Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RENCANA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH
1. Alviyani Rizca Utami (G0A022013)
2. Destiara Tri Wardani (G0A022014)
3. Linda Agustina (G0A022015)
4. Ikhvia Hermiyanti (G0A022016)
5. M. Adam Yundra Firmansyah ( G0A022017)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan
orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan sexualitas, perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon maladaftif dari marah. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman . Kondisi ini dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional
dan ekonomi dari keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarganya
sehingga keluarga memerlukan pengetahuan dan informasi bagaimana
cara menghadapi anggota keluarga yang mengalami perilaku kekerasan
dan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan
penanganan perilaku kekerasan yang tepat keluarga 2 memiliki peran
yang sangat penting untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan
dengan menggunakan ketrampilan koping untuk menghadapi masalah
(Townsend & Morgan, 2017).

Berdasarkan data nasional Indonesia tahun 2017 dengan resiko perilaku


kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa angka kejadian resiko perilaku kekerasan sangatlah tinggi.
Dampak yang dapar ditimbulkan oleh pasien yang mengalami resiko
perilaku kekerasan adalah dapat mencederai diri, orang lain dan
lingkungan dan juga dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang
mengalami perilaku kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya,
dimana pasien akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga pasien dapat
melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak ditangani
dengan baik maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan
kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta
lingkungan, sehingga upaya yang dilakukan untuk menangani klien risiko
perilaku kekerasan adalah dengan memberikan tidakan keperawatan yaitu
membantu pasien mengenali penyebab kemarahannya, kemudian ajarkan
cara untuk mengontrol emosinya dengan cara tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal. Kemuadian dengan melatih klien mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan minum obat secara teratur, mengajarkan bagaimana
cara berkomunkasi verbal dengan cara asertif/baik-baik, lalu
meningkatkan spiritual klien.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok sudah sejak lama
dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan
salah satu dari interpensi keperawatan yang diprogramkan terhadap pasien
jiwa skizoprenia dengan masalah pasien yang mengalami risiko perilaku
kekerasan (Ningsih, 2017).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan untuk


meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian,
kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi
kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan
kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya
untuk memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien
mengontrol risiko perilaku kekerasan (Sutinah, et al, 2020).

1.2 Tujuan Umum


Setelah mengikuti kegiatan ini pasien dapat lebih menerapkan stategi
pelaksanaan Risiko Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam
mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan.

1.3 Tujuan Khusus


1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita.
2. Klien dapat mengetauhi cara mengendalikan Resiko Perilaku
Kekerasan dengan Strategi Pelaksanaan.
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak warna, mempraktikkan Strategi Pelaksanaan
Resiko Perilaku Kekerasan.
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerjasama dengan
melatih kekompakkan dalam kelompok. Klien dapat melatih
konsentrasi melalui permainan.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
BAB II
STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Uraian Seleksi Kelompok :


a. Hari/Tanggal : Rabu,11 Desember 2013
b. Tempat pertemuan : Ruang Cempaka
c. Waktu : 09.30-11.00 Wib
d. Lamanya : 45 menit
e. Kegiatan : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan
f. Jumlah Anggota : 6 Orang
g. Jenis TAK : Perilaku kekerasan

Setting Tempat :

Keterangan :
:Leader : Observator

: Co Leader : Fasilitator
: Klien
TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan:
a. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.
b. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah )
c. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan )
d. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
e. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik(dengan latihan nafas dalam)
Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama
2) Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1) Kertas
2) Spidol
3) Buku catatan dan pulpen
4) Balon
5) Bola Kecil
Dinamika :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Salam dari terapis kepada klien.
c. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )
d. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan.

4. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.
b. Menjelaskan aturan main berikut.
c. Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada
terapis.
d. Lama kegiatan 45 menit. e. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir.

5. Tahap kerja Leader membacakan aturan permainan :


a. Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan
musik.
b. Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola
berarti, ia harus menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, akibat, serta
mempraktekkan cara mengontrol PK dengan latihan fisik (cara nafas
dalam).
c. Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat
musik berhenti.
d. Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan
e. Tanyakan pengalaman tiap klien
f. Tulis di kertas
g. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
h. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
i. Tulis di kertas
j. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri
sendiri)
k. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
l. Tulis di kertas
m. Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.
n. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
o. Tulis di kertas
p. Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik (latihan nafas dalam)
q. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.
r. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
s. Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
t. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai
jawaban klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian atas
peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta memberi motivasi pada
klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara mengontrol
perilaku kemarahan.
u. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.

6. Tahap Terminasi
A. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.
B. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat
perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan dan akibat yang belum diceritakan.
C. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai