A. DEFINISI
Kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan, mengingat,
persepsi, orientasi, memperhatikan serta memberikan keputusan. Proses
kognitif meliputi sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi,
pertimbangan, pikiran dan kesadaran. Ini berarti kognitif adalah proses mental
yang berfungsi agar individu menyadari dan mempertahankan hubungan
dengan lingkungan luarnya (Purwanto, 2015).
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega. Marah
lebih merujuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah. Dengan kata lain kemarahan adalah
perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Purwanto, 2015).
3. Tahap Kerja
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab ( tanda dan
gejala )
j. beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan akibat
perilaku kekerasan
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat untuk
menghadapi kemarahan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
1). Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan
Tujuan
Seting
1. terapi dan klien duduk bersama dalam lingkaran
Alat
1. kasur/kantung tinju/gendang
2. papan tulis/flipchart/whiteboard
Metode
1. dinamika kelompok
3. bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. persiapan
2. orientasi
a. salam terapeutik
b. evaluasi/validasi
c. kontrak
a) jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada
terapis
3. tahap kerja
1) tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa dilakukan
oleh klien
4. tahap terminasi
a. evaluasi
2) menanyakan ualng cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan
b. tindak lanjut
1) menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif
Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
Metode
1. Dinamika kelomopok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dna tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apalah kegiatan fisik untuk mecegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, haarus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien caa bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
“Saya pelu/ingin/minta..., yang akan saya gunakan untuk...”
d. Memilih dua orang klien secara bergili rendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran klien mencoba.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan...” atau “Saya
tidak dapat menerima jika dikatakan...” atau “Saya kesal dikatakan
seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian terkait peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Membeikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurlan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melakukan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara verbal) secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal
kagiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Tujuan
Klien dapat melakukan mencegah prilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Setting
1. Terapis dan pelayan duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
sebelumnya
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta prilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan intraksi sosial yang asertif untuk
mencegah prilaku kekerasan yang dilakukan.
c. Kontrak.
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
prilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan
marah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan
kemarahan yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Terminasi
a. Evaluasi.
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan prilaku kekerasan yang telah
dipelajari
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab prilaku
kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur
3) Memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
1) Menyepkati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
ratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Tujuan
Setting
Alat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah Kegiatan
1. Persiapan.
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi.
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi.
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta prilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah prilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak.
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah prilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja.
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien nama dan warna
(upaya tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tulisakan diwhiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, benar waktu minum obat, benar
orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Meminta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum meminum obat.
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat.
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian prilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien dapat menyebutkan secara benar.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi.
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut.
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kgiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
prilaku kekerasan.
2) Memasukan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2016. Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Singapore:Elsevier