. Pasien yang diindikasikan mendapatkan terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi adalah pasien yang berisiko melakukan perilaku kekerasan. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan
dibagi menjadi empat sesi, antara lain: 1) Sesi 1 : Mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik

2) Sesi 2 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara asertif/verbal

3) Sesi 3 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual

4) Sesi 4 : Mengendalikan perilaku kekerasan dengan minum obat secara Teratur

2.4.2 Metode Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:

1. Perkenalan diri pada seluruh perawat

2. Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan


BAB III

PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK(TAK)

PERILAKU KEKERASAN

Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kema rahannya.


2. Kiien dapat menyebutkan respons yang dirasakan sent marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan

Setting

1. Terapis dan klien duduk. bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/flipchart/wluteboard
2. Kapur/spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinartika kelompo
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulası

Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Memilah liers yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam terapeuuk
 Salam dari terapis kepada klien
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis pa
 Menanyakan nama dan panggilaa seuraa klien (beri papan nania).
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 merut.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
 Tanyakan pengalaman tiap klien
 Tulis di papan tulis/fupstart/wintelward
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
 Tanyakan perasan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
 Tulis di papan tulis/flipchart/whitetssard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederat/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
 Tanyakan perilaku yang dilakukan sat marah
 Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk peri- laku kekerasan yang tidak
berrahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang mela kukan
perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai ber- main peran/simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku keke- rasan.
 Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
 Tuliskan di papan tulis/flipchart/whiteboard.

Terapis dapat membuat tabel di white board atau flipchart sehingga masing-masing
cerita kien dapat tergamber dan klien da, at menganalisa runtutan pe- ristiwa dari
penyebab, tanda dan gejala, PK yang dila kukan dan akibat PK, seria menilai dampak
K sert komitmen perubahan perilaku yang akan diterapkan berikutnya.

Contoh tabel:

Nama Penyebab Tanda dan PK yang Akibat PK Komitmen


Klien Marah Gejala Perubahan
Marah Dilakukan Prilaku
Bapak Tidak Tegang Berteriak- Istri Meminta
Andre dibuatkan Berdebar teriak ketakutan dengan
kopi Nafas mengumpat Istri jengkel baik-baik
cepetGemetar istri atau buat
kopi sendiri
jika istri
sibuk

h. Mensberikan reinforcement pada peran serta klien.


i. Daları menjalankan a sampai is, upaj akan semua kien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tavla den gejaia; perilaku kekerasan; dan
akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
untuk menghadapi kema- rahan.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Memberikan reinforcement positif terhadap pe rilaku kiien yang
positir.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menilai dan mengevalu- asi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi: serta
akibat perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien mengingat penyebab; tan- da dan gejala; perilaku
kekerasan dan akibat- nya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan dating
 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikut- nya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses oses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi aialah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku keke- rasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut.

Simulasi: Persepsi Prilaku Kekerasan

Kemampuan mengenal perilaku kekerasan

N Nama Klien Penyebab PK Tanda dan Perilaku Aibat PK


O Gejala PK kekerasan
1
2
3
4
5
6
7
Petunjuk

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (V) jika klien mampu dan
tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap khen. Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan p ayebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi wang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (“gregetan” dan “deg-degan), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul
meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa kerumah sakit jiwa). Anjurkan
klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumas sakit.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan secara Fisik

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.


2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Kasur/kantong tinju/gendang
2. Papan tulis/flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
-Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah ada kejadian perilaku ke. kerasan: penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke. lompok, harus minta
izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilaku- kan oleh klien.
 Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
 Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam, me- mukul bantal pasir tinju,
dan memukul gendang
Meredakan marah dengan napas dalam:
Jika merasakan tanda-tanda marah, lakukan:
1. Duduk tegak, boleh juga berbaring.
2. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam hati 1, 2, 3.
3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung mundur dari
angka 10 sampai 0
4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Meredakan marah dengan pukul bantal/kasur/bantal/ karung pasir/gendang:


Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/kasur/karung
pasir/gendang berulang ulang sampai marah mereda

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.


d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
 Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).
 Klien mendemonstrasikan ulang.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktik- kan cara penyaluran
kemarahan.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
menghadapi (lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
 Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan dating
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikut- nya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah 2 kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial Asertif
(Cara Verbal)

Tujuan

1. Klien dapat mengungkapkan keinginan, dan per mintaan tanpa memaksa


2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis


2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien

Metode

1. Dinamika kelompol
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/sinaulasi

Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah kut Sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan terapet pericmuan

2. Orientasi
a. Salanm terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluası/valsiasi
 Minanyakan perasaan klien saat ini
 menanyakan apakah ada penyebab matah tanda dan gejala marah,
serta perilaku bekeras an yang dilakukan klien sebelum TAK saat ini
 Tanyakan apakah kegiatan isik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah
perilaku kekerasan
 Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke- lompok, harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara pka ingin meminta sesuatu dari
orang lain
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta se-suatu tanpa paksaan, yaitu
"Saya perlu/ingin/ minta …..yang akan saya gunakan untuk…..
d. Memilih dua orang klien secara bergilir nendemonstrasikan ulang cara
pada poin c
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, vaitu "Sava tidak dapat melakukan……" atau "Saya
tidak dapat menerima jika dikatakan……” atau "Saya kesal dikatakan
seperti…..”.
h. Memilih dua crang klien secara bergilir mende monstrasikan ulang core
pada poin d.
i. Ulangih sampai semua klien mencoba
j. Memberikan pupan terkait peran serta klien

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengil uti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara ver- bal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi
 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif (cara verbal) secara teratur.
 Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal
kegiatan harian küer
c. Kontrak yang akan dating
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain. yaitu kegiatan ibadah
Menyepakat, waktu dan tempat TAK berikut nya
Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK Untuk
TAK stimulasi perseps perilaku kekerasan Sesi kemampuan klien yang disarapkan
adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial (cara verbal) Formulir evaluase
sebagai berikut
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Spiritual

Tujuan

Klien dapat melakukan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis


2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
4.

Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
sebelumnya.
b. Menyiapkan alat dan tempat.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku keke- rasan.
 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasana
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke lompok, harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing- masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dila- kukan masing-masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan iba- dah untuk meredakan
marah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan iba- dah untuk meredakan
kemarahan yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain:


1. Islam: istigfar, berwudhu, sholat
2. Kristen: Doa Bapa Kami
3. Katholik: Doa Bapa Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha: Meditasi, Yoga

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku
keke- rasan terjadi.
 Mengajurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif,
dan kegiatan ibadah secara teratur.
 Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan dating
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
 Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khu- susnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat


2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis


2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh ebat

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat in
 Menanyakan apakah ada penyebab marah. tande den gejala marah,
rerta perilaku kakerasan
 Tanyakar apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh mi- num obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke lompok, harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien nama dan warna
(upayakan tiap klien menyam paikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar
dosis obat
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minem obat (catat di whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (calat di
whiteboend).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat. yaitu saleh satu cara
mencegah perilaku keke rasan/kabun
j. Menjelaskan akibat/keragian jika tidak path minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan) Lambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keurtangaz patuis minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberi pujian setiap kali klien dapat menyebut. kan secara benar.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Mengarjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah pc-
rilaku kekerasan.
 Mermasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku ke-
kerasan, dan disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluas: Untuk kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui ima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, denakibat tidak
patuh manum obat Formulir evaluasi sebagai berikoin

Anda mungkin juga menyukai