Anda di halaman 1dari 18

TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN MARAH

A. DEFINISI
Kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan, mengingat,
persepsi, orientasi, memperhatikan serta memberikan keputusan. Proses
kognitif meliputi sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi,
pertimbangan, pikiran dan kesadaran. Ini berarti kognitif adalah proses mental
yang berfungsi agar individu menyadari dan mempertahankan hubungan
dengan lingkungan luarnya (Purwanto, 2015).
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega. Marah
lebih merujuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah. Dengan kata lain kemarahan adalah
perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Purwanto, 2015).

B. TUJUAN TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN MARAH


1. Mengetahui definisi dari terapi kognitif dan marah
2. Menganalisis tindakan keperawatan untuk mencegah dan mengatasi
perilaku marah
3. Mengembangkan rencana pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam mengekspresikan kemarahan dengan tepat
4. Menjelaskan implementasi teknik pencegahan dan mengatasi kemarahan
pada klien
5. Mengevaluasi strategi pencegahan dan mengatasi kemarahan pada klien

C. MANFAAT TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN MARAH


1. Membantu klien mengenal kemarahan
2. Memberi izin mengungkapkan rasa marah
3. Mempraktekkan ekspresi kemarahan
4. Menunjukkan ekspresi marah pada situasi nyata
5. Mengidentifikasi alternatif cara untuk mengekspresikan kemarahan
6. Konfrontasi dengan orang yang menjadi penyebab kemarahan

D. PROSES PELAKSANAAN TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN


MARAH
Sesi 1 : Mengenal Prilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Sesi 2 : Mencegah Prilaku Kekerasan Secara Fisik
Sesi 3 : Mencegah Prilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial
Asertif (cara verbal)
Sesi 4 : Mencegah Prilaku Kekerasan dengan Cara Spiritual
Sesi 5 : Mencegah Prilaku Kekerasan dengan patuh mengkonsumsi Obat
1. Terapi Kognitif Mencegah Kemarahan
a. Menampilkan kondisi yang tenang
b. Berbicara lembut
c. Berbicara dengan cara yang tidak memprovokasi atau menghakimi
d. Berbicara dengan wajar dan konkret (jelas)
e. Jaga jarak antara anda dengan klien
f. Tunjukkan rasa hormat ke klien
g. Cegah kontak mata langsung yang lama
h. Menunjukkan kemampuan mengontrol situasi tanpa sikap terlalu
memegang prinsip
i. Memfasilitasi klien untuk berbicara
j. Mendengarkan klien
k. Cegah interpretasi awal (salah)
l. Jangan membuat janji yang tidak bisa dipenuhi
2. Terapi Kognitif Mengatasi Kemarahan
a. Berbicara positif tentang diri sendiri
b. Merubah lingkungan
c. Menuliskan perasaan anda
d. Berpikir tentang konsekuensi
e. Mendengar musik
f. Menonton TV
g. Latihan nafas dalam
h. Berjalan kaki
i. Berhitung sampai 50
j. Membungkus diri dengan selimut
k. Latihan relaksasi
l. Berbicara tentang perasaan anda
m. Menggunakan ketrampilan koping yang adaptif
n. Membaca
o. Sendiri (menyepi)
p. Medikasi

E. PETUNJUK PELAKSANAAN KOGNITIF TERAPI


Sesi 1 : Mengenal Prilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah ( tanda dan
gejala marah ).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Setting.
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat.
1. Papan Tulis.
2. Kapur/ spidol.
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal Kegiatan klien.
Metode.
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan tanya jawab.
3. Bermain peran/ simulasi.
Langkah Kegiatan.
1. Persiapan.
a. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah
koorperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien. Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
2. Orientasi.
a. Salam terapeutik.
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi.
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Mendiskusikan penyebab marah

1). Tanyakan pengalaman klien

2) Tulis dipapan tulis / flipcart/whiteboard.


b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.

1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab ( tanda dan
gejala )

2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard.

c. Mendiskuksikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien


(Verbal, Merusak lingkungan, Menciderai/ memukul orang lain, dan
memukul diri sendiri).

1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah

2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard.

d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling


sering dilakukan untuk diperagakan.

e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak


berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).

f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.

g. Mendiskusikan dampak atau akibat dari perilaku kekerasan

1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.

2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard.

h. memberikan reinforcement pada peran serta klien.

i. dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.

j. beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan akibat
perilaku kekerasan
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat untuk
menghadapi kemarahan.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) terapis menanyakan perasaan klien setelah ikut TAK

2) memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.

b. Tindak lanjut

1) menganjurkan klien menilai dan mengevalusi jika terjadi penyebab marah

2) menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan


dan akibatnya yang belum diceritakan.

c. Kontrak yang akan datang.

1). Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan

2) menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Sesi 2 : mencegah perlaku kekerasan secara fisik

Tujuan

1. klien dapat meneybutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.

2. klien dapat meneyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku


kekerasan.

3. klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah


perilaku kekerasan

Seting
1. terapi dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. kasur/kantung tinju/gendang

2. papan tulis/flipchart/whiteboard

3. buku atatan dan pulpen

4. jadwal kegiatan klien

Metode

1. dinamika kelompok

2. diskusi dan tanya jawab

3. bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan

1. persiapan

a. mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1

b. mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. orientasi

a. salam terapeutik

1) salam dari terapis kepada klien

2) klien dan terapis memakai papan nama

b. evaluasi/validasi

1) menanyaakan perasaan klien saat ini


2) menanyakan apakah ada kegiatan perilaku kekerasan:penyebab, tanda dan
gejala, perilakuk kekerasan serta akubatnya.

c. kontrak

1) menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku


kekerasan

2) menjelaskan aturan main beritkut

a) jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada
terapis

b) lama kegiatan 45 menit

c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. tahap kerja

a. mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien

1) tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa dilakukan
oleh klien

2) tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

b. menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan


kemarahan secara sehat: nafas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat
kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, memukul gendang.

c. membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

d. bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih.

1) terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan)

2) klien mendemonstrasikan ulang

e. menanyakan perasaan klien setalah mempraktikkan cara penyaluran kemarahan


f. memberikan pujian kepada peran serta klien

g. upayakan semua klien berperan aktif

4. tahap terminasi

a. evaluasi

1) terapis menanyakan perasaan klien setelah megikuti TAK

2) menanyakan ualng cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan

b. tindak lanjut

1) menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika menghadapi


(lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.

2) menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

3) memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien

c. kontrak yang akan datang

1) menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif

2) menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

Sesi 3: Mecegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial


Asertif (Cara Verbal)

Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.

Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien

Metode
1. Dinamika kelomopok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dna tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apalah kegiatan fisik untuk mecegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, haarus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien caa bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
“Saya pelu/ingin/minta..., yang akan saya gunakan untuk...”
d. Memilih dua orang klien secara bergili rendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran klien mencoba.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan...” atau “Saya
tidak dapat menerima jika dikatakan...” atau “Saya kesal dikatakan
seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian terkait peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Membeikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurlan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melakukan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara verbal) secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal
kagiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Sesi 4 : Mencegah Prilaku Kekerasan Dengan Cara Spiritual

Tujuan
Klien dapat melakukan mencegah prilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Setting
1. Terapis dan pelayan duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
sebelumnya
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta prilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan intraksi sosial yang asertif untuk
mencegah prilaku kekerasan yang dilakukan.
c. Kontrak.
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
prilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan
marah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan
kemarahan yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Terminasi
a. Evaluasi.
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan prilaku kekerasan yang telah
dipelajari
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab prilaku
kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur
3) Memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
1) Menyepkati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
ratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Sesi 5 : Mencegah Prilaku Kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.


2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruang nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis.


2. Buku catatan dan pulpen.
3. Jadwal kegiatan klien.
4. Beberapa contoh obat

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah Kegiatan
1. Persiapan.
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi.
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi.
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta prilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah prilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak.
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah prilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja.
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien nama dan warna
(upaya tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tulisakan diwhiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, benar waktu minum obat, benar
orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Meminta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum meminum obat.
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat.
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian prilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien dapat menyebutkan secara benar.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi.
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut.
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kgiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
prilaku kekerasan.
2) Memasukan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung


Mulia

Keliat, Budi Anna. 2016. Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Singapore:Elsevier

Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok, Ed 2.


Jakarta:EGC

Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Pustaka


Pelajar

Anda mungkin juga menyukai