Oleh :
IDA MELISA
N201901222
KENDARI2020
KONSEP MEDIS
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan adalah berisiko membahayakan secara fisik, emosi
dan atau seksual pada diri sendiri atau orang lain (NANDA, 2018).
2. Penyebab
Risiko perilaku kekerasan dapat disebabkan karena adanya waham, curiga pada
orang lain, halusinasi, berencana bunuh diri, kerusakan kognitif, disorientasi atau konfusi,
kerusakan kontrol impuls, depresi, penyalahgunaan NAPZA, gangguan konsep diri dan
isolasi sosial.
2. Objektif
a. Disorientasi
b. Euphoria yang tidak wajar atau berlebihan
c. Wajah merah
d. Postur tubuh kaku
e. Pengeluaran saliva meningkat
f. Pengeluaran urine meningkat
g. Frekuensi BAB meningkat
h. Konstipasi
i. Pasif
j. Sinis
k. Bermusuhan
l. Menarik diri
b. Psikomotor
1. Mampu mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi : tarik napas dalam,
pukul kasur dan bantal, senam dan jalan-jalan
2. Mampu berbicara dengan baik : mengungkapkan, meminta dan menolak dengan baik
3. Mampu deeskalasi yaitu mengungkapkan secara verbal atau tertulis
4. Mampu melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, zikir, istigfar dan berdoa
5. Mampu patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluwarsa dan benar
dokumentasi)
c. Afektif
1. Mampu merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
2. Mampu membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
6. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada Klien
1. Tindakan Keperawatan Ners
a. Kaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, penyebab, kemampuan
mengatasinya dan akibatnya
b. Jelaskan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan yang dialami klien
c. Latih klien untuk melakukan relaksasi : tarik nafas dalam, pukul bantal dan
kasur, senam dan jalan-jalan
d. Latih klien untuk bicara dengan baik : mengungkapkan perasaan, meminta
dengan baik dan menolak dengan baik
e. Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis
f. Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut (sholat, sembahyang dan berdoa)
g. Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar (benar nama klien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluwarsa
dan benar dokumentasi)
h. Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
i. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan
j. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
risiko perilaku kekerasan
2. Tindakan Keperawatan Ners Spesialis
a. Terapi Kognitif
1) Sesi 1 : mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negatif serta melawan satu pikiran negatif
2) Sesi 2 : melawan pikiran otomatis negatif kedua dan seterusnya
3) Sesi 3: memanfaatkan sistem pendukung
4) Sesi 4: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif
b. Terapi perilaku
1) Sesi 1 : mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan perilaku negatif serta melawan satu perilaku negatif
2) Sesi 2 : melawan perilaku negatif kedua dan seterusnya
3) Sesi 3: memanfaatkan sistem pendukung
4) Sesi 4: mengevaluasi manfaat melawan perilaku negatif
c. Terapi Kognitif Perilaku
1) Sesi 1 : mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif serta cara
melawannya
2) Sesi 2: melawan pikiran otomatis negatif dan mengubahnya menjadi positif
3) Sesi 3: Mengubah perilaku negative menjadi positif
4) Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung
5) Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah
perilaku negatif
Hasil penelitian Fauziah, Hamid dan Nuraini (2009) menyatakan terapi kognitif
perilaku pada klien dapat membantu menurunkan tanda dan gejala perilaku
kekerasan. Hasil penelitian Hidayat, Keliat dan Wardhani (2011) menyatakan
perpaduan terapi kognitif perilaku dan rational emotive behavior (REBT) dapat
menurunkan tanda dan gejala pada klien perilaku kekerasan. Hasil penelitian
Sudiatmika, Keliat dan Wardhani (2011) menyatakan perpaduan terapi kognitif
perilaku dan REBT dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
halusinasi pada klien. Hasil penelitian Lelono, Keliat dan Besral (2011)
menyatakan perpaduan terapi kognitif perilaku dan REBT dapat menurunkan
tanda dan gejala perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah. Hasil
penelitian Setiawan, Keliat & Wardani (2015) menunjukkan efektivitas terapi
music dan REBT terhadap tanda gejala dan kemampuan mengendalikan perilaku
kekerasan.
d. Latihan asertif
1) Sesi 1 : Mengidentifikasi peristiwa yang menyebabkan marah dan sikap
saat marah (asertif, pasif, agresif)
2) Sesi 2 : Mengungkapkan keinginan dan kebutuhan secara asertif
3) Sesi 3 : Mengatakan tidak untuk permintaan yang irrasional
4) Sesi 4 : Menerima dan mengungkapkan perbedaan pendapat secara asertif
5) Sesi 5 : Mengevaluasi manfaat latihan asertif
Hasil penelitian Wahyuningsih, Keliat dan Hastono (2009) menyatakan latihan
asertif mampu menurunkan tanda gejala perilaku kekerasan pada klien
skizofrenia. Hasil penelitian Gowi, Hamid dan Nuraini (2011) menyatakan
latihan asertif dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan orang tua
pada anak usia sekolah. Hasil penelitian Aini, Keliat dan Nuraini (2011)
menyatakan terapi asertif dapat meningkatkan kemampuan asertif suami dan
risiko kekerasan dalam rumah tangga.
e. Terapi Penerimaan Komitmen (Acceptance Comitment Therapy)
1) Sesi 1 : mengidentifikasi pengalaman/kejadian yang tidak meyenangkan
2) Sesi 2 : mengenali keadaan saat ini dan menemukan nilai-nilai terkait
pengalaman yang tidak menyenangkan
3) Sesi 3 : berlatih menerima pengalaman/kejadian tidak menyenangkan
menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien
4) Sesi 4 : berkomitmen menggunakan nilai –nilai yang dipilih klien untuk
mencegah kekambuhan
Hasil penelitian Sulistiowati (2010) menyatakan Acceptance and Commitment
Therapy (ACT) dapat menurunkan tanda dan gejala pada klien dengan halusinasi.
Hasil penelitian Komala, Keliat dan Wardani (2016) menyatakan perpaduan
program edukasi klien, terapi penerimaan komitmen, psikoedukasi keluarga
menaikan secara bermakna insight klien, menurunkan secara bermakna tanda
dan gejala perilaku kekerasan serta meningkatkan secara bermakna kemampuan
klien mengontrol perilaku kekerasan.
f. Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscle Relaxation)
1) Sesi 1: Identifikasi ketegangan otot dan latihan mengencangkan dan
mengendorkan otot
2) Sesi 2: Evaluasi manfaat mengencangkan dan mengendurkan otot
Hasil penelitian Alini (2010) menyatakan perpaduan relaksasi otot progresif dan
latihan asertif mampu menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada
klien. Hasil penelitian Putri, Keliat dan Nasution (2010) menyatakan REBT dapat
menurunkan tanda dan gejala pada klien dengan perilaku kekerasan.
7. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang obat psikofarmaka dengan menggunakan
ISBAR dan TBaK
b. Memberikan obat psikofarmaka sesuai program terapi dokter dengan pendekatan 8 benar
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
9. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala
b. Peningkatan kemampuan klien mengatasi perilaku kekerasan
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Data S: Keluarga klien mengatakan klien
a. Data Subjektif sering mengancam dan mengajak
Keluarga klien mengatakan klien berkelahi kakaknya.
sering mengancam dan mengajak
berkelahi kakaknya.
b. Data Obyektif O:
Berterian Berterian
Berbicara kasar Berbicara kasar
Pandangan mata tajam Pandangan mata tajam
Nampak gelisa Nampak gelisa
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
A : Masalah perilaku kekerasan belum
teratasi
3. Tindakan Keperawatan
a. Mengkaji tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan, penyebab,
kemampuan mengatasinya dan
akibatnya Planning : Intervensi Dilanjutkan
Hasil : klien mengamuk, berteriak
dan belum mampu mengatasi
perilaku kekerasannya
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Data S: Keluarga klien mengatakan
a. Data Subjektif klien sulit tidur
Keluarga klien mengatakan klien sulit
tidur
O:
b. Data Obyektif klien sering bicara dan
klien sering bicara dan klien tertawa sendiri
klien tertawa sendiri
3. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi A : Masalah perilaku kekerasan
klien belum teratasi
Hasil : adanya perbedaan perlakuan
orangtua terhadap klien
b. Mendiskusikan masalah dan akibat yang
mungkin terjadi pada klien halusinasi
Hasil : klien belum bisa di ajak komunikasi Planning : Intervensi Dilanjutkan
3. Tindakan Keperawatan
a. Jelaskan dan melatih klien perawatan
kebersihan diri: berhias A : Masalah perilaku kekerasan
belum teratasi
1) Melatih klien memasukkan kegiatan
berdandan dalam jadual kegiatan
harian
2) Mendiskusikan tentang cara
perawatan diri berdandan (alat yang
dibutuhkan, kegiatan berdandan, Planning : Intervensi Dilanjutkan
cara berdandan, waktu berdandan,
manfaat berdandan, kerugian jika
tidak berdandan Melatih cara
berdandan
3) Melatih klien memasukkan kegiatan
berdandan dalam jadual kegiatan
harian
b. Latih cara melakukan perawatan
diri:makan/minum
1) Mendiskusikan cara perawatan diri;
makan/minum (tanyakan alat-alat
yang dibutuhkan, cara makan
minum, waktu makan minum,
manfaat makan minum dan kerugian
jika tidak makan minum
2) Melatih cara perawatan diri: makan
minum.
3) Melatih klien memasukkan kegiatan
makan/minum dalam jadwal
kegiatan harian
c. Latih cara melakukan perawatan diri:
BAK/BAB
1) Mendiskusikan cara perawatan diri
BAB/BAK (alat yang dibutuhkan,
kegiatan BAB/BAK, cara
melakukan BAB/BAK yang benar,
manfaat BAB/BAK yang benar,
kerugian jika BAB/BAK tidak
benar).
2) Melatih cara perawatan diri:
BAB/BAK.
3) Melatih klien memasukkan kegiatan
BAB/BAK dalam jadwal kegiatan
Pertemuan ke : 3 klien
A. ORIENTASI
1. Salam
“Selamat pagi pak, bagaimana kabarnya hari ini??’’
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini, ?”
‘’apakah masih ingat tentang latihan untuk mengontrol marah bapak yang kita
pelajari kemarin??’’
3. Validasi
“Baik sekarang kita akan melakukan kembali latihan yang kita pelajari
kemarin. ”
4. Kontrak
Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau ±15 menit”
B. KERJA
1. Pengkajian
Apakah yang menyebabkan bapak sering marah? Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat
penyebab marah itu, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak tersedia,
atau air tidak tersedia, apa yang bapak rasakan?Apakah bapak merasa kesal,
kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, dan tangan mengepal? Apa
yang bapak lakukan selanjutnya? Apakah dengan bapak marah, keadaan jadi lebih
baik? Menurut bapak adakah cara lain selain marah? Maukah bapak belajar
mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
2. Diagnosis
Perilaku keekrasan
C. TERMINASI
1. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
2. Evaluasi Objektif
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
3. RTL klien
Sekarang kita sudah melakukan latihan-latihan mengontril marah dan bapak
sudah bisa lakukan sendiri, jadi ketika bapak merasan marah lagi bapak bisa
melakukan apa yang sudah saya ajarkan bapak mengerti?? ”
Mari, kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak merasa
ingin marah , bapak bisa langsung praktikkan cara ini”
Bagaimana kalau besok kita membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah bapak yaitu dengan cara ibadah , bapak setuju?? Mau dimana pak? Disini
lagi?
4. RTL Perawat
Kontrak yang akan datang
a. Topik
Bagamana jika kita latihan kembali besok pak? Jangan lupa bapak mencoba
teknik yang lain untuk mengendalikan rasa marah bapak ya.
b. Waktu
Bagaimana kalau kita latihan cara yang keempat ini besok, dengan jam yang sama
seperti hari ini. Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja.
c. Tempat
Dimana bapak akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau besok
kita melakukannya disini saja”
5. Salam
Assalamu alaikum warahmatulahi wabarakatu
ANALISA ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI
BERPUSAT PADA BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL
PERAWAT PADA KLIEN
P : “Selamat pagi P : Memandang Perawat dalam Klien tampak Klien mulai
pak ?” pasien dan kondisi tenang dalam tenang sehingga menerima
tersenyum memulai proses interaksi kehadiran
K : Duduk dan pembicaraan atau lancar dan perawat.
diam interaksi. kooperatif memulai
K : Ekspresi datar interaksi.
K : “Iya mbak”
P : Fokus pada
pembica-raan
P : “Perkenalkan P : Tampak rileks, Perawat merasa Klien masih Memperkenalkan
nama saya suster terse-nyum ke bahwa klien harus memberikan diri dapat
arah klien
Melisa pak, saya K : Tampak rileks diberikan penjelasan tanggapan secara menciptakan rasa
mahasiswa yang tentang kedatangan ragu-ragu percaya klien
praktek disini perawat terhadap perawat
K : Kontak mata
selama 1 minggu cukup
ke depan” P : Kontak mata
baik, per-hatian
penuh pada klien
K : (diam)
P : “Bagaimana P : Fokus, kontak Perawat memulai Klien menunjukkan Kontrak awal
kalau kita mata baik pembicaraan dengan kesedi-annya untuk sangat penting
ngobrol-ngobrol K : Mendengar klien disertai kontrak terbuka dan dalam interaksi
Pak? Sekitar 15 dengan seksama terlebih dahulu. berinteraksi. untuk menunjang
menit hubu-ngan saling
bagaimana?” K : Tampak lelah percaya.
dan mengantuk
K : “iya mbak gak P : Mendegarkan
apa-apa” dengan seksama
P : “Bagaimana P : Kontak mata Perawat berusaha Klien mau Eksplorasi
perasaan Bapak baik, perhatian meng-eksplorasi apa mengungkapkan perasaan klien
hari ini? Apa aja yang dirasakan klien. apa yang ia rasakan penting untuk
yang sudah Bapak penuh terhadap kepada perawat. mengetahui apa
lakukan mulai klien yang dirasakan
dari tadi pagi?” klien.
K : Badan
condong ke depan,
mendengarkan
perawat dengan
seksama
K : Memandang
perawat
P : Kontak mata
baik
P : “Begini pak P :tersenyum, Perawat mencoba Klien mau belajar Mengetahui apa
bagaimana kalau mengajak bapak mengajak klien yang dilakukan
ketika marah.
kita belajar cara untuk belajar
mengotrok marah negontrol marah
yang bapak alami K : sedikit
bapak mau?” tersenyum dan
memperhatikan
perawat
K : “iya suster” K : Memandang
perawat
P : Fokus pada
klien
P : “jadi begini P : Menunjukkan Perawat menjelaskan Klien mengikuti Teknik nafas
pak ya, pertama perhatian bagaimana tehnik nafas dalam dalam dapat
apabila bapak mengontrol marah yang diajarkan
merasa marah K: memperhatikan dengan cara menarik perawat membuat
bapak bisa perkataan perawat nafas dalam. perasaan rileks.
menarik nafas
dalam kemudia
keluarkan melalui
mulut, bapak bisa
coba?”
K : “iya suster,
K : nampak
menarik nafas
dalam dan
mengeluarkanya
melalui mulut
P: Memperhatikan
dan menginstruksi
bapak.
P : “Bagus pak ya P : Memandang Perawat mengajarkan Klien melakukan Dapat
kita sudah klien sambil teknik memukul apa yang diajarkan melampiaskan
melakuakn latihan
yang pertama dan tersenyum bantal dan kasur perasaan marah.
bapak bisa
melakukannya,
K : Menatap
nah sekarang saya
akan mengajarkan
teknik yang kedua
yaitu dengan
tehnik memukul K : Bicara sambil
bantal dan kasur, mempraktekan
jadi ketika bapak
apa yang
menrasakan
marah bapak bisa diajarkan
langsung P : Menginstruksi
ketempat tidur klien
bapak dan
memukul bantal
atau kasur bapak
sampai marah
bapak hilang,
bagaimana pak,
bapak mengerti?
Coba lakukan ya
pak?
K : “iya suster,
begini ya suster ”
P : “Bagus ya pak P : Empati pada Perawat mengigatkan Klien mengerti dan Dapat
jadi kalau bapak klien, apa yang sudah akan melakukan mengontrol
merasa marah diajarkan apa yang sudah
bapak bisa K : focus pada diajarkan perasan marah
melakukan apa pembicaraan dengan mandiri
yang saya sudah
ajarkan bapak
mengerti?” K : Memandang
perawat
bagaimana?” perawat
K : “Iya”
K :
Menganggukkan
kepala
P : Fokus pada
klien
P : “Baiklah saya P : Tersenyum, Perawat mengakhiri Klien berespon Klien sepakat
permisi dulu. pak jabat ta-ngan inte-raksi dengan untuk mengakhiri untuk
bisa beristirahat baik. interaksi dengan
lagi. Terima kasih K : Menerima baik. menindaklanjuti
salam alaikum” jabat tangan dari pertemu-an. Hal
perawat ini menunjukkan
K : “Iya sama- bahwa antara
sama alaikum K : Berdiri klien dan perawat
salam suster”
P : Berdiri sambil telah terjadi trust.
memper-silahkan Hal ini sesuai
klien untuk ber- dengan teori
istirahat kembali bahwa aspek
utama untuk
mempertahankan
hubu-ngan adalah
adanya hubungan
saling percaya.
Kesan Perawat :
Perawat menganalisis bahwa dalam pertemuan pagi ini cukup berhasil, karena hasil diskusi ini
menunjukan keberhasilan klien dalam melakukan SST sesi 1untuk kemampuan ini memerlukan
kegiatan monitoring dan evaluasiyang terus dilakukan oleh perawat terhadap kemajuan klien
dalam melakukan latihan berkomunikasi secara mandiri, sehingaa diakhir interaksi tetap
membuat kontrak pertemuan selanjutnya, mengevaluasi kemampuan Tn. R dalam melakukan
sosialisasi dengan orang lain.