Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA

Oleh :
Ulfha Putri Rahmi
2141312122

Kelompok C

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

A. PERILAKU KESEHATAN
1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan
(panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik
atau konsep diri (Stuart 2013). Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni (2012) menyatakan
bahwa perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman,mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Perasaan
terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang
berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan
tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).

2. PENYEBAB
1) Faktor herediter
2) Riwayat penyakit / trauma kepala
3) Riwayat penggunaan NAPZA
4) Frustasi
5) Hilangnya harga diri/perasaan ditolak/dianiaya
6) Kegagalan dalam hidup/keinginan yang tidak terpenuhi
7) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
8) Sering mengobservasi perilaku kekerasan

3. PROSES TEJADINYA
Faktor penyebab  koping maladaptive  klien tidak mempunyai kemampuan untuk
mengontrol perilakunya  mengancam secara fisik/verbal  perilaku kekerasan.

4. TANDA DAN GEJALA


a. Data Subjectif
1) Mengungkapkan perasaan kesal dan marah
2) Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain maupun linkgungannya
3) Klien suka membentak dan menyerang orang lain
b. Data Objectif
1) Mata melotot dan pandangan tajam
2) Tangan mengepal dan Rahang mengatup
3) Wajah memerah
4) Postur tubuh kaku
5) Mengancam dan mengumpat dengan kata kotor
6) Suara keras
7) Bicara kasar da ketus
8) Menyerang orang lain dan melukai diri sendiri maupun orang lain
9) Merusak lingkungan
10) Prilaku amuk dan agresif

5. POHON MASALAH
Perilaku mencederai diri sendiri, (efek)
orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan (care problem)

Harga diri rendah (etiologi)

6. DIAGNOSA KEPERAWATA
Resiko perilaku kekerasan

7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


SP 1 : Pengkajian dan latihan kegiatan fisik (latihan nafas dalam
dan memukul kasur/bantai)
SP 2 : Latihan cara minum obat secara teratur
SP 3 : Latihan cara verbal/bicara baik-baik

SP 4 : Latihan cara spiritual


8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan serta melatih
latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan
b. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: tarik nafas
dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal
c. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: tarik nafas
dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal
d. Melatih klien memasukkan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal ke
dalam jadwal kegiatan harian.
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
a. Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi, cara,
orang dan kontinuitas minum obat).
b. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat dengan klien
c. Melatih klien cara minum obat secara teratur
d. Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadwal
kegiatan harian.
3) Melatih cara verbal/ bicara baik-baik
a. Menjelaskan cara menontrol perilaku kekerasan dengan verbal/bicara baik-baik
b. Melatih klien cara verbal/bicara baik-baik
c. Melatih klien memasukkan kegiatan verbal /bicara baik-baik minum obat ke
dalam jadwal kegiatan harian.
4) Melatih cara spiritual
a. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
b. Melatih klien cara spiritual
c. Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam jadwal kegiatan harian.
B. HALUSINASI
1. PENGERTIAN
Halusinasi yaitu suatu kondisi individu menganggap jumlah serta pola stimulus yang
datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai dengan kenyataan yang
diharapkan , disertai distorsi dan gangguan respons terhadap stimulus tersebut baik
respons yang berlebihan maupun yang kurang memadai (Townsend, 2010).
Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien kadang merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2010).

2. PENYEBAB
Faktor herediter

3. TANDA DAN GEJALA


1) DATA OBJECTIF
a. Bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
d. Menutup telinga.
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau- bauan tertentu.
h. Menutup hidung.
i. Sering meludah.
j. Muntah.
k. Menggaruk- garuk permukaan kulit
2) DATA SUBJEKTIF
a. Mendengar suara- suara ataupun kegaduhan.
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap - cakap
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
e. Mencium bau- bauan seperti bau darah, urin, feses

4. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan (efek)

gangguan persepsi sensori : Halusinasi (care problem)

Isolasi sosial (etiologi)

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi

6. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
SP 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
SP 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.

7. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
b. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
c. Menghardik halusinasi
d. Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
e. Menggunakan obat secara teratur
f. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan
sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
g. Bercakap –cakap dengan orang lain.
h. Melakukan aktifitas yang terjadwal.
i. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun
jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau
jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement.

C. HARGA DIRI RENDAH


1. PENGERTIAN
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013)
menyatakan harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan
perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak
berharga, dan tidak memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga,
tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri rendah
kronis secara signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan (Pardede, Keliat, dan
Wardani, 2013).

2. PENYEBAB
a. Faktor herediter
b. Riwayat penyakit/trauma kepala
c. Kegagalan masalalu yang tidak menyenangkan
d. Penolakan/kurangnya penghargaan dari orang lain
e. Harapan orang tua yang tidak realistis/keinginan yang tidak didukung
f. Penganiayaan seksual dan psikologis (sebagai korban, pelaku ataupun saksi)
g. Kegagalan dalam hidup
3. PROSES TERJADINYA
Diawali dengan terjadinya trauma  timbul perasaan negatif pada diri sendiri 
klien berpikir negatif  timbul persepsi negatif terhadap dirinya  HDR.

4. TANDA DAN GEJALA


a. Subjektif
1) Sulit tidur
2) Merasa tidak berarti dan merasa tidak berguna
3) Merasa tidak mempuanyai kemampuan positif
4) Merasa menilai diri negatif
5) Kurang konsentrasi dan merasa tidak mampu melakukan apapun
6) Merasa malu
b. Objektif
1) Kontak mata berkurang dan murung
2) Berjalan menunduk dan postur tubuh menunduk
3) Menghindari orang lain
4) Bicara pelan dan lebih banyak diam
5) Lebih senang menyendiri dan aktivitas menurun
6) Mengkritik orang lain

5. POHON MASALAH
Isolasi sosial (efek)

Gangguan konsep diri : HDR (care problem)

Koping tidak efektif (etiologi)

6. DIAGNOSA KEERAWATN
Diagnosis keperawatan : Harga diri rendah
7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 : Pengkajian dan latihan kemampuan pertama (kegiatan)
SP 2 : Latihan kegiatan kedua
SP 3 : Latihan kegiatan ketiga
SP 4 : Latihan kegiatan keempat

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan : Klien mampu
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat Harga
diri rendah kronik
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
f. Melakukan kegiatan yang sudah dilatih
Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek postif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
b. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan
sehari-hari pasien.
d. Melatih kemampuan yang dipilih klien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang
dipilih
2) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
3) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan

D. ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu kebutuhan
atau mengharapakan untuk melibatkan orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat
hubungan tersebut (Carpenito, 2004). Menurut Kim (2006) isolasi sosial merupakan
kesendirian yang dialami individu dan dirasakan sebagai beban oleh orang lain dan
sebagai keadaan yang negatif atau mengancam. Isolasi sosial merupakan keadaan
ketika individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan
untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak (Carpenito-Moyet, 2007).
Menurut Towsend (2008), isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di
alami oleh individu dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi
yang negatif dan mengancam (Townsend, 2010). Videbeck (2008) menjelaskan
bahwa isolasi sosial merupakan gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang maladaptif dan menghambat seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah
kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan interpersonal yang
mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain (Kirana, 2009).
2. PENYEBAB
a. Faktor herediter
b. Adanya resiko bunuh diri
c. Riwayat penyakit/trauma kepala
d. Riwayat pengguna NAPZA, riwayat penyakit infeksi/kronis
e. Kegagalan dalam mencapai harapan/cita-cita
f. Krisis identitas, kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun
lingkungan/penolakan
g. Tingkat ekonomi sosial rendah/kegagalan dalam perkembangan
h. Tingkat pendidikan rendah
i. Adanya aturan/tuntutan dikeluarga/masyarakat yang tidak sesuai dengan klien
j. Konflik antar masyarakat

3. PROSES TERJADINYA
Perasaan tidak beharga  klien sulit mengembangkan hubungan/komunikasi dengan
orang lain  klien menghindar dari orang lain (regresi/mundur)  klien tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain  isolasi sosial

4. TANDA DAN GEJALA


a. Subjektif
1) Menolak interaksi dengan orang lain
2) Merasa sendirian
3) Tidak berminat
4) Merasa tidak diterima
5) Perasaan berbeda dengan orang lain
6) Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
7) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b. Objektif
1) Tidak ada kontak mata
2) Menyendiri/ menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tindakan tidak berarti/ berulang
5) Afek tumpul
6) Afek sedih
7) Adanya kecacatan (misal : fisik dan mental)

5. POHON MASALAH
resiko gangguan persepsi (efek)
sensori : Halusinasi

Isolasi sosial (care problem)

Harga diri rendah (etiologi)

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan : Isolasi social

7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 : Pengkajian dan melatih cara berkenalan / bercakap-cakap


(1-2 orang)
SP 2 : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2
kegiatan harian

SP 3 : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan


4-5 orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2
kegiatan harian baru

SP 4 : Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara


saat melakukan kegiatan sosial : meminta sesuatu,
berbelanja dan sebagainya

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan : klien mampu
a. Mengenal masalah isolasi sosial
b. Berkenalan dengan perawat atau klien lain
c. Bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
d. Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya
Tindakan Keperawatan
a. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial
2) Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak memiliki teman.
b. Menjelaskan dan melatih klien berkenalan
1) Menjelaskan cara berkenalan
2) Mendemostrasikan cara berkenalan
3) Melatih klien berkenalan 2 - 3 orang atau lebih
c. Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-
hari.
d. Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta sesutu, berbelanja dan
sebagainya

E. DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. PENGERTIAN
Keadaan ketika individu mengalami hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari(Towsend, 2010). Kurang perawatan diri merupakan
keadaan ketika individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau funhsi
kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing
dari kelima aktivitas perawatan diri antara lain : makan, mandi/higiene, berpakaian dan
berhias, toileting dan instrumenrtal. (menggunakan telepon, menggunakan transporttasi,
menyetrika, mencuci pakaian, menyiapkan makanan, berbelanja, mengelola keuangan,
mengkomsumsi obat)Defisit perawatan diri seringkali disebabkan oleh: intoleransi
aktifitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas gangguan persepsi atau kognitif,
depresi, ketidak berdayaan.
2. PENYEBAB
a. Faktor hereditas
b. Penyakitr fisik/ mentyal
c. Keluarga yang terlalu memanjakan klien
d. Ketidakpedulian terhadap diri
e. Kurangnya dukungan untuk melakukan perawatan diri(penurunan motivasi)
f. Situasi lingkungan
g. Kelemahan/ kelelahan

3. PROSES TERJADINYA
Kerusakkan kognitif→perubahan proses pikir→ kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri menurun→defisit perawatan diri

4. TANDA DAN GELAJA


1) Subjectif
a. Menyatakan tidak ada keinginan mandi secara teratur
b. Perawatan diriharus dimotivasi
c. Menyatakan Bab/bak di sembarang tempat
d. Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantu makan
2) Objektif
a. Tidak mampu membersihkan badan
b. Penampilan tidak rapi, pakaian kotor, tidak mampu berpakaian secara benar
c. Tidak mampu melaksanakan kebersihan yangsesuai, setelah melakukan toileting
d. Makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidak habis

5. POHON MASALAH
Gangguan pemeliharaan kesehatan (efek)

Defisit perawatan diri (coreproblem)

Gangguan proses pikir (etiologio)
6. DIAGNOSA
Defisit perawatan diri

7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 : Pengkajianm dan melatih cara menjaga kebersihan


diri(mandi,cuci rambut, sikat gigi dan potong kuku )
SP 2 : melatih cara berdandan setelah kebersihan diri (menyisir rambut,
merias muka bagi perempuan, cukuran bagi laki laki)

SP 3 : Melatih cara makan dan minum dengan baik

SP 4 : Melatih BAB dan BAK dengan baik

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Membina hubungan saling percaya
- salam terapeutik, evalasi/validasi, kontrak topik, kontrak waktu, kontrak tempat
- Menjelaskan tujuan pertemuan
b. Melatih pasien cara cara perawatan diri (SP)
c. Evaluasi perasaan klien setelah melakukan tindakan
d. Evaluasi kemampuan klien terhadap kegiatan yang sudah dilatih
e. Memasukkan kegiatan ke jadwal kegiatan harian pasien
f. Membuat kontrak untuk pertemuan yang akan datang.

F. RESIKO BUNUH DIRI (RBD)


1. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari untuk mengakhiri kehidupan individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati (Yosep, 2007). Bunuh
diri menurut Edwin Schneidman dalam Kaplan 2010 adalah tindakan pembinasaan yang
disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada
kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan yang dirasakan
sebagai pemecahan yang terbaik.Bunuh diri berhubungan dengan kebutuhan yang
dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, konflik
ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan yang tidak dapat ditanggung,
menyempitkan pilihan yang dirasakan dan kebutuhan meloloskan diri; orang bunuh diri
menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan & Saddock,2010)

2. PENYEBAB
1) Faktor keriditer
2) Riwayat penggunaan NAPZA
3) Riwayat penyakit fisik,kronik/terminal
4) Riwayat penyakit kronik
5) Riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak
6) Perasaan bersalah
7) Kegagalan dalam mencapai harapan
8) Perceraian, perpisahan, hidup sendiri, tidak bekerja
9) Kegagalan dalam beradaptasi sehingga stress
10) Kurang penghargaan dari orang lain

3. PROSES TERJADINYA
Terjadinya trauma → timbul perasaan negatif pada diri sendiri →klien berpikir negatif
→klien berniat mengakiri hidupnya →resiko bunuh diri

4. TANDA DAN GEJALA


1) Subjectif
a. Klien mengatakan “Saya mau mati!”
b. Klien mengatakan “Jangan tolongsaya
c. Klien mengastakan “Biarkansaya!”
d. Klien mengatakan .“Saya tidak mau ditolong”
2) Objektif
Klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, membenturkan kepala, dan emosi
labil.

5. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan (efek)

Resiko bunuh diri (core problem)

harga diri rendah (etiologi)

6. DIAGNOSA
1) Resiko bunuh diri
2) Harga diri rendah
3) Resiko perilaku kekerasan

7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKKAN KEPERAWATAN


SP 1 : Pengkajian, melindungi dan mengendalikan pikiran bunuh diri
dengan berfikir aspek positif diri
SP 2 : latihan berfikir positif terhadap keluarga dan lingkungan

SP 3 : latihan merencanakan masa depan , harapan masa depan

SP 4 : latihan merencanakan masa depan tahap 2

8. RENCANA TINDAKKAN
a. Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isarat, ancaman, percobaan
(jikan percobaan segera rujuk)
b. Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan
amanuntuk pasien)
c. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yangdimiliki
d. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga dan lingkungan
e. Mendiskusikan harapan dan masa depan
f. Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
g. Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
h. Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan

G. WAHAM
1. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat, secara terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2. PENYEBAB
a. Faktor herediter
b. Riwayat penyakit atau trauma kepala
c. Ancaman lingkungan
d. Kecemasan
e. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
f. Keinginan negatif yang tidak terjadi

3. PROSES TERJADINYA
Faktor penyebab→ perasaan diancam oleh lingkungan →cemas → individu mencoba
mengingkari ancaman→memproyektikan pikiran internal dalam
lingkungan→perasaan,pikiran dan keinginan negatif tidak dapat ditrerima sebagai
bagian eksternal→waham

4. TANDA DAN GEJALA


a. Waham kebesaran : meyakini memiliki kebesaran, kekuasaan khusus di ucapkan
berulangkali tapi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Waham curiga : meyakini orang atau kelompok berusaha merugikan atau
mencederai dirinya.
c. Waham agama : meyakini secara berlebihan pada suatu agama
d. Waham somatik : meyakini bahwa bagian tubuhnya terganggu atau teraserang
penyakit
e. Waham nihilistik : meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau
meninggal.
5. POHON MASALAH
Perilaku kekerasan/ hambatan komunikasi verbal (efek)

Gangguan proses pikir (waham) (core problem)

Isolasi sosial (etiologi)

6. DIAGNOSA
1) Waham
2) Resiko perilaku kekerasan
3) Isolasi social

7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKKAN KEPERAWATAN (WAHAM)


SP 1 : Pengkajian orientasi realita dan memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
SP 2: Patuh minum obat
SP 3: Melatih kemampuan yang dimiliki
SP 4: Melatih kemampuan yang dipilih

8. RENCANA TINDAKKAN KEPERAWATAN


a. Membina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik, evaluasi atau validasi, kontak(waktu,tempat,topik)
- Menjelaskan tujuan penemuan
b. Identifikasi tanda dan gejala waham
c. Bantu orientasi realita
b. Evaluasi perasaan klien setelah melakukan kegiatan
c. Evaluasi kemampuan klien terhadap kegiatan yang sudah dipilih
d. Masukkan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
e. Membuat kontrak yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai