Anda di halaman 1dari 25

)

7
8
0
1
0
2
4
11
(2
A
D
N
E
F
A
R

MATA KULIAH :
KEPERAWATAN JIWA II

RESIKO BUNUH DIRI


A. PENGERTIAN

Menurut beberapa ahli psikiatri mengenai bunuh diri (Dalami, Suliswati,


Rochimah, Suryati, & Lestari, 2017) yaitu:

1. Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tau akan akibat yang
mungkin pada waktu yang singkat.
2. Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan.
PENGERTIAN BUNUH DIRI
Dapat disimpulkan, bahwa bunuh diri adalah suatu keadaan dimana
individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan
tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa
bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart & Sundeen,
2016).
B. RENTANG RESPON
Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif sampai
respon maladaptif pada bunuh diri (Setiawan, 2016).

Ket :
Seseorang
dapat Seseorang Seseorang
meningkatkan Seseorang telah melakukan Seseorang
proteksi atau memiliki mengambil percobaan telah
pertahanan kecenderung sikap yang bunuh diri melakukan
diri secara an atau kurang tepat atau kegiatan
wajar terhadap beresiko terhadap pencederaan bunuh diri
situasional mengalami situasi yang diri akibat sampai
yang perilaku membutuhka hilangnya dengan
membutuhkan destruktif / n dirinya harapan nyawanya
pertahanan menyalahkan untuk terhadap hilang.
diri. diri sendiri mempertaha situasi yang
nkan diri. ada.
C. FAKTOR PENYEBAB
1. Digolongkan atas beberapa unsur (Dalami, Suliswati, Rochimah, Suryati, &
Lestari, 2017), yaitu :
a. Penyebab bunuh diri pada anak
b. Penyebab bunuh diri pada remaja
e. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
d. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
2. Faktor Determinan (Yosep, 2015)
a. Kebudayaan
b. Jenis Kelamin
c. Umur
d. Status Sosial
e. Status Perkawinan
f. Gangguan Jiwa
D. TANDA GEJALA
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan
rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri,
perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah,
insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik
diri dari lingkungan sosial.
Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya,
kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan
depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia.
Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan,
hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami,
faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif
dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian
antisosial. (Yosep, 2015)
E. PROSES TERJADI MASALAH
F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi
usaha pemecahan masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat
dikemukakan bahwa setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh
diri egoistik atau anomik berada didalam keadaan patologis. Mereka semua
sedang mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi dari yang ringan
sampai berat karena itu perlu ditolong. Pencegahan bunuh diri alturistik boleh
dikatakan tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma
masyarakat diubah (Setiawan, 2016).
G. PENATALAKSANAAN
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguh-
sungguh. Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian penyakit dalam atau bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak bergantung faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. (Yosep, 2015)
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat
dilakukan evaluasi psikiater. Tidak ada hubungan beratnya gangguan badaniah
dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk
menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat
diberikan terapi elektro konvulsi, obat-obat terutama anti depresan atau
psikoterapi. (Yosep, 2015)
H. PRINSIP TINDAKAN KEPERAWATAN
Ada 6 tindakan keperawatan terhadap resiko bunuh diri (Stuart & Sundeen,
2016), yaitu:
1. Dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
6. Klien dapat menggunakan obat dengan baik dan benar.
ASUHAN KEPERAWATN TEORITIS
a. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama/ aslasan masuk
3. Faktor predisposisi
a. Diagnosa medis gangguan jiwa: berseiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
b. Sifat kepribadian: meningkatkan resiko bunu diri yaitu suka bermusuhan,
impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
c. Lingkungan psikososial : individu yang mengalami kehilangan dengan proses
berduka yang berkepanjangan akibat perpisahan, bercerai, atau kehilangan
dukungan merupakan faktor penting yang memperngaruhi individu untuk
melakukan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga: keluarga yang pernah melakukan bunuh diri karena
konflik yang terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting untuk
terjadinya bunuh diri.
4. Aspek fisik
Hasil pengukuran tanda tanda vital dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai dari dirinya.
b. Identitas: tanyakan pad aklien apakah dia sudah menikah, dan apakah sudah
memiliki anak apabila sudah menikah.
c. Peran diri: tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala keluarga atau ibu
rumah tangga bahkan seorang anak dari berapa bersaudara.
d. Ideal diri: klien menyatakan bahwa kalau sudah pulang atau sembuh klien akan
melakukan apa untuk hidupnya selanjutnya dan apakah klien akan lebih
bersemangat untuk membuka lembaran baru.
e. Harga diri: tanyakan apakah klien agresif, bermusuhan, dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain.
6. Hubungan sosial
Tanyakan pada klien orang yang paling dekat dengannya seperti sahabat atau
teman sekamar yang satu agama. Apakah klien adalah ornag yang kurang
perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan lingkungan.
Kemudian, tanyakan apakah klien sering diam dan menyendiri serta murung.
7. Spiritual
Nilai dan keyakinan: tanyakan apaakh pasien percayakan akan adanya Tuhan atau
dia sering mempersalahkan Tuhan atas apa yg telah menimpanya.
Kegiatan ibadah: tanyakan apakah klien sering, selalu, atau jarang beribadah dan
mendekatkan diri kepada Tuhan.
8. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Interaksi selama waawancara
e. Memori
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan sayuran.
b. Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan menggunakan toilet. Klien
jarang membersihkannya kembali
c. Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan pasien
selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting kuku setiap
kuku pasien dirasakan panjang.
d. Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan, klien
mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.
e. Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2 jam, dan pada
malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam. Terkadang pasien terbangun
dimalam hari karena halusinasinya muncul.
f. Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien meminum obatnya
dimasukkan kemudian pasienmeminum air. Biasanya pasien belum paham
prinsip 5 benar dalam meminum obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan dukungan dari
keluarga serta petugas kesehatan dan orang disekitarnya.
h. Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang menyiapkan makanan
sendiri dan membantu membersihkan
i. Aktivitas di luar rumah.
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun dengan
lingkungannya.
10. Mekanisme koping
Berhubungan dengan prilaku merusak diri langsung. Seseorang yang melakukan
tidnakan bunuh diri adalah individu yang gagal menggunakan mekanisme
pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan
masalah hidupnya.
11. Sumber koping
Perlu dikaji adakah dukungan msyarakat terhadap klien dalam menghadapi masalah
individu dan memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
Ada 3 macam perilaku bunuh diri (Keliat & Akemat, 2016), yakni:
1. Isyarat bunuh diri
2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri

Data yang dikumpulkan saat pengkajian (Yosep, 2015), yaitu:


1. Riwayat masa lalu
2. Riwayat keluarga
3. Peristiwa hidup yang dapatmenimbulkan stress atau kehilangan dalam hidup pasien.
4. Riwayat pengobatan
5. Riwayat pekerjaan dan pendidikan
b. Daftar Masalah (Yosep, 2015)
1. Risiko Bunuh Diri
2. Keputus Asaan
3. Ketidakberdayaan
4. Gangguan konsep diri : HDR
5. Gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh
6. Kecemasan
7. Berduka disfungsional
8. Koping individu tidak efektif
9. Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
 c. Pohon Masalah (Marpaung, 2018)
d. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan (Marpaung, 2018)

1. Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)


2. Resiko Bunuh Diri
3. Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)
4. Gangguan Konsep Diri (HDR)
f. Implementasi
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya ditempatkan dalam
keperawatan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan untuk
memecahkan masalah. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dalam
keperawatan bergantung dari strategi keperawatan dalam komunikasi yaitu
selalu menjunjung tinggi hakikat klien sebagai manusia (Muhith, 2015).
g. Evaluasi
1. Untuk klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri.
2. Untuk klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan askep ditandai
dengan:
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
b. Klien mampu meningkatkan harga diri.
c. Klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
 
3. Untuk keluarga:
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b. Keluarga mampu memperagakan kembali car-cara melindungi anggota keluarga
yan beresiko bunuh diri.
c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat
anggota keluarga yang beresiko bunuh diri.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai