A. Pengertian
1. Marah
2. Perilaku agresif
3. Perilaku kekerasan
4. Risiko Perilaku kekerasan
1. Marah
Respon emosional dari perasaan
frustasi dari keinginan atau kebutuhan
(Mohr,2006).
Merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari (Stuart Sundeen,1995; Rawlin,et al, 1993).
Marah dapat bersifat positif/ konstruktif.
2. Perilaku Agresif
Ungkapan dari rasa marah, cemas,
ketegangan, bersalah, frustasi, atau
permusuhan (Alexander, 1991 dalam Townsend, 2005).
Perilaku mengancam atau memusuhi orang
lain atau lingkungan (Rawlins et al, 1993), dengan
kata-kata yang merendahkan, kontak mata
menakutkan, gerakan tubuh yang
mengancam (Stuart Sundeen, 2005).
Belum ada tindakan fisik untuk menyakiti.
3. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis,
dapat dilakukan secara verbal maupun
nonverbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan (BC-CMHN, 2005).
Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
fisik maupun psikologis yang bertujuan
menyakiti diri, orang lain, maupun
lingkungan.
B. Hirarki Perilaku Kekerasan
(Stuart Laraia, 2005)
a. Sistem limbik
b. Lobus frontal
c. Hipotalamus
d. Neurotransmiter
e. Gangguan otak organik
a. Sistem Limbik
Penengah dari dorongan dasar: makan,
agresif dan respon sexual.
Khususnya Amygdala, sebagai
penengah antara amuk dan rasa takut.
Perubahan atau gangguan
peningkatan atau penurunan resiko PK
b. Lobus Frontalis
Penengah antara emosi dengan
pemikiran rasional.
Kerusakan menyebabkan: tidak mampu
membuat keputusan, perubahan
kepribadian, perilaku tidak sesuai, dan
ledakan agresif.
c. Hipotalamus
Merupakan sistem alarm otak.
Stres: peningkatan steroid.
Stres berulang: peningkatan :>>steroid
Waspada !! Trauma pada anak-anak!!
d. Neurotransmiter
Merupakan kimiawi otak yang dapat
menghambat dan memicu PK.
ex: serotonin, dopamin, norepinephrin,
asetilkolon, dan gama aminobutyric acid
(GABA).
PK: GABA dan serotonin , dopamin dan
norepinephrin ,
e. Gangguan otak
Gangguan bipolar
Sindrom otak organik
Trauma otak
2. Psikologis
Kegagalan berulang
Penguatan atau dukungan terhadap
perilaku kekerasan
Korban perilaku kekerasan
Terpapar perilaku kekerasan
Gangguan proses pikir dan persepsi
3. Sosio-Spiritual
Lingkungan dan budaya mempengaruhi cara
dan sikap individu mengungkapkan rasa
marahnya. Budaya yang mendukung
ungkapan marah dengan kekerasan, disertai
adanya riwayat sebagai korban kekerasan,
maka kekerasan dianggap sebagai suatu cara
yang dapat diterima (Stuart & Sundeen, 1995).
Aspek spiritual : falsafah hidup, nilai,
keyakinan, dan religi (Rawlins, et al, 1993).
4. Faktor resiko di ruang
rawat
a. Faktor pasien
b. Faktor lingkungan ruang rawat
• Kondisi ruangan
• Petugas
a. Faktor Pasien
Interaksi antara gaya kepribadian
seseorang dan lingkungan rumah
sakit ex:Kepribadian psikopat dan
antisosial
b. Faktor lingkungan ruang
rawat
Fasilitas fisik
Kehadiran perawat dan pasien lainnya
Sikap perawat dan tindakan yang dilakukan
Staf yang tidak berpengalaman
Manajemen lingkungan yang buruk
Tidak adanya kontak fisik
Tidak konsistennya batasan aturan
Norma tentang kekerasan.
D. Karakteristik
1. Biologis
2. Psikologis
3. Sosio-spiritual
a. Karakteristik Biologis
Ketegangan tubuh
Muka merah
Tatapan/sorot mata tajam
Mengepalkan tinju
Jalan mondar – mandir, agitasi.
Nada suara tinggi dan keras disertai
kata-kata ancaman.
Karakteristik biologis…
Peningkatan nadi, RR dan TD.
Rasa dingin, nyeri, kebas, tercekik,
mual, vertigo.
Tonus otot meningkat.
Berkeringat.
Muka pucat.
b. Karakteristik Psikologis
Bagaimana pikiran, persepsi, perasan
pasien.
Kata-kata sebagai ungkapan perasaan
benci, kesal, jengkel, geram, kesal,
kecewa, sakit hati, marah, tersinggung,
dll.
c. Karakteristik Sosio-spiritual
Menyalahkan orang lain
Sarkasme
Menolak hubungan interpersonal
Isolasi sosial
Kekerasan terhadap orang lain
Merasa berkuasa, ingin mengontrol orla
Memaksakan kehendak.
Diagnosa Keperawatan
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Perilaku Kekerasan
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan
Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku
kekerasan yang dilakukannya
Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol
perilaku kekerasannya
Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan
terapi psikofarmaka.
Lanjutan……
Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat
setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku
kekerasan saat ini dan yang lalu
Lanjutan…..
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
Lanjutan…..
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik:
Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial/verbal
Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal:
menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik
Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara
verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual:
Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat,
berdoa
Buat jadwal latihan sholat, berdoa
Lanjutan…..
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh
minum obat:
- Latih pasien minum obat secara teratur
dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum
obat
- Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku
Kekerasan
SP 1 Pasien
• Mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan,
tanda dan gejala, penyebab, dan akibat PK
• Menjelaskan cara mengontrol PK dengan cara
fisik (1. tarik nafas dalam, 2. pukul
kasur/bantal)
• Melatih pasien cara mengontrol PK dengan
cara fisik 1 dan 2
• Melatih klien memasukkan latihan tarik nafas
dalam dan pukul kasur/bantal ke dalam jdual
kegiatan harian.
SP 2. Pasien
Menjelaskan tentang obat yang diminum (6
benar : jenis, dosis, frekuensi, cara, orang dan
kontinuitas minum obat)
Mendiskusikan manfaat minum obat dan
kerugian tidak minum obat
Melatih klien minum obat secara teratur
Melatih klien memasukkan kegiatan minum
obat ke dalam jadual kegiatan harian
SP 3. Pasien
• Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
verbal/bicara baik-baik (jelaskan konsekuensi
dari meminta : langsung diberi, ditunda, tidak
diberi)
• Melatih klien mengontrol PK dengan cara
verbal
• Melatih klien memasukkan kegiatan verbal /
bicara baik-baik ke dalam jadual kegiatan
harian
SP 4. Pasien
Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan cara spiritual
Melatih klien mengontrol PK dengan
cara spiritual
Melatih klien memasukkan kegiatan
spiritual ke dalam jadual kegiatan
sehari-hari